Oleh :
SITI NUR AENAH
NIM : 2311120063
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kasus “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Fisiologis NY. L USIA 25
TAHUN G1P0A0 USIA HAMIL 33+2 MINGGU DENGAN NYERI PINGGANG
di Puskesmas Pulosari telah disetujui dan disahkan pada :
Mengetahui,
Pembimbing Lahan Mahasiswa
Pembimbing Akademik
A. Latar belakang
Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap
wanita yang memiliki organ reproduksi yang sehat, yang telah mengalami
menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan seseorang pria yang sehat
maka besar kemungkinan akan mengalami kehamilan. Masa kehamilan dimulai
dari konsepsi sampai lahirnya bayi dengan lama 280 hari atau 40 minggu yang
dihitung mulai hari pertama haid terakhir. Kehamilan terbagi dalam 3 triwulan
yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai tiga bulan, triwulan kedua
dari bulan keempat sampai enam bulan dan trimester ketiga bulan ketujuh hingga
sembilan bulan. (Bidan dan Dosen Kebidanan 2018:274)
Selama kehamilan, beberapa wanita dihadapkan dengan beberapa
masalah yang menyumbang Angka Kematian Ibu (AKI). Angka Kematian Ibu
(AKI) merupakan tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu di suatu wilayah.
Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah sebagian besar disebabkan
oleh perdarahan 40-60% dan infeksi 20-30 % (Depkes RI, 2013). AKI di
Indonesia tahun 2015 sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup, mengalami
penurunan dari 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 (Kementerian
Kesehatan RI, 2018). Meskipun mengalami penurunan, akan tetapi jumlah AKI
masih jauh dari tujuan ke 3 SDG’s yaitu mengurangi AKI hingga dibawah 70 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (SDG 2030 Indonesia, 2017).
Jumlah kasus kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2018
sebanyak 421 kasus, mengalami penurunan dibandingkan jumlah kasus kematian
ibu tahun 2017 yaitu sebanyak 475 kasus. Dengan demikian angka kematian ibu
Provinsi Jawa Tengah juga mengalami penurunan dari 88,05 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2017 menjadi 78,60 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2018 (Dinkes Jateng, 2019).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka
kematian ibu dan risiko komplikasi selama kehamilan adalah dengan pelayanan
antenatal care (ANC) yang terstandar. Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah
kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa
dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal (Saifuddin, 2016).
Pemeriksaan ANC dalam periode kehamilan dilakukan sebanyak minimal 4x,
yaitu 1x pada trimester 1 dan 2 serta 2x dilakukan pada trimester 3.
Asuhan antenatal penting untuk menjamin agar proses alamiah tetap
berjalan normal selama kehamilan. Kehamilan dapat berkembang menjadi
masalah atau komplikasi setiap saat. Sekarang ini secara umum sudah diterima
bahwa setiap kehamilan membawa risiko bagi ibu. Pelayanan/ Asuhan Antenatal
merupakan cara penting untuk memonitor serta mendeteksi dini adanya kelainan
dalam kehamilan. Selain itu, Antenatal Care juga bertujuan untuk
mempersiapkan ibu dan keluarganya akan kehamilannya ini (Saifuddin, 2016).
Asuhan antenatal juga untuk menyiapkan persalinan menuju well born baby dan
well health mother, mempersiapkan perawatan bayi dan laktasi, serta
memulihkan kesehatan yang optimal saat akhir kala nifas (Manuaba, 2017)
Ibu hamil memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
berkualitas dan terjadinya kematian maternal merupakan suatu tanggung jawab
besar bagi tenaga kesehatan Indonesia. Peran bidan sebagai salah satu ujung
tombak pelayanan kesehatan ibu dan bayi adalah memberikan pelayanan ANC
yang sesuai dengan standar, sehingga akan berdampak positif terhadap
peningkatan taraf kesehatan ibu dan bayi yang berbanding lurus dengan
menurunya angka kematian ibu.
Pemeriksaan kehamilan mempunyai dampak positif terhadap penurunan
angka kematian ibu dan bayi. Adapun pemeriksaan kehamilan mencakup jumlah
pemeriksaan dan mutu pemeriksaan. Dengan adanya pemeriksaan kehamilan
diharapkan wanita hamil mengungkapkan keluhan yang dialami sehingga
petugas kesehatan memberi informasi yang akurat.
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan adalah dengan
cara melakukan asuhan kebidanan pada kehamilan dengan pendekatan holistik.
Dalam asuhan kebidanan dengan pendekatan holistik, bidan memberikan
dukungan emosional dalam bentuk dorongan, pujian, kepastian, mendengarkan
keluhan ibu dan menyertai ibu sebagai kunci asuhan. Bidan dalam melakukan
pendekatan ini memberikan pelayanan yang sama terhadap perempuan di semua
kategori dan berdasarkan evidence based. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ibu yang menerima pelayanan secara holistik merasa dianggap sebagai “teman”
sehingga ada kepuasan tersendiri bagi ibu serta berkontribusi terhadap kelanjutan
pelayanan kebidanan dan bermanfaat untuk ibu dan bayi baru lahir (Ningsih,
2017).
Menurut Ningsih, 2017 dalam jurnalnya menunjukkan bahwa sebagian
besar bidan memberikan asuhan secara terpisah. Bidan yang melakukan
kunjungan rumah hanya melakukan satu atau dua kali kunjungan. Kondisi ini
sering kali menjadi penyebab kurang terbinanya hubungan yang berkualitas
antara bidan dan ibu dan keterlambatan deteksi komplikasi kegawatdaruratan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka seorang bidan harus memberikan
asuhan secara holistik kepada ibu selama masa hamil untuk mencegah terjadinya
komplikasi-komplikasi atau penyulit sehingga mampu berkontribusi dalam
upaya penurunan AKI dan AKB. Dengan asuhan kebidanan ini diharapkan ibu
dapat selalu terpantau keadaannya sehingga dapat dilakukan pencegahan dan
penanganan apabila ada keluhan atau masalah. Melihat pentingnya asuhan
kebidanan pada kehamilan, maka kelompok tertarik untuk melakukan “Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Hamil Fisiologis Pada NY. L Usia 25 tahun G1 P0 A0
Usia Hamil 33+2 Minggu di Puskesmas Pulosari Kabupaten Pemalang”
B. Rumusan masalah
Bagaimana Asuhan kebidanan Pada Ibu Hamil Fisiologis Pada NY. L
Usia 25 tahun G1 P0 A0 Usia Hamil 33+2 Minggu di Puskesmas Pulosari?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melakukan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Fisiologis Pada
NY. L Usia 25 tahun G1P0A0 Usia Hamil 33+2 Minggu di Puskesmas
Pulosari
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian berupa data subyektif.
b. Mampu melakukan pengkajian berupa data obyektif
c. Mampu menegakkan diagnosis berdasarkan data subjektif dan data
objektif dalam assesment
d. Menyusun perencanaan, implementasi, dan mengevaluasi respon ibu
terhadap tindakan dan asuhan yang telah diberikan
e. Mendokumentasikan hasil tindakan asuhan dalam bentuk catatan SOAP.
D. Ruang Lingkup
Dalam laporan ini kelompok membahas tentang Asuhan Kebidanan Ibu Hamil
Pada NY. L Usia 25 tahun G1 P0 A0 Usia Hamil 33+2 Minggu.
E. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Menambah pengalaman nyata dalam mengaplikasikan teori dan evidence
based practice pemberian asuhan kebidanan pada Ibu Hamil.
2. Bagi Lahan Praktik
Mamfaat asuhan ini bagi lahan praktik sebagai bahan untuk memberikan
gambaran dan masukan bagi tenaga kesehatan yang ada di lahan praktik
dalam memberikan asuhan kebidanan.
3. Bagi Masyarakat/Klien
NY. L mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan yang bermutu sesuai
dengan standar pelayanan kebidanan dan evidence based practice
BAB II
TINJAUAN TEORI
B. Konstipasi
1. Definisi Konstipasi
Sembelit atau konstipasi merupakan keadaan tertahannya feses (tinja)
dalam usus besar pada waktu cukup lama karena adanya kesulitan dalam
pengeluaran. Hal ini terjadi akibat tidak adanya gerakan peristaltik pada usus
besar sehingga memicu tidak teraturnya buang air besar dan timbul perasaan
tidak nyaman pada perut (Akmal, dkk, 2014).
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau
berisiko tinggi mengalami stasis usus besar sehingga menimbulkan eliminasi
yang jarang atau keras, serta tinja yang keluar jadi terlalu kering dan keras
(Uliyah, 2008).
Konstipasi adalah suatu gejala bukan penyakit. Di masyarakat
dikenal dengan istilah sembelit, merupakan suatu keadaan sukar atau tidak
dapat buang air besar, feses (tinja) yang keras, rasa buang air besar tidak
tuntas (ada rasa ingin buang air besar tetapi tidak dapat mengeluarkannya),
atau jarang buang air besar. Seringkali orang berpikir bahwa mereka
mengalami konstipasi apabila mereka tidak buang air besar setiap hari yang
disebut normal dapat bervariasi dari tiga kali sehari hingga tiga kali
seminggu (Herawati, 2013).
2. Klasifikasi Konstipasi
Ada 2 jenis konstipasi berdasarkan lamanya keluhan yaitu konstipasi akut
dan konstipasi kronis. Disebut konstipasi akut bila keluhan berlangsung
kurang dari 4 minggu. Sedangkan bila konstipasi telah berlangsung lebih
dari 4 minggu disebut konstipasi kronik. Penyebab konstipasi kronik
biasanya lebih sulit disembuhkan Kasdu ( 2014 )
3. Patofisiologi Konstipasi
Pengeluaran feses merupakan akhir proses pencernaan. Sisa-sisa
makanan yang tidak dapat dicerna lagi oleh saluran pencernaan, akan masuk
kedalam usus besar ( kolon ) sebagai massa yang tidak mampat serta basah.
Di sini, kelebihan air dalam sisa-sisa makanan tersebut diserap oleh tubuh.
Kemudian, massa tersebut bergerak ke rektum ( dubur ), yang dalam
keadaan normal mendorong terjadinya gerakan peristaltik usus besar.
Pengeluaran feses secara normal, terjadi sekali atau dua kali setiap 24 jam
( Akmal, dkk, 2014 ). Kotoran yang keras dan sulit dikeluarkan merupakan
efek samping yang tidak nyaman dari kehamilan.
Pada ibu hamil, konstipasi terjadi akibat peningkatan produksi
progesteron yang menyebabkan tonus otot polos menurun, termasuk pada
sistem pencernaan, sehingga sistem pencernaan menjadi lambat. Motilitas
otot yang polos menurun dapat menyebabkan absorpsi air di usus besar
meningkat sehingga feses menjadi keras. Selain itu, konstipasi terjadi akibat
aktivitas ibu yang kurang, asupan cairan dan serat yang rendah juga dapat
menjadi faktor terjadinya konstipasi (Irianti, 2014). Progesteron
menyebabkan otot-otot usus menjadi lemas dan mengering sehingga sisa-
sisa makanan menjadi sulit dan sakit untuk dikeluarkan (Wahyuni &
indarwati, 2015). Selain karena hormon-hormon kehamilan memperlambat
transit makanan melalui saluran pencenaan, rahim yang membesar menekan
poros usus ( rektum ), pemberian suplemen zat besi prenatal juga dapat
memperburuk sembelit. Berolahraga secara teratur, menyantap makanan
yang kaya serat serta minum banyak air dapat membantu meredakan
masalah tersebut ( Kasdu, 2014).
4. Tanda dan Gejala Konstipasi
Menurut Akmal, dkk (2014), ada beberapa tanda dan gejala yang umum
ditemukan pada sebagian besar atau terkadang beberapa penderita sembelit
sebagai berikut:
a. Perut terasa begah, penuh dan kaku;
b. Tubuh tidak fit, terasa tidak nyaman, lesu, cepat lelah sehingga malas
mengerjakan sesuatu bahkan terkadang sering mengantuk;
c. Sering berdebar-debar sehingga memicu untuk cepat emosi,
mengakibatkan stress, rentan sakit kepala bahkan demam;
d. Aktivitas sehari-hari terganggu karena menjadi kurang percaya diri,
tidak bersemangat, tubuh terasa terbebani, memicu penurunan kualitas,
dan produktivitas kerja;
e. Feses lebih keras, panas, berwarna lebih gelap, dan lebih sedikit
daripada biasanya;
f. Feses sulit dikeluarkan atau dibuang ketika air besar, pada saat
bersamaan tubuh berkeringat dingin, dan terkadang harus mengejan
atupun menekannekan perut terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan
dan membuang feses ( bahkan sampai mengalami ambeien/wasir );
g. Bagian anus atau dubur terasa penuh, tidak plong, dan bagai terganjal
sesuatu disertai rasa sakit akibat bergesekan dengan feses yang kering
dan keras atau karena mengalami wasir sehingga pada saat duduk tersa
tidak nyaman;
h. Lebih sering bung angin yang berbau lebih busuk daripada biasanya;
i. Usus kurang elastis ( biasanya karena mengalami kehamilan atau usia
lanjut), ada bunyi saat air diserap usus, terasa seperti ada yang
mengganjal, dan gerakannya lebih lambat daripada biasanya;
j. Terjadi penurunan frekuensi buang air besar;
Adapun untuk sembelit kronis ( obstipasi ), gejalanya tidak terlalu
berbeda hanya sedikit lebih parah, diantaranya:
a. Perut terlihat seperti sedang hamil dan terasa sangat mulas;
b. Feses sangat keras dan berbentuk bulat-bulat kecil;
c. Frekuensi buang air besar dapat mencapai berminggu-minggu;
d. Tubuh sering terasa panas, lemas, dan berat;
e. Sering kurang percaya diri dan terkadang ingin menyendiri;
f. Tetap merasa lapar, tetapi ketika makan akan lebih cepat kenyang
(apalagi ketika hamil perut akan tersa mulas ) karena ruang dalam perut
berkurang dan mengalami mual bahkan muntah.
5. Pengobatan Konstipasi
Menurut Herawati (2013), pengobatan konstipasi pada ibu hamil dapat
dibagi menjadi dua cara, yaitu terapi non obat dan terapi obat.
a. Terapi non abat
Pada umumnya, konstipasi pada masa kehamilan dapat diatasi dengan
melakukan penyesuaian pola makan dan perubahan gaya hidup.
Makanan kaya serat (30-35%), misalnya gandum, buah-buahanan dan
sayuran dapat meringankan konstipasi. Namun , mengkomsumsi
makanan kaya serat dalam jumlah besar secara tiba-tiba dapat
menyebabkan perut terasa tidak enak dan kembung. Ibu hamil sebaiknya
mengkonsumsi makanan secara teratur dan minum air dalam jumlah
cukup (6-8 gelas/hari). Perubahan gaya hidup, misalnya: olahraga
teratur dapat memperbaiki saluran cerna.
b. Terapi obat
Obat pencahar digunakan apabila konstipasi tidak dapat diatasi dengan
penyesuaian jenis makanan dan perubahan gaya hidup saja. Kriteria obat
pencahar yang boleh diberikan kepada ibu hamil adalah:
1) Efektif,
2) Tidak diserap oleh saluran cerna,
3) Tidak teratogenik ( tidak menyebabkan cacat pada janin ), dan
4) Dapat ditoleransi dengan baik ( tidak menimbulkan efek
samping pada ibu dan janin ).
Terdapat beberapa golongan obat pencahar, antara lain: obat
pencahar osmotik, pembentuk massa, dan stimulan. Obat pencahar
pilihan untuk ibu hamil adalah hanya digunakan secara terbatas hanya
jika konstipasi tidak dapat diatasi dengan obat pencahar osmotik.
6. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Konstipasi pada Ibu
Hamil
a. Usia Kehamilan
Usia kehamilan adalah ukuran lama waktu seorang janin berada dalam
rahim. Usia janin dihitung dalam minggu dari hari pertama haid terakhir
(HPHT) ibu sampai hari kelahiran. Lama kehamilan yaitu 280 hari atau
40 minggu atau 10 bulan. Kehamilan dibagi atas tiga trimester yaitu:
trimester I antara 0-12 minggu, kehamilan trimester II antara 12-28
minggu, dan trimester III antara 28-40 minggu. Pada minggu ke-9 usia
kehamilan, kesulitan untuk buang air besar sering terjadi dan hampir
semuanya disebabkan oleh tingginya kadar hormon-hormon di dalam
tubuh yang memperlambat kerja otot-otot usus halus. Sekitar 11 %
sampai 38% ibu hamil mengalami konstipasi, terutama pada awal
kehamilan dan trimester ketiga masa kehamilan ( Herawati, 2013 ).
Wanita yang sebelumnya tidak mengalami konstipasi dapat memiliki
masalah ini pada trimester ke dua atau ke tiga. Konstipasi diduga terjadi
akibat penurunan peristaltik disebabkan relaksasi otot polos pada usus
besar ketika terjadi peningkatan progesteron. Pergeseran dan tekanan
pada usus akibat pembesaran uterus atau bagian presentasi juga dapat
menurunkan motilitas pada saluran gastrointestinal sehingga
menyebabkan konstipasi ( Varney, dkk, 2016).
b. Asupan Makanan
Diet, pola, atau jenis makanan yang dikomsumsi dapat
mempengaruhi proses defekasi. Makanan yang memiliki kandungan
serat tinggi dapat membantu proses percepatan defekasi dan jumlah
yang dikonsumsi pun mempengaruhinya ( Uliyah, dkk, 2015 ).
Serat penting artinya bagi kesehatan sistem pencernaan dan
mencegah sembelit. Serat juga membantu menjaga kadar gula darah.
Ada dua macam serat, yaitu serat yang terlarut dan tak larut. Serat
terlarut ditemukan dalam makanan semisal apel, pir, havermut (oat),
gandum hitam, dan polong-polongan. Serat membantu kenyang lebih
lama dan menjaga pelepasan gula yang stabil kedalam darah. Serat tak
terlarut yang ditemukan didalam kacang-kacangan, buah, sayuran hijau,
kacang india, dan sereal whole-grain membantu pergerakan makanan
melalui sistem pencernaan dan mencegah sembelit ( Campbell, 2016).
Serat makanan adalah komponen dalam tanaman yang tidak
tercerna secara enzimatik menjadi bagian-bagian yang dapat terserap di
saluran pencernaan. Serat secara alami terdapat dalam tanaman. Serat
terdiri atas berbagai substansi yang kebanyakan adalah karbohidrat
kompleks. Rata-rata negara di dunia ini menetapkan sebanyak 30 gram
kebutuhan akan serat setiap harinya ( Akmal,dkk, 2014 ).
Komponen terbesar buah-buahan adalah air. Oleh karena itu,
kandungan serat pangan dalam buah-buahan lebih rendah. Komponen
terbesar dari serat pangan pada buah-buahan adalah senyawa pektin dan
lignin sel buah. Kandungan serat pangan berbagai jenis buah dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Berdasarkan penelitian Astinal Eka, S (2011) di RSUP H.Adam
Malik, dapat diketahui bahwa dari 60 penderita konstipasi, ada 7 orang
(11,7%) mengalami konstipasi dengan tinggi serat, 333 orang (55%)
dengan baik serat dan 20 orang(33,3%) dengan kurang serat. Sebagai
kesimpulan dari peneliitian ini adalah terdapat hubungan antara pola
makanan berserat dengan kejadian konstipasi.
c. Asupan Cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekaksi
menjadi keras. Oleh karena proses absorbsi air yang kurang
menyebabkan kesulitan proses defekasi ( Uliyah, 2015 ).
Menurut Simkin ( 2018 ), Air dan cairan lain merupakan elemen
yang penting dari diet yang seimbang. Retensi cairan, bagian normal
dari kehamilan yang sehat, memastikan terjadinya kenaikan volume
darah dan air ketuban. Sebagai wanita yang sedang hamil perlu
mempunyai cairan lebih banyak karena dua alasan berikut:
1) Volume darah meningkat 50% atau lebih (dari kira-kira 2,5
menjadi 2,75 liter).
2) Menjelang akhir kehamilan, berenang dalam cairan ketuban yang
banyaknya 1 liter, yang diganti setiap tiga jam sekali. Cairan juga
ditahan dalam jaringan, mengalir melalui dinding pembuluh darah,
untuk membantu mempertahankan keseimbangan cairan yang
sehat. Diperkirakan volume cairan jaringan meningkat 2-3 liter
selama kehamilan.
d. Olahraga
Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui
aktivitas tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu
kelancaran proses defekasi. Hal ini kemudian membuat proses gerakan
peristaltik pada daerah kolon dapat bertambah baik (Uliyah, 2015)..
Olahraga dapat membantu menjaga kondisi ibu hamil dengan
meningkatkan volume aliran darah, meningkatkan kekuatan otot
diafragma untuk bernafas, dan membantu flekbilitas otot-otot. Hal ini
akan membantu bayi tumbuh lebih baik.
e. Konsumsi Tablet Besi
Zat besi diperlukan untuk memproduksi hemoglobin ( protein
pembawa oksigen dalam darah ). Karena volume darah meningkat 50%
selama kehamilan, hemoglobin dan konstituen darah lainnya juga
meningkat. Selain itu, selama 6 minggu terakhir kehamilan, janin akan
menyimpan zat besi dalam jumlah yang memadai dalam hatinya untuk
memenuhi kebutuhannya pada 3 atau 6 bulan pertama kehidupan.
Walaupun diperlukan untuk nutrisi yang baik, suplemen zat besi dapat
mengganggu saluran pencernaan diantaranya konstipasi atau sembelit
(Simkin, P, dkk, 2018). Pemberian suplementasi preparat Fe, pada
sebagian wanita menyebabkan sembelit. Penyulit ini dapat diredakan
dengan cara memperbanyak minum, menambah komsumsi makanan
yang kaya akan serat seperti roti, serealia dan agaragar ( Arisman,
2010).
C. Pathway Konstipasi
Hormon:
Peningkatan Hormon
Progesteron
Asupan Olahraga
Makanan Motilitas Usus
Konstipasi
I. PENGKAJIAN
Tanggal: 30 -12-2023 Jam: 08.30 WIB
A. IDENTITAS PASIEN
Identitas Pasien Identitas Penanggung Jawab
Status : Suami
Nama : NY. L Nama : Tn. F
Umur : 25 Tahun Umur : 24 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMK Pendidikan: SMK
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan Swasta
Suku bangsa: Jawa Suku bangsa: Jawa
Alamat : Pulosari 36/9 Alamat : Pulosari 36/9
B. DATA SUBYEKTIF
1. ALASAN DATANG:
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kandungan dan mengetahui kondisi
janinnya.
1. KELUHAN UTAMA:
Ibu mengatakan pinggangnya pegal-pegal
Uraian Keluhan Utama:
Ibu mengatakan pinggangnya mejalar ke punggung terasa pegal-pegal.
2. RIWAYAT KESEHATAN:
a. Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita:
Ibu mengatakan tidak pernah atau tidak sedang mengalami hipertensi,
sakit jantung, paru-paru, diabetes, malaria, ataupun penyakit kelamin.
b. Riwayat penyakit dalam keluarga (menular maupun keturunan):
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mengalami hipertensi,
sakit jantung, paru-paru, diabetes, malaria, dan keturunan kembar.
3. RIWAYAT OBSTETRI
a. Riwayat haid
Menarche : 14 tahun Nyeri haid : 1 – 2 hari
Siklus : 30 hari Lama : 7 hari
Warna darah : merah Leukhorea : tidak ada
Banyaknya : 4-5x ganti pembalut
b. Riwayat kehamilan sekarang
1) Hamil ke 1, usia 33+2 minggu
2) HPHT : 11-05-2023
3) HPL : 18-02-2024
4) Gerak janin
Pertama kali : kehamilan 17 minggu
Frekuensi dalam 12 jam : >12x
5) Tanda bahaya : ibu mengatakan tidak pernah
merasakan pusing kepala hebat, penglihatan kabur, bengkak di
wajah dan jari-jari di tangan, keluar cairan pervaginam, gerakan
janin tidak terasa dan nyeri perut yang hebat.
6) Kekhawatiran khusus : ibu mengaku optimis dan percaya
bahwa dalam proses bersalinnya nanti akan berjalan dengan lancar
dan normal.
7) Imunisasi TT
8) ANC : 8x
Rekapitulasi Kunjungan ANC NY. L
ANC Tanggal Tempat Suplemen MASALAH TINDAKAN/
Ke dan FE PENKES
(jenis &
jumlah)
1 24-6-2023 Puskesmas Asam Folat Mual2 di pagi Memberikan penkes tentang
XXX hari makan sedikit tapi sering
Vit B6 2x1
C. DATA OBYEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Tensi : 110/70 mmHg
Kesadaran : Composmentis
Nadi : 82 x/menit
BB sebelum/sekarang : 45 kg/55 kg
Suhu : 36,5°C
TB : 158 cm
RR : 20 x/menit
LILA : 24 cm
IMT : 22 kg/m2
a. Status Present
Kepala : Simetris, mesosepal, rambut dan kulit kepala bersih
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, seklera putih
Hidung : Simetris bersih, tidak ada secret, tidak ada polip
Mulut : Bersih, tidak ada stomatitis, terdapat karies gigi
Telinga : Simetris, tidak ada serumen
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe dan vena
jugularis
Ketiak :Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan limfe
Dada : Simetris, dada normal, tidak ada suara ronki dan wezing
Perut : Simetris, tidak ada luka bekas operasi
Lipat paha : Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Vulva : Normal, tidak ada varises dan tidak oedema
Ekstremitas :Tidak oedema, tidak polidaktili/sidaktili, tidak ada varises,
turgor kulit normal, kuku tidak pucat
Reflek patella: + / +
Punggung : tidak ada kelainan tulang punggung
Anus : tidak ada hemoroid
b. Status Obstetrik
1. Inspeksi
Muka : tidak ada chloasma gravidarum
Mamae : putting menonjol, areola menghitam, colostrum keluar
tapi sedikit
Abdomen : tidak ada striae gravidarum, terdapat linea nigra, tidak
ada bekas luka operasi
Vulva : tidak keluar cairan berbau
2. Palpasi
Leopold I : TFU 31cm, bagian fundus teraba bulatan lunak, tidak
melenting (bokong)
Leopold II : bagian kiri teraba bagian kecil-kecil janin
(ekstremitas), bagian kanan teraba tahanan memanjang (punggung)
Leopold III : Perut ibu sebelah bawah teraba satu bagian bulat
keras, tidak dapat di goyangkan (kepala)
Leopold IV : Kedua ujung tangan tidak bertemu (Divergen)
TFU : 28 cm
TBJ : 2635 gram
3. Auskultasi
DJJ : 135 x/menit
Frekuensi : 11-11-11
4. Pemeriksaan Penunjang :
Ibu melakukan tes laboratorium di Puskesmas dengan hasil Hb: 12,3 gr
%/dL, Gds: 108, HIV: Non reaktif, Sifilis: negative, HbSag: Negatif,
protein urine: negatif.
II. ASSESMENT
NY. L usia 25 tahun G1P0A0 usia kehamilan 33+2 minggu dengan nyeri
pinggang, janin tunggal, hidup intra uterine, letak membujur, puka, preskep, U
PAP normal.
Masalah : Konseling ketidaknyamanan nyeri pinggang.
Kebutuhan : Mengajari ibu body mekanik dan informasi persiapan persalinan.
III. PELAKSANAAN
1. Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa janin dan dirinya
dalam keadaan sehat.
Hasil : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan tenang karena hasil
pemeriksaan baik.
2. Memberikan informasi kepada ibu bahwa posisi janinnya saat ini sudah
mapan dengan posisi bokong berada diatas dan kepala di bawah, kepala
janin sudah masuk panggul serta hasil pemeriksaan denyut jantung janin
normal 142x/menit.
Hasil : Ibu merasa senang dengan informasi yang di sampaikan bidan
3. Memberitahu ibu bahwa ketidaknyamanan yang dirasakan oleh ibu saat ini
adalah normal. Nyeri punggung yang sering ibu rasakan dikarenakan
penekanan perut ibu yang semakin membesar dan menekan punggung. Hal
ini mengakibatkan punggung ibu sering terasa nyeri.
Hasil: ibu paham dengan penjelasan bidan
4. Memberikan support mental kepada ibu untuk tetap tenang dengan kondisi
yang dialaminya.
Hasil: Ibu merasa lebih tenang
5. Memberikan informasi kesehatan mengenai cara mengatasi pegal-pegal di
pinggang dengan cara body mekanik, posisi duduk yang baik, meminta
suami untuk memijat ringan piggang ibu agar pegal-pegal berkurang.
Hasil: Ibu paham tentang apa yang dialaminya normal dan bersedia
melakukan body mekanik yang sudah diajarkan.
6. Menganjurkan ibu untuk mengompres hangat pada pinggangnya untuk
mengurangi nyeri atau pegal.
Hasil: ibu bersedia mengikuti anjuran bidan
7. Menganjurkan ibu untuk ke tempat pelayanan kesehatan apabila merasakan
tanda-tanda persalinan.
Hasil: ibu bersedia pergi ke tempat pelayanan kesehatan apabila merasakan
tanda-tanda persalinan
8. Memberikan Kalk X 1x1 dan FE 60 mg X 1x1
Hasil : Ibu bersedia meminum obat sesuai anjuran bidan
9. Menganjurkan ibu untuk periksa kembali 1 minggu kemudian atau bila ada
keluhan
Hasil : ibu bersedia datang kembali
10. Mendokumentasikan
Hasil: Telah di dokumentasikan
CATATAN PERKEMBANGAN
O:
Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. TTV :
TD :120/70 mmHg
N : 86x/ menit
RR : 22x/ menit
T : 36,5°C
BB : 55 kg
A:
P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu
bahwa keadaan ibu dan janinnya sehat
c. TTV:
TD :100/70 mmHg
N : 81x/ menit
RR : 23x/ menit
T : 37C
BB : 55 kg
A:
P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu
bahwa keadaan diri dan bayinnya sehat
Hasil : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya
2. Memberikan informasi kepada ibu bahwa posisi
janinnya saat ini sudah mapan dengan posisi
bokong berada diatas dan kepala di bawah, kepala
janin sudah masuk panggul serta hasil pemeriksaan
denyut jantung janin normal 140x/menit
Hasil: Ibu senang dengan hasil pemeriksaan
3. Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan
dirinya dan membersihkan alat kelaminnya saat
mandi, setelah BAB, dan setelah BAK. Ibu
mengganti pakaian dalam setelah mandi dan jika
terasa lembab. Celana dalam yang digunakan dapat
berbahan katun dan menyerap keringat
9. Mendokumentasikan
Hasil: Telah di dokumentasikan
BAB IV
PEMBAHASAN
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kehamilan merupakan suatu proses bertemunya sel telur dengan sel
sperma yang terjadi didalam saluran reproduksi wanita. Kehamilan
dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lama hamil normal adalah
230 hari 40 minggu atau 9 bulan 7 hari. Kehamilan trimester kedua adalah
masa kehamilan sejak minggu ke 14 hingga minggu ke 28. Rasa tidak
nyaman pada trimester pertama akan mereda namun masih terlalu dini
untuk memfokuskan perhatian pada persalinan. Pada saat memasuki
trimester kedua, rasa mual dan lemas akan berangsur menghilang dan
perut ibu akan semakin besar.
2. Nyeri pinggang dan punggung merupakan salah satu ketidaknyamanan
dalam kehamilan yang dapat mengganggu mobilitas ibu hamil (Robson &
Jason Waugh, 2014). Ibu hamil dengan nyeri punggung akan kesulitan
berjalan ketika nyeri sudah menjalar ke pelvic. Apabila tidak ditangani
dengan baik, dapat menyebabkan nyeri punggung kronis yang akan lebih
sulit untuk diobati atau disembuhkan (Rasyid & Igirisa, 2019).
3. Asuhan kebidanan kehamilan yang dilakukan kepada NY. L sesuai
evidence based yang ada dan sudah terintegrasi dengan kebijakan
pemerintah.
B. Saran
1. Bagi Pasien
Sebaiknya ibu hamil tahu bahwa nyeri pinggang dan punggung bagian
bawah akibat dari tekanan rahim yang semakin membesar, berat badan
ibu yang meningkat, ligamen-ligamen (jaringan ikat) disekitar panggul
yang terus meregang, hal ini menyebabkan postur tubuh ibu berubah
menjadi lordosis (condong ke depan) untuk mempertahankan
keseimbanganada banyak cara untuk mengurangi nyeri yang ibu rasakan,
yang pertama menggunakan obat-obat, tetapi karena saat ini sedang hamil
ibu dianjurkan untuk mengurangi konsumsi obat-obatan karena
dikhawatirkan akan berdampak pada janin, yang kedua ibu bisa
melakukan kompres hangat pada bagian yang ibu rasa nyeri, ketiga ibu
bisa meminta bantuan suami untuk melakukan pijatan pada daerah yang
terasa nyeri
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Hendaknya bidan menjelaskan cara untuk mengurangi nyeri pada
pinggang dan punggung bagian bawah antara lain menggunakan obat-
obat, kompres hangat, berikan pijatan pada bagian yang terasa nyeri.
3. Masyarakat:
Diharapkan masyarakat terutama ibu hamil mengikuti setiap pengarahan
dan konseling yang telah dilakukan oleh Bidan sehingga dapat melakukan
apa yang telah disampaikan Bidan dengan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Alhadar, F., & Umaternate, I. (2017). Pengaruh Perawatan Payudara Pada Ibu Hamil
Terhadap Peningkatan Produksi Asi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota
Kecamatan Kota Ternate Tengah Tahun 2016. Jurnal Riset Kesehatan, 6(1), 7.
https://doi.org/10.31983/jrk.v6i1.2839
Gantini, D., & Pertiwi, S. (2019). Pengaruh Konseling Faktor Risiko Kehamilan
Terhadap Kemampuan Deteksi Dini dan Persiapan Persalinan di Kabupaten
Tasikmalaya.
Mafikasari, A., & Kartikasari. (2015). Posisi Tidur dengan Kejadian Back Pain
(Nyeri Punggung) pada Ibu Hamil Trimester III. Jurnal STIKES Muhla, 7(2).
Ocviyanti, D., & Dorothea, M. (2018). Masalah dan Tata Laksana Obesitas dalam
Kehamilan.
Puspita, I. M. (2019). Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (Imt) Ibu Prahamil Dan
Kenaikan Berat Badan Selama Kehamilan Dengan Berat Badan Lahir Bayi Di
Rsud Dr. M. Soewandhie Surabaya. Midwifery Journal: Jurnal Kebidanan UM.
Mataram, 4(2), 32. https://doi.org/10.31764/mj.v4i2.946
Rasyid, P. S., & Igirisa, Y. (2019). Health Notions , Volume 3 Number 4 ( April 2019
) The Effect of Birthball Training on Back Pain in Third Trimester Pregnant
Women in Kabila Community Health Center. Humanistic Network for Science
and Technology Health Notions, 3(4), 173–177.
Robson, E. S., & Jason Waugh. (2014). Patologi pada Kehamilan. EGC Penerbit
Buku Kedokteran.
Ronald. (2014). Pedoman dan Perawatan Kehamilan yang Sehat dan Menyenangkan.
Nuansa Aulia.