DISUSUN OLEH :
P1337424118035
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penulisan Asuhan Kebidanan
pada ibu hamil fisiologis.
Dalam penulisan makalah ini, tidak lepas dari adanya bantuan dari
berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Kebidanan pada ibu nifas pada Ny .R umur 28 tahun P2A0 6 jam post
partumdi Puskesmas Srondol Laporan Ilmiah Ini Disusun Oleh
Menyetujui,
Pembimbing Institusi Mahasiswa
B. Rumusan masalah
Bagaimana Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Fisiologis pada Ny.R Umur 28
Tahun P2A0 6 jam Post Partum fisiologis di Puskesmas Srondol?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melakukan asuhan kebidanan yang berkualitas pada Ny. R
Umur 28 tahun P2A0 6 jam Post Partum di Puskesmas Srondol
dengan menggunakan pendekatan masalah atau manajemen kebidanan
dan mendokumentasikan dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan khusus
a. Melaksanakan pengkajian data subjektif dan objektif pada Ny. R
Umur 28 tahun P2A0 6 jam Post Partum di Puskesmas Srondol
b. Mengidentifikasi diagnosa,masalah dan kebutuhan pada Ny. R
umur 28 tahun P2A0 6 jam Post Partum di Puskesmas Srondol
c. Melakukan penatalaksanaan sesuai kasus yang ditemui pada Ny.R
umur 28 tahun P2A0 6 jam Post Partum
BAB II
TINJAUAN TEORI
5. Penatalaksanaan
Kebutuhan dan perawatan pada masa nifas, antara lain:
a. Mobilisasi
Setelah persalinan, ibu dianjurkan untuk istirahat dan tidur
terlentang selama 8 jam. Kemudian, ibu boleh miring kanan artau
miring kiri untuk mencegah terjadinya tromboemboli dan
trombosis. Pada hari kedua, ibu diperbolehkan untuk duduk, pada
hari ketiga berjalan-jalan dan pada hari keempat atau kelima sudah
diperbolehkan pulang. Mobilisasi dapat bervariasi tergantung pada
komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
Dari hasil penelitian oleh Dewi Susilowati (2015) mengenai
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Nifas Dalam Pelaksanaan
Mobilisasi Dini didapatkan :
1) 63,3% responden tidak mengikuti budaya yang melarang
ibu nifas untuk bergerak setalah persalinan selesai, terdapat
50 % responden melakukan mobilisasi dini. ini sesuai
dengan teori menurut Hidayat (2006) tentang faktor yang
mempegaruhimobilisasi dini yaitu orang yang memiliki
budaya seringjalan-jalan jauh memiliki kemampuan
mobilitas yang lebih kuat.
2) Responden yang mengikuti budaya, terdapat 30 % tidak
melakukan mobilisi dini, ini di karenakan budaya tersebut
melarang ibu nifas untuk melakukan gerakan/berjalan
sebelum 2 hari setelah melahirkan dan menganjurkan ibu
untuk selalu meluruskan kaki.
Berdasarkan hasil penelitian lain yaitu di RSUD Jombang oleh
dewi (2016) Sebelum dilakukan mobilisasi dini ibu nifas belum
mengalami penurunan TFU. Setelah dilakukan mobilisasi dini ibu
nifas mengalami penurunan TFU secara bertahap dan
mengembalikan organ-organ dalam ke bentuk semula seperti
sebelum hamil. Mobilisasi dini akan melancarkan pengeluaran
darah dan sisa plasenta sehingga dapat mempercepat penurunan
TFU. Oleh karena itu mobilisasi dini berpengaruh pada penurunan
TFU.
b. Diet
Pada masa nifas kebutuhan akan makanan yang bermutu, bergizi
seimbang dan cukup kalori terutama protein, sayur-sayuran, buah-
buahan dan mengkonsumsi banyak cairan sangat penting.
c. Miksi
Proses buang air kecil dapat dilakukan sewakti-waktu dan dapat
dilakukan sendiri. Namun, yang mengalami kesulitan dalam
perkemihan dapat dilakukan katerisasi sampai kandung kemih tidak
mengalami kesulitan lagi dalam buang air kecil.
d. Defekasi
Buang air besar seharusnya dilakukan 3-4 hari pasca persalinan.
Namun bila mengalami kesulitan baik itu obstipasi maupun buang
air besar keras, dapat diberikan obat laksatif per oral atau per
rektal.
e. Perawatan payudara
Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil agar putting
susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk
menyusui bayinya.
f. Laktasi
Proses laktasi sangat dianjurkan untuk semua ibu, terutama untuk
pemberian ASI Eksklusif. Proses laktasi akan berjalan lancar
apabila bayi sering disusui, isapan pada putting susu merupakan
rangsangan psikis yang mencetuskan pengeluaran oksitosin oleh
hipofisis. Produksi ASI akan lebih banyak. Sebagai efek positifnya,
involusi uteri akan lebih sempurna. Hubungan antara ibu dan bayi
akan terjalin erat akibat dari menyusui.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Wilayah Kerja
Puskesmas Raja Basa Indah Bandar Lampung Tahun 2015 bahwa
ada hubungan pijat oksitosin terhadap pengluaran ASI pada ibu
post partum yaitu :
1) Pengeluaran ASI pada ibu nifas yang dilakukan pijat oksitosin di
Wilayah Kerja Puskesmas Raja Basa Indah Bandar Lampung
Tahun 2015 Rata-rata 9 ibu nifas (60%) yang pengluaran asinya
cepat.
2) Pengeluaran ASI pada ibu nifas yang tidak dilakukan pijat pijat
oksitosin di Wilayah Kerja Puskesmas Raja Basa Indah Bandar
Lampung Tahun 2015 Ratarata sebanyak 12 ibu nifas (80%)
yang pengluaran asinya lambat.
Berdasarkan penelitian lain yaitu yang dilakukan oleh dewi ( 2015)
hasil penelitian dan analisa data hasil observasian pengeluaran ASI
pada ibu nifas sebelum dan sesudah mengkonsumsi sari kacang
hijau di BPM Yuni Widaryanti, Amd. Keb Subermulyo Jogoroto
Jombang di dapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1) Pengeluaran ASI responden sebelum mengkonsumsi sari kacang
hijau, responden mengalami pengeluaran ASI yang sedikit dan
tidak lancar yaitu sejumlah (57,1 %).
2) Pengeluaran ASI responden sesudah mengkonsumsi sari kacang
hijau, di dapatkan data (57,1 %) responden mengalami
perubahan pengeluaran ASI menjadi lebih banyak dan lancar.
3) Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa pemberian terapi sari kacang hijau dapat
mempengaruhi kelancaran pengeluaran ASI dan hasil uji
statistik yang dilakukan menggunakan uji Chi Square dengan
menggunakan perangkat lunak Window SPSS Versi 13 α< 0,05
maka H0 ditolak berarti H1 diterima yang berarti ada pengaruh
pemberian sari kacang hijau pada ibu Nifas dengan kelancaran
produksi ASI.
g. Pemeriksaan pascapartum.
1) Pemeriksaan Umum: Tekanan Darah, Nadi, Suhu Badan, Selera
Makan, Keluhan dan sebagainya.
2) Payudara: ASI, Putting susu.
3) Dinding perut, perineum, kandung kemih, rektum.
4) Sekret yang keluar: misalnya lochea, flour albus.
5) Keadaan alat-alat kandung
6) Nasihat untuk ibu postnatal:
a. Fisioterapi postnatal sangat dianjurkan.
b. Anjuran untuk menyusui bayi secara eksklusif.
c. Untuk melakukan KB.
d. Anjuran untuk mengimunisasikan anaknya.(Sofian, 2013)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sinta dan risma (2017)
terdapat perubahan yang signifikan penggunaaan media sosial
terhadap peningkatan pengetahuan perawatan masa nifas nifas, tetapi
tidak terdapat perubahan yang disignifikan terhadap kepatuhan
kunjungan ulang masa nifas.
6. Program Atau Kebijakan Teknis
Pelayanan kesehatan pada ibu nifas oleh bidan dan dokter
dilaksanakan minimal 3 kali yaitu :
1) Kunjungan I yaitu satu kali pada periode 6 jam sampai dengan 3
hari pasca persalinan
2) Kunjungan II yaitu satu kali pada periode 4 hari sampai dengan 28
hari pasca persalinan
3) Kunjungan III yaitu satu kali pada periode 29 hari samapai dengan
42 hari pasca persalinan.
(Runjati dkk,2017)
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS NORMAL
PADA Ny.R UMUR 28 TAHUN P2A0 6 JAM POST PARTUM
DI PUSKESMAS SRONDOL
I. PENGKAJIAN
IDENTITAS PASIEN
Identitas Pasien penanggung jawab:suami/
A. DATA SUBYEKTIF
1. ALASAN DATANG:
Ibu masih dalam keadaan observasi post partum di puskesmas Srondol
2. KELUHAN UTAMA:
Ibu mengatakan bahwa merasa mules-mules
Uraian Keluhan Utama
Ibu mengatkan sejak melahirkan merasakan mules-mules sampai
sekarang.
3. RIWAYAT KESEHATAN
Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita :
Ibu mengatakan tidak sedang/tidak pernah mengalami tanda dan
gejala penyakit seperti TBC : batuk lebih dari satu bulan disertai batuk
berdarah, berkeringat dimalam hari, BB turun; Hepatitis B dan
HIV/AIDS: diare berkepanjangan, sariawan disekitar mulut, BB turun,
mudah terserang penyakit; IMS : sering mengeluarkan keputihan berbau,
gatal berwarna kuning kehijauan; Jantung : mudah lelah jika beraktivitas,
nyeri dada sebelah kiri, tidak bisa beraktivitas berat; Diabetes : luka
tidak sembuh, sering haus, BAK sering.
Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) :
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang pernah
mengalami tanda dan gejala serta memiliki riwayat penyakit menular
seperti TBC, hepatitis B, HIV/AIDS, dan IMS; penyakit menahun
seperti diabetes, jantung, paru-paru dan asma.
4.RIWAYAT OBSTETRI
a. Riwayat Haid:
Menarche : 14 tahun Nyeri Haid : tidak ada
Siklus : ± 28 hari Lama : ±6-7 hari
Warna darah : Merah Leukhorea : Tidak ada
Banyaknya : 2 – 3 kali pembalut penuh/sehari
Lama
Jenis KB Keluhan Alasan Berhenti
Penggunaan
DATA OBYEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK:
a. Pemeriksaan Umum:
1) Keadaan umum: Baik Tensi : 110/ 95 mmHg
2) Kesadaran : Compos mentis Nadi : 83 x / menit
3) BB Sebelum/ Sekarang :48/59 Suhu : 36,5 C
4) TB : 156 cm RR : 21 x / menit
5) LILA : 24 cm
b. Status present
Kepala : Mesochepal, rambut warna hitam dan tidak
mudah dicabut, tidak ada benjolan abnormal
Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik
Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret
Mulut : Bibir sedikit pecah – pecah , tidak ada karies
gigi, tidak ada gigi berlubang
Telinga : Tidak ada penumpukan serumen, simetris
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar
limfe danvena jugularis , tidak ada nyeri telan
Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada : Simetris, tidak ada tarikan dinding dada, tidak
ada suarawheezing, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
abnormal
Abdomen :Tidak ada bekas luka operasi, tidak ada
pembesaran limpadan hepar
Lipat paha : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Vulva : Tidak oedem, tidak ada varises, tidak terdapat
jahitan perineum
Ekstremitas : Tidak oedem, turgor kulit baik, pergerakan
normal, kuku jaribersih
Refleks patella : +/+
Punggung : Tidak ada kelainan pada tulang punggung, tidak
ada benjolanabnormal
Anus : Tidak ada hemorroid
c. Status Obstetrik
Muka :Tidak oedem, tidak pucat, tidak ada cloasma
Mamae :Payudara membesar, simetris, putting susu
menonjol, ASI sudah keluar
Abdomen :Ada linea nigra, TFU pertengahan pusat dan
Symphisis,VU kosong.
Genetalia : PPV : Lokhea rubra
Luka perenium: tidak ada nanah
B. ANALISA
Ny R umur 28 tahun P2A0 6 hari post partum fisiologis
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. R umur 28
tahun P2A0 6 hari post partum maka didapatkan hasil sebagai berikut.
A. Pengkajian
Berdasarkan teori pengkajian yang dilakukan dalam asuhan kebidanan
adalah dengan mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan
klien secara keseluruhan. Pengkajian dilakukan secara lengkap melalui data
subjektif dan data objektif.
Data subjektif diperoleh dari anamesa langsung dengan klien untuk
memperoleh informasi tentang kondisi klien. Data obyektif diperoleh dari
pemeriksaan terhadap klien.
Pada kasus ini pengkajian dilakukan secara lengkap sesuai dengan teori
yang ada sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik di
lapangan.
B. Analisa
Penentuan diagnosa masalah dibuat sesuai dengan data yang diperoleh
dari pengkajian yaitu data subjektif dan objektif.
Pada kasus ini diagnosa masalah yang ditentukan pada Ny. R Umur 28
Tahun tahun P2A0 6 hari post partum telah dilakukan sesuai teori
sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik.
Pengkajian dilakukan oleh penulis dengan anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan umum, sehingga kebutuhan penulis akan data klien lengkap
sehingga mendukung penetapan diagnosa.
C. Penatalaksanaan
Asuhan yang diberikan pada Ny. R diantaranya adalah
memberitahukan bahwa hal yang dialami ibu merupakan hal yang normal
dan memberikan penkes bagaimana cara mengatasinya, memberikan
tablet Fe 20 tablet diminum 1x1 dan tablet Vitamin A diminum 1x1,
Memberikan KIE mengenai tanda bahyaa nifas,Memberitahu ibu untuk
menyusui bayinya on demand, kurang lebih 2 jam sekali dan memberikan
ASI kanan dan kiri secara bergantian
Dalam jurnal Kaitan Asupan Vitamin A Dengan Produksi Air Susu
Ibu (Asi) Pada Ibu Nifas,Fakultas Ekologi Manusia,Institut Pertanian
Bogor,2013. Pada penelitian Jenis pangan nabati sumber vitamin A yang
dikonsumsi subjek yaitu bayam, wortel, daun katuk, kangkung, sawi,
tomat, daun singkong, dan ubi jalar merah. Jenis pangan hewani sumber
vitamin A yang dikonsumsi subjek yaitu daging ayam, telur ayam, susu
bubuk, dan susu kental manis. Kecukupan vitamin A yang dianjurkan
bagi ibu nifas selama enam bulan pertama dalam tabel AKG (2004) yang
disepakati dalam WNPG (2004) ialah 850 RE. Hasil perbandingan rata-
rata asupan vitamin A dengan kecukupan vitamin A yang dianjurkan
menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kecukupan vitamin A untuk seluruh
pangan yang mengandung vitamin A sebesar 66.50±41.30%, sedangkan
rata-rata tingkat kecukupan vitamin A untuk pangan sumber vitamin A
sebesar 63.10±43.40%. Berdasarkan kelompok pangannya, rata-rata
tingkat kecukupan vitamin A dari pangan nabati lebih tinggi
(54.40±43.20%) dibandingkan dengan rata-rata tingkat kecukupan
vitamin A dari pangan hewani (12.10±13.70al ini mengindikasikan
bahwa konsumsi pangan sehari-hari belum dapat menyumbangkan
vitamin A yang cukup bagi kebutuhan vitamin A harian yang harus
diasup oleh ibu nifas Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO dalam
Helen Keller International (2004), ibu dan bayi akan mendapat manfaat
dari pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi hingga 180 hari (6 bulan)
setelah melahirkan. Sehingga diduga vitamin A yang disumbangkan oleh
kapsul untuk ibu nifas sebanyak ±2 000 SI (650 RE) per hari dengan
tingkat kecukupan vitamin A sebesar 76.50%. Tingkat kecukupan
vitamin A dari kapsul (76.50%) jika dijumlahkan dengan rata-rata tingkat
kecukupan vitamin A dari seluruh pangan vitamin A (66.50%), maka
tingkat kecukupannya akan lebih dari sama dengan 77.00%. Hal ini
mengindikasikan bahwa apabila asupan vitamin A dari pangan kurang
selama masa nifas, namun dibantu dengan konsumsi kapsul vitamin A
program pemerintah, maka kebutuhan vitamin A harian akan tercukupi
(≥77.00%).
Hasil uji Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan
antara asupan vitamin A dari pangan yang mengandung vitamin A
maupun pangan sumber vitamin A saja dengan produksi ASI (p<0.05).
Hal ini berarti semakin tinggi konsumsi pangan sumber vitamin A, maka
produksi ASI juga akan semakin tercukupi. Selain itu, konsumsi pangan
yang memiliki kandungan vitamin A sedikit tetapi dikonsumsi dalam
jumlah banyak juga dapat memengaruhi kecukupan produksi ASI. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Soetarini et al. (2009) di
Polindes Kalisongo Dau Malang yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh antara vitamin A terhadap pengeluaran ASI ibu postpartum.
Hal ini karena vitamin A berfungsi dalam membantu produksi steroid
(Almatsier 2006). Pidada et al. diacu dalam Marwah et al. (2010)
menambahkan bahwa steroid dan vitamin A berperan merangsang
proliferasi epitel alveolus sehingga akan terbentuk alveolus yang baru
dan terjadi peningkatan jumlah alveolus dalam kelenjar ambing.
Mobilisasi Setelah persalinan, ibu dianjurkan untuk istirahat dan
tidur terlentang selama 8 jam. Kemudian, ibu boleh miring kanan artau
miring kiri untuk mencegah terjadinya tromboemboli dan trombosis. Dari
hasil penelitian oleh Dewi Susilowati (2015) mengenai Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Ibu Nifas Dalam Pelaksanaan Mobilisasi Dini
didapatkan.
a. 63,3% responden tidak mengikuti budaya yang melarang ibu nifas
untuk bergerak setalah persalinan selesai, terdapat 50 %
responden melakukan mobilisasi dini. ini sesuai dengan teori
menurut Hidayat (2006) tentang faktor yang
mempegaruhimobilisasi dini yaitu orang yang memiliki budaya
seringjalan-jalan jauh memiliki kemampuan mobilitas yang lebih
kuat.
b. Responden yang mengikuti budaya, terdapat 30 % tidak
melakukan mobilisi dini, ini di karenakan budaya tersebut
melarang ibu nifas untuk melakukan gerakan/berjalan sebelum 2
hari setelah melahirkan dan menganjurkan ibu untuk selalu
meluruskan kaki.
Berdasarkan hasil penelitian lain yaitu di RSUD Jombang oleh dewi
(2016) Sebelum dilakukan mobilisasi dini ibu nifas belum mengalami
penurunan TFU. Setelah dilakukan mobilisasi dini ibu nifas mengalami
penurunan TFU secara bertahap dan mengembalikan organ-organ dalam
ke bentuk semula seperti sebelum hamil. Mobilisasi dini akan
melancarkan pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga dapat
mempercepat penurunan TFU. Oleh karena itu mobilisasi dini
berpengaruh pada penurunan TFU.
a. Proses laktasi sangat dianjurkan untuk semua ibu, terutama untuk
pemberian ASI Eksklusif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
di Wilayah Kerja Puskesmas Raja Basa Indah Bandar Lampung
Tahun 2015 bahwa ada hubungan pijat oksitosin terhadap
pengluaran ASI pada ibu post partum yaitu :
b. Pengeluaran ASI pada ibu nifas yang dilakukan pijat oksitosin di
Wilayah Kerja Puskesmas Raja Basa Indah Bandar Lampung
Tahun 2015 Rata-rata 9 ibu nifas (60%) yang pengluaran asinya
cepat.
c. Pengeluaran ASI pada ibu nifas yang tidak dilakukan pijat pijat
oksitosin di Wilayah Kerja Puskesmas Raja Basa Indah Bandar
Lampung Tahun 2015 Ratarata sebanyak 12 ibu nifas (80%) yang
pengluaran asinya lambat.
Berdasarkan penelitian lain yaitu yang dilakukan oleh dewi ( 2015)
hasil penelitian dan analisa data hasil observasian pengeluaran ASI pada
ibu nifas sebelum dan sesudah mengkonsumsi sari kacang hijau di BPM
Yuni Widaryanti, Amd. Keb Subermulyo Jogoroto Jombang di dapatkan
kesimpulan sebagai berikut :
a. Pengeluaran ASI responden sebelum mengkonsumsi sari kacang
hijau, responden mengalami pengeluaran ASI yang sedikit dan
tidak lancar yaitu sejumlah (57,1 %).
b. Pengeluaran ASI responden sesudah mengkonsumsi sari kacang
hijau, di dapatkan data (57,1 %) responden mengalami perubahan
pengeluaran ASI menjadi lebih banyak dan lancar.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa pemberian terapi sari kacang hijau dapat
mempengaruhi kelancaran pengeluaran ASI dan hasil uji statistik yang
dilakukan menggunakan uji Chi Square dengan menggunakan perangkat
lunak Window SPSS Versi 13 α< 0,05 maka H0 ditolak berarti H1
diterima yang berarti ada pengaruh pemberian sari kacang hijau pada ibu
Nifas dengan kelancaran produksi ASI.
Perawatan payudara adalah suatu tindakan perawatan payudara yang
dilaksanakan, baik oleh ibu post partum maupun di bantu oleh orang lain
yang dilaksanakan mulai hari pertama atau kedua setelah melahirkan
(Anggraini, 2010). Dalam pelitian Hubungan Perawatan Payudara Pada
Ibu Postpartum Dengan Kelancaran Pengeluaran Asi Di Desa Karang
Duren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang (2011) Dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa persentase sebanyak 16 responden yang
melakukan perawatan payudara kurang baik, Sebanyak 12 responden
(75,0%) kelancaran pengeluaran ASI-nya tidak lancar dan sebanyak 4
responden (25%) kelancaran pengeluaran ASI-nya lancar, Jadi dapat
disimpulkan bahwa ibu post partum yang melakukan perawatan payudara
kurang baik kelancaran pengeluaran ASI-nya tidak lancar lebih besar
dibandingkan kelancaran pengeluaran ASI-nya lancar. Dari 15 responden
yang melakukan perawatan payudara baik, sebanyak 3 responden
(20,0%) kelancaran pengeluaran ASI-nya tidak lancar dan sebanyak 12
responden (80,0%) kelancaran pengeluaran ASI-nya lancar,
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan , dapat disimpulkan
bahwa ibu post partum yang melakukan perawatan payudara baik
kelancaran pengeluaran ASI-nya lancar lebih besar dibandingkan
kelancaran pengeluaran ASI-nya tidak lancar. Dari 16 responden
sebanyak 3 responden melakukan perawatan payudara kurang baik, tetapi
kelancaran pengeluaran ASI-nya lancar. Hal ini disebabkan Banyak ibu
mengeluhkan bayinya tak mau menyusu, hal ini dapat juga disebabkan
oleh faktor teknis ini, air susu ibu juga dipengaruhi asupan nutrisi bisa
dipenuhi dengan tambahan asupan kalori 500 kkal perharinya, khususnya
nutrisi kaya protein (ikan, telur, hati), kalsium (susu) dan vitamin (susu,
buah). Juga, banyak konsumsi air putih. Sedangkan faktor psikologis
dengan menciptakan suasana santai dan nyaman, tidak terburu-buru dan
tidak stress saat meneteki bayi (Saryono dan Pramitasari, 2008). Selain
perawatan. payudara terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
kelancaran pengeluaran ASI seperti makanan dan gizi ibu saat menyusui,
kondisi psikis, faktor istirahat, faktor isapan anak (Ambarwati dan
Wulandari, 2008)
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan Nifas Normal pada Ny. R
umur 28 tahun P2A0 6 hari post partum di Puskesmas Srondol maka dapat
disimpulkan bahwa penulis telah berhasil melakukan pengkajian kepada Ny. R
dengan baik dan didapatkan data subjektif yaitu Ny. Ny. R umur 28 tahun P2A0
6 hari post partum dengan keluhan mules pada ibu. Pada data objektif yang
didapatkan dari pemeriksaan ibu diketahui bahwa Ny. R dalam keadaan baik,
kesadaran composmentis,Tensi 110/ 95 mmHg, Nadi 83 x / menit,Suhu 36,5 C
, RR 21 x / menit , lokea ruba, serta tidak ada jahitan pada perineum.
Dari hasil pengkajian penulis dapat menarik diagnosa masalah yaitu Ny. R
umur 28 tahun P2A0 6 hari post partum dengan masalah mules – mules dan
kebutuhan informasi penanganan mules pada ibu postpartum.
Penulis telah memberikan rencana tindakan pada Ny. R yaitu pemberian
konseling cara mengurangi mules pada ibu post partum. Pada
penatalaksanaannya penulis telah melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas
yang sesuai dengan masalah dan kebutuhan pada Ny. R serta penulis juga
memberikan konseling tentang tanda bahaya nifas dan memberikan anjuran
kepada ibu sesuai dengan kebutuhannya.
B. Saran.
1. Untuk ibu nifas
Diharapkan melaksanakan kunjungan nifas sesuai jadwal dan dapat
mengikuti apa yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan demi kesehatan ibu
nifas
2. Bagi masyarakat
Dengan adanya laporan ilmiah asuhan kebidanan nifas ini diharapkan
dapat menjadi sumber pengetahuan mengenai asuhan kebidanan pada ibu
nifas bagi masyarakat
3. Bagi Praktikan
Praktikan diharapkan selalu menerapkan ilmu yang telah diperoleh dalam
melaksanakan tugas sebagai calon bidan.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Dengan adanya laporan ilmiah asuhan kebidanan nifas ini diharapkan
dapat dijadikan referensi pembelajaran untuk selanjutnya.
Pengaruh Pemberian Sari Kacang Hijau Pada Ibu Nifas Dengan Kelancaran
Produksi ASI di BPM Yuni Widaryanti, Amd. Keb Sumbermulyo Jogoroto Jombang
Dewi Triloka Wulandari, Siti Roudhotul Jannah