Anda di halaman 1dari 18

.

Latar Belakang
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia akibat resiko tinggi untuk
melahirkan menjadi perhatian pemerintah. Sehingga diadakannya
program keluarga berncana ( KB ) sebagai salah satu cara untuk
mengurangi tingginya angka kematian ibu. Banyaknya anak-anak
terlantar dan dengan jarak usia yang sangat dekat juga menjadi perhatian
pemerintah.
Alat kontrasepsi yang saat ini sudah tersedia bermacam-macam. Selain
adanya alat kontrasepsi untuk wanita, juga tersedia alat kontrasepsi untuk
pria. Hanya saja yang menjadi masalah saat ini, kurangnya pengetahuan
akan metode memilih kontrasepsi, keuntungan, kerugian, serta efek
samping dari pemakaian alat kontrasepsi tersebut.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
2.

Untuk menambah pengetahuan mahasiswi tentang metode KB mantap


( MOP dan MOW).
Untuk memperluas wawasan mahasiswi tentang metode KB mantap

(MOP dan MOW).


3.
Untuk dapat membantu mahasiswa dalam memahami KB mantap (MOP
dan MOW) baik secara teori maupun sercara praktik.
4.
Agar mahasiswi dapat mengetahui cara kerja, syarat, waktu
pelaksanaan, perawatan, keuntungan dan kerugian dari metode KB
mantap (MOP dan MOW).
5.
Agar mahasiswi kelak dapat memberikan pelayanan kontrasepsi
tentang KB mantap (MOP dan MOW) kepada masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
KB Kontrasepsi Mantap (MOW dan MOP)
A.

Pengertian
Kontrasepsi mantap (kontap ) adalah suatu tindakan untuk membatasi
keturunan dalam jangka waktu yang tidak terbatas, yang dilakukan
terhadap salah seorang dari pasangan suami isteri atas permintaan yang

bersangkutan, secara mantap dan sukarela. Kontap dapat diikuti baik oleh
wanita maupun pria. Tindakan kontap pada wanita disebut kontap wanita
atau MOW (Metoda Operasi Wanita ) atau tubektomi, sedangkan pada
pria MOP (Metoda Operasi Pria) atau vasektomi.
Kontrasepsi mantap pada wanita atau MOW (Metoda Operasi Wanita)
atau tubektomi, yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan saluran telur
agar sel telur tidak dapat dibuahi oleh sperma. Kontrasepsi mantap pada
pria atau MOP (Metoda Operasi Pria) atau vasektomi., yaitu tindakan
pengikatan dan pemotongan saluran benih agar sperma tidak keluar dari
buah zakar.
B.

Cara Kerja
Tubektomi (MOW)
Perjalanan sel telur terhambat karena saluran sel telur tertutup
Vasektomi (MOP)
Saluran benih tertutup, sehingga tidak dapat menyalurkan sperma
C. Keuntungan
Secara umum keuntungan kontap wanita dan pria dibandingkan dengan
kontrasepsi lain adalah :

Lebih aman, karena keluhan lebih sedikit dibandingkan dengan cara

kontrasepsi lain
Lebih praktis, karena hanya memerlukan satu kali tindakan saja
Lebih efektif, karena tingkat kegagalannya sangat kecil dan merupakan

cara kontrasepsi yang permanen


Lebih ekonomis, karena hanya memrlukan biaya untuk satu kali
tindakan saja

Secara khusus keuntungan kontap wanita dan pria adalah :


a.
Tubektomi (MOW)
Sangat efektif dan permanen

Dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%

Tidak ada efek samping dalam jangka panjang

Tidak mempengaruhi proses menyusui

Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi local

Tidak menggangu hubungan seksual


b.
Vasektomi (MOP)

Sangat efektif dan permanen

Tidak ada efek samping dalam jangka panjang

Dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%

Tidak menggangu hubungan seksual

Tindakan bedah yang aman dan sederhana

D.

Kerugian

1.

Tubektomi (MOW)

Rasa sakit/ketidak nyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan

Ada kemungkinan mengalami resiko pembedahan

2.

Vasektomi (MOP)

Tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin memiliki anak

Harus ada tindakan pembedashan minor.

E.

Syarat

Setiap peserta kontap harus memenuhi 3 syarat, yaitu:


1)

Sukarela

Setiap calon peserta kontap harus secara sukarela menerima pelayanan


kontap; artinya sedcara sadar dan dengan kemauan sendiri memilih
kontap sebagai cara kontrasepsi
2) Bahagia
Setiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat bahagia, artinya :
calon peserta tersebut dalam perkawinan yang sah dan harmonis dan
telah dianugerahi sekurang-kurangnya 2 orang anak yang sehat rohani
dan jasmani
bila hanya mempunyai 2 orang anak, maka anak yang terkecil paling
sedikitumur sekitar 2 tahun
umur isteri paling muda sekitar 25 tahun
3) Kesehatan
Setiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat kesehatan, artinya
tidak ditemukan adanya hambatan atau kontraindikasi untuk menjalani
kontap. Oleh karena itu setiap calon peserta harus diperiksa terlebih
dahulu kesehatannya oleh dokter, sehingga diketahui apakah cukup sehat
untuk dikontap atau tidak.Selain itu juga setiap calon peserta kontap
harus mengikuti konseling (bimbingan tatap muka) dan menandatangani
formulir persetujuan tindakan medik (Informed Consent)
F.

Yang Dapat Menjalani

Tubektomi (MOW)
Usia lebih dari 26 tahun

Sudah punya anak cukup (2 anak), ank terkecil harus berusia minimal 5
(lima) tahun
Yakin telah mempunyai keluarga yag sesuai dengan kehendaknya
Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius
Ibu pasca persalinan
Ibu pasca keguguran
Vasektomi (MOP)
Untuk laki-laki subur sudah punya anak cukup (2 anak) dan istri beresiko
tinggi
G.

Yang Sebaiknya Tidak Menjalani


Tubektomi (MOW)

Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)

Menderita tekanan darh tinggi

Kencing manis (diabetes)

Penyakit jantung

Penyakit paru-paru

Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan (hingga harus dievaluasi)

Infeksi sistemik atau pelvik yang akut (hingga masalah itu


disembuhkan atau dikontrol)

Ibu yang tidak boleh menjalani pembedahan

Kurang pati mengenai keinginannya untuk fertilisasi di masa depan

Belum memberikan persetujuan tertulis


Vasektomi (MOP)

Infeksi kulit atu jamur di daerah kemaluan

Menderita kencing manis

Hidrokel atau varikokel yang besar

Hernia inguinalis

Anemia berat, ganguan pembekuan darah atau sedang menggunakan


antikoagulansia

H.

Waktu pelaksanaan
Tubektomi (MOW)

1.

Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional


klien tersebut tidak hamil

2.

Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi

3.

Pasca persalinan :

Minilap: di dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu

Laparoskopi: tidak tepat unntuk klie-klien pasca persalinan

4.

Pasca keguguran

Triwulan pertama: dalam wakru 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi
pelvik) minilap atau laparoskopi)

Triwulan kedua: dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi
pelvik (minilap saja)
Vasektomi (MOP)

1.

Tidak ada batasan usia, dapat dilaksanakan bila diinginkan. Yang


penting sudah memenuhi syarat sukarela, bahagia, dan kesehatan.

2.

Istri beresiko tinggi

I.

Tempat Pelayanan

a.

Tubektomi (MOW)
Rumah sakit. Jika ada keluhan, pemakai harus ke Rumah Sakit

b.

Vasektomi (MOP)
Rumah Sakit, puskesmas dan klinik KB
J.

Persiapan Sebelum Tindakan

Tubektomi (MOW)
Hal-hal yang perlu dilakukan oleh calon peserta kontap wanita adalah:
1.

Puasa mulai tengah malam sebelum operasi, atau sekurang-kurangnya


6 jam sebelum operasi. Bagi calon akseptor yang menderita Maag
(kelaianan lambung agar makan obat maag sebelum dan sesudah puasa

2.

Mandi dan membersihkan daerah kemaluan dengan sabun mandi


sampai bersih, dan juga daerah perut bagian bawah

3.

Tidak memakai perhiasan, kosmetik, cat kuku, dll

4.

Membawa surat persetujuan dari suami yang sudah ditandatangani


atau di cap jempol

5.

Menjelang operasi harus kencing terlebih dahulu

6.

Datang ke rumah sakit tepat pada waktunya, dengan ditemani anggota


keluarga; sebaiknya suami.
Vasektomi (MOP)

Hal-hal yang perlu dilakukan oleh calon peserta kontap pria adalah:
1.

Tidur dan istirahat cukup

2.

Mandi dan memebersihkan daerah sekitar kemaluan

3.

Makan terlebih dahulu sebelum berangkat ke klinik

4.

Datang ke klinik tempat operasi dengan pengantar

5.

Jangan lupa membawa surat persetujuan isteri yang ditandatangani


atau cap jempol

K.

Perawatan Setelah Tindakan


Tubektomi (MOW)

1.

Istirahat selama 1-2 hari dan hindarkan kerja berat selama 7 hari

2.

kebersihan harus dijaga terutama daerah luka operasi jangan sampai


terkena air selama 1 minggu (sampai benar -benar kering)

3.

Makanlah obat yang diberikan dokter secara teratur sesuai petunjuk

4.

senggama boleh dilakukan setelah 1 minggu, yaitu setelah luka operasi


kering. Tetapi bila tubektomi dilaksanakansetelah melahirkan atau
kegugurang, senggama baru boleh dilakukan setelah 40 hari
Vasektomi (MOP)

1.

Istirahat selama 1-2 hari dan hindarkan kerja berat selama 7 hari

2.

Jagalah kebersihan dnegan membersihkan diri secara teratur dan jaga


agarluka bekas operasi tidak terkena air atau kotoran

3.

Makanlah obat yang diberikan dokter secara teratur sesuai petunjuk

4.

Pakailah celana dalam yang kering dan bersih, dan jangan


lupamenggantinya setiap hari

5.

Janganlah bersenggama bila luka belum sembuh. Boleh berhubungan


seksual setelah tujuh hari setelah operasi. Bila isteri tidakmenggunakan
alat kontrasepsi, senggama dilakuakn dengan memakai kondom sampai 3
bulan setelah operasi.

BAB III
PENUTUP
I.

Kesimpulan

Keluarga Berencana (KB) adalah istilah yang mungkin sudah lama anda
kenal. KB artinya mengatur jumlah anak sesuai kehendak Anda, dan
menentukan sendiri kapan Anda ingin hamil. Bila Anda memutuskan untuk
tidak segera hamil sesudah menikah, Anda bisa ber-KB. Layanan KB di
seluruh Indonesia sudah cukup mudah diperoleh. Ada beberapa metoda
pencegahan kehamilan, atau penjarangan kehamilan, atau kontrasepsi,
bisa Anda pilih sendiri.
Tak seorang pun boleh memaksa Anda mengikuti program KB. tak
seorang pun bisa menggunakan alat KB tertentu bila itu bukan pilihan
Anda. Tetapi kalau alat yang Anda pilih bisa membahayakan diri Anda
sendiri atau, memperparah penyakit yang sudah anda derita, pekerja
kesehatan mungkin menyarankan alat lain yang mungkin lebih aman.
Meskipun tidak ada paksaan, bila Anda telah mengerti risiko-risiko yang
mengancam kesehatan atau bahkan keselamatan Anda sendiri
sehubungan dengan kehamilan dan persalinan, selayaknya Anda
mengikuti program KB atas kesadaran sendiri.
Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki kesehatan dan
kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa, Mengurangi angka
kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa, Memenuhi
permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR yang berkualitas,
termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak
serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.
Umumnya perempuan yang menghendaki pembatasan jumlah anak
adalah perempuan yang sudah punya kesempatan belajar dan mencari
nafkah sendiri, serta statusnya cukup setara dengan laki-laki dalam
masyarakatnya.

II.

Saran
Jutaan perempuan di seluruh dunia selama ini sudah menggunakan
metoda KB yang kami paparkan dalam halaman-halaman sebelumnya.
Malahan metoda-metoda itu lebih aman ketimbang hamil dan bersalin.
Bila Anda memilih untuk tetap ber-KB. Sebagian perempuan
menginginkan banyak anak khususnya di tengah-tengah masyarakatmasyarakat yang miskin, tak memperoleh pembagian tanah yang adil,
sumber daya kurang, dan keuntungan social tipis. Anak-anak membantu

pekerjaan orang tua sehari-hari, dan merawat mereka di usia lanjut. Di


banyak tempat, jumlah anak yang sedikit dianggap sebagai kemewahan
(hanya orang tua yang berkecukupan saja yang mampu mengurangi
jumlah anak).
Tetapi sebagian perempuan lain menganggap bahwa banyaknya anak
justru makin memiskinkan keluarga, dan mempersualit pengentasan nasib
mereka. Banyak orang tua yang sedih dan menyesal karena kebanyakan
anak, tidak mampu memberi mereka penghidupan yang layak. tidak
mampu menyekolahkan mereka sampai jenjang yang tinggi, dan
akibatnya anak-anak mereka itu tak mendapat peluang memperbaiki
generasi mereka.
Yang jelas, tidak peduli di manapun (dalam masyarakat apapun) Anda
berada, Anda akan lebih sehat, dan melahirkan anak-anak yang jauh lebih
sehat, bila Anda memegang kendali atas penentuan berapa banyak anak
yang akan anda miliki, dan kapan akan hamil.
Mungkin Anda sudah mengalami sendiri desakan-desakan dari segala
penjuru untuk ber-KB atau sebaliknya agar jangan ber-KB. Memang
nasihat-nasihat orang lain bisa diambil manfaatnya, tetapi mau ber-KB
atau tidak, sepenuhnya adalah keputusan Anda sendiri. Kalau Anda sudah
mengambil keputusan akan ber-KB, kini tiba saatnya memilih metoda
yang paling cocok. Agar Anda mampu memilih dengan tepat, Anda harus
mempelajari keuntungan dan kerugian setiap metoda terlebih dahulu.

DAFTAR PUSTAKA

Prawihardjo, Sarwono. 2006.

Buku panduan praktis pelayanan

kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

http://posyandu.org/mow-dan-mop.html

Metode Operasi Wanita (MOW) / tubektomi


2.1 Metode Operasi Wanita (MOW)
Metode ini merupakan metode untuk sekitar 23 % pasangan di inggris (FPA 2000f).
meskipun secara teknis prosedur sterilisasi mungkin bersefat reversible, prosedur ini

sebaiknya dipandang sebagai metode kontrasepsi permanen. Pasangan perlu melakukan


kontrasepsi secara cermat dan menyeluruh untuk memastikan bahwa mereka telah
mempertimbangkan semua kemungkinan akhir, termasuk kemungkinan terjadinya perubahan
dalam kondisi keluarga, dan menerima sifat permanen prosedur tersebut. Meskipun
persetujuan dari pasangan tidak diperlukan, konseling bersama untuk kedua pasangan
sebaiknya dilakukan. Operasi tersedia untuk kedua jenis kelamin di bawah. NHS, tetapi
daftar tunggunya mungkin panjang. Dengan menggunakan teknik yang biasa digunakan,
sterilisasi pada wanita maupun pria mengakibatkan perubahan hormonal. Penurunan libido
dapat timbul karena alas an psikologis, tetapi beberapa pasangan merasakan kebebasan dari
rasa takut yang besar.
Sterilisasi wanita
Tuba uterine ditutup dengan menggunakan teknik pemisahan dan pengikatan,
pemasangan klip atau cincin, diatermi atau terapi laser. Metode modern bertujuan
menimbulkan kerusakan jaringan yang minimal sehingga ismus menjadi pilihannya (dengan
diameter statisnya) karena dapat meningkatkan kesempatan kembalinya ke kondisi semula.
Operasi yang dilakukan dibawah pengaruh anestesi local ataupun umum, dapat dilakukan
secara laparotomi, minilaparotomi, atau laparoskopi. Kemajuan prosedur terbaru mencakup
metode non-pembedahan yang menutup tuba dengan menggunakan histeroskop, yang tidak
menimbulkan jaringan parut (SZAREWSKI & GUILLEBAUD 2000).
Angka kegagalan. Angka kegagalan sekitar 1 diantara 200, yang tergantung pada
metode yang digunakan (FPA2000e).
Pertimbangan penting. Efek kerja dapat segera terasa, meskipun wanita dapat
disarankan untuk tetap menggunakan kontrasepsi hingga periode menstruasi berikutnya untuk
menjaga kemungkinan ovulasi telah terjadi sebalum operasi dilakukan. Untuk alsan ini,
beberapa wanita diminta untuk pantang koitus selama 7 hari sebelum prosedur.
Jika terjadi kegagalan, terjadi peningkatan kehamilan ektopik (Glasier 1995), dan
wanita sebaiknya dianjurkan untuk mencari bantuan medis dengan segera jika mereka
menduga terjadinya kehamilan setelah sterilisasi.
Pertimbangan pascapartum. Hepburn (1995) menyatakan bahwa sterilisasi wanita pasca
partum segera dapat dihubungkan dengan peningkatan resiko terjadinya tromboembolisme
dan penyesalan. Hal tersebut menekankan kebutuhan terhadap konseling yang menyeluruh
sebelum dilakukan prosedur. Guillebaud (1999) menyarankan akan lebih tepat untuk
melakukan sterilisasi laparoskopi setelah 12 minggu.

2.2 Profil
Sangat efektif dan permanen
Tindak pembedahan yang aman dan sederhana
Tidak ada efek samping
Konseling dan inform consent mutlak diperlukan
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan)
seorang perempuan secara permanen.
2.3 Jenis
Minilaparotomi
Laparoskopi
2.4 Mekanisme Kerja
Dengan mengoklusi tuba falopii (meningkat dan memotong atau memasang cincin),
sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
2.5 Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan

Sangat efektif (0,2-4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan)

Permanen

Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding).

Tidak bergantung pada factor senggama

Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kesehatan yang serius.

Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi local

Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.

Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormone ovarium).
Kerugian

Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan
kembali), kecuali dengan operasi rekanalisasi.

Klien dapat menyesal di kemudian hari.

Risiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi umum).

Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan.

Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan dokter spesialis ginekologi atau dokter
spesialis bedah untuk proses laparoskopi).

Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS.

2.6 Indikasi dan Kontra Indikasi


Indikasi

Usia > 26 tahun

Paritas > 2

Yang telah mempunyai besar keluarga sesuai dengan kehendaknya

Pada kehamilan akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius

Pascapersalinan

Pascakeguguran

Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini.

Keadaan yang memerlukan kehati-hatian


Keadaan masalah medis yang signifikan (misalnya penyakit jantung atau pembekuan
darah, RJP sebelumnya/sekarang, obesitas, diabetes) anjurannya klien dengan masalah medis
yang signifikan menghendaki penatalaksanaan lanjutan dan bedah yang khusus. Misalnya
prosedur ini harus dilakukan di rumah sakit tipe A atau B atau fasilitas swasta dan bukan
sebuah ambulatory facity. Bila memungkinkan masalah-masalah medis yang segnifikan
sebaiknya dikontrol sebelum proses pembedahan.
Keadaan tunggal dan atau tanpa anak sama sekali. Anjuran nasihat yang sangat hati-hati
dna membutuhkan waktu tambahan untuk mengambil keputusan yang bijak. Bantulah klien
untuk memilih metode lain , bila perlu.
Kontraindikasi

Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)

Perdarahan vagunal yang belum dijelaskan (hingga harus dievaluasi).

Infeksi sistemik atau pelvic yang akut (hingga masalah itu disembuhkan atau dikontrol).

Tidak boleh menjalani proses pembedahan

Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas masa depan

Belum member persetujuan tertulis.

2.7 Waktu tang tepat melakukan Metode Operasi Wanita (MOW)

Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tersebut tidak
hamil

Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)

Pascapersalinan

Minilap : di dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu

Laparoskopi : tidak tepat untuk klien-klien pascapersalinan.

Pascakeguguran

Triwulan pertama : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvic (minilap atau
laparoskopi)

Triwulan kedua : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvic (minilap saja)

2.8 Cara Sterilisasi Tubektomi


1. Saat Operasi :
Tubektomi dapat dilakukan pasca keguguran, pasca persalinan atau masa interval. Sesudah
suatu keguguran, tubektomi dapat langsung dilakukan. Dianjurkan agar tubektomi pasca
persalinan sebaiknya dilakukan dalam 24 jam, atau selambat-lambatnya dalam 48 jam setelah
bersalin. Tubektomi pasca persalinan lewat 48 jam akan dipersulit oleh edema tuba, infeksi,
dan kegagalan. Edema tuba akan berkurang setelah hari ke 7 10 pasca persalinan.
Tubektomi setelah hari itu akan lebih sulit dilakukan karena alat-alat genital telah mengecil
dan berdarah.
2. Cara Mencapai Tuba

Laparatomi :
Cara mencapai tuba melalui laparatomi biasa, terutama pada masa pasca persalinan.

Minilaparatomi :
Laparatomi khusus untuk tubektomi ini paling mudah dilakukan 1 2 hari pasca persalinan.
Uterus yang masih besar, tuba yang masih panjang, dan dinding perut yang masih longgar
memudahkan mencapai tuba dengan sayatan kecil sepanjang 1 2 cm di bawah pusat.

Laparoskopi :
Pasien dengan sikap Litotomi-Kanula Robin dipasang pada kanalis servikalis dan bibir depan
serviks dijepit dengan tenakulum bersama-sama. Pemasangan alat-alat ini dimaksudkan untuk
mengemudikan uterus selagi operasi dilakukan.

Kuldoskopi :
Pasien dengan posisi nungging ( posisi genupektoral ) dan setelah spekulum dimasukkan dan
bibir belakang serviks uteri dijepit dan uteres ditarik keluar dan agak ke atas. Dilakukan
fungsi dengan jarum tauhy di belakang uteres, dan melalui jarum tersebut udara masuk dan
usus-usus terdorong ke rongga perut. Setelah jarum diangkat, lubang diperbesar, sehingga
dapat dimasukkan kuldeskop. Melalui kuldeskop dilakukan pengamatan adneksa dan dengan
lunam khusus tuba dijepit dan ditarik keluar untuk dilakukan penutupan.

Kolpotomi Posterior :
Pasien dalam posisi litotomi. Dinding belakan vagina dijepit pada jarak 1 dan 3 cm dari
serviks dengan 2 buah cunam. Lipatan dinding vagina diantara kedua jepitan itu digunting
sekaligus sampai menembus peritoneum. Lubang sayatan diperlebar dengan dorongan
spekulum soonawalla. Tuba dapat langsung terlihat atau dipancing dan ditarik keluar. Mukosa
vaginadan peritoneum dijahit secara jelujur, bersama atau dijahit sendiri-sendiri, lama
perawatan 2-3 hari, sedang anestesi yang dipakai ialah umum atau spinal.

Ovarektomi
Atau salpingo-oophorektomi mengakibatkan sterilsasi tapi seperti pada radiasi
mengakibatkan menopause, sehingga tidak lagi dibenarkan untuk tujuan sterilisasi.

Hysterektomi
Di beberapa Negara hysterektomi banyak dilakukan untuk sterilisasi. Dengan cara ini dapat
pula dihilangkan kemungkinan suatu proses ganas dari uterus. Sebaliknya para wanita tidak
akan mengalami haid lagi.
Di samping itu perlu dipikirkan akibat kehilangan uterus secara psikologis. Kepercayaan
yang umum dikalangan wanita kita ialah bahwa seorang wanita tidak sempurna apabila telah
kehilangan uterus.

Reseksi cornui
Sudut tuba (pars interstitialis) dipotong dan dinding uterus ditutup kembali. Kegagalan agak
tinggi kurang lebih 2.8%

Tubektomi

Atau salpingektomi masih sering dilakukan terutama apa bila kita sedang melakukan
laparotomi. Keuntungan dari cara ini ialah bahwa tidak mungkin lagi terjadi kegagalan,
dengan kata lain pregnancy rate adalah nol.
Sebaliknya ada laporan-laporan dalam kepustakan bahwa ada pendarahan dari uterus setelah
tubektomi bilateral. Rupanya mungkin cabang-cabang art. Ovarica ke ovarium terikat
sehingga terjadi atrofi dari ovarium.

Fimbriektomicara
Cara ini dilaporkan oleh Kroener pada tahun 1967. Dasar pemikiran cara ini ialah bahwa
fimbriae sangat berguna untuk menangkap ovum dan menyalurkannya ke arah tuba.
Pengikatan tuba dekat fimbriae dan pemotongan fimbriae adalah relatif mudah dan ternyata
memberikan hasil yang sangat memuaskan. Kegagalan dilaporkan hanya sekitar 0,2% .

3. Cara Penutupan Tuba

Cara Pameroy :
Tuba dijepit kira-kira pada pertengahannya, kemudian diangkat sampai melipat. Dasar lipatan
diikat dengan sehelai catqut biasa No. 0 atau No. 1. Lipatan tuba dipotong diatas lipatan
catqut tadi.

Cara Kroener :
Fimbria dijepit dengan sebuah klem. Bagian tuba proksimal dari jepitan diikat dengan sehelai
benang sutera atau dengan catgut yang tidak mudah diabsorsi.

Bagian tuba distal dari jepitan dipotong ( fimbriektomi ).

Cara Irving :
Tuba dipotong pada pertengahan panjangnya setelah kedua ujung potongan diikat dengan
cutgut kromik No.0 atau 00. Ujung potongan proksimal di tanamkan di dalam miometrium
dinding depan uterus. Ujung potongan distal ditanamkan di dalam ligamentum latum.

Pemasangan Cincing Falope :


Cincin Falope (Toon Ring) terbuat dari silikon. Dengan aplikator bagian ismus tuba ditarik
dan cincin dipasang pada bagian tuba tersebut.

Pemasangan Klip:
Klip filshie mempunyai keuntungan dapat digunakan pada tuba yang edema. Klip tidak
memperpendek panjang tuba, maka rekanalisasi lebih mungkin dikerjakan.

4. Radiasi
Penyinaran dengan rontgen, radium, cobalt, cesium dan sebagainya mengakibatkan
kerusakan jaringan ovarium dan dengan demikian tidak akan terjadi ovulasi. Kerugiannya
ialah bahwa ovarium tidak lagi membuat hormone-hormon, sehingga wanita masuk dalam
menopause. Berhubungan dengan ini, radiasi tidak lagi dibenarkan untuk sterlisasi, kecuali
pada keadaan yang sangat terbatas.
5. Ligasi Tuba
Ligasi (pengikatan) tuba dan pemotongan sebagian tuba merupakan cara yang paling sering
dilakukan.
Berbagai cara telah diajukan oleh ahli-ahli di luar negeri antara lain :
a.

Cara Madlener
Tuba diikat pada 2 tempat sehingga merupakan loop . Pengikatan dilakukan dengan
benang sutera setelah tuba dijepit kuat-kuat dengan klem.
Mula-mula dikira bahwa cara ini reversible apabila ikatan sutera dibuka. Ternyata
emikibahwa dugaan ini meleset.
Kerugian cara ini ialah bahwa kita meninggalkan benda asing dalam rongga perut
sehingga mungkin menimbulkan perlekatan. kegagalan kurang lebih 1.4%

b.

Cara Pomeroy :
Mula-mula dianjurkan oleh Pameroy sebagai suatu cara untuk sterilisasi setelah wanita
melahirkan anak dimana uterus masih besar.
Operasi ini biasanya dilakukan 24-48 jam postpartum. Dengan demikian irisan pada kulit
kecil.
Irisan kulit pada umumnya setinggi fundus uteri tapi dapat pula dibawah pusat melintang
apabila dilakukan 1-2 hari postpartum.
Irisan ini besarnya 1-2 cm.
Tuba dicari dan ditarik, di tengah-tengah loop dari tuba ini mesosalpinx ditembus dan
tuba diikat pada 2 tempat setelah itu ujung loop tuba dipotong.
Apabila terjadi retraksi karena involusi uterus, kedua ujung tuba akan berjauhan. Jadi
kalau terjadi rekanalisasi atau ujung-ujung tuba bocor, kemungkinan ovum meneruskan
perjalanan ke ujung yang lain adalah kecil sekali.
Dengan cara ini kegagalan kurang lebih 0.3% . Cara ini pula sering dilakukan waktu SC.
Ternyata kemudian bahwa methode ini dapat dilakukan pada uterus bukan postpartum dengan
hasil yang baik; sehingga sekarang cara ini dilakukan pula pada wanita postabortum dan
dalam masa interval ( di luar kehamilan) .

c.

Cara Uchida :
Sebenarnya merupakan modifikasi dari Pomeroy. Dalam mesosalpix disuntikkan sedikit
cairan garam fisiologis kemudian mesosalpix diiris. Sebagian kecil tuba dibuang kemudian
ujung proximal ditutup dengan peritoneum sedangkan ujung distal dibiarkan diluar.
Dengan demikian tidak mungkin ada passage antara kedua ujung tuba. Kegagalan
dengan cara ini 0%.

d. Cara Irving :
Tuba 1/3 proximal dibuang 2-3 cm. ujung proximal ditanam dalam myometrium.
Sedangkan ujung distal ditanam dalam ligamentum latum. Kegagalan 0%.
e.

Cara Aldridge :
Peritoneum ligamentum latum dibuka dan ujung tuba dengan fimbriae ditanam dalam
ligamentum. Agaknya cara ini reversible.

6. Tubektomi Dengan Cauterisasi


Belakangan ini telah dicoba mengadakan cauterisasi dari tuba sehingga posage tuba
tertutup. Keuntungan cara ini ialah bahwa tidak perlu dilakukan incise yang lebar, cukup
melalui lubang yang kecil.
Di samping itu jarang akan terjadi perdarahan. Kerugiannya ialah bahwa mungkin
percikan api melompat pada alat-alat lain misalnya rectum atau kandung kencing dan dapat
menyebabkan perforasi. Berhubung bahaya ini akhir-akhir ini cara cauterisasi mulai
ditinggalkan.
2.9 Komplikasi dan penanganannya
komplikasi
Infeksi tuba

Penanganan
Apabila infeksi luka, obat dengan
antibiotic. Bila terdapat abses, lakukan
o

Demam pascaoperasi (>38 C).

drainase dan obati seperti terindikasi.


Obat infeksi berdasarkan apa yang

Luka pada kandung kemih, intestinal ditemukan.


(jarang terjadi).

Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat.


Apabila kandung kemih atau usus luka
dan siketahui sewaktu ada operasi,
lakukan preparasi primer. Apabila
ditemukan pasca operasi, dirujuk ke

rumah sakit yang tepat bila perlu.


Gunakan packs yang hangat dan

Hematoma (subtukan)

lembab di tempat tersebut. Amati ; hal


ini biasanya akan berhenti dengan
berjalannya

waktu

tetapi

dapat

membutuhkan drainase bila ekstensif.


Emboli gas yang diakibatkan oleh Ajukan ke tingkat asuhan yang tepat
laparoskopi (sangat jarang terjadi)

dan

mulailah

resusitasi

inefektif,

termasuk : cairan intravena, resusitasi


kardio
Rasa

sakit

pada

pulmonary,

dan

tindakan

penunjang kehidupan lainnya.


laparoskopi Pastikan adanya infeksi atau abses dan

pembedahan
obati berdasarkan apa yang ditemukan.
Perdarahan superficial (tepi-tepi kulit Mengontrol perdarahan dan obati
atau subkutan)

2.10

berdasarkan apa yang ditemukan.

Instruksi Pada Klien Setelah Sterilisasi

Jagalah luka operasi tetap kering hingga pembalut dilepaskan. Mulai lagi aktivitas normal
secara bertahap (sebaiknya dapat kembali ke aktivitas normal di dalam waktu 7 hari setelah
pembedahan).
Hindari hubungan intim sehingga merasa cukup nyaman. Setelah mulai melakukan hubungan
inim, hentikanlah bila perasaan kurang nyaman.
Hindari mengangkat benda-benda berat dan bekerja keras selama 1 minggu.
Kalau sakit, minumlah 1 atau 2 tablet analgesic (atau penghilang rasa sakit) setiap 4 hingga 6
jam.
Jadwalkan sebuah kunjungan pemeriksaan secara rutin antara 7 dan 14 hari setelah
pembedahan. (petugas akan member I tahu tempat layanan ini akan diberikan).
Kembalilah setiap waktu apabila anda menghendaki perhatian tertentu, atau tanda-tanda
symptom-simptom yang tidak biasa.
Nyeri bahu selama 12-24 jam setelah laparoskopi relative lazim terjadi karena gas (CO2 atau
udara ) dibawah diafragma, sekunder terhadap pneumoperitonium.
Tubektomi efektif setelah operasi

Periode menstruasi akan berlanjut seperi biasa. (apabila mempergunakan metode hormonal
sebelum prosedur, khususnya PK atau KSK, jumlah dan durasi haid dapat meningkat setelah
pembedahan).
Tubektomi tidak memberikan perlindungan atas IMS, termasuk virus AIDS. Apabila
pasangan berisiko, pasangan tersebut sebaiknya menggunakan kondom bahkan setalah
tubektomi.

Anda mungkin juga menyukai