Disusun Oleh :
1. Dinda Putri Auriel (P00340219008)
2. Ervika Gustina (P00340219009)
3. Ester Naumi (P00340219010)
4. Fitrahtul Hayana (P00340219011)
5. Hariani Dini (P00340219012)
6. Heti Anggela (P00340219013)
7. Ike Deva Andela (P00340219014)
8. Indah Damai Yanti (P00340219015)
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah Gawat darurat maternal
dan neonatal
Makalah ini kelompok susun untuk melengkapi tugas mata kuliah Pengantar
Asuhan Kebidanan. Kelompok mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kelompok menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
setiap pihak diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang
bersifat membangun. Guna dapat memperbaiki pembuatan makalah-makalah
selanjutnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
JUDUL ........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Robekan Jalan Lahir............................................................................6
B. Penyebab Robekan Jalan Lahir .............................................................................9
C. Tanda dan Gejala Robekan Jalan Lahir ..............................................................10
D. Patofiologis Robekan Jalan Lahir........................................................................11
E. Penatalaksanaan Robekan Jalan Lahir.................................................................12
F. Komplikasi Robekan Jalan Lahir........................................................................14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................16
B. Saran....................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat persalinan merupakan saat-saat yang paling ditunggu-tunggu oleh para ibu
namun, ini juga merupakan saat yang paling meneganggangkan dimana pada saat itu ibu
harus berjuang hidup dan mati demi kelahiran sang bayi. Setiap ibu yang melahirkan
pasti menginginkan kelahiran yang normal, sehingga sang ibu bisaseakan menjadi ibu
yang seutuhnya.
Pada saat persalinan ibu memiliki resiko terjadinya perdarahan bisa akibat
robekan jalan lahir (biasanya robekan serviks/leher rahim), atau karena kontraksi rahim
kurang baik (atonia uteri). Jika ibu mengalami perdarahan pasca bersalin sebaiknya ibu
harus di beri penanganan khusus apalagi jika perdarahan tersebut terjadi begitu banyak
karena ini bisa mengakibatkan kematian ibu. Penanganan setiap keadaan (robekan jalan
lahir atau atonia uteri), memerlukan pengelolaan yang berlainan. apabila ternyata
perdarahan yang terjadi bukan akibat robekan jalan lahir, maka harus diperiksa kembali
plasentanya apakah sudah lahir atau belum. Perdarahan pada kala III (kala uri) sebelum
atau sesudah lahirnya plasenta, merupakan penyebab utama kematian ibu bersalin. Salah
satu upaya mengatasi perdarahan pasca persalinan ini adalah dengan obat. "amun bila
perdarahan terjadi sebelum plasenta lahir (retensia plasenta), bidan harus segera minta
pertolongan dokter rumah sakit terdekat.
Untuk mengurangi adanya luka yang tidak bagus pasca persalinan biasanya bidan
akan melakukan episiotomi, tujuan melakukan episiotomy ini adalah untuk memperlebar
jalan lahir sehingga mempermudah persalinan pervaginam. "amun episiotomi tidak boleh
dilakukan rutin tapi hanya pada ibu dengan indikasi tertentu saja yang boleh dilakukan
tindakan episiotomi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Robekan Jalan Lahir ?
2. Bagaimana Penyebab Robekan Jalan Lahir ?
3. Bagaimana Tanda dan Gejala Robekan Jalan Lahir ?
4. Bagaimana Patofiologis Robekan Jalan Lahir ?
5. Bagaimana Penatalaksanaan Robekan Jalan Lahir ?
6. Bagaimana Komplikasi Robekan Jalan Lahir ?
4
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Robekan Jalan Lahir
2. Untuk mengetahui Penyebab Robekan Jalan Lahir
3. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Robekan Jalan Lahir
4. Untuk mengetahui Patofiologis Robekan Jalan Lahir
5. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Robekan Jalan Lahir
6. Untuk mengetahui Komplikasi Robekan Jalan Lahir
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Robekan Jalan Lahir
Robekan jalan lahir adalah terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput
dara, serviks, portio septum rektovaginalis akibat dari tekanan benda tumpul
(Wiknjosastro, Sarwono : 178)
Robekan jalan lahir adalah robekan yang selalu memberikan perdarahan dalam
jumlah yang bervariasi banyaknya yang berasal dari perineum, vagina serviks, dan
uterus. (ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan KB untuk pendidikan bidan : 308)
robekan jalan lahir meliputi robekan 1agina, robekan Perineum, robekan Serviks dan
rupture Uteri.
1. Robekan Vagina
Robekan atau laserasi yang sampai pada daerah vagina dan cenderung
mencapai dinding lateral dan jika cukup dalam dapat mencapai levator ani. Kadang
juga dapat mengakibatkan cedera tambahan pada bagian atas saluran vagina, dekat
spina iskiadika.
Perlukaan pada dinding depan vagina sering kali terjadi terjadi di sekitar
orifisium urethrae eksternum dan klitoris. Perlukaan pada klitoris dapat menimbulkan
perdarahan banyak. Kadang-kadang perdarahan tersebut tidak dapat diatasi hanya
dengan jahitan, tetapi diperlukan penjepitan dengan cunam selama beberapa hari.
Robekan pada vagina dapat bersifat luka tersendiri, atau merupakan lanjutan
robekan perineum. robekan vagina sepertiga bagian atas umumnya merupakan
lanjutan robekan serviks uteri. Pada umumnya robekan vagina terjadi karena regangan
jalan lahir yang berlebih-lebihan dan tiba-tiba ketika janin dilahirkan. Baik kepala
maupun bahu janin dapat menimbulkan robekan pada dinding vagina. Kadang-kadang
robekan terjadi akibat ekstrasi dengan forceps. Bila terjadi perlukaan pada dindin
vagina , akan timbul perdarahan segera setelah jalan lahir. Diagnose ditegakan dengan
mengadakan pemeriksaan langsung.
Untuk dapat menilai keadaan bagian dalam vagina, perlu diadakan
pemeriksaan dengan speculum. Perdarahan pada keadaan ini umumnya adalah
perdarahan arterial sehingga perlu dijahait. Penjahitan secara simpul dengan benang
catgut kromik no.0 atau 00, dimulai dari ujung luka sampai luka terjahit rapi.
6
Pada luka robek yang kecil dan superfisal, tidak diperlukan penangan khusus
pada luka robek yang lebar dan dalam, perlu dilakukan penjahitan secara terputus-
putus atau jelujur.
Bisanya robekan pada vagina sering diiringi dengan robekan pada vulva
maupun perinium. Jika robekan mengenai puncak vagina, robekan ini dapat melebar
ke arah rongga panggul, sehingga kauum dougias menjadi terbuka. Keadaan ini
disebut kolporelasis. Kolporeksis adalah suatu keadaan dimana menjadi robekan pada
vagina bagian atas, sehingga sebagian serviks uteri dan sebagian uterus terlepas dari
vagina.
2. Robekan Perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutnya. robekan perineum umumnya terjadi di garis
tengan dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis
lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran
yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito bregmatika.
Perinium merupakan kumpulan berbagai jaringan yang membentuk perinium.
terletak antara vulva dan anus, panjangnya kira-kira 5 cm. Jaringan yang terutama
menopang perinium adalah diafragma pelvis dan urogenital. Diafragma pelvis terdiri
dari muskulus levator ani dan muskulus koksigis di bagian posterior serta selubung
fasia dari otot-otot ini. Muskulus levator ani membentuk sabuk otot yang lebar
bermula dari permukaan posterior ramus phubis superior, dari permukaan dalam spina
ishiaka dan dari fasia obturatorius. Serabut otot berinsersi di sekitar vagina dan
rektum, membentuk sfingter yang efisien untuk keduanya, pada persatuan garis
tengah antara vagina dan rektum, pada persatuan garis tengah di bawah rektum dan
pada tulang ekor. Diafragma urogenitalis terletak di sebelah luar diafragma pelvis,
yaitu di daerah segitiga antara tuberositas iskial dan simpisis phubis. Diafragma
urogenital terdiri dari muskulus perinialis transversalis profunda, muskulus
konstriktor uretra dan selubung fasia interna dan eksterna. Persatuan antara mediana
levatorani yang terletak antara anus dan vagina diperkuat oleh tendon sentralis
perinium, tempat bersatu bulbokavernosus, muskulus perinialis transversalis
superfisial dan sfingter ani eksterna. Jaringan ini yang membentuk korpus perinialis
dan merupakan pendukung utama perinium, sering robek selama persalinan, kecuali
dilakukan episiotomi yang memadai pada saat yang tepat. Infeksi setempat pada luka
episiotomi merupakan infeksi masa puerperium yang paling sering ditemukan pada
7
genetalia eksterna. luka perinium adalah perlukaan yang terjadi akibat persalinan pada
bagian perinium dimana muka janin menghadap. luka perinium, dibagi atas 5
tingkatan :
a. Tingkat I : robekan hanya pada selaput lender vagina dengan atau tanpa mengenai
kulit perinium
b. Tingkat II : robekan mengenai selaput lender vagina dan otot perinea ransversalis,
tetapi tidak mengenai spingter ani
c. Tingkat III : robekan mengenai seluruh perinium dan otot spingter ani
d. Tingkat IV : robekan sampai mukosa rectum
3. Robekan Serviks
robekan yang terjadi pada persalinan yang kadang-kadang sampai ke forniks, robekan
biasanya terdapat pada pinggir samping serviks malahan kadang-kadang sampai ke
SBR dan membuka parametrium.(UNPAD, 1984:219)
4. Rupture Uteri
Rupture uteri merupakan peristiwa yang paling gawat dalam bidang kebidanan
karena angka kematiannya yang tinggi. Janin pada ruptur uteri yang terjadi di luar
rumah sakit sudah dapat dipastikan meninggal dalam kavum abdomen. ruptura uteri
masih sering dijumpai di Indonesia karena persalinan masih banyak ditolong oleh
dukun. Dukun seagian besar belum mengetahui mekanisme persalinan yang benar,
sehingga kemacetan proses persalinan dilakukan dengan dorongan pada fundus uteri
dan dapat mempercepat terjadinya rupture uteri.
Ruptura uteri adalah robekan atau diskontinuitas dinding rahim akiat
dilampauinya daya regang mio metrium. Penyebab ruptura uteri adalah disproporsi
janin dan panggul, partus macet atau traumatik. ruptura uteri termasuk salahs at
diagnosis banding apabila wanita dalam persalinan lama mengeluh nyeri hebat pada
perut bawah, diikuti dengan syok dan perdarahan pervaginam. robekan tersebut dapat
mencapai kandung kemih dan organ vital di sekitarnya.
Resiko infeksi sangat tinggi dan angka kematian bayi sangat tinggi pada kasus
ini. ruptura uteri inkomplit yang menyebabkan hematoma pada para metrium, kadang-
kadang sangat sulit untuk segera dikenali sehingga menimbulkan komplikasi serius
atau bahkan kematian. Syok yang terjadi seringkali tidak sesuai dengan jumlah darah
keluar karena perdarhan heat dapat terjadi ke dalam kavum abdomen. Keadaan-
keadaan seperti ini, sangat perlu untuk dawaspadai pada partus lama atau kasep.
8
Ruptur Uteri adalah robekan atau diskontinuita dinding rahim akibat
dilampauinya daya regang miomentrium. rupture uteri adalah robeknya dinding uterus
pada saat kehamilan atau dalam persalinan dengan atau tanpa robeknya perioneum
visceral.
9
g. Tumor yang menghalangi jalan lahir
h. Presentasi dahi atau muka
10
f. Perasaan ingin pingsan
g. Hematuri ( kadang-kadang kencing darah )
h. Perdarahan vagina ( kadang-kadang )
i. Tanda-tanda syok progresif
j. Kontraksi dapat berlanjut tanpa menimbulkan efek pada servik atau kontraksi
mungkin tidak dirasakan
k. DJJ mungkin akan hilang
11
b. Ruptur Uteri Trumatik
Terjadi pada persalinan, timbulnya ruptura uteri karena tindakan seperti ekstragksi
farsep, ekstraksi vakum, dll.
c. Rupture Uteri Pada Bekas Luka Uterus
Terjadinya spontan atau bekas seksio sesarea dan bekas operasi pada uterus.
12
g. Jika apeks sulit diraih dan diikat, pegang pegang apeks dengan forcep arteri atau
forcep cincin. Pertahankan forcep tetap terpasang selama 5 jam. Jangan terus
berupaya mengikat tempat pendarahan karena upaya tersebut dapat mempererat
pendarahan. Selanjutnya setelah 5 jam, buka forcep sebagian tetapi jangan
dikeluarkan.Setelah 5 jam berikutnya, keluarkan seluruh forcep.
3. Penjahitan Robekan Perineum derajat III dan IV
a. Jahit robekan diruang operasi.
b. Tinjau kembali prinsip perawatan umum.
c. Berikan dukungan dan penguatan emosional. Gunakan anastesi lokal dengan
lignokain. Gunakan blok pedendal, ketamin atau anastesi spinal. Penjahitan dapat
dilakukan menggunakn anastesi lokal dengan lignokain dan petidin serta diazepam
melalui IV dengan perlahan ( jangan mencampurdengan spuit yang sama ) jika
semua tepi robekan dapat dilihat, tetapi hal tersebut jarang terjadi.
d. Minta asisten memeriksa uterus dan memastikan bahwa uterus berkontraksi.
e. Periksa vagina, perinium, dan serviks secara cermat.
f. Untuk melihat apakah spingter ani robek dengan masukkan jari yang memakai
sarung tangan ke dalam anus
g. Ganti sarung tangan yang bersih, steril atau yang DTT
h. Oleskan larutan antiseptik kerobekan dan keluarkan materi fekal, jika ada.
i. Pastikan bahwa tidak alergi terhadap lignokain atau obat-obatan terkait.
j. Masukan sekitar 10 ml larutan lignokain 0,5% kebawah mukosa vagina, kulit
perineum dan ke otot perinatal yang dalam.
k. Pada akhir penyuntikan, tunggu selama dua menit kemudian jepit area robekan
denagn forcep. Jika ibu dapat merasakan jepitan tsb, tunggu dua menit algi
kemudian lakukan tes ulang.
l. Jahit rektum dengan jahitan putus-putus mengguanakan benang 3-0 atau 5-0
dengan jarak 0,5 cm untuk menyatukan mukosa.
m. Jika spingter robek pegang setiap ujung sfingter dengan klem Allis ( sfingter akan
beretraksi jika robek ). Selubung fasia disekitar sfingter kuat dan tidak robek jika
ditarik dengan klem. Jahit sfingter dengan dua atau tiga jahitan putus-putus
menggunakan benang 2-0.
n. Oleskan kembali larutan antiseptik kearea yang dijahit.
13
o. Periksa anus dengan jari yang memakai sarung tangan untuk memastikan
penjahitan rektum dan sfingter dilakukan dengan benar. Selanjutnya, ganti sarung
tangan yang bersih, steril atau yang DTT
p. Jahit mukosa vagina, otot perineum dan kulit.
14
4. Infeksi
Infeksi pada masa nifas adalah peradangan di sekitar alat genetalia pada kala
nifas. Perlukaan pada persalinan merupakan tempat masuknya kuman ke dalam tubuh
sehingga menimbulkan infeksi. 3engan ketentuan meningkatnya suhu tubuh melebihi
380 robekan jalan lahir selalu menyebabkan perdarahan yang berasal dari perineum,
vagina, serviks danrobekan uterus (rupture uteri).
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Robekan pada jalan lahir merupakan salah satu penyebab dari perdarahan post
partum. Robekan pada jalan lahir sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah multiparitas, CPD, partus presipitatus, partus lama, dan lain-lain.
Dengan penatalaksanaan yang tepat dari penolong diharapkan bisa mengurangi
terjadinya perdarahan yang bisa mengakibtkan kematian pada ibu.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalh ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca diperlukan untuk penulisan makalah
yang lebih baik untuk selanjutnya
16
DAFTAR PUSTAKA
17