PENDAHULUAN
kejadian postpartum blues di luar negeri cukup tinggi yakni 26-85%. Di Indonesia, diperkirakan
insiden depresi postpartum sekitar 10- 15% dari perempuan yang melahirkan (Nurjanah, 2013).
Sedangkan, untuk angka kejadian postpartum blues di Indonesia antara 50-70%. Angka
kejadiannya rendah bila dibandingkan negara-negara lain (Janiwarty dan Pieter, 2013).
Angka kejadian post partum blues di luar Jepang cukup tinggi mencapai 26-85% wanita
terhadap 154 wanita pasca persalinan di Malaysia pada tahun 2009 di laporkan angka ke jadian
3,9% terbanyak dari ras India (8,9%), Melayu (3,0%), dan China tidak ada (Jofesson A, 2010).
Sedangkan Albright mengemukakan angka kejadian postpartum blues di luar negeri cukup tinggi
pada ibu yang baru melahirkan sekitar 75-80% (Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 2011),
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyowati dan Uke (2009) tentang
faktor yang memengaruhi terjadinya postpartum blues didapatkan hasil bahwa sebanyak 54,84%
mengalami postpartum blues yang disebabkan oleh beberapa hal diantaranya pengalaman yang
tidak menyenangkan pada periode kehamilan dan persalinan sebanyak 38,71%, faktor
psikososial (dukungan sosial sebanyak 19,35%, kualitas dan kondisi bayi baru lahir sebanyak
16,13%) serta faktor spiritual sebanyak 9,78% (Program Studi Ilmu Keperawatan, 2014).
Pasca melahirkan ibu akan mengalami beberapa perubahan, baik perubahan fisik maupun
perubahan psikologis. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh ibu, sebagian ibu bisa
menyesuaikan diri dan sebagian tidak bisa menyesuaikan diri, bahkan bagi mereka yang tidak
bisa menyesuaikan diri akan mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai macam
sindrom atau gejala, yang biasa disebut dengan sindrom postpartum blues (Hospital Majapahit,
2014). Perubahan psikis mempunyai peranan yang sangat penting. Pada masa ini, ibu nifas
menjadi sangat sensitif, sehingga diperlukan pengertian dari keluarga-keluarga terdekat dan
peran bidan untuk menghindari perubahan psikis yang patologis (Nurjanah, 2013). Banyak bukti
menunjukan bahwa periode kehamilan, persalinan dan pascanatal merupakan masa terjadinya
stress berat, kecemasan, gangguan emosi dan penyesuaian diri (Marmi, 2014).
Postpartum blues merupakan fenomena yang terjadi pada hari-hari pertama postpartum
yang telah dilaporkan sejak 460 tahun sebelum Masehi (Marmi, 2014). Postpartum blues adalah
bentuk depresi yang paling ringan, biasanya timbul antara hari ke 2 sampai 2 minggu.
Postpartum blues dialami hingga 50-80% ibu yang baru melahirkan (Dewi dan Sunarsih, 2011).
Kecamatan Kisaran Timur, Kota Kisaran, Kabupaten Asahan, pada bulan Januari-Maret 2018
data ibu nifas sebanyak 33 pasien, dengan perincian 3 orang (2,7%) ibu nifas dengan kasus
hipertensi, 4 orang (3,7%) ibu nifas dengan bendungan ASI, dan 3 orang (3,7%) ibu nifas dengan
Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk melakukan pengambilan kasus yang
berjudul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny.T dengan Postpartum Blues di Balai Pengobatan
Swasta Sri Diana Am.Keb Kecamatan Kisaran Timur Kota Kisaran Kabupaten Asahan Tahun
2018”.
penatalaksanaan “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny.T dengan Postpartum Blues di Balai
Pengobatan Swasta Sri Diana Am.Keb Kecamatan Kisaran Timur Kota Kisaran Kabupaten
Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny.T dengan Postpartum Blues di Balai Pengobatan Swasta Sri Diana
Am.Keb Kecamatan Kisaran Timur Kota Kisaran Kabupaten Asahan Tahun 2018 secara
komprehensif.
2.Tujuan khusus
1. Penulis mampu melaksanakan pengkajian secara menyeluruh meliputi data subyektif dan
2. Penulis mampu melaksanakan interpretasi data dasar yang meliputi diagnosa kebidanan,
masalah dan kebutuhan yang dapat terjadi pada Ny.T dengan postpartum blues.
3. Penulis mampu menentukan diagnosa potensial yang terjadi pada Ny.T dengan postpartum
blues.
4. Penulis mampu melakukan tindakan segera pada Ny.T dengan postpartum blues.
5. Penulis mampu merencanakan tindakan sesuai dengan kondisi pada Ny.T dengan postpartum
blues.
6. Penulis mampu melaksanakan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Ny.T dengan
postpartum blues.
7. Penulis mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan kebidanan pada Ny.T dengan
postpartum blues.
1.4 Manfaat
1.4.1 Institusi Pendidikan
Untuk menambah wawasan bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
1.4.2 Mahasiswa
Untuk menambah ilmu pengetahuan dan sebagai sumber informasi tentang penanganan
1.4.3 Peneliti
blues.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk
memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu (Marmi,
2014). Periode pasca persalinan (postpartum) adalah masa waktu antara kelahiran plasenta dan
membran yang menandai berakhirnya periode intra partum sampai waktu menuju kembalinya
Postpartum ialah kelahiran yang dimulai setelah lahirnya bayi sampai pemulihan kembali
organ-organ seperti sebelum kelahiran. Lamanya periode postpartum yaitu sekitar 6-8 minggu
dan wanita mengalami perubahan fisik yang kompleks. Selain terjadinya perubahan-perubahan
tubuh, pada periode postpartum juga akan mengakibatkan terjadinya perubahan kondisi
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan (waktu 0-24 jam postpartum). Dalam agama
2. Puerperium intermedial (early puerperium): Suatu masa dimana pemulihan dari organ-
3. Remot puerpurium (later puerperium): waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
1. Involusi Uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus sebagai proses kembalinya uterus pada keadaan
semula atau keadaan sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram (Marmi, 2014).
Setelah persalinan, luka tempat plasenta cepat mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya
sebesar 3-4 cm dan pada akhir masa nifas 1-2 cm. Regenerasi endometrium terjadi di tempat
3. Ligamen
Ligamen dan diafragma pevis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus,
setelah janin lahir, berangsur- angsur menciut kembali seperti sedia kala (Marmi, 2014).
4. Serviks
Setelah persalinan serviks bewarna merah kehitaman. Konsistensi lunak, kadang terdapat
perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim. Setelah 2
jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya 1 jari. (Marmi, 2014).
5. Lochia
Lochia adalah cairan atau lendir yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa
a. Lochia Rubra
Ini berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernix caseosa, lanugo,
b. Lochia Sanguinolenta
Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi pada hari ke 3-7 pasca
persalinan.
c. Lochia Serosa
Bewarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
d. Lochia alba
6. Vagina
Pada awal nifas, vagina membentuk suatu lorong luas berdinding licin yang berangsur-
angsur mengecil ukuranya, tetapi tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vagina kembali
kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul
7. Perineum
Setelah masa nifas, biasanya robekan perineum dan laserasi akan pulih dalam waktu satu
1. Nutrisi
Nutrisi dikonsumsi pada masa nifas harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori.
Kalori bagus untuk proses metabolisme tubuh, kerja organ tubuh, proses pembentukan ASI.
Wanita dewasa memerlukan 2.200 kalori. Ibu menyusuimemerlukan kalori wanita dewasa +700
kalori pada 6 bulan pertama kemudian +500 kalori bulan selanjutnya (Marmi, 2014).
2. Ambulasi
Ambulasi dini adalah kegiatan untuk secepat mungkin membimbing ibu nifas keluar dari
tempat tidurnya untuk berjalan. Pada persalinan normal sebaiknya ambulasi dikerjakan setelah 2
jam (Ibu boleh miring ke kiri atau ke kanan untuk mencegah adanya trombosit) (Dewi dan
Sunarsih, 2011).
3. Eliminasi
Dalam 6 jam pertama postpartum, pasien sudah harus dapat buang air kecil (BAK)
semakin lama urine tertahan dalam kandung kemih maka dapat mengakibatkan kesulitan pada
Kemudian, dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah harus dapat buang air besar (BAB)
karena semakin lama feses tertahan dalam usus maka akan semakin sulit bagi ibu untuk buang
4. Kebersihan Diri
Beberapa langkah penting dalam perawatan kebersihan diri dari ibu postpartum menurut
a. Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan alergi kulit pada bayi. Kulit
ibu yang kotor karena keringatatau debu dapat menyebabkan kulit bayi mengalami alergi
b. Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.Pastikan ibu mengerti untuk
membersihkan daerah vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian
c. Mengganti pembalut setiap kali darah sudah penuh atau minimal 2 kali dalam sehari.
d. Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali ibu selesai membersihkan daerah
kemaluannya.
5. Seksual
Secara fisik, aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan
ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Banyak budaya
dan agama yang melarang untuk melakukan hubungan seksual sampai masa waktu tertentu,
Istirahat
Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat. Istirahat yang dibutuhkan ibu nifas sekitar
8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
(Sulistyawati, 2009).
7) Merasa sedih atau tidak mampu untuk merawat bayi dan diri sendiri (baby blues).
Kunjungan masa nifas antara 6 jam setelah persalinan sampai 6 minggu menurut
2) Memastikan bahwa bayi sudah bisa menyusu tanpa kesulitan dan bertambah berat
badannya.
7) Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai dan
memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan
2.2.1 Pengertian
Postpartum Blues adalah gangguan perasaan yang menyertai suatu persalinan, biasanya
terjadi pada hari 3 sampai hari ke 10 dan umumnya terjadi akibat perubahan hormonal
(Prawirohardjo, 2009). Postpartum Blues atau sering juga disebut maternity blues atau sindrom
ketidakmampuan seorang ibu untuk menghadapi suatu keadaan baru dimana adanya kehadiran
anggota baru dalam pola asuhan bayi dan keluarga (Nurjanah, 2013).
Postpartum Blues dikategorikan sebagai sindrom gangguan psikologis masa nifas paling
ringan, namun jika postpartum blues ini tidak ditangani dengan baik dapat menjadi keadaan yang
lebih berat yaitu depresi dan psikosis pasca salin (Marmi, 2014).
2.2.2 Gejala
1) Sering menangis.
2) Sulit tidur.
4) Gelisah.
5) Perasaan tidak berdaya atau hilang kontrol.
2.2.3 Penyebab
1. Faktor hormonal, turunnya kadar estrogen secara tiba-tiba setelah melahirkan yang dapat
2. Ketidaknyamanan fisik yang dialami sehingga menimbulkan perasaan emosi pada wanita
pasca melahirkan.
2.2.4 Penanganan
1. Dengan pendekatan komunikasi terapeutik yang bertujuan menciptakan hubungan baik antara
2.Dengan peningkatan suport mental yang dapat dilakukan oleh keluarga pasien diantaranya:
b) Memanggil nenek atau keluarga bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi
c) Suami lebih perhatian terhadap istri dan permasalahan yang dihadapi istrinya.
e) Suami menggantikan peran istri ketika istri kelelahan dan memperbanyak dukungan.
c)Berolahraga ringan.
f)Bersikap fleksibel.
2.3.1 Pengertian
langkah pemecahan masalah sehingga merupakan alur kerja dan pengorganisasian, pemikiran
serta langkah-langkah dalam suatu urutan yang logis, yang menguntungkan baik bagi klien
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah yang akan dilakukan, studi kasus ini penulis
sistematik dan analitik sehingga memudahkan dalam pengarahan pemecahan masalah terhadap
klien.
Dalam studi kasus ini mengacu pada pola fikir Varney karena metode dan pendekatannya
sistematik dan analitik sehingga memudahkan dalam pengarahan pemecahan masalah terhadap
klien. Proses menurut Hellen Varney ada 7 langkah dimulai dari pangumpulandata dasar dan
berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah menurut Varney dalam Ambarwati dan Wahyuni
mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
pasien (Ambarwati dan wulandari, 2009). Proses pengumpulan data mencakup data subyektif
1) Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap
suatu situasi dan kejadian. Data tersebut dapat ditentukan oleh perawat secara independen tetapi
melalui suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2005). Data subyektif tersebut terdiri dari:
1)Nama
Bertujuan untuk mengetahui nama pasien secara jelas dan lengkap, bila perlu nama
panggilan sehari-hari agar tidak keliru pada saat akan melakukan tindakan asuhan
2)Umur
reproduksi belum matang, mental psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35
tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas (Ambarwati dan Wahyuni,
2009). Pada ibu nifas dengan postpartum blues faktor seperti umur dapat mempengaruhi
3) Agama
Bertujuan untuk mengetahui adat istiadat atau kebiasaan sehari-sehari (Ambarwati dan
Wahyuni, 2009).
5)Pendidikan
Bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pendidikan dan intelektualnya, sehingga
bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikan pasien (Ambarwati dan
Wahyuni, 2009).
6) Pekerjaan
Bertujuan untuk mengetahui pekerjaan pasien yang berhubungan dengan tingkat sosial
7)Alamat
b) Keluhan Utama
Bertujuan untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa
nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada
perineum (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pada kasus Ibu nifas dengan postpartum
blues keluhan yang dirasakan yaitu Ibu merasa cemas dan sedih dengan keadaannya
c) Riwayat Kesehatan
Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis
seperti : jantung, ginjal, asma/TBC, hepatitis, DM, hipertensi, epilepsi, yang dapat
mempengaruhi pada masa nifas (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pada kasus Ibu nifas
dengan postpartum blues, faktor seperti riwayat ibu yang pernah mengalami Postpartum
(Mansur, 2009).
Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini
yang berhubungan dengan masa nifas dan bayinya (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).
Pada kasus Ibu nifas dengan postpartum blues keadaan umum kurang baik dan emosi
tidak stabil
d.Riwayat perkawinan
Bertujuan untuk mengetahui berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena
bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologinya sehingga
e.Riwayat obstetrik
Bertujuan untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, pernah abortus atau tidak, berapa
jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan masa nifas yang
lalu. Pada kasus Ibu nifas dengan postpartum blues, pengalaman dan proses kehamilan
Bertujuan untuk mengetahui tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak,
keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan guna pengkajian apakah proses
persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini
(Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pada kasus Ibu nifas dengan kasus postpartum blues
Bertujuan untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa,
berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah
masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).
Betujuan untuk mengetahui pasien dan keluarga menganut adat istiadat apa yang akan
menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada
h.Data psikososial
Bertujuan untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Pada kasus
dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya (Ambarwati dan
Wahyuni, 2009).
i.Data pengetahuan
Bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan setelah
2009).
1)Nutrisi
Bertujuan untuk mengetahui pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis
makanan, makanan pantangan selama masa nifas (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pada
kasus Ibu nifas dengan postpartum blues Ibu akan mengalami gangguan nafsu
2)Eliminasi
Bertujuan untuk mengetahui pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi
frekuensi, jumlah, konsistensi bau serta kebiasaan buang air kecil meliputifrekuensi,
3)Pola istirahat
Bertujuan untuk mengetahui pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, dan
kebiasaan sebelum tidur. Istirahat sangat penting bagi ibu nifas karena dengan istirahat
yang cukup dapat mempercepat penyembuhan (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pada
kasus Ibu nifas dengan postpartum blues Ibu akan mengalami gangguan tidur atau
4)Personal Hygiene
Bertujuan untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada
daerah genetalia (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pada kasus Ibu nifas dengan
postpartum blues ibu kurang perhatian terhadap kebersihan diri dan penampilannya
(Nurjanah, 2013).
5)Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola aktivitas perlu dikaji
2) Data obyektif
diagnosa, yang meliputipemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi sebagai berikut :
a) Pemeriksaan Umum
1)Keadaan Umum
b.Lemah: Kriteria ini jika pasien kurang atau tidak memberi respon yang baik
terhadap lingkungan dan orang lain, tidak mampu berjalan. (Sulistyawati, 2009).
Pada kasus Ibu nifas dengan postpartum blues keadaan umum kurang baik dan
2)Tingkat kesadaran
(Kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar)
(Sulstyawati, 2009).
3) Vital sign
Bertujuan untuk mengetahui keadaan ibu yang berkaitan dengan kondisi yang dialami
pasien. Vital sign (Ambarwati dan Wahyuni, 2009) terdiri dari: a)Suhu
b)Nadi
Bertujuan untuk mengetahui denyut nadi pasien yang dihitung dalam satu menit.
Batas normal 60-80 x/menit, nadi lebih dari 100x/menit pada masa nifas
c)Respirasi
d)Tekanan Darah
b) Pemeriksaan Fisik
Bertujuan untuk melakukan pemeriksaan fisik dari ujung kaki dan kemudian menjelaskan
pemeriksaan fisik kepada pasien (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pemeriksaan fisik
1) Kepala
a)Rambut
Bertujuan untuk mengetahui warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak. Pada
b)Muka
Bertujuan untuk mengetahui keadaan muka adakah oedema atau tidak. Pada kasus
Ibu nifas dengan postpartum blues muka ibu tidak oedema (Rukiyah dan
Yuliyanti, 2010).
c)Mata
dan sklera bewarna putih atau tidak. Pada kasus Ibu nifas dengan postpartum
blues konjungtiva mata ibu berwarna merah dan skera berwarna putih (Rukiyah
d) Hidung
e)Telinga
f)Mulut/ gusi/gigi
Bertujuan untuk mengetahui mulut bersih atau tidak, ada caries dentis dan karang
gigi.
2) Leher
Bertujuan untuk mengetahui ada pembesaran kelenjar tyroid atau kelenjar getah bening
atau tidak.
a)Mammae
keadaan puting susu, retraksi, massa, pengeluaran cairan dan pembesaran kelenjar
limfe (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pada kasus Ibu nifas dengan postpartum
blues payudara membesar, puting susu menonjol, aerola hyperpigmentasi,
b)Axila
Bertujuan untuk mengetahui benjolan dan nyeri yang terdapat apada axila. Pada
kasus Ibu nifas dengan postpartum blues tidak ada benjolan disekitar axila
4) Ekstremitas
Bertujuan untuk mengetahui ada varices atau tidak, ada oedema atau tidak, reflek patella.
Pada kasus ibu nifas dengan postpartum blues reflek patella positif (Rukiyah dan
Yuliyanti, 2010).
1) Keadaan Perineum
Bertujuan untuk mengetahui adakah oedema, hematoma, bekas luka episiotomi/ robekan,
hecting.
2) Keadaan Anus
3) Lochea
Bewarna merah kehitaman, bau biasa, tidak ada bekuan darah, jumlah perdarahan yang
ringan atau sedikit (hanya perlu mengganti pembalut setiap 3-5 jam).
d. Data Penunjang
Data penunjang ini diperoleh dari pemeriksaan laboratorium antara lain : pemeriksaan Hb
dan golongan darah, serta kadar bilirubin dalam darah (Depkes RI, 2007). Data penunjang
yang diperlukan pada kasus Ibu nifas dengan postpartum blues adalah pemeriksaan
Hb (Rukiyah, 2010).
atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya
membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah
sering berkaitan dengan pengalaman yang diidentifikasi oleh bidan (Ambarwati dan Wulandari,
1) Diagnosa
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan yang berkaitan dengan Para,
abortus, anak hidup, umur ibu dan keadaan nifas (Ambarwati dan wulandari, 2009). Data yang
mendasari untuk diagnosa postpartum bllues adalah data subjektif, objektif dan data penunjang.
Diagnosa pada kasus Ibu nifas dengan postpartum blues adalah : Ny.T umur 22 tahun , P1A0
2) Masalah
Bertujuan untuk mengetahui masalah yang muncul berdasarkan pernyataan pasien dari
hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik (Ambarwati dan wahyuni, 2009). Masalah pada kasus Ibu
nifas dengan postpartum blues adalah ketidakmampuan ibu untuk beradaptasi terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi sehingga akan terjadi depresi Postpartum (Rukiyah dan
yuliyanti, 2012).
3) Kebutuhan
Kebutuhan merupakan hal- hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi dalam
diagnosa dan masalah. Pada kasus Ibunifas dengan postpartum blues kebutuhan yang diperlukan
ialah dukungan dari semua orang terdekat, keluarga, suami atau saudara (Dewi dan Sunarsih,
2011).
Pada langkah ini penulis mengidentifikasi dengan kritis tanda dan gejala yang
memerlukan tindakan kebidanan untuk membantu pasien untuk mengatasi dan mencegah
(Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Masalah potensial pada ibu nifas dengan postpartum blues
akan muncul apabila tidak segera ditangani yang akan menyebabkan potensial terjadi depresi dan
tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial tidak terjadi (Ambarwati dan Wahyuni,
2009). Antisipasi atau untuk Ibu Nifas dengan postpartum blues menurut Dewi dan Sunarsih
(2011) yaitu konsultasi dengan tenaga kesehatan seperti bidan, dokter spesialis jiwa serta
e. Langkah V. Perencanaan
Langkah ini merupakan lanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang
telah diidentifikasi atau diantisipasi (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Asuhan kebidanan
yang direncanakan pada pasien dengan postpartum blues menurut Marmi (2014) yaitu :
bayi).
3) Anjurkan ibu untuk menceritakan segala permasalahan atau hal lain yang ingin diungkapkan
4) Bila perlu, anjurkan klien untuk berkonsultasi dengan tenaga medis untuk mengurangi
kekhawatirannya.
Penatalaksanaan manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dan asuhan klien (Varney, 2007). Pelaksanaan pada kasus Ibu nifas dengan
urusan bayi).
f.Melewatkan waktu bersama teman-teman.
3) Meganjurkan ibu untuk menceritakan segala permasalahan atau hal lain yang ingin
4) Bila perlu, menganjurkan klien untuk berkonsultasi dengan tenaga medis untuk mengurangi
ke khawatirannya.
g. Evaluasi
Langkah ketujuh adalah evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan (Varney,
2007). Setelah diberi asuhan kebidanan hasil yang diharapkan adalah keadaan umum baik,
kesadaran composmentis, ibu sudah mau menerima bayinya dan menikmati peran barunya
sebagai seorang ibu, ibu sudah memperlakukan dirinya dengan baik dan ibu bersedia untuk
SOAP yaitu :
1) S (Subyektif)
2) O (Obyektif)
laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung
3) A (Assesment)
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan
c) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi dan atau
4) P (Planning)
pasal 16 ayat 1), membahas tentang kehamilan, persalinan, dan nifas secara normal dan
abnormal.
pasal 9 ayat 2), membahas tentang kehamilan, masa persalinan, nifas, dan masa menyusui.
3.Standar 15: Pelayanan Bagi Ibu Dan Bayi Pada Masa Nifas. Pernyataan standar: Bidan
memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu
kedua dan minggu keenam setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi
melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi
yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara
umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI,
Nifas
Nifas Patologi
Postpartum Blues
yaitu laporan yang dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melaui suatu kasus yang
terdiri dari unit tunggal (Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini mendeskripsikan tentang Asuhan
Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny.T dengan Postpartum Blues di Balai Pengobatan Swasta Sri Diana
Am.Keb Kecamatan Kisaran Timur Kota Kisaran Kabupaten Asahan Tahun 2018.
Penelitian studi kasus tersebut dilaksanan di Balai Pengobatan Swasta Sri Diana
pelaksanaan penelitian, dan hasil penelitian, dilaksanakan pada bulan Januari 2018
Subjek merupakan orang yang akan dikenai kegiatan pengambilan kasus (Notoatmodjo,
2012). Subjek yang digunakan dalam studi kasus ini adalah Ny.T umur 22 tahun G2P1A0
dari responden pada penelitian tersebut, maka dilakukan wawancara mengenai keadaan
b. Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dari hasil pendokumentasian, pada
penelitian tersebut data sekunder pasien dapat berupa buku KIA.Data rekam medik klinik,
hasil survei pendahuluan juga merupakan bagian dari data sekunder yang digunakan dalam
penelitian tersebut.
a. Wawancara
b. Observasi
perkembangan dan hasil akhir dari asuhan kebidanan yang telah dilakukan kepada
pasien. Alat yang digunakan untuk melakukan observasi keadaan pasien tersebut
Alat yang dibutuhakan dalam teknik pengumpulan data yang digunakan pasa
penelitian tersebut adalah dengan menggunakan format pengkajian pada ibu hamil, yang
dilakuan pengisian dengan bolpoint, buku tulis, dan pengumpulan data dengan
menggunakan data sekunder dari buku KMS dan hasil survey data pada klinik tempat
lengan atas, jam tangan penunjuk waktu, termometer. Alat untuk pendokumentasian
Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal pokok dan penting kemudian dicari tema
dan polanya. Pada tahap ini peneliti memilih informasi mana yang relevan dan mana
yang tidak relevan dengan penelitian. Setelah direduksi data akan mengerucut, semakin
Menyajikan data merupakan salah satu usaha agar informasi yang diperoleh suatu usaha
agar informasi yang diperoleh dapat diterima dengan mudah oleh orang lain. Dalam hal
yang dikemukakan disertai dengan temuan bukti-bukti yang kuat, sehingga kesimpulan