Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KOMPREHENSIF

KEGIATAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN I PADA Ny. N GI P0 A0 PERSALINAN


NORMAL USIA KEHAMILAN 39 MINGGU

DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN LULU WILAYAH KOTA SURABAYA

TANGGAL : 31 MEI s/d 26 JUNI 2021

Disusun Oleh :

Jihan Rachmatillah

P27824119021

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN SUTOMO SURABAYA

TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan individu yang disusun oleh mahasiswa semester IV Prodi D3 Kebidanan


Jurusan Kebidanan Kampus Sutomo tahun akademik 2020/2021 ini sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya.

Tempat Praktik : TPMB Bidan Lulu Surabaya

Tanggal Praktik : 31 Mei s/d 26 Juni 2021

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Pendidikan

Rekawati S, A.Per.Pen,. M.Kes Dr. K. Kasiati, S.Pd.,STr.,Keb.,M.Kes

NIP. 196706011989032002 NIP. 196404301985032003

Mengetahui,

Ketua Prodi D3 Kebidanan Sutomo Dosen Tabulasi

Dwi Wahyu Wulan, S.ST,. M.Keb __________________________

NIP. 19791032005012001 NIP.


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya saya dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Fisiologis
pada tanggal 31 Mei 2021 – 26 Juni 2021.
Dalam penyusunan laporan ini sayamendapat bimbingan dan pengarahan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu tidak lupa saya ucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Astuti Setiyani, SST. M. Keb, selaku Kepala Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Surabaya.
2. Dwi Wahyu Wulan S,SST. M. Keb, selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan
Sutomo Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surabaya.
3. Sherly Jeniawaty, SST,. M.Kes., selaku pembimbing pendidikan Prodi DIII
Kebidanan Sutomo Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surabaya.
4. K. Kasiati, S.Pd., M. Kes., selaku pembimbing praktik Prodi DIII
Kebidanan Sutomo Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surabaya.
5. Rekawati S, A. Per. Pen., M. Kes., selaku pembimbing praktik Prodi DIII
Kebidanan Sutomo Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surabaya.
6. Domingas M. L. S. O, SST., M.Kes., selaku pembimbing praktik lahan.
7. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Saya menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman
yang saya miliki. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan
kesempurnaan dalam pembuatan laporan selanjutnya. Semoga laporan praktik klinik ini
dapat bermanfaat bagi saya dan pembaca.

Surabaya, 31 Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan
wanita. Proses persalinan memiliki arti yang berbeda disetiap wanita, dengan belum
adanya pengalaman akan memunculkan kecemasan dan ketakutan yang berlebih
selama proses persalinan. Keadaan ini sering terjadi pada wanita yang pertama kali
melahirkan (Wijaya dkk, 2015).
Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, dengan bantuan ataupun tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
(Sulistyowati & Nugraheny, 2013). Pada ibu yang pertama kali menjalani proses
persalinan akan takut, cemas, khawatir yang berakibat pada peningkatan nyeri selama
proses persalinan dan dapat menganggu jalan persalinan menjadi tidak lancar (Wijaya
dkk, 2015).
Pada ibu yang hamil pertama kali mayoritas tidak mengetahui bagaimana cara
proses persalinan dengan lancar dan mudah sehingga menimbulkan perasaan cemas
yang berlebih, terlebih bila tidak adanya dukungan dari suami maupun keluarga.
Pemberian dukungan yang baik akan berguna bagi ibu bersalin dan anak yang
dilahirkan dikarenakan proses kelahiran yang pendek (Shodiqoh & Syahrul, 2014).
Menurut Ketua Komite Ilmiah International Conference on Indonesia Family
Planning and Reproductive Health (ICIFPRH), hingga tahun 2019 Angka Kematian Ibu
(AKI) Indonesia masih tetap tinggi, yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup. Padahal,
target AKI Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup.
Tingginya AKI merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi Indonesia
sehingga menjadi salah satu komitmen prioritas nasional, yaitu mengurangi kematian
ibu saat hamil dan melahirkan. Penyebab kematian ibu di Indonesia yang terbanyak
yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan dan lain-lain. Penyebab AKI akibat
perdarahan (31%), Hipertensi dalam kehamilan (26%), dan lain-lain (28%). Target
Sustainable Development Goals (SDGs) global, penurunan AKI menjadi kurang dari
70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (Kementrian Kesehatan RI, 2018).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan AKI dan AKB
disarankan bahwa petugas kesehatan diharapkan dapat mencegah terjadinya
komplikasi obstetrik dan neonatal, seperti asfiksia, kelainan kongenital, penyakit
penyerta lainnya pada bayi dan hipertensi dalam kehamilan dan nifas. Saat ibu hamil
dilakukan pemantauan secara ketat yaitu dengan melakukan Antenatal Care (ANC)
tepat waktu dan lengkap pada ibu hamil termasuk pemberian tablet Fe (kalsium)
kepada ibu dan memonitornya melalui petugas surveilance kesehatan ibu dan anak
(KIA) (Kusumawardani & Handayani, 2018).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan persalinan secara
komprehenesif dengan menggunakan manajemen kebidanan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada ibu bersalin kala I -
IV
2. Menginterpretasikan data serta menentukan diagnosa kebidanan,
masalah dan kebutuhan ibu bersalin kala I - IV
3. Mengidentifikasikan diagnosa potensial pada ibu bersalin kala I - IV
4. Merencanakan tindakan yang dibutuhkan ibu bersalin kala I - IV
5. Melakukan asuhan kebidanan berdasarkan kebutuhan ibu bersalin kala I
- IV
6. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan
7. Melakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan
1.3 Pelaksanaam
Pelaksanaan asuhan kebidanan persalinan normal Ny. N pada :
Tanggal : 31 Mei – 01 Juni 2021
Tempat : PMB Lulu, S.ST., M.Keb
Alamat : Sidotopo Wetan Gg II No 78, Surabaya
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar


2.1.1 Pengertian Persalinan
Persalinan normal menurut WHO (World Health Organization) adalah
persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan
dan tetap demikian selama proses persalinan, bayi lahir secara spontan dalam
presentasi belakang kepala pada usia kehamilan 37-42 minggu lengkap dan
setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat (JNPK-KR
Depkes RI, 2012).
Menurut UNICEF mengawali tahun 2019 terdapat 395.000 persalinan terjadi
diseluruh dunia. Hampir setengah kelahiran ini diestimasikan berasal dari 8
negara diseluruh dunia yaitu, India, China, Nigeria, Indonesia, Amerika Serikat
dan Republik Kongo (WHO, 2019).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42), lahir spontan dengan presentase
belakang kepala berlangsung dalam 18-24 jam tanpa komplikasi baik pada ibu
ataupun janin (Prawirohardjo, 2014).

`2.1.2 Perubahan Fisiologis Persalinan

Apa yang menyebabkan uterus mulai berkontraksi (mulai inpartu) sampai saat
ini masih belum diketahui dengan pasti.

a. Besar uterus
Salah satu faktor yang diduga berpengaruh terhadap kontraksi adalah
besar uterus. Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang
mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor
yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta
mengalami degenerasi. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil
konsepsi akan segera dikeluarkan.
b. Pengaruh hormon
Diperkirakan adanya sinyal biomolekular dari janin yang diterima otak ibu
akan memulai kaskade penurunan progesteron, estrogen, dan peningkatan
prostaglandin dan oksitosin sehingga terjadilah tanda tanda persalinan.
c. Adanya kontraksi
Penurunan progesteron dan estrogen menimbulkan his. His menyebabkan
pembukaan dan penipisan yang dimulainya his dari fundus yang ototnya
lebih tebal. Kontraksi terjadi secara simultan di seluruh bagian uterus, dan
otot-otot korpus uteri menjadi lebih pendek dari sebelumnya yang disebut
retraksi. Oleh karena serviks kurang mengandung otot, serviks tertarik dan
terbuka (penipisan dan pembukaan). Ditambah adanya tekanan bagian
janin yang keras (kepala).
2.1.3 Sebab – sebab mulainya persalinan
a. Teori kerenggangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas teretentu.
Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan
dimulai.
b. Teori penurunan progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi saat usia kehamilan 28 minggu, karena
terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan
dan buntu. Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot
rahim lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim mulai
berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.
c. Teori oksitosin internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior. Perudahan
keseimbangan estrogen dan progresteron dapat mengubah sensitivitas
otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Dengan
menurunnya kontraksi progesteron akibat tuanya kehamilan maka
osksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat mulai.
d. Teori prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu,
yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat
menimbulkan kontraksi rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
e. Teori Hipotalamus – Hipofisis dan Glandula Suprarenalis
Teori ini menunjukan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi
keterlambatan persalinan karena tidak berbentuk hipotalamus. Teori ini
dikemukakan oleh Linggin 1973. Pemberian kartikosteroid dapat
menyebabkan maturitas janin, induksi ( mulainya) persalinan. Dari
percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan antara hipotalamushipofisis
dengan mulainya persalinan. Galandula suprarenal merupakan pemicu
terjadinya persalian.
2.1.4 Tanda – tanda persalinan
Tanda-tanda persalinan sudah dekat :
a. Terjadi Lightening. Menjelang minggu ke-36 pada primigravida terjadi
penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas
panggul yang disebabkan oleh kontraksi Braxton Hicks, ketegangan
dinding perut, ketegangan ligamentum rotundum, gaya berat janin dimana
kepala kearah bawah. Masuknya kepala bayi ke pintu atsa panggul
dirasakan ibu hamil sebagai terasa ringan di bagian atas, rasa sesaknya
berkurang, di bagian bawah terasa sesak, terjadi kesulitan berjalan, dan
sering berkemih.
b. Terjadinya His Permulaan. Dengan semakin tau usia kehamilan
pengeluaran estrogen dan progesteron makin berkurang, sehingga
oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering, sebagai his
palsu.
c. Tanda dan gejala inpartu termasuk: penipisan atau pembukaan serviks.
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi
minimal 2 kali dalam 10 menit). Cairan lendir bercampur darah (“show”)
melalui vagina.
d. Curigai dan antisipasi adanya persalinan jika wanita tersebut menunjukan
tanda dan gejala sebagai berikut:
1) Nyeri abdomen yang bersifat intermiten setelah kehamilan 22 minggu .
2) Nyeri di sertai lendir darah.
3) Adanya pengeluaran air dari vagina atau keluarnya air-air secara tiba-
tiba.

Pastikan keadaan inpartu jika :

4) serviks terasa melunak, adanya pemendekan dan pendataran serviks


secara progresif selama persalinan.
5) dilatasi serviks, peningkatan diameter pembukaan serviks yang diukur
dalam sentimeter
e. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang
semakin pendek. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran
lendir, lendir bercampur darah). Dapat disertai ketuban pecah. Pada
pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks (perlunakan serviks,
pendataran serviks, terjadi pembukaan serviks)
Tabel
Karakteristik persalinan sesungguhnya dengan persalinan semu

Persalinan Sesungguhnya Persalinan Semu


His : Rasa sakit His : Rasa sakit
a. Teratur a. Tidak teratur
b. Interval makin pendek b. Interval panjangnya
c. Semakin lama semakin kuat c. Kekuatan tetap
d. Dirasakannya paling sakit di d. Dirasakan terutama di daerah
daerah punggung perut
e. Intensitasnya makin kuat kalau e. Tak ada perubahan walaupun
pasien berjalan pasien berjalan
f. Keluar show f. Tidak keluar show
g. Serviks membuka dan menipis g. Serviks tertutup dan tak ada
penipisan

2.1.5 Mekanisme persalinan normal


Mekanisme persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan
mengandalkan posisi, bentuk panggul, serta presentasi jalan lahir. Bagian
terendah dari fetus akan menyesuaikan diri terhadap panggul pada saat turun
melalui jalan lahir. Kepala akan melewati rongga panggul dengan ukuran yang
menyesuaikan dengan ukuran panggul. (Wulanda, 2011:56)

Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah sebagai


berikut :

a. Penurunan kepala
Pada letak kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun
dan mulai masuk rongga panggul. Masuknya kepala melintasi pintu atas
panggul dapat dalam keadaan sinklitismus ialah bila arah sumbu kepala
janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul. Asinklitismus
posterior menurut litsman adalah sebaliknya dari asinklitismus anterior.
Keadaan asinklitismus anterior lebih menguntungkan daripada
mekanisme turunnya kepala dengan asinklitismus posterior karena
ruangan pelvis di daerah anterior.
Pada primigravida masuknya kepala ke dalam pintu atas
panggul (PAP) biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari
kehamilan, tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi pada
permulaan persalinan.

Masuknya kepala kedalam PAP, biasanya dengan sutura sagitalis


melintang dan dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala melewati pintu
atas panggul (PAP), dapat dalam keadaan sinklitismus yaitu bila sutura
sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir, tepat diantara simfisis dan
promontarium.

Tabel
Penurunan kepala janin menurut sistem persalinan

PERIKSA LUAR PERIKSA DALAM KETERANGAN


5/5 Kepala diatas PAP mudah
digerakan.
4/5 H1 - II Sulit digerakan, bagian
terbesar kepala belum
masuk panggul
3/5 HII - III Bagian terbesar kepala
belum masuk panggul
2/5 HIII + Bagian terbesar kepala
sudah masuk panggul
1/5 HIII - HIV Kepala di dasar panggul
0/5 HIV Di perineum

b. Fleksi kepala
Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetrik,
dengan sumbu lebih mendekati suboksiput, maka tahanan oleh jaringan di
bawahnya terhadap kepala yang akan turun, menyebabkan bahwa kepala
mengadakan fleksi di dalam rongga panggul.
Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan
ukuran yang paling kecil, yakni dengan diameter suboksiputbregmatikus
( 9,5 cm) dan dengan sirkumferensia suboksipitobregmatikus ( 32 cm).
Sampai di dasar panggul kepala janin berada di dalam keadaan fleksi
maksimal.
c. Putaran paksi dalam (PPD)
Kepala yang sedang turun melalui diagfragma pelvis berjalan dari
belakang atas kebawah depan. Akibat kombinasi elastisitas diagfragma
pelvis dan tekanan intrauterin disebabkan oleh his yang berulang-ulang,
kepala mengadakan rotasi, disebut pula putaran paksi dalam. Pada
umumnya di dalam hal mengadakan rotasi ubun-ubun kecil akan berputar
kearah depan, sehingga di dasar panggul ubunubun kecil berada di
bawah simfisis.
d. Ekstensi atau defleksi kepala
Dalam keadaan fisiologis sesudah kepala janin sampai di dasar
panggul dan ubun-ubun kecil berada di bawah simfisis, maka dengan
suboksiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi
untuk dapat dilahirkan. Pada tiap his vulva lebih membuka dan kepala
janin makin tampak. Perineum menjadi lebar dan tipis, anus membuka
tampak dinding rektum. Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan
mengedan, berturut- turut tampak bregma, dahi, muka dan akhirnya dagu.
e. Putaran paksi luar (PPL)

Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang


disebut putaran paksi luar. Putaran paksi luar ini ialah gerakan kembali
sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan
kepala dengan punggung anak. Bahu melintasi pintu atas panggul dalam
keadaan miring.

f. Ekspulsi

Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan


bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul, apabila
kepala telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan belakang.
Demikian pula dilahirkan trokanter depan terlebih dahulu, baru kemudian
trokanter belakang. Kemudian bayi lahir seluruhnya.

2.1.6 Proses persalinan

a) Kala I
Dimulai ketika telah tercapai kontraksi uterus dengan frekuensi, intensitas,
dan durasi yang cukup sampai serviks sudah membuka lengkap (sekitar
10 cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase:
1) Fase laten
- Serviks membuka sampai 3 cm
- Berlangsung kurang lebih selam 8 jam serviks membuka sampai 3
cm.
2) Fase aktif
- Serviks membuka dari 4 sampai 10 cm
- Akan terjadi dengan kecepatan 1 cm per jam pada primigravida
dan 2 cm pada multigravida.

Fase aktif dibagi menjadi 3 subfase, yaitu:

a. Periode akselerasi: Berlangsung selama 2 jam pembukaan 3 cm


menjadi 4 cm.
b. Periode dilatasi maksimal: Dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
c. Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi 10 cm.

Fase-fase tersebut biasa dijumpai pada primigravida, sedangkan pada


multigravida fase laten, fase aktif dan sub fasenya berlangsung dalam
selang waktu lebih cepat. Pada Primigravida kala I berlangsung 12 jam,
sedangkan pada multipara 8 jam. Manajemen aktif kala I

1. Mengidentifikasi masalah yang ditemukan.


2. Mengkaji riwayat kesehatan, meliputi: kesehatan sekarang dan mulai
his, ketuban, perdarahan pervaginam bila ada.
3. Riwayat kesehatan kehamilan ini, meliputi: riwayat ANC, keluahan
selama hamil, penyakit selama hamil.
4. Riwayat kesehatan yang lalu bila ada.
5. Pemeriksaan fisik, meliputi: keadaan umum, pemeriksaan head to toe,
vaginal toucher
6. Pemeriksaan janin, melalui pemeriksaan DJJ (Denyung Jantung Janin)
yang meliputi frekuensi, irama, dan intensitas.
7. Menilai data dan mendiagnosa.
8. Menilai kemajuan persalinan melalui partograf.
9. Membuat rencana asuhan kebidanan kala I.
b) Kala II
Pada kala ini his menjadi lebih kuat dan cepat, kurang lebih 2-3 menit
sekali. Dalam kondisi yang normal pada kala ini kepala janin sudah masuk
dalam ruang panggul, maka saat his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar
panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita
merasa adanya tekanan pada rektum dan seperti akan buang air besar.
Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan membukanya
anus.
c) Kala III
Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai
lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Manajemen aktif
kala III :
1. Pemberian oksitosin 10 IU, dengan syarat sudah dilakukan palpasi pada
abdomen bahwa tidak ada lagi janin di uterus. Dilakukan pada 1/3 paha
bagian luar. Batas waktu kelahiran plasenta adalah 30 menit.
2. Melakukan PTT (Penegangan Tali pusat Terkendali).
- Memindahkan klem 5-10 cm di depan vulva.
- Tangan kiri di letakkan diatas perut untuk memeriksa kontraksi uterus.
Ketika menegangkan tali pusat tahan uterus.
- Saat ada kontraksi uterus,tangan diatas perut melakukan gerakan
dorso kranial dengan sedikit tekanan. Cegah agar tidak terjadi
inversion uteri.
- Ulangi lagi bila plasenta lepas.
- Pada saat plasenta sudah lepas, ibu dianjurkan sedikit meneran dan
penolong sambil terus menegangkan tali pusat.
- Bila plasenta sudah tampak lahir di vulva,lahirkan dengan kedua
tangan. Perlu diperhatikan bahwa selapu plasenta mudah tertinggal
sehingga untuk mencegah hal itu maka plasenta ditelengkupkan dan
diputar dengan hati-hati searah dengan jarum jam.

3. Asuhan kebidanan yang diberikan pada kala III dari 58 langkah APN
- Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan
adanya bayi kedua.
- Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
- Dalam 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan oksitosin 10 unit secara
IM di 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya
terlebih dahulu.
- Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Dan melakukan klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).
Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
- Mengikat tali pusat dan membiarkannya terbuka.
- Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya.
- Menutupi kepala bayi dengan penutup kepala untuk menjaga
kehangatan bayi
- Memindahkan klem pada tali pusat
- Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di
atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan
palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan
klem dengan tangan yang lain.
- Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan
ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang
berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan
uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial). Jika plasenta tidak
lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
menunggu hingga kontraksi berikutnya. Minta anggota keluarga untuk
memberikan rangsangan lewat puting susu jika tidak terjadi kontraksi.
- Setelah plasenta lepas, tarik tali pusat secara perlahan ke arah bawah
dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil
meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
- Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati
memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut
perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
- Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukanmassage
uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan dengan gerakan
melingkar searah jarum jam hingga fundus menjadi keras. Plasenta
dan selaput ketuban segera periksa apakah lengkap dan utuh.
Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
d) Kala IV
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum.
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum.
Asuhan kebidanan kala IV:
1. Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit
laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
2. Menilai keadaan umum ibu.
3. Menilai perlekatan bayi yang sedang mencari puting susu ibu dan dinilai
pernafasan bayi. Normalnya 40-60 kali per menit. Biarkan bayi tetap
melakukan kontak kulit kekulit didada ibu paling sedikit 1 jam.
- Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui dini
dalam waktu 30-60 menit. Menyusui pertama biasanya berlangsung
sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.
- Biarkan bayi didada ibu selama 1 jam walupun bayi sudah berhasil
menyusu
4. Menilai uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik. Serta
mengajarkan pada ibu atau keluarga bagaimana melakukan massage
uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
5. Setelah satu jam, lakukan penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1
mg intramuskular di paha kiri anterolateral.
6. Setelah satu jam penmberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B di paha kanan anterolateral, letakkan bayi di dalam jangkauan
ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan, letakkan kembali bayi pada dada
ibu bila bayi belum berhasil menyusu didalam satu jam pertama dan
biarkan sampai bayi berhasil menyusu.
7. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam,
2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan, setiap 15 menit pada 1
jam pertama pasca persalinan, setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca
persalinan, jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan
yang sesuai untuk penatalaksanan atonia uteri.
8. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
9. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah. Memeriksa nadi ibu dan
keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca
persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan,
memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama
pasca persalinan, melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang
tidak normal.
10. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
(40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5- 37,5).
11. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit) Cuci dan balas peralatan setelah
didekontaminasi.
12. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
13. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pekaian yang bersih dan
kering.
14. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
15. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
16. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan
bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
17. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
18. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital
dan asuhan kala IV.
1.7 Tanda bahaya pada persalinan
 Hipertensi.
 Tinggi fundus 40 cm atau lebih.
 Persalinan kurang bulan atau usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
 Ketuban pecah lama atau lebih dari 24 jam.
 Anemia berat.
 Penyulit persalinan seperti kelainan letak dan presentasi.
 Tempratur lebih dari 38ºC
1.8 Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan
dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Partograf adalah alat bantu
yang digunakan selama fase persalinan. Tujuan nya :
 Mencatat hasil dan kemajuan persalinan
 Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara awal

Fungsi Partograf :

 Mencatat kemajuan persalinan


 Mencatat kondisi ibu dan janinnya
 Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
Menggunakan informasi yang tercatat sehingga secara dini
mengidentifikasi adanya penyulit persalinan
 Membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu.

Pencatatan Partograf

i. Informasi tentang ibu


 Nama, umur.
 Gravida, para, abortus.
 Nomor catatan medik/nomor puskesmas.
 Tanggal dan waktu mulai dirawat.
 Waktu pecahnya selaput ketuban.
ii. Waktu pecahnya selaput ketuban
iii. Kondisi janin
 Denyut jantung janin
- Denyut jantung janin (DJJ) dinilai setiap 30 menit.
- Catat DJJ dengan memberi tanda titik (.) pada garis yang
sesuai dengan angka yang menunjukan DJJ.
- Hubungan titik yang satu dengan titik yang lainnya dengan
garis tidak terputus.
-
 Warna dan adanya air ketuban
U : Ketuban Utuh (belum pecah)
J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
D : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah K :
Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering)
 Molase (Penyusupan tunag kepala janin)
Penyusunan adalah indikator penting tentang seberapa jauh
kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras
panggul ibu. Lambang-lambang penyusupan kepala janin :
1 : Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dapat dengan
mudah dipalpasi.
2 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
3 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih
dapat dipisahkan.
4 : Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat
dipisahkan.
4. Kemajuan persalinan
 Pembukaan serviks
- Cacat pembukaan serviks setiap 4 jam.
- Tanda (X) harus ditulis digaris waktu yang sesuai dengan
lajur besarnya pembukaan serviks.
- Hubungan tanda (X) dari setiap pemeriksaan dengan garis
utuh (tidak terputus).
 Penurunan bagian terendah
- Berikan tanda (O) pada garis waktu yang sesuai.
- Hubungkan tanda (O) dari setiap pemeriksaan dengan garis
tidak terputus.
 Garis waspada dan garis bertindak
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan
berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi
jika laju pembukaan 1 cm perjam. Pencatatan selama fase aktif
persalinan harus dimulai dengan garis waspada. Garis bertindak
tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan dengan 8 kotak
atau 4 jalur kesisi kanan. Jika pembukaan serviks berbeda
disebelah kanan garis bertindak, maka tindakan untuk
menyelesaikan persalinan harus dilakukan. Ibu harus tiba
ditempat rujukan sebelum garis bertindak melampaui.
5. Jam dan waktu
 Waktu mulainya fase aktif persalinan. Setiap kotak menyatakan
waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
 Waktu aktual saat pemeriksaaan dilakukan. Di bawah lajur kotak
untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk
mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak
menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak
waktu tiga puluh menit pada lajur kotak diatasnya atau lajur
kontraksi dibawahnya.
6. Kontraksi uterus
 Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit.
 Lama kontraksi (dalam detik). Nyatakan lamanya kontraksi
dengan :
- Berikan titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan
kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik.
- Berikan garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan
kontraksi yang lamanya 20 – 40 detik.
- Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi
yang lamanya lebih dari 40 detik.
7. Obat-obatan dan cairan yang diberikan
 Oksitosin
 Obat- obatan lain dan cairan IV yang diberikan
8. Kesehatan dan kenyamanan ibu
 Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
- Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif
persalinan.
- Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase
aktif persalinan.
- Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika
meningkat, atau dianggap adanya infeksi. Setiap 2 jam dan
catat temperatur tubuh dalam kotak yang sesuai.
 Volume urine, protein atau aseton
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2jam.
2.2 Pengkajian Data
Pengkajian adalah tahap awal dari proses kebidanan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2013).

1. Data Subjektif
Data subyektif adalah data yang di dapat dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak dapat ditentukan
oleh tenaga kesehatan secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau
komunikasi (Nursalam, 2013).
Data subyektif meliputi :
a. Nama
Untuk menetapkan identitas pasti pasien yang mungkin memiliki nama
yang sama dengan alamat dan nomor telepon yang berbeda
(Manuaba,2012).
b. Umur
Umur primigravida kurang dari 16 tahun atau lebih dari 35 tahun
merupakan batas awal dan akhir reproduksi yang sehat (Manuaba, 2012).
c. Agama
Dikaji sebagai dasar bidan dalam memberikan dukungan mental dan
spiritual pada pasien dan keluarga (Manuaba, 2012).
d. Suku/bangsa
Berhubungan dengan sosial dan budaya yang dianut oleh pasien dan
keluarga yang berkaitan dengan kehamilan sampai persalinan (Marmi,
2011).

e. Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien, sehingga mempermudah
dalam memberikan pendidikan kesehatan.Tingkat pendidikan
mempengaruhi sikap dan perilaku ibu (Farrer, 2011).
f. Pekerjaan
Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap
permasalahan kesehatan, serta dapat menunjukkan tingkat keadaan
ekonomi keluarga (Wiknjosastro, 2016).
g. Alamat
Untuk mengetahui tempat tinggal pasien yang mungkin memiliki nama
yang sama, serta mempermudah pemantauan (Farrer, 2011).
2. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang harus ditanyakan dengan singkat dengan
menggunakan bahasa yang sesuai dengan keterangan yang diberikan.
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan klien datang untuk
memeriksakan kehamilan atau untuk memeriksakan keluhan lain
(Wiknjosastro, 2016).
3. Riwayat Menstruasi
Dikaji untuk mengetahui riwayat menstruasi antara lain adalah menarche,
siklus menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya darah, teratur atau tidak
teratur, sifat darah, keluhan utama yang dirasakan saat menstruasi terakhir
yang dapat digunakan sebagai dasar untuk perhitungan tanggal kehamilan
dan perkiraan kelahiran (Wiknjosastro, 2016).
4. Riwayat Kehamilan Sekarang
Dikaji untuk mengetahui tanda dan gejala yang ditemukan, pemakaian obat
yang dikonsumsi selama hamil, mengetahui riwayat ANC teratur atau tidak,
penyuluhan yang pernah didapatkan, sudah mendapat imunisasi TT, serta
dapat memberikan petunjuk adanya keluhan ibu, yang mungkin diperlukan
terapi untuk mengatasi gejala dini atau penyelidikan lebih lanjut jika
terdapat gejala abnormal (Farrer, 2011).
5. Riwayat Penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Untuk mengetahui penyakit yang diderita saat ini (Winkjosastro, 2016).
b. Riwayat penyakit dahulu
Dikaji untuk mengetahui adanya penyakit sistemik pada ibu hamil
diantaranya jantung, ginjal, asma/TBC, hepatitis, diabetes melitus,
hipertensi, dan epilepsi yang dapat mempengaruhi kehamilan
(Wiknjosastro, 2016).
c. Riwayat penyakit keluarga
Dikaji untuk mengetahui adanya penyakit menurun dalam keluarga seperti
asma, DM, hipertensi, jantung dan riwayat penyakit menular seperti TBC
dan hepatitis, baik dalam kelurga ibu maupun ayah yang dapat
mempengaruhi kehamilan (Farrer, 2011).
d. Riwayat keturunan kembar
Dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang mempunyai
riwayat keturunan kembar (Saifuddin, 2010).
e. Riwayat operasi
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah mengalami tindakan operasi,
yang sekiranya dapat mengganggu dalam proses kehamilan ini
(Winkjosastro, 2016).
6. Riwayat Pernikahan
Dikaji untuk mengetahui sudah berapa lama ibu menikah, dengan suami
sekarang merupakan istri yang ke berapa, dan mengetahui berapa jumlah
anaknya (Varney, 2010).
7. Riwayat Keluarga Berencana
Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi apa yang pernah dipakai dan berapa
lama memakai alat kontrasepsi, dan adakah keluhan selama menggunakan
kontrasepsi (Ambarwati&Wulandari, 2010).

8. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas Yang Lalu


a. Kehamilan
Untuk mengetahui berapa umur kehamilan janin (Wiknjosastro, 2016).
b. Persalinan
Untuk mengetahui persalinan ibu yang lalu spontan atau buatan, lahir
aterm atau prematur, ada perdarahan, waktu persalinan di tolong oleh
siapa, dimana tempat melahirkan (Wiknjosastro, 2016).
c. Nifas
Untuk mengetahui adakah komplikasi pada masa nifas sebelumnya, untuk
dapat melakukan pencegahan atau waspada terhadap kemungkinan
kekambuhan komplikasi (Farrer, 2011).
d. Anak
Untuk mengetahui riwayat anak, jenis kelamin, hidup atau mati, kalau
meninggal pada usia berapa dan sebab meninggal, berat badan dan
panjang badan waktu lahir (Wiknjosastro, 2016).
e. Laktasi
Untuk mengetahui berapa lama ibu pernah menyusui, adakah keluhan
atau tidak saat menyusui (Wiknjosastro, 2016).
9. Pola Kebiasaan Sehari – hari
a. Nutrisi
Makanan yang disarankan dikonsumsi pada kelompok Ibu yang makan
saat persalinan adalah roti, biskuit, sayuran dan buah – buahan, yogurt
rendah lemak, sup, minuman isotonik dan jus buah – buahan.

b. Eliminasi
Pemenuhan kebutuhan eliminai selama persalinan perlu difasilitasi oleh
bidan, untuk membantu kemajuan persalinan dan meningkatkan
kenyamanan pasien. Anjurkan ibu untuk berkemih secara spontan
sesering mungkin atau minimal setiap 2 jam sekali selama persalinan
c. Hygiene
Kebutuhan hygiene (kebersihan) ibu bersalin perlu diperhatikan bidan
dalam memberikan asuhan pada ibu bersalin, karena personal hygiene
yang baik dapat membuat ibu merasa aman dan relax, mengurangi
kelelahan, mencegah infeksi, mencegah gangguan sirkulasi darah,
mempertahankan integritas pada jaringan dan memelihara kesejahteraan
fisik dan psikis. Tindakan personal hygiene pada ibu bersalin yang dapat
dilakukan bidan diantaranya: membersihkan daerah genetalia (vulva –
vagina, anus), dan memfasilitasi ibu untuk menjaga kebersihan badan
dengan mandi.
d. Istirahat
Selama proses persalinan berlangsung, kebutuhan istirahat pada ibu
bersalin tetap harus dipenuhi. Istirahat selama proses persalinan (kala I,
II, III maupun IV) yang dimaksud adalah bidan memberikan kesempatan
pada ibu untuk mencoba relax tanpa adanya tekanan emosional dan fisik.
Hal ini dilakukan selama tidak ada his (diselasela his). Ibu bisa berhenti
sejenak untuk melepas rasa sakit akibat his, makan atau minum, atau
melakukan hal menyenangkan yang lain untuk melepas lelah, atau
apabila memungkinkan ibu dapat tidur. Namun pada kala II, sebaiknya ibu
diusahakan untuk tidak mengantuk. Istirahat yang cukup setelah proses
persalinan dapat membantu ibu untuk memulihkan fungsi alat-alat
reproduksi dan meminimalisasi trauma pada saat persalinan.
e. Psikologis
Pendampingan persalinan yang tepat harus memahami peran apa yang
dilakukan dalam proses persalinan nanti. Peran suami yang ideal
diharapkan dapat menjadi pendamping secara aktif dalam proses
persalinan. Harapan terhadap peran suami ini tidak terjadi pada semua
suami, tergantung dari tingkat kesiapan suami menghadapi proses
kelahiran secara langsung.
2. Data Objektif
Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur (Nursalam, 2013)
meliputi :
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum
Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, lemah atau buruk
(Alimul, 2012).
2) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah composmentis,
apatis, somnolen (Alimul,2012).
3) Tekanan Darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi dengan nilai
satuannya mmHg. Keadaan ini sebaiknya antara 90/60 – 130/90
mmHg atau peningkatan sistolik tidak lebih dari 30 mmHg dan
peningkatan diastolik tidak lebih dari 15 mmHg dari keadaan normal
pasien atau paling sedikit pada pengukuran 2 kali berturut-turut pada
selisih 1 jam (Manuaba,2012).
4) Suhu
Pada ibu intrapartal normal, suhu badan pasien kadang meningkat,
normalnya 36,5 – 37,5 (Marmi, 2012).
5) Nadi
Untuk mengetahui denyut nadi klien yang di hitung dalam 1 menit,
denyut nadi normal adalah 60x/menit - 100x/menit (Saifuddin, 2010)
6) Respirasi
Untuk mengetahui fungsi sistem pernapasan, normalnya untuk orang
dewasa adalah 16 – 24 x/menit. Pada ibu intrapartal normal tidak
terjadi peningkatan pola nafas (Marmi, 2012).

7) Berat Badan
Kenaikan berat badan pada Trimester I kurang lebih 1 kg, memasuki
Trimester II kenaikan berat badan sekitar 3 kg atau 0,3 kg/minggu.
Pada Trimester akhir kenaikan berat badan sekitar 6 kg atau 0,3 – 0, 5
kg/minggu (Marmi, 2012)..
8) LILA
Untuk mengetahui status gizi, normalnya lebih 23,5 cm. Jika kurang
maka indikasi risiko kurang energi kronis (Wiknjosastro, 2016).

b. Pemeriksaan Fisik

1) Rambut
Untuk mengetahui rambut rontok atau tidak, menilai warnanya,
kelebatan, dan karakteristik rambut (Alimul,2012).
2) Muka
Untuk mengetahui apakah simetris atau tidak (Alimul, 2012). Muka
pucat atau tidak, ada oedem dan cloasma gravidarum atau tidak
(Wiknjosastro,2016).
3) Mata
Untuk mengetahui ada oedema atau tidak, keadaan conjungtiva pucat
atau merah muda, warna sclera putih atau kuning, mata cekung atau
tidak (Alimul, 2012).
4) Hidung
Untuk mengetahui keadaan hidung ada polip atau tidak (Alimul, 2012).
5) Telinga
Untuk mengetahui keadaan telinga simetris atau tidak, ada serumen
atau tidak (Alimul, 2012).
6) Mulut
Untuk mengetahui keadaan mulut adakah caries, bersih atau tidak,
keadaan bibir kering atau tidak, lidah kotor dan berbau aseton atau
tidak (Alimul, 2012).

7) Leher
Untuk mengetahui apakah terdapat pembesaran kelenjar tyroid,
pembesaran kelenjar limfe, parotis, dan vena jugularis (Alimul, 2012).
8) Dada
Untuk mengetahui keadaan payudara membesar atau tidak, putting
susu menonjol atau tidak, areola hiperpigmentasi atau tidak, keadaan
axilla ada benjolan dan nyeri atau tidak (Farrer, 2011).
9) Abdomen
Untuk mengetahui adanya pembesaran abdomen atau perut, adanya
jaringan parut, luka bekas operasi dan pergerakan janin (Farrer, 2011).
 Leopold I
Untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam
fundus serta konsistensi uterus.
 Leopold II
Untuk menentukan bagian kanan dan kiri pada perut ibu
 Leopold III
Untuk mengetahui bagian apa yang terdapat di bagian bawah
perut dan apakah bagian bawah tersebut sudah atau belum masuk
pintu atas panggul.
 Leopold IV
Untuk mengetahui seberapa masuknya bagian bawah janin ke
dalam rongga panggul.

Pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ) yang merupakan tanda pasti


kehamilan. Terdengarnya DJJ menunjukkan bahwa janin dalam
keadaan hidup (Manuaba, 2012).

10) Genetalia
Untuk mengetahui adanya varices atau tidak, mengetahui apakah ada
pembengkakan kelenjar bartolini, mengetahui pengeluaran yaitu
perdarahan dan flour albus (Wiknjosastro,2016). Melakukan pemeriksaan
dalam untuk mengetahui penilaian cairan vagina, penurunan janin,
penyusupan tulang kepala, dan penilaian kepala janin apakah sesuai
dengan diameter jalan lahir.
11) Anus
Untuk mengetahui personal hygiene dan adanya haemoroid atau tidak
adanya varices atau tidak (Wiknjosastro,2016)
12) Ektremitas
Untuk mengetahui adanya oedema atau tidak, adanya varices, reflek
patella positif atau negatif, betis merah lembek atau keras
(Wiknjosastro,2016).
13) Kulit
Untuk mengetahui keadaan turgor kulit (Mansjoer, 2010)

c. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium
Wanita hamil diperiksa urinnya untuk mengetahui kadar protein
glukosanya, diperiksa darah untuk mengetahui faktor rhesus,
golongan darah, Hb dan penyakit rubella.
2. Pemeriksaan USG
Kegunaannya:
a. Diagnosis dan konfirmasi awal kehamilan
b. Penentuan umur gestasi dan penafsiran ukuran fetal
c. Mengetahui posisi plasenta
d. Mengetahui adanya IUFD
e. Mengetahui pergerakan janin dan detak jantung janin

2.1 Diagnosa/Masalah Kebidanan

Pada langkah ini identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan


interpretasi yang akurat atas data-data yang telah dikumpulkan.

a. Diagnosa
Merupakan diagnosa yang ditegakkan setelah melalui hasil pemeriksaan.
Diagnosa persalinan ditegakkan dengan menjawab 7 pertanyaan, yaitu:
1) Pembukaan dan penipisan serviks
2) Adanya penghalang atau tidak
3) Pecah ketuban atau tidak
4) Penurunan kepala janin
5) Kapasitas panggul
6) Presentasi
7) Keadaan jalan lahir
b. Masalah
Merupakan apa yang dikhawatirkan pada kehamilan, dan masalah yang
dijumpai pada persalinan tersebut. Masalah ini biasanya berkaitan atau
menyertai diagnosa

2.1 Diagnosa Potensial


Pada langkah ini mengidentifikasi diagnose potensial berdasarkan
diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Diagnosa potensial merupakan
masalah yang berpotensi minor masalah atau diagnosa potensial ditegakkan
berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah ditentukan. Masalah yang
berpotensi muncul yaitu antonia uteri, plasenta previa, CPD, ketuban pecah dini,
lilitan tali pusat, dll.

2.2 Tindakan Segera


Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter dan/untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi klien.. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang
mampu dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau yang bersifat rujukan.

a. Anemia
Berikan terapi obat Fe dan menganjurkan meningkatkan makanan yang kaya
akan Fe
b. Kekurangan Energi Kronik (KEK)
Berikan KIE pemenuhan kebutuhan nutrisi dan anjurkan untuk makan
makanan yang bergizi
c. Kehamilan ektopik
Kolaborasi dengan dokter untuk terapi obat, anjurkan USG, memastikan DJJ
d. Abortus
Anjurkan untuk tidak berhubungan, tidak bekerja berat, rutin untuk USG,
asupan nutrisi yang cukup, istirahat yang cukup
e. Perdarahan pervaginam
Rujukan
f. Kehamilan mola hidatidosa
Rujukan

2.3 Rencana Tindakan dan Rasional


a. Jelaskan tentang hasil pemeriksaan
R/ Ibu mengetahui keadaannya dan memahami
b. KIE tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu selama bersalin
R/ nutrisi dibutuhkan untuk menjaga kesehatan dan kondisi ibu dan bayi

c. Jelaskan untuk tidak cemas dalam menghadapi persalinan


R/ ibu tidak cemas dan berusaha tenang

d. KIE tentang personal hygiene ibu


R/ menjaga personal hygiene agar kesehatan tetap terjaga
e. Beritahu jadwal kunjungan ulang nifas
R/mengetahui jadwal kunjungan dan memeriksakan bayi, bekas jahitan tepat
waktu.
f. Lakukan pendokumentasian
R/menyimpan bukti fisik tindakan yang telah dilakukan

2.4 Pelaksanaan Rencana Tindakan


a. Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah ditentukan
untuk mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan. Dalam pelaksanaan ini bidan melakukan secara mandiri dan
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain.
b. Menjelaskan hasil pemeriksaan
c. Menjelaskan gangguan yang mungkin terjadi dan cara mengatasinya
d. Menjelaskan tanda bahaya Trimester I
e. Memberikan KIE tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi, personal hygiene,
mobilisasi atau pola aktivitas, dan istirahat
f. Memberikan tablet suplemen Sulfat Ferrosus, Kalsium Laktat, dan obat yang
dibutuhkan ibu hamil sesuai dengan kebutuhan
g. Menjadwalkan kunjungan ulang selanjutnya
UK < 28 Minggu : setiap 1 bulan
UK 28-36 Minggu : setiap 2 minggu
UK > 36 Minggu : setiap 1 Minggu
h. Melakukan pendokumentasian

2.5 Evaluasi
Untuk menilai apakah pelayanan kesehatan telah tercapai seluruhnya, sebagian
atau tidak sama sekali dengan membandingkan hasil dengan tujuan yang akan
dicapai.

2.6 Dokumentasi
Pendokumentasian atau catatan managemen kebidanan dapat diterapkan dengan
metode SOAP. Dalam metode SOAP, S adalah data subyektif, O adalah data
obyektif, A adalah analisis dan P adalah planning atau rencana asuhan.
Merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan singkat. Prinsip dari
metode SOAP ini merupakan proses pemikiran pelaksanaan managemen
kebidanan.
Kementrian Kesehatan RI. (2018). Peran Rumah Sakit Dalam Rangka Menurunkan AKI
dan AKB. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Kusumawardani, A., & Handayani, S. (2018). Karakteristik Ibu dan Faktor Risiko Kejadian

Kematian Bayi di Kabupaten Banjarnegara. Jurnal Promosi Kesehatan, 13(2), 168–169.

Wijaya, D. E., Rillyani, Wandini, R., & Wardiyah, A. (2015). Pengaruh Pendampingan
Suami Terhadap Lamanya Persalinan Kala II di Ruang Delima RSUD DR.H. Abdul
Moeloek Lampung. Jurnal Keperawatan, 6, 6-14.

Sulistyawati dan Nugraheny. 2013. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Yogyakarta:
Salemba Medika.

Shodiqoh, E.R., & Syahrul, F. (2014). Perbedaan Tingkat Kecemasan dalam

Menghadapi Persalinan antara Primigravida dan Multigravida. Jurnal Berkala

Epidemiologi. 2(1), 141-150.

http://repositorii.urindo.ac.id/repository2/files/original/1161262c53bc3d4c5aa387cc6b97a2a
347e1954d.pdf 2019

Anda mungkin juga menyukai