Anda di halaman 1dari 32

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu masalah yang terjadi pada masa nifas adalah postpartum blues. Angka

kejadian postpartum blues di luar negeri cukup tinggi yakni 26-85%. Di Indonesia, diperkirakan

insiden depresi postpartum sekitar 10- 15% dari perempuan yang melahirkan (Nurjanah, 2013).

Sedangkan, untuk angka kejadian postpartum blues di Indonesia antara 50-70%. Angka

kejadiannya rendah bila dibandingkan negara-negara lain (Janiwarty dan Pieter, 2013).

Angka kejadian post partum blues di luar Jepang cukup tinggi mencapai 26-85% wanita

melahirkan menderita postpartum blues (Munawaroh, 2008).Pada penelitian yang dilakukan

terhadap 154 wanita pasca persalinan di Malaysia pada tahun 2009 di laporkan angka ke jadian

3,9% terbanyak dari ras India (8,9%), Melayu (3,0%), dan China tidak ada (Jofesson A, 2010).

Sedangkan Albright mengemukakan angka kejadian postpartum blues di luar negeri cukup tinggi

pada ibu yang baru melahirkan sekitar 75-80% (Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 2011),

Sumatera Sebesar 30,86 % (Dinkes, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyowati dan Uke (2009) tentang

faktor yang memengaruhi terjadinya postpartum blues didapatkan hasil bahwa sebanyak 54,84%

mengalami postpartum blues yang disebabkan oleh beberapa hal diantaranya pengalaman yang

tidak menyenangkan pada periode kehamilan dan persalinan sebanyak 38,71%, faktor

psikososial (dukungan sosial sebanyak 19,35%, kualitas dan kondisi bayi baru lahir sebanyak

16,13%) serta faktor spiritual sebanyak 9,78% (Program Studi Ilmu Keperawatan, 2014).

Pasca melahirkan ibu akan mengalami beberapa perubahan, baik perubahan fisik maupun

perubahan psikologis. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh ibu, sebagian ibu bisa
menyesuaikan diri dan sebagian tidak bisa menyesuaikan diri, bahkan bagi mereka yang tidak

bisa menyesuaikan diri akan mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai macam

sindrom atau gejala, yang biasa disebut dengan sindrom postpartum blues (Hospital Majapahit,

2014). Perubahan psikis mempunyai peranan yang sangat penting. Pada masa ini, ibu nifas

menjadi sangat sensitif, sehingga diperlukan pengertian dari keluarga-keluarga terdekat dan

peran bidan untuk menghindari perubahan psikis yang patologis (Nurjanah, 2013). Banyak bukti

menunjukan bahwa periode kehamilan, persalinan dan pascanatal merupakan masa terjadinya

stress berat, kecemasan, gangguan emosi dan penyesuaian diri (Marmi, 2014).

Postpartum blues merupakan fenomena yang terjadi pada hari-hari pertama postpartum

yang telah dilaporkan sejak 460 tahun sebelum Masehi (Marmi, 2014). Postpartum blues adalah

bentuk depresi yang paling ringan, biasanya timbul antara hari ke 2 sampai 2 minggu.

Postpartum blues dialami hingga 50-80% ibu yang baru melahirkan (Dewi dan Sunarsih, 2011).

Dilakukan studi pendahuluan di BPS Sri Diana Am.Kebdi Kelurahan Selawan,

Kecamatan Kisaran Timur, Kota Kisaran, Kabupaten Asahan, pada bulan Januari-Maret 2018

data ibu nifas sebanyak 33 pasien, dengan perincian 3 orang (2,7%) ibu nifas dengan kasus

hipertensi, 4 orang (3,7%) ibu nifas dengan bendungan ASI, dan 3 orang (3,7%) ibu nifas dengan

kasus postpartum blues.

Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk melakukan pengambilan kasus yang

berjudul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny.T dengan Postpartum Blues di Balai Pengobatan

Swasta Sri Diana Am.Keb Kecamatan Kisaran Timur Kota Kisaran Kabupaten Asahan Tahun

2018”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan “Bagaimana

penatalaksanaan “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny.T dengan Postpartum Blues di Balai
Pengobatan Swasta Sri Diana Am.Keb Kecamatan Kisaran Timur Kota Kisaran Kabupaten

Asahan Tahun 2018 ?”.

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan umum
Setelah dilakukan studi kasus ini diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan

Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny.T dengan Postpartum Blues di Balai Pengobatan Swasta Sri Diana

Am.Keb Kecamatan Kisaran Timur Kota Kisaran Kabupaten Asahan Tahun 2018 secara

komprehensif.

2.Tujuan khusus
1. Penulis mampu melaksanakan pengkajian secara menyeluruh meliputi data subyektif dan

obyektif pada Ny.T dengan postpartum blues.

2. Penulis mampu melaksanakan interpretasi data dasar yang meliputi diagnosa kebidanan,

masalah dan kebutuhan yang dapat terjadi pada Ny.T dengan postpartum blues.

3. Penulis mampu menentukan diagnosa potensial yang terjadi pada Ny.T dengan postpartum

blues.

4. Penulis mampu melakukan tindakan segera pada Ny.T dengan postpartum blues.

5. Penulis mampu merencanakan tindakan sesuai dengan kondisi pada Ny.T dengan postpartum

blues.

6. Penulis mampu melaksanakan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Ny.T dengan

postpartum blues.

7. Penulis mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan kebidanan pada Ny.T dengan

postpartum blues.

1.4 Manfaat
1.4.1 Institusi Pendidikan

Untuk menambah wawasan bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)

Mitra Husada Medan.

1.4.2 Mahasiswa

Untuk menambah ilmu pengetahuan dan sebagai sumber informasi tentang penanganan

pada kasus ibu hamil dengan postpartum blues.

1.4.3 Peneliti

Menambah ilmu pengetahuan serta penerapan asuhan kebidanan tentang postpartum

blues.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori


2.1.1Pengertian Masa Nifas

Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk

memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu (Marmi,

2014). Periode pasca persalinan (postpartum) adalah masa waktu antara kelahiran plasenta dan

membran yang menandai berakhirnya periode intra partum sampai waktu menuju kembalinya

sistem reproduksi wanita tersebut ke kondisi tidak hamil (Nurjanah, 2013).

Postpartum ialah kelahiran yang dimulai setelah lahirnya bayi sampai pemulihan kembali

organ-organ seperti sebelum kelahiran. Lamanya periode postpartum yaitu sekitar 6-8 minggu

dan wanita mengalami perubahan fisik yang kompleks. Selain terjadinya perubahan-perubahan
tubuh, pada periode postpartum juga akan mengakibatkan terjadinya perubahan kondisi

psikologis (Program Studi Ilmu Keperawatan, 2014).

b. Tahapan Masa nifas

Menurut Nurjanah (2013) periode Postpartum dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu:

1. Puerperium dini (immadiate puerperium): Yaitu pemulihan dimana ibu telah

diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan (waktu 0-24 jam postpartum). Dalam agama

islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

2. Puerperium intermedial (early puerperium): Suatu masa dimana pemulihan dari organ-

organ reproduksi secara menyeluruh selama kurang lebih 6-8 minggu.

3. Remot puerpurium (later puerperium): waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

kembali dalam keadaan yang sempurna secara bertahap.

c. Perubahan Fisiologis pada Ibu setelah Masa Nifas

1. Involusi Uterus

Involusi uterus atau pengerutan uterus sebagai proses kembalinya uterus pada keadaan

semula atau keadaan sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram (Marmi, 2014).

2. Involusi Tempat Plasenta

Setelah persalinan, luka tempat plasenta cepat mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya

sebesar 3-4 cm dan pada akhir masa nifas 1-2 cm. Regenerasi endometrium terjadi di tempat

implantasi plasenta selama sekitar 6 minggu (Marmi, 2014).

3. Ligamen

Ligamen dan diafragma pevis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus,

setelah janin lahir, berangsur- angsur menciut kembali seperti sedia kala (Marmi, 2014).

4. Serviks
Setelah persalinan serviks bewarna merah kehitaman. Konsistensi lunak, kadang terdapat

perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim. Setelah 2

jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya 1 jari. (Marmi, 2014).

5. Lochia

Lochia adalah cairan atau lendir yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa

nifas (Marmi, 2014). Macam- macam lochia yaitu :

a. Lochia Rubra

Ini berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernix caseosa, lanugo,

dan meconium, selama 2 hari pasca persalinan.

b. Lochia Sanguinolenta

Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi pada hari ke 3-7 pasca

persalinan.

c. Lochia Serosa

Bewarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke 7-14 pasca persalinan.

d. Lochia alba

Cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu.

6. Vagina

Pada awal nifas, vagina membentuk suatu lorong luas berdinding licin yang berangsur-

angsur mengecil ukuranya, tetapi tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vagina kembali

kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul

kembali sementara labia menjadi lebih menonjol (Marmi, 2014).

7. Perineum
Setelah masa nifas, biasanya robekan perineum dan laserasi akan pulih dalam waktu satu

minggu setelah melahirkan (Marmi, 2014).

d.Kebutuhan Dasar Masa nifas

1. Nutrisi

Nutrisi dikonsumsi pada masa nifas harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori.

Kalori bagus untuk proses metabolisme tubuh, kerja organ tubuh, proses pembentukan ASI.

Wanita dewasa memerlukan 2.200 kalori. Ibu menyusuimemerlukan kalori wanita dewasa +700

kalori pada 6 bulan pertama kemudian +500 kalori bulan selanjutnya (Marmi, 2014).

2. Ambulasi

Ambulasi dini adalah kegiatan untuk secepat mungkin membimbing ibu nifas keluar dari

tempat tidurnya untuk berjalan. Pada persalinan normal sebaiknya ambulasi dikerjakan setelah 2

jam (Ibu boleh miring ke kiri atau ke kanan untuk mencegah adanya trombosit) (Dewi dan

Sunarsih, 2011).

3. Eliminasi

Dalam 6 jam pertama postpartum, pasien sudah harus dapat buang air kecil (BAK)

semakin lama urine tertahan dalam kandung kemih maka dapat mengakibatkan kesulitan pada

organ perkemihan, misalnya infeksi.

Kemudian, dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah harus dapat buang air besar (BAB)

karena semakin lama feses tertahan dalam usus maka akan semakin sulit bagi ibu untuk buang

air besar secara lancar (Sulistyawati, 2009).

4. Kebersihan Diri
Beberapa langkah penting dalam perawatan kebersihan diri dari ibu postpartum menurut

Sulistyawati (2009), antara lain:

a. Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan alergi kulit pada bayi. Kulit

ibu yang kotor karena keringatatau debu dapat menyebabkan kulit bayi mengalami alergi

melalui sentuhan kulit ibu dengan bayi.

b. Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.Pastikan ibu mengerti untuk

membersihkan daerah vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian

membersihkan daerah anus.

c. Mengganti pembalut setiap kali darah sudah penuh atau minimal 2 kali dalam sehari.

d. Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali ibu selesai membersihkan daerah

kemaluannya.

5. Seksual

Secara fisik, aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan

ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Banyak budaya

dan agama yang melarang untuk melakukan hubungan seksual sampai masa waktu tertentu,

misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah kelahiran (Sulistyawati, 2009).

Istirahat

Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat. Istirahat yang dibutuhkan ibu nifas sekitar

8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari untuk mencegah kelelahan yang berlebihan

(Sulistyawati, 2009).

e. Masalah Dalam Masa Nifas

Menurut Sulistyawati (2009) Masalah dalam masa nifas yaitu:

1) Perdarahan per vagina.


2) Infeksi masa nifas.

3) Sakit kepala, nyeri epigastrik, dan penglihatan kabur.

4) Pembengkakan di wajah atau ekstremitas.

5) Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih.

6) Payudara berubah menjadi merah, panas, dan sakit.

7) Merasa sedih atau tidak mampu untuk merawat bayi dan diri sendiri (baby blues).

f. Kunjungan Masa Nifas

Kunjungan masa nifas antara 6 jam setelah persalinan sampai 6 minggu menurut

Marmi (2014) bertujuan untuk:

1) Memastikan bahwa ibu sedang dalam proses penyembuhan yang aman.

2) Memastikan bahwa bayi sudah bisa menyusu tanpa kesulitan dan bertambah berat

badannya.

3) Memastikan bahwa ikatan antara ibu dan bayi sudah terbentuk.

4) Memprakarsai penggunaan kontrasepsi.

5) Menganjurkan ibu membawa bayinya ke tenaga kesehatan untuk kontrol.

g. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan asuhan masa nifas menurut Nurjanah (2013) yaitu:

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayi, baik fisik maupun psikis.

2) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau

merujuk bila terjadi komplikasi, baik pada ibu maupun bayi.

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB,

menyusui, pemberian imunisasi kepada bayi dan perawatan bayi sehat.

4) Memberikan pelayanan KB.


5) Untuk mendapatkan kesehatan emosi.

6) Memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI).

7) Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai dan

memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang normal.

2.2 Postpartum Blues

2.2.1 Pengertian

Postpartum Blues adalah gangguan perasaan yang menyertai suatu persalinan, biasanya

terjadi pada hari 3 sampai hari ke 10 dan umumnya terjadi akibat perubahan hormonal

(Prawirohardjo, 2009). Postpartum Blues atau sering juga disebut maternity blues atau sindrom

ibu baru, dimengerti sebagai suatu sindrom gangguan efekringan

padaminggupertamasetelahpersalinan (Dewi dan Sunarsih, 2011). Postpartum Blues adalah

ketidakmampuan seorang ibu untuk menghadapi suatu keadaan baru dimana adanya kehadiran

anggota baru dalam pola asuhan bayi dan keluarga (Nurjanah, 2013).

Postpartum Blues dikategorikan sebagai sindrom gangguan psikologis masa nifas paling

ringan, namun jika postpartum blues ini tidak ditangani dengan baik dapat menjadi keadaan yang

lebih berat yaitu depresi dan psikosis pasca salin (Marmi, 2014).

2.2.2 Gejala

Gejala Postpartum Blues menurut Nurjanah (2013) diantaranya:

1) Sering menangis.

2) Sulit tidur.

3) Nafsu makan hilang.

4) Gelisah.
5) Perasaan tidak berdaya atau hilang kontrol.

6) Cemas atau kurang perhatian pada bayi.

7) Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi.

8) Pikiran menakutkan mengenai bayi.

9) Kurang perhatian terhadap penampilan dirinya sendiri.

10) Perasaan bersalah dan putus harapan.

11) Penurunan atau peningkatan berat badan.

12) Gejala fisik seperti sulit bernafas atau perasaan berdebar-debar.

2.2.3 Penyebab

Penyebab Postpartum Blues menurut Dewi dan Sunarsih (2011) yaitu:

1. Faktor hormonal, turunnya kadar estrogen secara tiba-tiba setelah melahirkan yang dapat

mengakibatkan suasana hati menjadi depresi.

2. Ketidaknyamanan fisik yang dialami sehingga menimbulkan perasaan emosi pada wanita

pasca melahirkan.

3. Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.

4. Faktor umur dan jumlah anak.

5. Pengalaman proses kehamilan dan persalinannya.

6. Latar belakang psikososial ibu.

7. Dukungan yang diberikan dari lingkungan.

8. Stres yang dialami oleh ibu.

9. Kelelahan pasca bersalin.

10. Ketidaksiapan pada perubahan peran yang terjadi pada ibu.


11. Rasa sayang dan takut yang berlebihan akan kehilangan bayinya.

12. Masalah kecemburuan dari anak yang terdalam.

2.2.4 Penanganan

Penanganan Postpartum Blues menurut Marmi (2014) yaitu:

1. Dengan pendekatan komunikasi terapeutik yang bertujuan menciptakan hubungan baik antara

bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara:

a) Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosinya.

b) Dapat memahami dirinya sendiri.

2.Dengan peningkatan suport mental yang dapat dilakukan oleh keluarga pasien diantaranya:

a) Meminta suami untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah seperti membantu

mengurus bayinya dan menyiapkan susu.

b) Memanggil nenek atau keluarga bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi

kesibukan merawat bayi.

c) Suami lebih perhatian terhadap istri dan permasalahan yang dihadapi istrinya.

d) Menyiapkan mental dalam menghadapi kelahiran anaknya.

e) Suami menggantikan peran istri ketika istri kelelahan dan memperbanyak dukungan.

f) Suami dianjurkan sering menemani istri dalam mengurus anaknya.

g) Ibu dianjurkan sering berkumpul dengan teman-teman terdekat atau keluarga.

3.Dilakukan pada diri klien sendiri diantaranya dengan cara:

a) Belajar tenang dengan menarik nafas panjang.

b)Tidurlah ketika bayi tidur.

c)Berolahraga ringan.

d)Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu.


e)Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan.

f)Bersikap fleksibel.

g)Bergabung dengan kelompok ibu.

2.3 Teori Manajemen Kebidanan

2.3.1 Pengertian

Manajemen kebidanan adalah suatu metode pendekatan dengan menggunakan langkah-

langkah pemecahan masalah sehingga merupakan alur kerja dan pengorganisasian, pemikiran

serta langkah-langkah dalam suatu urutan yang logis, yang menguntungkan baik bagi klien

maupun bidan (Varney, 2007).

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah yang akan dilakukan, studi kasus ini penulis

menggunakan manajemen kebidanan menurut Varney karena metode dan pendekatannya

sistematik dan analitik sehingga memudahkan dalam pengarahan pemecahan masalah terhadap

klien.

2.2.2 Langkah-Langkah Asuhan Kebidanan

Dalam studi kasus ini mengacu pada pola fikir Varney karena metode dan pendekatannya

sistematik dan analitik sehingga memudahkan dalam pengarahan pemecahan masalah terhadap

klien. Proses menurut Hellen Varney ada 7 langkah dimulai dari pangumpulandata dasar dan

berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah menurut Varney dalam Ambarwati dan Wahyuni

(2009) adalah sebagai berikut:

a. Langkah I. Pengumpulan Data Dasar


Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang

dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk

mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi

pasien (Ambarwati dan wulandari, 2009). Proses pengumpulan data mencakup data subyektif

dan obyektif adalah sebagai berikut :

1) Data Subyektif

Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap

suatu situasi dan kejadian. Data tersebut dapat ditentukan oleh perawat secara independen tetapi

melalui suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2005). Data subyektif tersebut terdiri dari:

a) Biodata yang mencakup identitas pasien meliputi:

1)Nama

Bertujuan untuk mengetahui nama pasien secara jelas dan lengkap, bila perlu nama

panggilan sehari-hari agar tidak keliru pada saat akan melakukan tindakan asuhan

(Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

2)Umur

Bertujuan untuk mengetahui adanya resiko seperti kurangdari 20 tahun, alat-alat

reproduksi belum matang, mental psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35

tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas (Ambarwati dan Wahyuni,

2009). Pada ibu nifas dengan postpartum blues faktor seperti umur dapat mempengaruhi

terjadinya postpartum blues (Mansur, 2009).

3) Agama

Bertujuan untuk mengetahui kepercayaan pasien yang berhubungan dengan pemberian

dukungan spiritual sesuai kepercayaan (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).


4)Suku Bangsa

Bertujuan untuk mengetahui adat istiadat atau kebiasaan sehari-sehari (Ambarwati dan

Wahyuni, 2009).

5)Pendidikan

Bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pendidikan dan intelektualnya, sehingga

bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikan pasien (Ambarwati dan

Wahyuni, 2009).

6) Pekerjaan

Bertujuan untuk mengetahui pekerjaan pasien yang berhubungan dengan tingkat sosial

ekonomi pasien (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

7)Alamat

Bertujuan untuk mengetahui tempat tinggal pasien supaya mempermudah kunjungan

rumah bila diperlukan (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

b) Keluhan Utama

Bertujuan untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa

nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada

perineum (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pada kasus Ibu nifas dengan postpartum

blues keluhan yang dirasakan yaitu Ibu merasa cemas dan sedih dengan keadaannya

sekarang(Rukiyah dan Yuliyanti, 2010).

c) Riwayat Kesehatan

1)Riwayat kesehatan yang lalu

Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis

seperti : jantung, ginjal, asma/TBC, hepatitis, DM, hipertensi, epilepsi, yang dapat
mempengaruhi pada masa nifas (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pada kasus Ibu nifas

dengan postpartum blues, faktor seperti riwayat ibu yang pernah mengalami Postpartum

Blues pada kehamilan sebelumnya dapat mempengaruhi terjadinya postpartum blues

(Mansur, 2009).

2)Riwayat kesehatan sekarang

Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini

yang berhubungan dengan masa nifas dan bayinya (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

Pada kasus Ibu nifas dengan postpartum blues keadaan umum kurang baik dan emosi

tidak stabil

(Rukiyah dan Yuliyanti, 2010).

3)Riwayat Kesehatan keluarga

Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap

gangguan kesehatan pasien dan bayinya (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

d.Riwayat perkawinan

Bertujuan untuk mengetahui berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena

bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologinya sehingga

akan mempengaruhi proses nifas (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

e.Riwayat obstetrik

1)Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.

Bertujuan untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, pernah abortus atau tidak, berapa

jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan masa nifas yang

lalu. Pada kasus Ibu nifas dengan postpartum blues, pengalaman dan proses kehamilan

dan persalinan mempengaruhi terjadinya postpartum blues(Mansur, 2009).


2)Riwayat persalinan sekarang

Bertujuan untuk mengetahui tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak,

keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan guna pengkajian apakah proses

persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini

(Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pada kasus Ibu nifas dengan kasus postpartum blues

lamanya persalinan serta intervensi medis yang digunakan dapat mempengaruhi

terjadinya postpartum blues (Mansur, 2009).

f.Riwayat Keluarga Berenana

Bertujuan untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa,

berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah

masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

g.Kehidupan sosial budaya

Betujuan untuk mengetahui pasien dan keluarga menganut adat istiadat apa yang akan

menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada

kebiasaan pantang makanan (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

h.Data psikososial

Bertujuan untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Pada kasus

postpartum blues sebagian besar merupakan perwujudan fenomena psikologis yang

dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya (Ambarwati dan

Wahyuni, 2009).

i.Data pengetahuan
Bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan setelah

melahirkan sehingga akan menguntungkan selama masa nifas(Ambarwati dan Wahyuni,

2009).

j.Pola kebiasaan sehari- hari

1)Nutrisi

Bertujuan untuk mengetahui pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis

makanan, makanan pantangan selama masa nifas (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pada

kasus Ibu nifas dengan postpartum blues Ibu akan mengalami gangguan nafsu

makan(Dewi dan Sunarsih, 2011).

2)Eliminasi

Bertujuan untuk mengetahui pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi

frekuensi, jumlah, konsistensi bau serta kebiasaan buang air kecil meliputifrekuensi,

warna dan jumlah (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

3)Pola istirahat

Bertujuan untuk mengetahui pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, dan

kebiasaan sebelum tidur. Istirahat sangat penting bagi ibu nifas karena dengan istirahat

yang cukup dapat mempercepat penyembuhan (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pada

kasus Ibu nifas dengan postpartum blues Ibu akan mengalami gangguan tidur atau

istirahat (Dewi dan Sunarsih, 2011).

4)Personal Hygiene

Bertujuan untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada

daerah genetalia (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pada kasus Ibu nifas dengan
postpartum blues ibu kurang perhatian terhadap kebersihan diri dan penampilannya

(Nurjanah, 2013).

5)Aktivitas

Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola aktivitas perlu dikaji

pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

2) Data obyektif

MenurutSulistyawati(2009)dataobyektifbertujuanuntukmelengkapidata dalam menegakkan

diagnosa, yang meliputipemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi sebagai berikut :

a) Pemeriksaan Umum

1)Keadaan Umum

Bertujuan untuk mengamati keadaan pasien secara keseluruhan dengan hasil :

a.Baik: Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan

orang lain, serta fisik dalam batas normal.

b.Lemah: Kriteria ini jika pasien kurang atau tidak memberi respon yang baik

terhadap lingkungan dan orang lain, tidak mampu berjalan. (Sulistyawati, 2009).

Pada kasus Ibu nifas dengan postpartum blues keadaan umum kurang baik dan

emosi tidak stabil(Rukiyah dan Yuliyanti, 2010).

2)Tingkat kesadaran

Bertujuan untuk mengetahui kondisi kesadaran pasien, yaitu keadaan composmentis

(Kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar)

(Sulstyawati, 2009).

3) Vital sign
Bertujuan untuk mengetahui keadaan ibu yang berkaitan dengan kondisi yang dialami

pasien. Vital sign (Ambarwati dan Wahyuni, 2009) terdiri dari: a)Suhu

Suhu tubuh normal 36,5°C–37,5°C.

b)Nadi

Bertujuan untuk mengetahui denyut nadi pasien yang dihitung dalam satu menit.

Batas normal 60-80 x/menit, nadi lebih dari 100x/menit pada masa nifas

mengindikasikan adanya suatu infeksi.

c)Respirasi

Bertujuan untuk mengetahui jumlah atau frekuensi pernapasan yang dihitung

dalam jumlah satu menit. Batas Normal 16- 20 x/menit.

d)Tekanan Darah

Tekanan darah normal 120 mmHg/ 80 mmHg.

b) Pemeriksaan Fisik

Bertujuan untuk melakukan pemeriksaan fisik dari ujung kaki dan kemudian menjelaskan

pemeriksaan fisik kepada pasien (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pemeriksaan fisik

pada ibu nifas meliputi:

1) Kepala

a)Rambut

Bertujuan untuk mengetahui warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak. Pada

kasus Ibu nifas denganpostpartum blues ibu kurang memperhatikan kebersihan

penampilan dirinya (Nurjanah, 2013).

b)Muka
Bertujuan untuk mengetahui keadaan muka adakah oedema atau tidak. Pada kasus

Ibu nifas dengan postpartum blues muka ibu tidak oedema (Rukiyah dan

Yuliyanti, 2010).

c)Mata

Bertujuan untuk mengetahui konjungtiva bewarna kemerah-merahan atau tidak

dan sklera bewarna putih atau tidak. Pada kasus Ibu nifas dengan postpartum

blues konjungtiva mata ibu berwarna merah dan skera berwarna putih (Rukiyah

dan Yuliyanti, 2010).

d) Hidung

Bertujuan untuk mengetahui kebersihan, ada tidak polip.

e)Telinga

Bertujuan untuk mengetahui kebersihan telinga.

f)Mulut/ gusi/gigi

Bertujuan untuk mengetahui mulut bersih atau tidak, ada caries dentis dan karang

gigi.

2) Leher

Bertujuan untuk mengetahui ada pembesaran kelenjar tyroid atau kelenjar getah bening

atau tidak.

3)Dada dan axilla

a)Mammae

Bertujuan untuk mengetahui bentuk dan ukuran hyperpigmentasi (areola),

keadaan puting susu, retraksi, massa, pengeluaran cairan dan pembesaran kelenjar

limfe (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pada kasus Ibu nifas dengan postpartum
blues payudara membesar, puting susu menonjol, aerola hyperpigmentasi,

colostrum sudah keluar (Rukiyah dan Yuliyanti, 2010).

b)Axila

Bertujuan untuk mengetahui benjolan dan nyeri yang terdapat apada axila. Pada

kasus Ibu nifas dengan postpartum blues tidak ada benjolan disekitar axila

(Rukiyah dan Yulyanti, 2010).

4) Ekstremitas

Bertujuan untuk mengetahui ada varices atau tidak, ada oedema atau tidak, reflek patella.

Pada kasus ibu nifas dengan postpartum blues reflek patella positif (Rukiyah dan

Yuliyanti, 2010).

c)Pemeriksaan khusus obstetri

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2009) keadaan anogenital adalah :

1) Keadaan Perineum

Bertujuan untuk mengetahui adakah oedema, hematoma, bekas luka episiotomi/ robekan,

hecting.

2) Keadaan Anus

Bertujuan untuk mengetahui ada haemoroid atau tidak.

3) Lochea

Bewarna merah kehitaman, bau biasa, tidak ada bekuan darah, jumlah perdarahan yang

ringan atau sedikit (hanya perlu mengganti pembalut setiap 3-5 jam).

d. Data Penunjang

Data penunjang ini diperoleh dari pemeriksaan laboratorium antara lain : pemeriksaan Hb

dan golongan darah, serta kadar bilirubin dalam darah (Depkes RI, 2007). Data penunjang
yang diperlukan pada kasus Ibu nifas dengan postpartum blues adalah pemeriksaan

Hb (Rukiyah, 2010).

b. Langkah II. Interpretasi Data Dasar.

Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan interpretasi yang benar

atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya

digunakan karena beberapamasalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi

membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah

sering berkaitan dengan pengalaman yang diidentifikasi oleh bidan (Ambarwati dan Wulandari,

2009). Interpretasi data terdiri dari diagnosa, masalah dan kebutuhan.

1) Diagnosa

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan yang berkaitan dengan Para,

abortus, anak hidup, umur ibu dan keadaan nifas (Ambarwati dan wulandari, 2009). Data yang

mendasari untuk diagnosa postpartum bllues adalah data subjektif, objektif dan data penunjang.

Diagnosa pada kasus Ibu nifas dengan postpartum blues adalah : Ny.T umur 22 tahun , P1A0

postpartum hari ke 3 dengan postpartum blues (Rukiyah dan Yuliyanti, 2010).

2) Masalah

Bertujuan untuk mengetahui masalah yang muncul berdasarkan pernyataan pasien dari

hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik (Ambarwati dan wahyuni, 2009). Masalah pada kasus Ibu

nifas dengan postpartum blues adalah ketidakmampuan ibu untuk beradaptasi terhadap

perubahan-perubahan yang terjadi sehingga akan terjadi depresi Postpartum (Rukiyah dan

yuliyanti, 2012).

3) Kebutuhan
Kebutuhan merupakan hal- hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi dalam

diagnosa dan masalah. Pada kasus Ibunifas dengan postpartum blues kebutuhan yang diperlukan

ialah dukungan dari semua orang terdekat, keluarga, suami atau saudara (Dewi dan Sunarsih,

2011).

c. Langkah III. Diagnosa Potensial

Pada langkah ini penulis mengidentifikasi dengan kritis tanda dan gejala yang

memerlukan tindakan kebidanan untuk membantu pasien untuk mengatasi dan mencegah

(Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Masalah potensial pada ibu nifas dengan postpartum blues

akan muncul apabila tidak segera ditangani yang akan menyebabkan potensial terjadi depresi dan

psikosis pacsa salin (Marmi, 2014).

d. Langkah IV. Antisipasi

Langkah bidan dituntut untuk mengantisipasi masalah potensial dan merumuskan

tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial tidak terjadi (Ambarwati dan Wahyuni,

2009). Antisipasi atau untuk Ibu Nifas dengan postpartum blues menurut Dewi dan Sunarsih

(2011) yaitu konsultasi dengan tenaga kesehatan seperti bidan, dokter spesialis jiwa serta

psikiater untuk membantu melakukan upaya pengawasan.

e. Langkah V. Perencanaan

Langkah ini merupakan lanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang

telah diidentifikasi atau diantisipasi (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Asuhan kebidanan

yang direncanakan pada pasien dengan postpartum blues menurut Marmi (2014) yaitu :

1)Beritahu pada ibu bahwa dirinya bukanlah ibu yang buruk.

2) Beritahukan klien untuk memperlakukan dirinya dengan baik dengan cara:


a) Makan makanan yang bergizi.

b) Banyak istirahat dan tidur.

c) Pergi keluar untuk mendapat cahaya matahari.

d) Berlatih secara rutin (berjalan selama 20 menit atau lebih).

e)Menyediakanwaktuuntukdirisendiri(untuksejenakmenghindaritugas-tugas dan urusan

bayi).

f) Melewatkan waktu bersama teman-teman.

3) Anjurkan ibu untuk menceritakan segala permasalahan atau hal lain yang ingin diungkapkan

kepada teman atau kerabat terdekat.

4) Bila perlu, anjurkan klien untuk berkonsultasi dengan tenaga medis untuk mengurangi

kekhawatirannya.

f. Langkah VI. Pelaksanaan

Penatalaksanaan manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta

meningkatkan mutu dan asuhan klien (Varney, 2007). Pelaksanaan pada kasus Ibu nifas dengan

postpartum blues menurut Marmi (2014) yaitu:

1) Memberitahu pada ibu bahwa dirinya bukanlah ibu yang buruk.

2) Membritahukan klien untuk memperlakukan dirinya dengan baik dengan cara:

a.Makan makanan yang bergizi.

b.Banyak istirahat dan tidur.

c.Pergi keluar untuk mendapat cahaya matahari.

d.Berlatih secara rutin (berjalan selama 20 menit atau lebih).

e.Menyediakan waktu untuk diri sendiri(untuk sejenak menghindari tugas-tugas dan

urusan bayi).
f.Melewatkan waktu bersama teman-teman.

3) Meganjurkan ibu untuk menceritakan segala permasalahan atau hal lain yang ingin

diungkapkan kepada teman atau kerabat terdekat.

4) Bila perlu, menganjurkan klien untuk berkonsultasi dengan tenaga medis untuk mengurangi

ke khawatirannya.

g. Evaluasi

Langkah ketujuh adalah evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan (Varney,

2007). Setelah diberi asuhan kebidanan hasil yang diharapkan adalah keadaan umum baik,

kesadaran composmentis, ibu sudah mau menerima bayinya dan menikmati peran barunya

sebagai seorang ibu, ibu sudah memperlakukan dirinya dengan baik dan ibu bersedia untuk

menceritakan perasaan yang dialaminya kepada teman terdekat.

Di dalam memberikan asuhan lanjutan digunakan tujuh langkah manajemen Varney,

sebagai catatan perkembangan dilakukan asuhan kebidanan SOAP dalam pendokumentasian.

Menurut Varney, (2007) sistem pendokumentasian asuhan kebidanan dengan menggunakan

SOAP yaitu :

1) S (Subyektif)

Menggambarkan dan mendokumentasikan hasil pengumpulan data klien melalui

anamnesa sebagai langkah satu Varney.

2) O (Obyektif)

Menggambarkan dan mendokumentasikan hasil pemeriksaan fisik klien, hasil

laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung

asuhan langkah satu Varney.

3) A (Assesment)
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan

obyektif suatu identifikasi :

a) Diagnosa atau masalah.

b) Antisipasi diagnosa atau masalah.

c) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi dan atau

rujukan sebagai langkah II, III, IV Varney.

4) P (Planning)

Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi, perencanaan berdasarkan

assesment sebagai llangkah V, VI, VII Varney.

2.4 Landasan Hukum

Adapun landasan hukum kewenangan bidan adalah sebagai berikut:

1.Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor (kepmenkes/900/2010,

pasal 16 ayat 1), membahas tentang kehamilan, persalinan, dan nifas secara normal dan

abnormal.

2.Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor (permenkes/149/2010,

pasal 9 ayat 2), membahas tentang kehamilan, masa persalinan, nifas, dan masa menyusui.

3.Standar 15: Pelayanan Bagi Ibu Dan Bayi Pada Masa Nifas. Pernyataan standar: Bidan

memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu

kedua dan minggu keenam setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi

melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi

yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara
umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI,

imunisasi dan KB.

2.4 Kerangka Berpikir

Nifas

Data Obyektif dari


Data Subyektif dari Anamnesa Pemeriksaan Fisik
(Keluhan ibu)

Nifas Patologi

Postpartum Blues

Asuhan yang diberikan :


1. Pengkajian
2. Interpretasi Data
3. Antisipasi Masalah Potensial
4. Tindakan segera
5. Intervensi
6. Imlpementasi
7. Obsevasi

Evaluasi penanganan Postpartum Blues

Teratasi Tidak Teratasi

Nifas Normal Depresi Postpartum


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Dalam studi kasus ini menggunakan metode deskriptif dengan rancangan studi kasus

yaitu laporan yang dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melaui suatu kasus yang

terdiri dari unit tunggal (Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini mendeskripsikan tentang Asuhan

Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny.T dengan Postpartum Blues di Balai Pengobatan Swasta Sri Diana

Am.Keb Kecamatan Kisaran Timur Kota Kisaran Kabupaten Asahan Tahun 2018.

Menggunakan asuhan kebidanan dengan 7 langkah Hellen Varney dan data


perkembangan menggunakan SOAP.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian studi kasus tersebut dilaksanan di Balai Pengobatan Swasta Sri Diana

Am.Keb Kecamatan Kisaran Timur Kota Kisaran Kabupaten Asahan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian merupakan kapan pelaksanaan pengambilan studi kasus akan

dilaksanakan (Notoatmojo, 2012). Penelitian tersebut dimulai dengan pengajuan judul,

penulisan pustaka, konsultasi dengan dosen pembimbing, pengumpulan data,

pelaksanaan penelitian, dan hasil penelitian, dilaksanakan pada bulan Januari 2018

sampai dengan bulan April 2018.


3.3 Subjek Penelitian

Subjek merupakan orang yang akan dikenai kegiatan pengambilan kasus (Notoatmodjo,

2012). Subjek yang digunakan dalam studi kasus ini adalah Ny.T umur 22 tahun G2P1A0

dengan Postpartum blues.

3.4 Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil ukur Skala Ukur


Nifas Masa nifas adalah masa Format Nifas Nominal
setelah seorang ibu pengkajia Normal
melahirkan bayi yang n
dipergunakan untuk
memulihkan kesehatannya
kembali yang umumnya
memerlukan waktu 6-12
minggu (Marmi, 2014
Postpartum Postpartum Blues Format Postpartum Nominal
blues adalah ketidakmampuan pengkajia blues
seorang ibu untuk n
menghadapi suatu keadaan
baru dimana adanya
kehadiran anggota baru
dalam pola asuhan bayi dan
keluarga (Nurjanah, 2013).

3.5 Jenis Data


a. Data Primer
Data Primer merupakan data yang diperoleh dari responden, untuk memperoleh data

dari responden pada penelitian tersebut, maka dilakukan wawancara mengenai keadaan

ibu, keluhan yang dirasakan selama kehamilannyadan pemeriksaan fisik, berupa

pemeriksaan keadaan umum ibu, pemeriksaan fisik ibu.

b. Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dari hasil pendokumentasian, pada

penelitian tersebut data sekunder pasien dapat berupa buku KIA.Data rekam medik klinik,
hasil survei pendahuluan juga merupakan bagian dari data sekunder yang digunakan dalam

penelitian tersebut.

3.6 Teknik dan Alat Pengumpulan Data


3.6.1 Teknik Pengumpula Data

Teknik pengumpulan dapat berupa wawancara (interview) danobservasi.

a. Wawancara

Wawancara yang dapat dilakukan pada penelitian tersebut langsung kepada

pasien, dengan memperkenalkan diri, meminta izin untuk kesediaan menjadi

responden, kemudian menanyakan beberapa pertanyaan tentang keadaan

kehamilannya, keluarga,pekerjaan, dengan menggunakan alat bantu berupa format

pengkajian, melakukan pengkajian, lalu mengidentifikasi diagnosa pasien,

mengatasi masalah dan kebutuhan pasien, memberikan tindakan asuhan

kebidanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

b. Observasi

Melakukan observasi keadaan pasien, setelah dilakukan kunjungan awal dan

pengkajian keadaan pasien, maka perlu di lakukan pengawasan terhadap keadaan

pasien, observasi dilakukan dengan memeriksa keadaan pasien, menentukan

diagnosa pasien, tindakan lanjutan terhadap pasien, serta untuk mengetahui

perkembangan dan hasil akhir dari asuhan kebidanan yang telah dilakukan kepada

pasien. Alat yang digunakan untuk melakukan observasi keadaan pasien tersebut

berupa stetoskop, timbangan, termometer, arloji.

3.6.2 Alat Pengumpulan Data

Alat yang dibutuhakan dalam teknik pengumpulan data yang digunakan pasa

penelitian tersebut adalah dengan menggunakan format pengkajian pada ibu hamil, yang
dilakuan pengisian dengan bolpoint, buku tulis, dan pengumpulan data dengan

menggunakan data sekunder dari buku KMS dan hasil survey data pada klinik tempat

penelitian. Pada penelitian tersebut dilakukan observasi yaitu untuk mengetahui

perkembangan keadaan pasien dengan melakukan pengukuran tanda-tanda vital pasien

menggunakan spygmomanometer, stetoskop, timbangan badan, pita pengukur lingkar

lengan atas, jam tangan penunjuk waktu, termometer. Alat untuk pendokumentasian

berupa format pengkajian, rekam medik klinik, alat tulis.

3.7 Analisis Data


Menurut Sugiyono, 2014 proses analisa data yang dilakukan dalam studi kasus yaitu :
1. Reduksi data (data reduction)

Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal pokok dan penting kemudian dicari tema

dan polanya. Pada tahap ini peneliti memilih informasi mana yang relevan dan mana

yang tidak relevan dengan penelitian. Setelah direduksi data akan mengerucut, semakin

sedikit memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai objek penelitian.

2. Menyajian data (data display)

Menyajikan data merupakan salah satu usaha agar informasi yang diperoleh suatu usaha

agar informasi yang diperoleh dapat diterima dengan mudah oleh orang lain. Dalam hal

ini peneliti dapat menyajikan data dalam bentuk narasi.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and verification).Kesimpulan

yang dikemukakan disertai dengan temuan bukti-bukti yang kuat, sehingga kesimpulan

tersebut bersifat kredibel.

Anda mungkin juga menyukai