Anda di halaman 1dari 17

GAWAT DARURAT MATERNAL DAN NEONATAL

“ROBEKAN JALAN LAHIR”

Disusun Oleh :
1. Dinda Putri Auriel (P00340219008)
2. Ervika Gustina (P00340219009)
3. Ester Naumi (P00340219010)
4. Fitrahtul Hayana (P00340219011)
5. Hariani Dini (P00340219012)
6. Heti Anggela (P00340219013)
7. Ike Deva Andela (P00340219014)
8. Indah Damai Yanti (P00340219015)

Dosen Pembimbing: Kurniyati, SST, M.Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMNKES BENGKULU
PRODI DIII KEBIDANAN CURUP
TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah Gawat darurat maternal
dan neonatal
Makalah ini kelompok susun untuk melengkapi tugas mata kuliah Pengantar
Asuhan Kebidanan. Kelompok mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kelompok menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
setiap pihak diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang
bersifat membangun. Guna dapat memperbaiki pembuatan makalah-makalah
selanjutnya.

Curup, Juli 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
JUDUL ........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Robekan Jalan Lahir............................................................................6
B. Penyebab Robekan Jalan Lahir .............................................................................9
C. Tanda dan Gejala Robekan Jalan Lahir ..............................................................10
D. Patofiologis Robekan Jalan Lahir........................................................................11
E. Penatalaksanaan Robekan Jalan Lahir.................................................................12
F. Komplikasi Robekan Jalan Lahir........................................................................14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................16
B. Saran....................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat persalinan merupakan saat-saat yang paling ditunggu-tunggu oleh para ibu
namun, ini juga merupakan saat yang paling meneganggangkan dimana pada saat itu ibu
harus berjuang hidup dan mati demi kelahiran sang bayi. Setiap ibu yang melahirkan
pasti menginginkan kelahiran yang normal, sehingga sang ibu bisaseakan menjadi ibu
yang seutuhnya.
Pada saat persalinan ibu memiliki resiko terjadinya perdarahan bisa akibat
robekan jalan lahir (biasanya robekan serviks/leher rahim), atau karena kontraksi rahim
kurang baik (atonia uteri). Jika ibu mengalami perdarahan pasca bersalin sebaiknya ibu
harus di beri penanganan khusus apalagi jika perdarahan tersebut terjadi begitu banyak
karena ini bisa mengakibatkan kematian ibu. Penanganan setiap keadaan (robekan jalan
lahir atau atonia uteri), memerlukan pengelolaan yang berlainan. apabila ternyata
perdarahan yang terjadi bukan akibat robekan jalan lahir, maka harus diperiksa kembali
plasentanya apakah sudah lahir atau belum. Perdarahan pada kala III (kala uri) sebelum
atau sesudah lahirnya plasenta, merupakan penyebab utama kematian ibu bersalin. Salah
satu upaya mengatasi perdarahan pasca persalinan ini adalah dengan obat. "amun bila
perdarahan terjadi sebelum plasenta lahir (retensia plasenta), bidan harus segera minta
pertolongan dokter rumah sakit terdekat.
Untuk mengurangi adanya luka yang tidak bagus pasca persalinan biasanya bidan
akan melakukan episiotomi, tujuan melakukan episiotomy ini adalah untuk memperlebar
jalan lahir sehingga mempermudah persalinan pervaginam. "amun episiotomi tidak boleh
dilakukan rutin tapi hanya pada ibu dengan indikasi tertentu saja yang boleh dilakukan
tindakan episiotomi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Robekan Jalan Lahir ?
2. Bagaimana Penyebab Robekan Jalan Lahir ?
3. Bagaimana Tanda dan Gejala Robekan Jalan Lahir ?
4. Bagaimana Patofiologis Robekan Jalan Lahir ?
5. Bagaimana Penatalaksanaan Robekan Jalan Lahir ?
6. Bagaimana Komplikasi Robekan Jalan Lahir ?

4
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Robekan Jalan Lahir
2. Untuk mengetahui Penyebab Robekan Jalan Lahir
3. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Robekan Jalan Lahir
4. Untuk mengetahui Patofiologis Robekan Jalan Lahir
5. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Robekan Jalan Lahir
6. Untuk mengetahui Komplikasi Robekan Jalan Lahir

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Robekan Jalan Lahir
Robekan jalan lahir adalah terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput
dara, serviks, portio septum rektovaginalis akibat dari tekanan benda tumpul
(Wiknjosastro, Sarwono : 178)
Robekan jalan lahir adalah robekan yang selalu memberikan perdarahan dalam
jumlah yang bervariasi banyaknya yang berasal dari perineum, vagina serviks, dan
uterus. (ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan KB untuk pendidikan bidan : 308)
robekan jalan lahir meliputi  robekan 1agina, robekan Perineum, robekan Serviks dan
rupture Uteri.
1. Robekan Vagina
Robekan atau laserasi yang sampai pada daerah vagina dan cenderung
mencapai dinding lateral dan jika cukup dalam dapat mencapai levator ani. Kadang
juga dapat mengakibatkan cedera tambahan pada bagian atas saluran vagina, dekat
spina iskiadika.
Perlukaan pada dinding depan vagina sering kali terjadi terjadi di sekitar
orifisium urethrae eksternum dan klitoris. Perlukaan pada klitoris dapat menimbulkan
perdarahan banyak. Kadang-kadang perdarahan tersebut tidak dapat diatasi hanya
dengan jahitan, tetapi diperlukan penjepitan dengan cunam selama beberapa hari.
Robekan pada vagina dapat bersifat luka tersendiri, atau merupakan lanjutan
robekan perineum. robekan vagina sepertiga bagian atas umumnya merupakan
lanjutan robekan serviks uteri. Pada umumnya robekan vagina terjadi karena regangan
jalan lahir yang berlebih-lebihan dan tiba-tiba ketika janin dilahirkan. Baik kepala
maupun bahu janin dapat menimbulkan robekan pada dinding vagina. Kadang-kadang
robekan terjadi akibat ekstrasi dengan forceps. Bila terjadi perlukaan pada dindin
vagina , akan timbul perdarahan segera setelah jalan lahir. Diagnose ditegakan dengan
mengadakan pemeriksaan langsung.
Untuk dapat menilai keadaan bagian dalam vagina, perlu diadakan
pemeriksaan dengan speculum. Perdarahan pada keadaan ini umumnya adalah
perdarahan arterial sehingga perlu dijahait. Penjahitan secara simpul dengan benang
catgut kromik no.0 atau 00, dimulai dari ujung luka sampai luka terjahit rapi.

6
Pada luka robek yang kecil dan superfisal, tidak diperlukan penangan khusus
pada luka robek yang lebar dan dalam, perlu dilakukan penjahitan secara terputus-
putus atau jelujur.
Bisanya robekan pada vagina sering diiringi dengan robekan pada vulva
maupun perinium. Jika robekan mengenai puncak vagina, robekan ini dapat melebar
ke arah rongga panggul, sehingga kauum dougias menjadi terbuka. Keadaan ini
disebut kolporelasis. Kolporeksis adalah suatu keadaan dimana menjadi robekan pada
vagina bagian atas, sehingga sebagian serviks uteri dan sebagian uterus terlepas dari
vagina.
2. Robekan Perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutnya. robekan perineum umumnya terjadi di garis
tengan dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis
lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran
yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito bregmatika.
Perinium merupakan kumpulan berbagai jaringan yang membentuk perinium.
terletak antara vulva dan anus, panjangnya kira-kira 5 cm. Jaringan yang terutama
menopang perinium adalah diafragma pelvis dan urogenital. Diafragma pelvis terdiri
dari muskulus levator ani dan muskulus koksigis di bagian posterior serta selubung
fasia dari otot-otot ini. Muskulus levator ani membentuk sabuk otot yang lebar
bermula dari permukaan posterior ramus phubis superior, dari permukaan dalam spina
ishiaka dan dari fasia obturatorius. Serabut otot berinsersi di sekitar vagina dan
rektum, membentuk sfingter yang efisien untuk keduanya, pada persatuan garis
tengah antara vagina dan rektum, pada persatuan garis tengah di bawah rektum dan
pada tulang ekor. Diafragma urogenitalis terletak di sebelah luar diafragma pelvis,
yaitu di daerah segitiga antara tuberositas iskial dan simpisis phubis. Diafragma
urogenital terdiri dari muskulus perinialis transversalis profunda, muskulus
konstriktor uretra dan selubung fasia interna dan eksterna. Persatuan antara mediana
levatorani yang terletak antara anus dan vagina diperkuat oleh tendon sentralis
perinium, tempat bersatu bulbokavernosus, muskulus perinialis transversalis
superfisial dan sfingter ani eksterna. Jaringan ini yang membentuk korpus perinialis
dan merupakan pendukung utama perinium, sering robek selama persalinan, kecuali
dilakukan episiotomi yang memadai pada saat yang tepat. Infeksi setempat pada luka
episiotomi merupakan infeksi masa puerperium yang paling sering ditemukan pada

7
genetalia eksterna. luka perinium adalah perlukaan yang terjadi akibat persalinan pada
bagian perinium dimana muka janin menghadap. luka perinium, dibagi atas 5
tingkatan :
a. Tingkat I : robekan hanya pada selaput lender vagina dengan atau tanpa mengenai
kulit perinium
b. Tingkat II : robekan mengenai selaput lender vagina dan otot perinea ransversalis,
tetapi tidak mengenai spingter ani
c. Tingkat III : robekan mengenai seluruh perinium dan otot spingter ani
d. Tingkat IV : robekan sampai mukosa rectum
3. Robekan Serviks
robekan yang terjadi pada persalinan yang kadang-kadang sampai ke forniks, robekan
biasanya terdapat pada pinggir samping serviks malahan kadang-kadang sampai ke
SBR dan membuka parametrium.(UNPAD, 1984:219)
4. Rupture Uteri
Rupture uteri merupakan peristiwa yang paling gawat dalam bidang kebidanan
karena angka kematiannya yang tinggi. Janin pada ruptur uteri yang terjadi di luar
rumah sakit sudah dapat dipastikan meninggal dalam kavum abdomen. ruptura uteri
masih sering dijumpai di Indonesia karena persalinan masih banyak ditolong oleh
dukun. Dukun seagian besar belum mengetahui mekanisme persalinan yang benar,
sehingga kemacetan proses persalinan dilakukan dengan dorongan pada fundus uteri
dan dapat mempercepat terjadinya rupture uteri.
Ruptura uteri adalah robekan atau diskontinuitas dinding rahim akiat
dilampauinya daya regang mio metrium. Penyebab ruptura uteri adalah disproporsi
janin dan panggul, partus macet atau traumatik. ruptura uteri termasuk salahs at
diagnosis banding apabila wanita dalam persalinan lama mengeluh nyeri hebat pada
perut bawah, diikuti dengan syok dan perdarahan pervaginam. robekan tersebut dapat
mencapai kandung kemih dan organ vital di sekitarnya.
Resiko infeksi sangat tinggi dan angka kematian bayi sangat tinggi pada kasus
ini. ruptura uteri inkomplit yang menyebabkan hematoma pada para metrium, kadang-
kadang sangat sulit untuk segera dikenali sehingga menimbulkan komplikasi serius
atau bahkan kematian. Syok yang terjadi seringkali tidak sesuai dengan jumlah darah
keluar karena perdarhan heat dapat terjadi ke dalam kavum abdomen. Keadaan-
keadaan seperti ini, sangat perlu untuk dawaspadai pada partus lama atau kasep.

8
Ruptur Uteri adalah robekan atau diskontinuita dinding rahim akibat
dilampauinya daya regang miomentrium. rupture uteri adalah robeknya dinding uterus
pada saat kehamilan atau dalam persalinan dengan atau tanpa robeknya perioneum
visceral.

B. Penyebab Robekan Jalan Lahir


1. Robekan Vagina
Robekan dinding vagina dapat timbul akibat rotasi forceps, penurunan kepala yang cepat,
dan persalinan yang cepat. Perlukaan vagina sering terjadi sewaktu:
a. Melahirkan janin dengan cnam.
b. Ekstraksi bokong
c. Ekstraksi vakum
d. Reposisi presintasi kepala janin, umpanya pada letak oksipto posterior.
e. Sebagai akibat lepasnya tulang simfisis pubis (simfisiolisis) bentuk robekan
vagina bisa memanjang atau melintang.
2. Robekan Perineum
Umumnya terjadi pada persalinan :
a. Kepala janin terlalu cepat lahir
b. Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya
c. Jaringan parut pada perinium
d. Distosia bahu
3. Robekan Serviks
a. Partus presipitatus
b. Trauma karena pemakaian alat-alat operasi
c. Melahirkan kepala pada letak sungsang secara paksa, pembukaan belum lengkap
d. Partus lama
4. Ruptur Uteri
a. Riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus
b. Induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau persalinan yang lama
c. Presentasi abnormal ( terutama terjadi penipisan pada segmen bawah uterus ).
d. Panggul sempit
e. Letak lintang
f. Hydrosephalus

9
g. Tumor yang menghalangi jalan lahir
h. Presentasi dahi atau muka

C. Tanda dan Gejala Robekan Jalan Lahir


Tanda dan gejala yang selalu ada :
1. Pendarahan segera
2. Darah segar yang mengalir segera setelah bayi hir
3. Uterus kontraksi baik
4. Plasenta baik
Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada
1. Pucat
2. Lemah
3. Menggigil
Sedangkan tanda dan gejala ruptur uteri dapat terjadi secara dramatis atau tenang.
1. Dramatis
a. Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen bawah saat kontraksi hebat memuncak
b. Penghentian kontraksi uterus disertai hilangnya rasa nyeri
c. Perdarahan vagina ( dalam jumlah sedikit atau hemoragi )
d. 4erdapat tanda dan gejala syok, denyut nadi meningkat, tekanan darah menurun
dan nafas pendek ( sesak )
e. Temuan pada palpasi abdomen tidak sama dengan temuan terdahulu
f. Bagian presentasi dapat digerakkan diatas rongga panggul
g. Janin dapat tereposisi atau terelokasi secara dramatis dalam abdomen ibu
h. Bagian janin lebih mudah dipalpasi
i. Gerakan janin dapat menjadi kuat dan kemudian menurun menjadi tidak ada
gerakan dan DJJ sama sekali atau DJJ masih didengar
j. Lingkar uterus dan kepadatannya ( kontraksi ) dapat dirasakan disamping janin
( janin seperti berada diluar uterus ).
2. Tenang
a. Kemungkinan terjadi muntah
b. Nyeri tekan meningkat diseluruh abdomen
c. Nyeri berat pada suprapubis
d. Kontraksi uterus hipotonik
e. Perkembangan persalinan menurun

10
f. Perasaan ingin pingsan
g. Hematuri ( kadang-kadang kencing darah )
h. Perdarahan vagina ( kadang-kadang )
i. Tanda-tanda syok progresif
j. Kontraksi dapat berlanjut tanpa menimbulkan efek pada servik atau kontraksi
mungkin tidak dirasakan
k. DJJ mungkin akan hilang

D. Patofisiologis Robekan Jalan Lahir


1. Robekan Perinium
Robekan perineum terjadi pada semua persalinan pertama dan tidak jarang
juga pada persalinan berikutnya. robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi
dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat,
sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama,
karena akan menyebabkan asfiksia danpendarahan dalam tengkorok janin, dan
melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena diregangkan terlalu lama.
Robekan perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bias menjadi luas
apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa
sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang daripada biasa, kepala janin
melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada
sirkumferensia suboksipito-bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan
vaginial.
2. Robekan Serviks
Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks, sehingga serviks seorang
multiparaberbeda daripada yang belum pernah melahirkan per vaginam. robekan
serviks yang luas mengakibatkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah
uterus. Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti meskipun plasenta sudah lahir
lengkap dan uterus berkontraksi baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir,
khususnya robekan serviks uteri.
3. Ruptur Uteri
a. Ruptur Uteri Spontan
Terjadi spontan dan sebagian besar pada persalinan. Terjadi gangguan mekanisme
persalinan sehingga menimbulkan ketegangan segmen bawah rahim yang
berlebihan.

11
b. Ruptur Uteri Trumatik
Terjadi pada persalinan, timbulnya ruptura uteri karena tindakan seperti ekstragksi
farsep, ekstraksi vakum, dll.
c. Rupture Uteri Pada Bekas Luka Uterus
Terjadinya spontan atau bekas seksio sesarea dan bekas operasi pada uterus.

E. Penatalaksanaan Robekan Jalan Lahir


1. Penjahitan robekan vagina dan perenium
Sebagian besar derajat I menutup secara spontan tanpa dijahit.
a. Tinjau kembali prinsip perawatan secara umum.
b. Berikan dukungan dan penguatan emosional. Gunakan anastesi lokal dengan
lignokain.Gunakan blok pedendal, jika perlu.
c. Minta asisten memeriksa uterus dan memastikan bahwa uterus berkontraksi.
d. Periksa vagina, perinium, dan serviks secara cermat.
e. Jika robekan perinium panjang dan dalam, inspeksi untuk memastikan bahwa
tidak terdapatrobekan derajat III dan IV
2. Penjahitan Robekan Serviks
a. Tinjau kembali prinsip perawatan umum dan oleskan larutan antiseptik ke vagina
dan serviks .
b. Berikan dukungan dan penguatan emosional. Anastesi tidak dibutuhkan pada
sebagian besar robekan serviks. Berikan petidin dan diazepam melalui IV secara
perlahan (jangan mencampur obat tersebut dalam spuit yang sama) atau gunakan
ketamin untuk robekan serviks yang tinggi dan lebar.
c. Minta asisten memberikan tekanan pada 2undus dengan lembut untuk membantu
mendorongserviks jadi terlihat.
d. Gunakan retraktor vagina untuk membuka serviks jika perlu.
e. Pegang serviks dengan 2orcep cincin atau 2orcep spons dengan hati-hati.
Letakkan forcep pada kedua sisi robekan dan tarik dalam berbagai arah secara
perlahan untuk melihat seluruh serviks. Mungkin terdapat beberapa robekan.
f. Tutup robekan serviks dengan jahitan jelujur menggunakan benang catgut tutup
robekan serviks dengan jahitan jelujur menggunakan benang catgut kromik atau
poliglokolik 0 yang dimulai pada apeks(tepi atas robekan) yang seringkali menjadi
sumber pendarahan. Jika bagian panjang bibir serviks robek, jahit dengan jahitan
jelujur menggunakan benang catgut kromik atau poliglikolik 0.

12
g. Jika apeks sulit diraih dan diikat, pegang pegang apeks dengan forcep arteri atau
forcep cincin. Pertahankan forcep tetap terpasang selama 5 jam. Jangan terus
berupaya mengikat tempat pendarahan karena upaya tersebut dapat mempererat
pendarahan. Selanjutnya setelah 5 jam, buka forcep sebagian tetapi jangan
dikeluarkan.Setelah 5 jam berikutnya, keluarkan seluruh forcep.
3. Penjahitan Robekan Perineum derajat III dan IV
a. Jahit robekan diruang operasi.
b. Tinjau kembali prinsip perawatan umum.
c. Berikan dukungan dan penguatan emosional. Gunakan anastesi lokal dengan
lignokain. Gunakan blok pedendal, ketamin atau anastesi spinal. Penjahitan dapat
dilakukan menggunakn anastesi lokal dengan lignokain dan petidin serta diazepam
melalui IV dengan perlahan ( jangan mencampurdengan spuit yang sama ) jika
semua tepi robekan dapat dilihat, tetapi hal tersebut jarang terjadi.
d. Minta asisten memeriksa uterus dan memastikan bahwa uterus berkontraksi.
e. Periksa vagina, perinium, dan serviks secara cermat.
f. Untuk melihat apakah spingter ani robek dengan masukkan jari yang memakai
sarung tangan ke dalam anus
g. Ganti sarung tangan yang bersih, steril atau yang DTT
h. Oleskan larutan antiseptik kerobekan dan keluarkan materi fekal, jika ada.
i. Pastikan bahwa tidak alergi terhadap lignokain atau obat-obatan terkait.
j. Masukan sekitar 10 ml larutan lignokain 0,5% kebawah mukosa vagina, kulit
perineum dan ke otot perinatal yang dalam.
k. Pada akhir penyuntikan, tunggu selama dua menit kemudian jepit area robekan
denagn forcep. Jika ibu dapat merasakan jepitan tsb, tunggu dua menit algi
kemudian lakukan tes ulang.
l. Jahit rektum dengan jahitan putus-putus mengguanakan benang 3-0 atau 5-0
dengan jarak 0,5 cm untuk menyatukan mukosa.
m. Jika spingter robek pegang setiap ujung sfingter dengan klem Allis ( sfingter akan
beretraksi jika robek ). Selubung fasia disekitar sfingter kuat dan tidak robek jika
ditarik dengan klem. Jahit sfingter dengan dua atau tiga jahitan putus-putus
menggunakan benang 2-0.
n. Oleskan kembali larutan antiseptik kearea yang dijahit.

13
o. Periksa anus dengan jari yang memakai sarung tangan untuk memastikan
penjahitan rektum dan sfingter dilakukan dengan benar. Selanjutnya, ganti sarung
tangan yang bersih, steril atau yang DTT
p. Jahit mukosa vagina, otot perineum dan kulit.

F. Komplikasi Robekan Jalan Lahir


Risiko komplikasi yang mungkin terjadi jika rupture perineumtidak segera diatasi, yaitu :
1. Perdarahan
Seorang wanita dapat meninggal karena perdarahan pasca persalinan dalam
waktu satu jam setelah melahirkan. Penilaian dan penatalaksanaan yang cermat
selama kala satu dan kala empat persalinan sangat penting. Menilai kehilangan darah
yaitu dengan cara memantau tanda vital, mengevaluasi asal perdarahan, serta
memperkirakan jumlah perdarahan lanjutan dan menilai tonus otot (Depkes, 2006).
2. Fistula
Fistula dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya karena perlukaan pada
vagina menembus kandung kencing atau rectum. Jika kandung kencing luka, maka air
kencing akan segera keluar melalui vagina. Fistula dapat menekan kandung kencing
atau rectum yang lama antara kepala janin dan panggul, sehingga terjadi iskemia
(Depkes, 2006).
3. Hematoma
Hematomadapat terjadi akibat trauma partuspada persalinan karena adanya
penekanan kepala janin serta tindakan persalinan yang ditandai dengan rasa nyeri
pada perineumdan vulvabe warna biru dan merah. hematoma dibagian pelvisbisa
terjadi dalam vulva perineumdan fosa iskiorektalis. Biasanya karena trauma
perineumtetapi bisa juga dengan varikositas vulvayang timbul bersamaan dengan
gejala peningkatan nyeri. Kesalahan yang menyebabkan diagnosis tidak diketahui dan
memungkinka n banyak darah yang hilang. dalam waktu yang singkat, adanya
pembengkakan biru yang tegang pada salah satu sisi introitus di daerah rupture
perineum ( Martius, 1997).

14
4. Infeksi
Infeksi pada masa nifas adalah peradangan di sekitar alat genetalia pada kala
nifas. Perlukaan pada persalinan merupakan tempat masuknya kuman ke dalam tubuh
sehingga menimbulkan infeksi. 3engan ketentuan meningkatnya suhu tubuh melebihi
380 robekan jalan lahir selalu menyebabkan perdarahan yang berasal dari perineum,
vagina, serviks danrobekan uterus (rupture uteri).

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Robekan pada jalan lahir merupakan salah satu penyebab dari perdarahan post
partum. Robekan pada jalan lahir sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah multiparitas, CPD, partus presipitatus, partus lama, dan lain-lain.
Dengan penatalaksanaan yang tepat dari penolong diharapkan bisa mengurangi
terjadinya perdarahan yang bisa mengakibtkan kematian pada ibu.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalh ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca diperlukan untuk penulisan makalah
yang lebih baik untuk selanjutnya

16
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohadjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga. PT bina Pustaka


Sarwono Prawiirohardjo. Jakarta
Maryunani, Anik, Puspita, Eka. 2014. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal. Trans Info Media. Jakarta
Nugroho, Taufan. OBSGYN Obstetri dan Ginekologi untuk Kebidanan dan
Keperawatan. 2012. Nuha 6edika. Eogyakarta

17

Anda mungkin juga menyukai