Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN KOMPREHENSIF

( UJIAN STASE )

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA FISIOLOGIS


An. K USIA 2 TAHUN 3 BULAN
DI PUSKESMAS PARAKAN TEMANGGUNG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
Dosen Pembimbing Pendidikan : Istri Utami, S.ST., M.Keb

Disusun Oleh :

DARWATI
2010106033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

PROGRAM PROFESI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH

YOGYAKARTA

i
2020

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KOMPREHENSIF

( UJIAN STASE )

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA FISIOLOGIS

An. K USIA 2 TAHUN 3 BULAN

DI PUSKESMAS PARAKAN TEMANGGUNG

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Pembimbing Pendidikan Preceptor Mahasiswa

Istri Utami, S.ST., M.Keb Isnaini Saidah,S.Tr.Keb Darwati

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan

Praktik Kebidanan Klinik Asuhan Komprehensif Tentang “Asuhan

Kebidanan Pada Balita Fisiologis An. K Usia 2 Tahun 3 Bulan Di Puskesmas

Parakan Temanggung” untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan

Pendidikan Profesi Kebidanan Universitas Aisyah Yogyakarta.

Selama penyusunan laporan Praktik Kebidanan penulis mendapat

bimbingan, masukan, dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyadari

masih banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan Praktik Kebidanan,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para

pembaca. Akhirnya penulis berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi

kita semua.

Temanggung,

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii

KATA PENGANTAR..........................................................................................iii

DAFTAR ISI........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................1

B. Tujuan............................................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN LITERATUR

A. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Anak Balita .................................... 5

B. Standar Pelayanan Kebidanan pada Anak Balita......................................... 16

C. Manajemen Asuhan Kebidanan pada Anak Balita...................................... 18

BABIII TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Data Subjektif........................................................................... 41

B. Pengkajian Data Objektif............................................................................. 42

C. Analisa......................................................................................................... 44

iv
D. Penatalaksanaan........................................................................................... 44

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pembahasan................................................................................................. 46

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................. 50

B. Saran............................................................................................................ 50

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 52

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan generasi penerus bangsa, maka harus mendapatkan

perhatian khusus terutama tentang kesehatannya. Salah satu upaya untuk

menjadikan generasi yang sehat yaitu dengan mengurangi tingkat mordibitas

dan mortalitas pada anak. Selain itu, perlu dilakukan suatu upaya kesehatan

yang konsisten (Soetjiningsih, 2012).

Upaya untuk mengurangi tingkat mordibitas dan mortalitas pada anak

salah satunya dengan pemberian imunisasi. Imunisasi sangat penting bagi

kesehatan balita, semua tenaga kesehatan yang menangani seorang balita

harus menekankan perlunya imunisasi pada orang tua dan menjalankan

kebijakan ini (Tampubolon, 2013).

Menurut Price & Gwin (2014) dalam Sifa (2018) anak memiliki hak

untuk terlindung dari penyakit infeksi. Balita atau biasa disebut dengan

bawah lima tahun adalah anak usia di bawah lima tahun. Balita ini rentan

terhadap berbagai masalah kesehatan antara lain diare, demam, kejang, cacar

air, TBC, ISPA dan DBD. Sehingga, imunisasi sangat berguna bagi balita

yang usianya masih rentan terhadap penyakit.

1
Cara kerja imunisasi yaitu dengan memberikan antigen bakteri atau virus

tertentu yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan merangsang

sistem imun tubuh untuk membentuk antibodi. Imunisasi merupakan suatu

upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya suatu penyakit dengan cara

memberikan mikroorganisme bibit penyakit berbahaya yang telah dilemahkan

(vaksin) kedalam tubuh sehingga merangsang sistem kekebalan tubuh

terhadap suatu antigen itu dimasa yang akan datang (IDAI, 2014). Imunisasi

pada anak balita yang wajib diberikan diantaranya adalah DPT-HB-Hib,

campak, DT dan Td. (Menteri Kesehatan Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 42 Tahun 2013).

Imunisasi pada balita, tidak hanya memberikan perlindungan pada balita

tersebut tetapi juga berdampak kepada anak lainnya karena terjadi tingkat

imunitas umum yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi.

Imunisasi akan membuat tumbuh kembang balita menjadi optimal yaitu

menjadi balita yang sehat, kuat, cerdas, kreatif dan berperilaku baik.

Kekebalan tubuh balita yang sudah diimunisasi akan meningkat dan

terlindungi dari penyakit berbahaya, sehingga tumbuh kembang balita tidak

terganggu (Sifa, 2018)

Anak balita yang tidak mendapat imunisasi lanjutan mempunyai resiko

tinggi terjangkit penyakit infeksi dan menular. Adanya imunisasi lanjutan

sebenarnya untuk mempertahankan tingkat kekebalan pada anak setelah

diberikan imunisasi dasar pada tahun-tahun pertama kelahiran di usia 0-9

bulan. Ada beberapa jenis imunisasi yang perlu diulang pemberiannya pada

2
anak meskipun di usia bayi imunisasinya sudah lengkap, bukan berarti anak

sudah aman terbebas dari ancaman penyakit. Untuk mendapatkan kekebalan

tubuh yang optimal, imunisasi lanjutan harus diberikan untuk memperpanjang

masa perlindungan (Hadinegoro, 2013).

Menurut WHO secara global Angka Kematian Balita (AKABA)

menurun dari 91 menjadi 43 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015,

mengalami penurunan sebesar 53% sejak tahun 1990. Data penyebab

kematian balita antara lain disebabkan oleh pneumonia 47% dan campak

lebih dari 75%. Di Indonesia sendiri, UNICEF mencatat sekitar 30.000-

40.000 anak setiap tahun menderita serangan campak dan berdasarkan hasil

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2011, pneumoni merupakan

penyebab kematian no. 2 di Indonesia, 1/3 etiologi pneumoni disebabkan

karena Hib (haemophilus influenza b). Hib merupakan penyebab utama

meningitis pada anak usia ≤ 1 tahun (Depkes, 2014).

Berdasarkan kasus diatas, upaya yang dilakukan bidan dalam

mengurangi mordibitas dan mortalitas pada anak terutama balita yaitu

dengan memberikan asuhan secara komprehensif mengenai imunisasi. Pada

kasus ini, Bidan memberikan asuhan pada An.K usia 2 tahun 3 bulan dengan

imunisasi MR Booster fisiologis di Puskesmas Parakan Temanggung.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

3
Penulis dapat mengaplikasikan teori dan praktik kedalam pengalaman

nyata yaitu melaksanakan asuhan kebidanan melalui pendekatan

manajemen kebidanan dengan memberikan asuhan kebidanan pada anak

balita secara komprehensif dan pendokumentasian dengan metode SOAP.

2. Tujuan Khusus

Penulis mampu melaksanakan asuhan kebidanan dari pengkajian

sampai evaluasi dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan

meliputi :

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada asuhan kebidanan anak

balita

b. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa pada asuhan kebidanan anak

balita

c. Mahasiswa mampu melakukan perencanaan pada asuhan kebidanan

anak balita

d. Mahasiswa mampu melakukan pelaksanaan pada asuhan kebidanan

anak balita

e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada asuhan kebidanan anak

balita

4
BAB II

TINJAUAN LITERATUR

A. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Anak Balita

1. Pengertian Anak Balita (12-59 bulan)

Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat

kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus)

serta fungsi ekskresi.

Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita.

Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan

mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Setelah

lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan. Pertumbuhan dan

perkembangan sel-sel otak masih berlangsung dan terjadi pertumbuhan

serabut-serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan

syaraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan-

hubungan antar sel syaraf ini akan sangat mempengaruhi segala kinerja

otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal huruf, hingga

bersosialisasi.

5
Pada masa balita, perkembangan kemampuan bicara dari bahasa,

kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat

cepat dan merupakan landasan perkembangan selanjutnya. Perkembangan

moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini,

sehingga setiap kelainan atau penyimpangan sekecil apapun apabila tidak

dideteksi apalagi tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas

sumber daya manusia di kemudian hari.

(Marmi, 2015 :118-119)

2. Pertumbuhan dan Perkembangan

a. Berat Badan

Sampai umur 1 tahun bayi ditimbang setiap bulan, kemudian tiap 3

bulan sampai umur 3 tahun dan dilanjutkan dengan 2 kali setahun

sampai umur 5 tahun. Diatas umur 5 tahun, penimbangan dilakukan

setiap tahun, kecuali bila diduga terdapat kelainan atau penyimpangan

berat badan.

Dalam keadaan normal, berat badan bayi umur 4 bulan, sudah

mencapai 2x berat badan lahir, dan pada umur 1 tahun sudah 3x berat

badan lahir (Matondang Corry S, 2003 : 177).

b. Tinggi Badan

Panjang badan bayi baru lahir cukup bulan ialah sekitar 50 cm.

Secara kasar pada umur 1 tahun panjang bayi mencapai 1,5 kali panjang

waktu lahir dan pada umur 4 tahun 2x panjang waktu lahir (Matondang

Corry S, 2003 : 178).

6
c. Lingkar Kepala

Pada waktu lahir lingkar kepala adalah 35 cm, pada umur 6 bulan

43.5 cm. Pada umur 1 tahun lingkaran kepala sudah bertambah 12 cm

dari waktu lahir dan pada umur 6 tahun bertambah lagi 6 cm. Setelah

itu hanya terjadi penambahan lingkaran kepala sedikit saja, pada waktu

dewasa lingkaran kepala adalah 55 cm (Matondang Corry S, 2003 :

180).

d. Lingkar Dada

Dalam keadaan normal, lingkar dada bayi baru lahir adalah 2 cm

lebih kecil daripada lingkaran kepala. Kemudian lingkaran dada

menjadi lebih besar daripada kepala karena dada tumbuh lebih cepat

daripada kepala (Matondang Corry S, 2003 : 181).

e. Lingkar lengan atas

Pada bayi baru lahir lingkaran atas adalah 11 cm, pada umur 1 tahun

lingkar lengan atas menjadi 16 cm dan pada 5 tahun 17 cm (Matondang

Corry S, 2003 : 181).

f. Pertumbuhan Gigi

Pada bayi baru lahir kadang-kadang sudah terdapat 1 atau 2 gigi

yang mudah sekali di lepas. Gigi susu mulai tumbuh pada umur 5 bulan

tetapi kadang-kadang baru mulai tumbuh pada umur 1 tahun. Pada

umur 3 tahun ke 20 gigi susu harus sudah tumbuh. Rata-rata tumbuhnya

gigi susu adalah sebagai berikut:

- 2 insisor sentral bawah : 5-10 bulan

7
- 2 insisor sentral atas : 8-12 bulan

- 2 insisor lateral atas : 9-13 bulan

- 2 insisor sentral bawah : 10-14 bulan

- 2 molar pertama bawah : 13-16 bulan

- 2 insisor pertama atas : 13-17 bulan

- 4 kuspid : 12-22 bulan

- 4 molar kedua : 24-30 bulan

( Matondang Corry S, 2003 : 60)

g. Perkembangan Balita

1) Umur 12-18 bulan

a) Berdiri sendiri tanpa berpegangan

b) Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali

c) Berjalan mundur 5 langkah

d) Memanggil ayah dengan kata “papa”, memanggil ibu dengan kata

“mama”

e) Menumpuk 2 kubus

f) Memasukkan kubus di kotak

g) Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis atau merengek,

anak bisa mengeluarkan suara yang menyenangkan atau menarik

tangan ibu

h) Memerlihatkan rasa cemburu atau bersaing

2) Umur 18-24 bulan

a) Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik

8
b) Berjalan tanpa terhuyung-huyung

c) Bertepuk tangan, melambai-lambai

d) Menumpuk 4 buah kubus

e) Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk

f) Menggelindingkan bola kearah sasaran

g) Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti

h) Membantu atau menirukan pekerjaan rumah tangga

i) Memegang cangkir sendiri, belajar makan minum sendiri

3) Umur 24-36 bulan

a) Jalan naik tangga sendiri

b) Dapat bermain dan menendang bola kecil

c) Mencoret-coret pensil pada kertas

d) Bicara dengan baik, menggunakan 2 kata

e) Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta

f) Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda

atau lebih

g) Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu

mengangkat piring ketika diminta

h) Makan nasi sendiri tanpa banyak yang tumpah

i) Melepas pakaiannya sendiri

4) Umur 36-48 bulan

a) Berdiri 1 kaki 2 detik

b) Melompat kedua kaki diangkat

9
c) Mengayuh sepeda roda tiga

d) Menggambar garis lurus

e) Menumpuk 8 kubus

f) Mengenal 2-4 warna

g) Menyebut nama, umur, tempat

h) Mengerti arti kata di atas, dibawah, didepan

i) Mendengarkan cerita

j) Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri

k) Bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan

l) Mengenakan sepatu sendiri

m)Mengenakan celana panjang, kemeja, baju

5) Umur 48-60 bulan

a) Berdiri 1 kaki 6 detik

b) Melompat-lompat 1 kaki

c) Menari

d) Menggambar tanda silang

e) Menggambar lingkaran

f) Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh

g) Mengancing baju atau pakaian boneka

h) Menyebut nama lengkap tanpa dibantu

i) Senang menyebut kata-kata baru

j) Senang bertanya tentang sesuatu

k) Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar

10
l) Bicaranya mudah dimengerti

m)Bisa membandingkan atau membedakan sesuatu dari ukuran dan

bentuknya

n) Menyebut angka, menghitung jari

o) Menyebut nama-nama hari

p) Berpakaian sendiri tanpa dibantu

q) Menggosok gigi tanpa dibantu

r) Bereaksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu

6) Umur 60-72 bulan

a) Berjalan lurus

b) Berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik

c) Menggambar dengan 6 bagian, menggambar orang lengkap

d) Menangkap bola kecil dengan kedua tangan gambar

e) Menggambar segi empat

f) Mengerti arti lawan kata

g) Mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau lebih

h) Menjawab pertanyaan tentang benda terbuat dari apa dan

kegunannya

i) Mengenal angka, bisa menghitung angka 5-10

j) Mengenal warna-warni

k) Mengungkapkan simpati

l) Mengikuti aturan permainan

m)Berpakaian sendiri tanpa dibantu

11
(Marmi, 2015 : 127-130 )

3. Imunisasi

a. Pengertian

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan

anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat

zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Alimul Aziz, 2008:

54).

b. Tujuan

Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal

terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan

mortabilitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang

dapat dicegah dengan imunisasi (Alimul Aziz, 2008: 54).

c. Jenis

1) Imunisasi Aktif

Imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang didapat oleh seorang

karena tubuh yang secara aktif membentuk antibody, contohnya

imunisasi polio atau campak. Imunisasi aktif juga dapat dibagi

menjadi 2 macam :

a) Imunisasi aktif alamiah : adalah kekebalan tubuh yang secara

otomatis diperoleh sembuh dari suatu penyakit

b) Imunisasi aktif buatan : adalah kekebalan tubuh yang didapat dari

vaksinasi, yang diberikan untuk mendapatkan perlindungan dari

suatu penyakit (Marmi, 2015 : 397)

12
2) Imunisasi Pasif

Adalah kekebalan tubuh yang didapat seseorang yang zat kekebalan

tubuhya didapat dari luar. Contohnya : penyuntikan ATC (Anti

Tetanus Serum). Pada orang yang mengalami luka kecelakaan.

Imunisasi pasif di bagi 2, yaitu :

a) Imunisasi pasif alamiah : adalah antibody yang didapat seseorang

karena diturunkan oleh ibu yang merupakan orang tua kandung

langsung ketika berada dalam kandungan.

b) Imunisasi pasif buatan : adalah kekebalan tubuh yang diperoleh

karena suntikan serum untuk mencegah penyakit tertentu (Marmi,

2015 : 397).

d. Jenis vaksin imunisasi dasar lengkap

1) BCG

Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan untuk

mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya

penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun

sudah dilakukan imunisasi BCG. TBC yang berat contohnya adalah

TBC pada selaput otak, TBC milier pada seluruh lapangan paru, atau

TBC tulang. Vaksin TBC merupakan vaksin yang mengandung

kuman TBC yang telah dilemahkan.

Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah 1 dosis sejak lahir

sebelum umur 3 bulan. Vaksin BCG diberikan melalui

intradermal/intracutan. Efek samping pemberian imunisasi BCG

13
adalah terjadinya ulkus pada daerah suntikan, limfadenitis regionalis,

dan reaksi panas (Alimul Aziz, 2008: 55).

2) Hepatitis B

Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk

mencegah terjadinya penyakit hepatitis B. Kandungan vaksin ini

adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi

hepatitis B adalah 3 kali dan penguatnya dapat diberikan pada usia 6

tahun. Imunisasi hepatitis ini diberikan melalui intramuscular

(Alimul Aziz, 2008: 56)

3) Polio

Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk

mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat

menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini adalah

virus yang dilemahkan. Usia pemberian saat lahir (0 bulan), dan

berikutnya di uisa 2,4,6 bulan. Dilanjutkan pada usia 18 bulan dan 5

tahun. Imunisasi polio diberikan melalui oral (Alimul Aziz, 2008:

56).

4) DPT

Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah tiga penyakit sekaligus

yaitu difteri, pertusis, tetanus. Vaksin DPT ini merupakan vaksin

yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat

racunnya, namun masih dapat merangsang pembentukan zat anti

(toksoid). DPT diberikan pada ≥ 6 minggu, secara terpisah atau

14
secara kombinasi dengan Hepatitis B atau HiB. Booster DPT

diberikan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Usia 12 tahun mendapat

TT saat program BIAS SD kelas 6. Imunisasi DPT diberikan melalui

intramuskular. Pemberian DPT dapat berefek samping ringan

ataupun berat. Efek ringan misalnya terjadi pembengkakan, nyeri

pada tempat penyuntikan, dan demam. Efek berat misalnya terjadi

menangis hebat, kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran

menurun, terjadi kejang, ensefalopati, dan syok (Alimul Aziz,

2008:56-58).

5) Campak

Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk

mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk

penyakit menular. Kandungan vaksin ini adalah virus yang

dilemahkan. Campak-1 diberikan pada usia 9 bulan, sedangkan

campak-2 diberikan saat program BIAS SD kelas 1 pada usia 6

tahun. Imunisasi campak diberikan melalui subkutan. Imunisasi

campak memiliki efek samping seperti terjadinya ruam pada tempat

suntikan dan panas (Alimul Aziz, 2008:57-58).

e. Jadwal Imunisasi

JADWAL IMUNISASI REKOMENDASI IDAI TAHUN 2006

USIA PEMBERIAN VAKSINASI


JENIS VAKSIN BULAN TAHUN
LHR 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 2 3 5 6 10 12
PROGRAM IMUNISASI (PPI-Diwajibkan)
BCG
HEPATITIS B 1 2 3

15
POLIO 0 1 2 3 4 5
DPT 1 2 3 4 5 6
CAMPAK 1 2
PROGRAM IMUNISASI NON PPI (Dianjurkan)
HB 1 2 3 4
PNEUMOKOKUS 1 2 3 4
(PVC)
INFLUENZA DIBERIKAN SETAHUN SEKALI
MMR 1 2
TIFOID BOOSTER TIAP 3
TAHUN
HEPATITIS A 2x INTERVAL 6-12
BULAN
VARICELLA
(Alimul Aziz, 2008: 58)

B. Standar Pelayanan Kebidanan pada Anak Balita

Standar Pelayanan Kebidanan adalah suatu pedoman atau dasar yang

digunakan bidan dalam melaksanakan asuhan/pelayanan kebidanan. Adapun

standar pelayanan kebidanan pada anak balita berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis

Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang

Kesehatan, yaitu :

1. Pernyataan Standar

Setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.

Pemerintah Daerah Tingkat Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan

kesehatan sesuai standar kepada semua balita di wilayah kerja

kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun.

2. Pengertian

Pelayanan kesehatan balita berusia 0-59 bulan sesuai standar meliputi :

16
1. Pelayanan kesehatan balita sehat.

2. Pelayanan kesehatan balita sakit.

3. Mekanisme Pelayanan

a. Penetapan sasaran balita di wilayah kabupaten/kota dalam satu tahun

menggunakan data proyeksi BPS atau data riil yang diyakini benar,

dengan mempertimbangkan estimasi dari hasil survei/ riset yang

terjamin validitasnya, yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.

b. Pelayanan kesehatan balita sehat adalah pelayanan pemantauan

pertumbuhan dan perkembangan menggunakan buku KIA dan skrining

tumbuh kembang, meliputi:

1) Pelayanan kesehatan Balita usia 0 -11 bulan:

a) Penimbangan minimal 8 kali setahun.

b) Pengukuran panjang/tinggi badan minimal 2 kali /tahun.

c) Pemantauan perkembangan minimal 2 kali/tahun.

d) Pemberian kapsul vitamin A pada usia 6-11 bulan 1 kali setahun.

e) Pemberian imunisasi dasar lengkap.

2) Pelayanan kesehatan Balita usia 12-23 bulan:

a) Penimbangan minimal 8 kali setahun (minimal 4 kali dalam kurun

waktu 6 bulan).

b) Pengukuran panjang/tinggi badan minimal 2 kali/tahun.

c) Pemantauan perkembangan minimal 2 kali/ tahun.

d) Pemberian kapsul vitamin A sebanyak 2 kali setahun.

e) Pemberian Imunisasi Lanjutan.

17
3) Pelayanan kesehatan Balita usia 24-59 bulan:

a) Penimbangan minimal 8 kali setahun (minimal 4 kali dalam kurun

waktu 6 bulan).

b) Pengukuran panjang/tinggi badan minimal 2 kali/tahun.

c) Pemantauan perkembangan minimal 2 kali/ tahun.

d) Pemberian kapsul vitamin A sebanyak 2 kali setahun.

4) Pemantauan perkembangan balita.

5) Pemberian kapsul vitamin A.

6) Pemberian imunisasi dasar lengkap.

7) Pemberian imunisasi lanjutan.

8) Pengukuran berat badan dan panjang/tinggi badan.

9) Edukasi dan informasi.

c. Pelayanan kesehatan balita sakit adalah pelayanan balita menggunakan

pendekatan manajemen terpadu balita sakit (MTBS).

C. Manajemen Asuhan Kebidanan pada Anak Balita

Tujuh langkah manajemen asuhan kebidanan menurut Varney dalam buku

(Sulfianti, 2020) sebagai berikut:

Langkah I : Pengumpulan data dasar

Langkah ini dilakukan dengan melakukan pengkajian melalui proses

pengumpulan data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan pasien

secara lengkap seperti riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan

kebutuhan, peninjauan catatan terbaru atau catatan sebelumnya, data

18
laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi. Semua data

dikumpulkan dari sumber yang berhubungan dengan kondisi pasien.

Pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan dilanjutkan secara terus

menerus selama proses asuhan kebidanan berlangsung. Data dapat

dikumpulkan dari berbagai sumber, baik sumber primer (pasien) maupun

sumber sekunder (anggota keluarga atau tenaga kesehatan lain). Teknik

pengumpulan data ada 3 yaitu observasi (melalui panca indera), wawancara

(tanya jawab), dan pemeriksaan (memakai instrument). Data diklasifikasikan

menjadi dua, yaitu data subjektif dan data objektif.

Langkah II : Interpretasi data dasar

Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data secara benar terhadap

diagnosa atau masalah kebutuhan pasien. Data dasar yang sudah dikumpulkan

diinterpretasikan sehingga ditentukan masalah atau diagnosa yang spesifik.

Kata masalah dan diagnosa keduanya digunakan karena beberapa masalah

tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa, namun membutuhkan penanganan

yang dituangkan ke dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah

adalah kesenjangan yang diharapkan dengan fakta/kenyataan. Selain itu,

sudah terpikirkan perencanaan yang dibutuhkan terhadap masalah.

Langkah III : Identifikasi diagnosa atau masalah potensial

Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial yang lain berdasarkan beberapa masalah dan diagnosa yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi yang cukup dan apabila

19
memungkinkan dilakukan proses pencegahan atau dalam kondisi tertentu

pasien membutuhkan tindakan segera.

Langkah IV : Identifikasi dan penetapan kebutuhan yang memerlukan

penanganan segera

Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan

menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosa dan masalah ditegakkan.

Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi dan melakukan

rujukan.

Langkah V : Perencanaan Asuhan secara menyeluruh

Dalam proses perencanan asuhan secara menyeluruh dilakukan identifikasi

beberapa data yang tidak lengkap agar pelaksanaan secara menyeluruh dan

teratasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang

sudah teridentifikasi dari kondisi atau masalah yang berkaitan, tetapi juga dari

kerangka pedoman antisipasi terhadap pasien tersebut seperti apa yang

diperkirakan akan terjadi berikutnya. Setiap rencana asuhan harus disetujui

oleh kedua belah pihak, yaitu bidan dan klien agar dapat dilaksanakan asuhan

kebidanan secara efektif. Semua asuhan yang dikembangkan secara

menyeluruh harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pegetahuan dan

teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau

tidak akan dilakukan oleh klien.

Langkah VI : Pelaksanaan Perencanaan

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya,

baik terhadap masalah pasien maupun diagnosa yang ditegakkan.

20
Pelaksannan ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun

kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukannnya

sendiri tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.

Bidan bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama

yang menyeluruh.

Langkah VII : Evaluasi

Merupakan tahap akhir dalam manajemen kebidanan, yaitu dengan

melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan

oleh bidan. Evaluasi sebagai bagian dari pelayanan secara komprehensif dan

selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien. Evaluasi efektif

dari asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan

bantuan apakah telah terpenuhi sesuai dengan apa yang diidentifikasi dalam

masalah dan diagnosa. Rencana tersebut bisa dianggap efektif jika memang

efektif pelaksanaannya, ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut

telah efektif sedangkan sebagian belum efektif.

Manajemen Asuhan Kebidanan pada Anak Balita

I. PENGKAJIAN

1. Biodata

a. Bayi

1) Nama

Identitas dimulai dengan nama pasien, yang harus jelas dan

lengkap: nama depan, nama tengah (bila ada) nama keluarga, dan

nama panggilan akrabnya. (Matondang Corry S,dkk.2003: 5)

21
2) Tanggal / jam lahir

Bayi baru lahir normal atau fisiologis adalah bayi yang lahir

dengan umur kehamilan 37 minggu-42 minggu.

(Depkes RI (2005) dalam Marmi, 2015:5)

3) Umur

Umur penting untuk ditanyakan karena untuk mengetahui

masa perkembangannya. Selain itu pada masa bayi/balita

terutama balita merupakan masa rawan di mana bayi/balita mudah

sakit dan mudah terjadi kurang gizi. Pada masa bayi/balita

merupakan dasar pembentukan kepribadian bayi/balita sehingga

dengan diketahuinya umur bayi/balita kita dapat melakukan apa

yang seharusnya dilakukan pada bayi/balita tersebut sesuai

dengan umurnya.

Usia anak juga diperlukan untuk menginterpretasi apakah data

pemeriksaan klinis anak tersebut normal sesuai dengan umurnya.

(Matondang Corry S,dkk.2003: 5)

4) Jenis kelamin

Jenis kelamin pasien sangat diperlukan, selain untuk identitas

juga untuk penilaian data pemeriksaan klinis, misalnya nilai-nilai

baku, insiden seks, penyakit-penyakit terangkai seks (sex-linked)

(Matondang,Corry S,dkk.2003:5)

b. Orang tua

1) Nama orangtua

22
Nama ayah, ibu atau wali pasien harus dituliskan dengan jelas

agar tidak keliru dengan orang lain, mengingat banyak sekali

nama yang sama. Bila ada, title yang bersangkutan harus

disertakan (Matondang,Corry S,dkk.2003: 6).

2) Umur

Untuk mengetahui apakah ibu termasuk resiko tinggi atau

tidak. Usia di bawah 16 tahun atau di atas 35 tahun

mempredisposisi wanita terhadap sejumlah komplikasi. Usia di

bawah 16 tahun meningkatkan insiden preeklamsia. Usia di atas

35 tahun meningkatkan insiden diabetes, hipertensi kronis,

persalinan lama, dan kematian janin (Varney, 2007: 691).

3) Pendidikan

Tingkat pendidikan orangtua juga berperan dalam pendekatan

selanjutnya, misalnya dalam pemeriksaan penunjang dan

penentuan tata laksana pasien selanjutnya (Matondang Corry

S,dkk.2003: 6).

4) Pekerjaan

Pekerjaan orang tua, baik ayah maupun ibu, dapat

menggambarkan keakuratan data yang akan diperoleh serta dapat

ditentukan pola pendekatan dalam anamnesis (Matondang Corry

S,dkk.2003: 6).

5) Agama dan suku Bangsa

23
Data tentang agama dan suku bangsa juga memantapkan

identitas; disamping itu perilaku seseorang tentang kesehatan dan

penyakit sering berhubungan dengan agama dan suku bangsa.

Kebiasaan, kepercayaan, dan tradisi yang menunjang, namun

tidak jarang dapat menghambat perilaku hidup sehat (Matondang

Corry S,dkk.2003:6).

6) Alamat

Tempat tinggal pasien harus dituliskan dengan jelas dan

lengkap dengan nomor rumah, nama jalan, RT, RW, kelurahan

dan kecamatannya, serta bila ada nomor teleponnya. Kejelasan

alamat keluarga ini amat diperlukan agar sewaktu-waktu dapat

dihubungkan bila pasien menjadi sangat gawat, atau perlu

tindakan opersai segera, atau perlu pembelian obat atau alat yang

tidak tersedia di rumah sakit dan sebagainya (Matondang Corry

S,dkk.2003:6).

II. DATA SUBYEKTIF

1. Alasan datang

Untuk mengetahui alasan kunjungan

2. Keluhan utama

Anamnesis tentang penyakit pasien diawali dengan keluhan utama,

yaitu keluhan atau gejala yang menyebabakan pasien dibawa untuk

berobat. Perlu diperhatikan bahwa keluhan utama tidak selalu

merupakan keluhan yang pertama yang disampaikan oleh orang tua

24
pasien; hal ini terutama pada orangtua pendidikannya rendah yang

kurang dapat mengemukakan esensi masalah (Matondang Corry

S,dkk.2003: 6-7).

3. Riwayat kesehatan ibu dan keluarga

Dalam keluarga pasien perlu diketahui dengan akurat untuk

memperoleh gambaran keadaan kesehatan keluarga pasien. Berbagai

jenis penyakit bawaan dan penyakit keturunan juga mempunyai latar

belakang sosial-budaya. Terdapatnya perkawinan dengan keluarga

dekat antara ayah dan ibu terdapatnya penyakit tertentu pada keluarga

(stigmata alergi, penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, atau

penyakit keganasan, epilepsi dan lain-lain) perlu ditanyakan, sebab

mungkin berhubungan dengan masalah kesehatan yang dihadapi

sekarang (Matondang Corry S,dkk.2003:15-16).

4. Riwayat kesehatan anak

Riwayat yang pernah diderita anak sebelumnya perlu diketahui,

karena mungkin ada hubungannya dengan penyakit sekarang, atau

setidak-tidaknya memberikan informasi untuk membantu pembuatan

diagnosis dan tata laksana penyakitnya sekarang (Matondang Corry

S,dkk.2003:12).

5. Riwayat kehamilan

Dikaji bagaimana keadaan kesehatan ibu selama hamil, ada atau

tidaknya penyakit, serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi

penyakit tersebut. Dirinci pula berapa kali ibu melakukan kunjungan

25
antenatal dan kepada siapa kunjungan antenatal dilakukan. Serta apakah

ibu mendapatkan suntikan toksoid tetanus ataupun obat-obatan yang

harus diminum (Matondang Corry S,dkk.2003:12-13).

6. Riwayat persalinan

Riwayat kelahiran pasien harus ditanyakan dengan teliti, termasuk

tanggal, dan tempat kelahiran, siapa yang menolong, cara kelahiran

(spontan, ekstrasi cunam, ekstrasi vacum, bedah caesar), adanya

kehamilan ganda, keadaan segera setelah lahir, dan morbiditas pada

hari-hari pertama setelah lahir. Berat dan panjang badan lahir selalu

ditanyakan. Maka dapat diketahui apakah bayi saat lahir sesuai, kecil,

atau besar untuk masa kehamilannya (Matondang Corry

S,dkk.2003:13).

7. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Menurut Matondang (2003:16), tumbuh kembang, kesehatan,

penyebab kesakitan dan kematian anak sangat erat berhubungan dengan

corak reproduksi ibu, yaitu umur ibu pada saat hamil, jarak kelahiran,

dan jumlah paritas. Ibu dengan corak reproduksi yang kurang baik

( misalnya melahirkan di luar kurun usia optimal untuk melahirkan,

jarak kelahiran yang terlalu dekat, atau jumlah kelahiran yang terlalu

banyak) akan kurang baik kesehatannya dan kurang mampu

menciptakan suasana pengasuhan anak yang baik. Jarak kelahiran yang

dekat serta paritas yang tinggi sering berhubungan dengan malnutrisi

26
energi protein, infeksi berulang, serta kelahiran bayi berat badan

rendah.

8. Riwayat imunisasi

Status imunisasi pasien, baik imunisasi dasar maupun imunisasi

ulangan (booster) harus secara rutin ditanyakan khususnya imunisasi

BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B. Bila mungkin dilengkapi

dengan tanggal saat imunisasi dan tempat imunisasi diberikan.

Beberapa imunisasi lain seperti tipe, MMR (mumps, measles, rubela),

Hepatitis A dan Hib (untuk mencegah infeksi haemophilus influenza

tipe B) juga ditanyakan. Hal-hal tersebut, disamping diperlukan untuk

mengetahui status perlindungan pediatrik yang diperoleh untuk

membantu diagnosis pada beberapa keadaan tertentu (Matondang Corry

S,dkk.2003:14).

9. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

a. Pola nutrisi

Usia 0-6 bulan semua kebutuhan nutrisi bayi dapat dipenuhi

melalui ASI yang mengandung komponen paling seimbang.

Pemberian ASI eksklusif berlangsung hingga 6 bulan tanpa makanan

pendamping lain, sebab kebutuhannya sesuai dengan jumlah yang

dibutuhkan oleh bayi. Usia 6-9 bulan, anak mendapatkan nutrisi dari

ASI dan makanan pendamping berupa bubur susu, bubur tim saring,

dan buah. Pemberian makanan pendamping ASI disesuaikan dengan

kebutuhan nutrisi pada usia anak. Makanan pendamping ASI

27
diberikan pada usia ini karena bayi mulai mengunyah apa saja dan

memasukkan semua makanan ke dalam mulut. Oleh karena itu, perlu

pengawasan dalam setiap aktivitas anak. Usia 10-12 bulan, anak

masih tetap diberi ASI dengan tambahan makanan padat berupa

bubur susu, bubur tim kasar, dan buah. Bentuk makanan yang

disediakan dapat lebih padat dan lebih banyak jumlahnya, mengingat

pertumbuhan gigi dan kemampuan fungsi pencernaan sudah

meningkat. Pada usia ini anak lebih senang makan sendiri dengan

menggunakan sendok atau tangan. Masa ini merupakan saat baik

untuk membimbing anak untuk mencoba dan merasakan bentuk

makanan (Alimul Aziz,2008:47-48).

b. Pola eliminasi

 BAB :

Umumnya di 4 atau 5 minggu pertama dalam sehari bayi bisa

BAB lebih dari 5/6 x, tidak masalah selama pertumbuhannya

bagus. Bayi yang minum ASI eksklusif sebaliknya bisa saja

tidak BAB selama 2-4 hari bahkan bisa 7 hari sekali, bukan

berarti mengalami gangguan sembelit tapi bisa saja karena

memang tidak ada ampas makanan yang harus dikeluarkan. Jadi

yang penting lihat pertumbuhannya apakah anak tidak rewel dan

minumnya bagus, kalau 3 hari belum BAB dan bayinya anteng-

anteng saja mungkin memang belum waktunya BAB. Bila bayi

minum ASI eksklusif fesesnya berwarna lebih cerah dan

28
cenderung cemerlang atau di dominasi warna kuning. Warna

feses hijau termasuk kategori normal. Hal ini menandakan bayi

hanya menghisap foremi saja, sedangkan hindmilknya tidak.

Feses warna merah disebabkan adanya tetesan darah yang

menyertainya. Jika bayi sempat menghisap darah ibunya pada

proses persalinan, maka pada fesesnya akan ditemukan bercak

hitam yang berupa darah. Bila darah itu tetap muncul pada

fesesnya dan ternyata bukan berasal dari darah ibu, maka perlu

diperiksa lebih lanjut. Warna feses kuning atau keabu-abuan

bisa disebabkan gangguan pada hati atau penyumbatan saluran

empedu (Marmi, 2015:76-79).

 BAK :

Pengeluaran urine rata-rata 200-300 ml pada akhir minggu

pertama kehidupan dengan sekitar 20 kali berkemih/hari. Rata-

rata 350-550 ml/hari selama masa bayi (Muscari Mary E,2005 :

28).

c. Pola istirahat

Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering

tidur, bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur selama 16

jam sehari. Mulai usia 2 bulan bayi mulai lebih banyak tidur malam

dibanding siang, usia 3-6 bulan jumlah tidur pun semakin berkurang

kira-kira 3 kali dan terus berkurang hingga 2 kali pada usia 6-12

bulan. Menjelang 1 tahun biasanya bayi hanya perlu tidur siang satu

29
kali saja dengan total waktu tidur berkisar antara 12-14 jam (Marmi,

2015 : 81).

d. Pola aktivitas

Tanyakan pada ibu bagaimana kegiatan sehari-hari bayi/balita.

e. Pola personal hygiene

Untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat, dan kering maka setelah

BAK harus diganti popoknya minimal 4-5 x/hari. Perhatikan juga

teknik membersihkan organ pembuangan jangan membersihkan dari

arah belakang ke depan namun dari depan ke belakang. Ini

dimaksudkan agar kotoran dari anus tidak terbawa ke vagina (Marmi

2015 :80-81).

Orang tua harus membersihkan gigi bayi dengan kain basah.

Pemberian makanan dengan ASI dan melalui botol selama tidur

tidak dianjurkan hal ini untuk mencegah karies gigi akibat dari

kontak dengan susu yang lama (Muscari Mary E, 2005 : 28).

III. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan Umum

Pemeriksaan ini terdiri atas pemeriksaan status kesadaran,

status gizi, tanda-tanda vital, dan lain-lain (Alimul Aziz,

2008:71).

30
Penilaian keadaan umum pasien yang mencakup kesan

keadaan sakit, termasuk fasies dan posisi pasien, kesadaran,

kesan atau status gizi. Dengan penilaian keadaan umum ini akan

diperoleh kesan apakah pasien dalam keadaan distress akut yang

memerlukan pertolongan segera, ataukah pasien dalam keadaan

yang relatif stabil sehingga pertolongan dapat diberikan setelah

dilakukan pemeriksaan fisis lengkap (Matondang Corry

S,dkk.2003:22-23).

2) Kesadaran

Kesadaran baru dapat dinilai bila pasien tidak tidur. Penilaian

kesadaran dinilai sebagai:

a) Composmentis: pasien sadar sepenuhnya dan memberikan

respon yang adekuat dari stimulus yang di berikan.

b) Apatik : pasien dalam keadaan sadar, tetapi acuh tak acuh

terhadap keadaan di lingkungannya dia akan memberikan

respon yang adekuat bila diberi stimulus.

c) Somnolen : tingkat kesadaran yang lebih rendah dari pada

apatik, pasien agak mengantuk, selalu ingin tidur : ia tidak

responsive terhadap stimulus ringan, tetapi masih

memberikan respon terhadap stimulus yang agak berat, lalu

akan tertidur lagi.

d) Sopor : pada keadaan ini pasien tidak memberikan respon

ringan maupun sedang, tetapi masih memberikan sedikit

31
respon terhadap stimulus yang kuat, reflek pupil terhadap

cahaya masih positif.

e) Koma : pasien tidak dapat bereaksi terhadap stimulus apapun,

reflek pupil terhadap cahaya tidak ada, ini merupakan tingkat

kesadaran paling rendah.

f) Delirium : keadaan kesadaran yang menurun serta kacau,

bisanya disertai disorientasi, iritatif, dan salah persepsi

terhadap rangsangan sensorik hingga terjadi halusinasi

(Matondang Corry S,dkk.2003:24-25)

3) Tanda Vital

a) Nadi : Berapa banyak denyut nadi bayi/balita tiap menit.

Frekuensi nadi rata-rata normal pada bayi/balita yaitu

umur 1-6 bulan 130 x/menit dan umur 6-12 bulan 115

x/menit (Alimul Aziz, 2008:73).

b) Suhu : Berapa suhu tubuh bayi/balita.

Suhu bayi normal adalah diantara 36,5-37,5°C. Suhu yang

meninggi dapat ditemukan pada dehidrasi, gangguan serebral,

infeksi, atau kenaikan suhu lingkungan. Kenaikan suhu

merata biasanya disebabkan oleh kenaikan suhu lingkungan,

apabila ekstremitas dingin dan tubuh panas, kemungkinan

besar disebabkan oleh sepsis. Perlu diingat bahwa infeksi

pada neoanatus (termasuk sepsis) dapat tidak disertai

kenaikan suhu tubuh, bahkan sering terjadi hipotermia.

32
(Matondang Corry S,dkk.2003:150)

c) Pernafasan:

Pantau bayi dengan mengamati gerakan abodmen;

pemantauan pada anak yang lebih besar sama seperti orang

dewasa. Rentang frekuensi pernafasan normal

 BBL-6 bulan : 30-50 x/ menit

 6 bulan-2 tahun : 20-30 x/ menit

 3-10 tahun : 20-28 x/ menit

 10-18 tahun : 12-20 x/ menit

(Muscari Mary E, 2005 : 17-18)

4) Pengukuran Antropometri :

a) Berat Badan

Pada masa pertumbuhan berat badan bayi dibagi menjadi

dua yaitu usia 0-6 bulan dan usia 6-12 bulan. Untuk usia 0-6

bulan berat badan mengalami penambahan setiap minggu

sekitar 140-200 gram dan berat badannya akan menjadi dua

kali berat badan lahir pada akhir bulan ke 6. Sedangkan pada

usia 6-12 bulan terjadi penambahan setiap minggu sekitar 25-

40 gram dan pada akhir bulan ke 12 terjadi penambahan tiga

kali lipat berat badan lahir (Alimul Aziz, 2008 :15).

b) Panjang Badan

33
Pada usia 0-6 bulan bayi akan mengalami penambahan

tinggi badan sekitar 2,5 cm setiap bulannya. Pada uisa 6-12

bulan mengalami penambahan tinggi badan hanya sekitar

1,25cm setiap bulannya. Pada akhir tahun pertama akan

meningkat kira-kira 50% dari tinggi badan waktu lahir

(Alimul Aziz, 2008 :16).

c) Lingkar Kepala

Pertumbuhan pada lingkar kepala ini terjadi dengan sangat

cepat sekitar enam bulan pertama, yaitu 35-43 cm. Pada usia-

usia selanjutnya pertumbuhan lingkar kepala mengalami

perlambatan. Pada usia 1 tahun hanya mengalami

pertumbuhan kurang lebih 46,5 cm. Pada usia 2 tahun

mengalami pertumbuhan kurang lebih 49 cm, kemudian akan

bertambah 1 cm sampai dengan usia tahun ke-3 dan

bertambah lagi kurang lebih 5 cm sampai dengan usia remaja

(Alimul Aziz, 2008 :16).

d) Lingkar Dada

Lingkar dada diperiksa pada bayi baru lahir serta setiap

kunjungan sampai usia 2 tahun. Pada bayi baru lahir lingkar

dada 2 cm lebih kecil dari lingkaran kepala, kemudian

berangsur sama atau sedikit lebih besar dari lingkaran kepala

setelah usia 2 tahun (Matondang Corry S,dkk.2003: 34).

b. Pemeriksaan Fisik

34
1) Kepala

Pemeriksaan ini bermanfaat untuk memeriksa lingkar kepala.

Pemeriksaan yang lain adalah ubun-ubun atau fontanel ubun –

ubun besar, normalnya bertekstur rata atau sedikit cekung,

namun apabila ubun-ubun besar menonjol dapat menunjukan

adanya peningkatan intrakranial, sedangkan apabila cekung

kemungkinan terjadi dehidrasi dan malnutrisi (Alimul

Aziz,2008:79).

Pemeriksaan rambut ini dilakukan untuk menilai warna,

kelebatan, distribusi, dan karakteristik lainnya dari rambut.

Rambut kepala normalnya berkilauan seperti sutra dan kuat.

Rambut yang kering, rapuh, dan kurang pigmen dapat

menunjukkan adanya kekurangan gizi (Alimul Aziz , 2008 :79).

2) Muka

Pemeriksaan muka pada anak dilakukan untuk menilai

kesimetrisan wajah. Asimetris pada wajah disebabkan oleh

adanya paralisis pasialis. Selain melihat kesimetrisan wajah,

pemeriksaan ini juga dilakukan untuk menilai adanya

pembengkakan daerah wajah (Alimul Aziz, 2008 :79).

Selain itu keasimetrisan wajah juga dapat disebabkan posisi

bayi intrauterine. Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti

sindrom down atau sindom piere robin. Perhatikan juga kelainan

35
wajah akibat trauma lahir sepert laserasi, paresi N.fasalis

(Marmi, 2015 : 56)

3) Mata

Pemeriksaan mata bermanfaat untuk menilai visus atau

ketajaman penglihatan. Pemeriksaan visus ini dapat dilakukan

dengan pemberian rangsangan cahaya pada usia neonatus. Pada

usia 1 bulan, bayi sudah mampu melihat adanya benda-benda

dan pada usia 2 bulan mampu melihat jari, untuk memperjelas

pemeriksaan dapat digunakan oftal moskop. Pemeriksaan

palbera dilihat apakah simetris atau tidak, pemeriksaan sklera

untuk menilai warna sklera normal berwarna putih. Dan

pemeriksaan lensa dapat dilakukan dengan menilai jernih

tidaknya lensa (Alimul Aziz, 2008 :80).

4) Hidung

Pemeriksaan hidung dilakukan untuk menilai adanya

kelainan bentuk hidung juga untuk menentukan ada tidaknya

epitaksis (Alimul Aziz, 2008 : 81).

5) Mulut

Pemeriksaan mulut dilakukan untuk menentukan ada

tidaknya trismus yang merupakan kesulitan membuka mulut,

holitosis merupakan bau mulut tidak sedap serta labioskisis

keadaan bibir tidak simetris. Pemeriksaan gusi untuk melihat

adanya odema atau tanda-tanda peradangan. Pemeriksaan lidah

36
untuk menilai apakah terjadi kelainan konginetal atau tidak.

Pemeriksaan gigi untuk mengetahui gigi susu sudah tumbuh

atau belum. Dan pemeriksaan tenggorokan untuk mengetahui

adanya hiperemia, oedema, serta adanya abses baik

retrofaringeal maupun peritonsilar (Alimul Aziz, 2008 : 81).

6) Telinga

Pemeriksaan telinga dapat dilakukan mulai dari telinga

bagian luar, tengah, dan dalam. Telinga bagian luar dengan

menentukan bentuk, besar serta posisinya. Pemeriksaan

membran timpani untuk menentukan cekungan dan mengkilap

dan adanya perfolasi atau tidak. Pemeriksaan mastoid melihat

adanya pembengkakan daerah mastoid dan pemeriksaan

pendengaran apakah mengalami gangguan atau tidak (Alimul

Aziz, 2008 : 80-81).

7) Leher

Pemeriksaan leher dilakukan untuk menilai adanya tekanan

pada vena jugularis ada tidaknya distensi pada vena jugularis,

ada tidaknya massa dalam leher, dan pembesaran kelenjar tiroid

(Alimul Aziz, 2008 : 82).

8) Dada

Cara dalam melakukan pemeriksaan dada dengan cara

inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Dalam melakukan

pemeriksaan hal yang perlu diperhatikan adalah bentuk dan

37
besar dada, kesimetrisan dan gerakan dada, adanya deformitas

atau tidak, adanya penonjolan serta adanya pembengkakan atau

kelainan yang lain (Alimul Aziz, 2008 : 82-83).

9) Abdomen

 Inspeksi

Untuk menilai ukuran dan bentuk perut membuncit,

simetris atau tidak. Apabila membuncit asimetris,

kemungkinan dijumpai poliomyelitis, pembesaran organ

intraabdominal, ileus, dan lain-lain.

 Auskultasi

Dilakukan menggunakan stetoskop, dapat diketahui

adanya suara peristaltik usus. Normalnya terdengar setiap

10-30 detik.

 Perkusi

Dilakukan melalui epigastrium secara simetris menuju

kebagian bawah abdomen. Normalnya (bunyi timpani)

adalah bila terdengar pada seluruh lapangan abdomen.

 Palpasi

Dapat dilakukan dengan cara satu tangan (monomanual)

atau dua tangan (bimanual). Yang dinilai adalah apakah ada

pembesaran pada organ hati, limfa, dan ginjal.

38
(Alimul Aziz, 2008 : 88)

10) Tulang belakang/ Punggung

Pemeriksaan yang dilakukan dengan inspeksi, yang dinilai

adalah adanya kelainan tulang belakang seperti lordosis,

kifosis, dan skoliosis (Alimul Aziz, 2008 : 89).

Perhatikan terdapatnya massa disekitar tulang belakang,

massa kecil di garis median yang disertai kelompokan rambut

biasanya merupakan petunjuk adanya sina bifida atau kelainan

ektodermal (Matondang Corry S, dkk. 2003 : 126).

11) Genetalia

 Pada laki-laki :

Apakah glands penis baik bentuknya, bagaimana testis

apakah sudah turun, bagaimana BAK lancar atau tidak,

penyumbatan atau tidak, skrotum simetris atau tidak. Pada

bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.

(Marmi, 2015 : 59)

 Pada wanita :

Ada sekret atau tidak, labia mayora menutupi labia minora

atau tidak, lubang uretra terpisah dengan lubang vagina atau

tidak (Marmi, 2015 : 59).

12) Anus

Memeriksa apakah ada kelainan atresia ani, kaji posisinya.

(Marmi, 2015 : 59)

39
13) Ekstermitas

Pemerikisaan ini berfungsi untuk menilai ada tidaknya

gerakan ekstremitas abnormal, asimetris, posisi dan gerakan

yang abnormal (menghadap ke dalam atau keluar garis

tangan), serta menilai kondisi jari, yaitu jumlahnya berlebih

atau saling melekat (Alimul Aziz, 2008 : 67).

14. Kulit

Pemeriksaan kulit untuk menilai warna, adanya sianosis,

ikterus, ekseme, pucat, purpura, eritema, makula, papula,

vesikula, pustula, ulkus, turgor kulit, kelembaban kulit, tekstur

kulit dan odema (Alimul Aziz, 2008 :76).

IV. ASSESMENT

Bayi/Balita.............. Umur....................

Data yang telah dikumpulkan pada tahap pengkajian kemudian dianalisa

dan diinterpretasikan untuk dapat menentukan diagnosa dan masalah pada

bayi.

1. Diagnosa Kebidanan

Bayi/balita... Umur... bulan, keterangan normal atau dengan ....

Data yang telah didapat kemudian dianalisa sesuai data dasar yang

telah didapat dari hasil pengkajian dan hasil pemeriksaan yang telah

dilakukan. Hal ini perlu dikaji sebagai dasar untuk membuat

keputusan klinik yang tepat.

40
Data Dasar :

 Data Subjektif: informasi yang diceritakan pasien tentang apa yang

dirasakannya, apa yang sedang dan telah dialaminya. Selain itu

juga meliputi informasi tambahan yang diceritakan oleh anggota

keluarga tentang status bayi/balita.

 Data Objektif : data dasar yang didapat dari pemeriksaan/

pengamatan (fisik atau penunjang).

2. Diagnosa Masalah

Dikaji guna menganalisa apakah bayi/balita mengalami masalah

yang memerlukan penanganan maka dituliskan sebagai masalah.

Diagnosa masalah harus disertai dengan data dasar.

3. Diagnosa Potensial

Digunakan untuk menentukan diagnosa dan masalah potensial yang

mungkin terjadi dan masalah yang telah ditentukan. Selain itu juga

menentukan tindakan untuk mengantisipasi terjadinya masalah atau

mencegah jika memungkinkan.

4. Kebutuhan Akan Tindakan Segera, Konsultasi, Dan Kolaborasi

Untuk menentukan tindakan apa yang harus segera dilakukan

sesuai kondisi bayi/balita, kebutuhan konsultasi dengan professional

lain jika diperlukan.

IV. PELAKSANAAN

Tanggal : Jam :

41
1. Pemeriksaan

Selama satu tahun bayi dianjurkan melakukan pemeriksaan rutin,

antropometri pada bayi tersebut.

2. Pemantauan berat badan

Bayi yang sehat akan mengalami penambahan berat badan setiap

bulannya (Marmi, 2015:106)

3. Imunisasi

Pada usia 1 bulan, pastikan bayi telah mendapatkan beberapa

imunisasi dasar. Telah diberikan imunisasi HB0 Sekurang-kurangnya

12 jam setelah lahir, BCG dan Polio1 usia ≤ 1 bulan, DPT/HB1 dan

Polio2 usia 2 bulan dengan syarat, kondisi bayi stabil, tak ada

gangguan pada paru-paru dan jantung (Marmi, 2015 : 410).

4. Memberikan informasi kepada ibu bahwa :

a. Memberikan ASI eksklusif berlangsung hingga 6 bulan tanpa

makanan pendamping lain, sebab kebutuhannya sesuai dengan

jumlah yang dibutuhkan oleh bayi (Alimul Aziz,2008:47).

b. Usia 6-9 bulan

Pada usia ini anak mendapatkan nutrisi dari ASI dan makanan

pendamping berupa bubur susu, bubur tim saring dan buah.

Pemberian makanan pendamping ASI disesuaikan dengan ukuran

kebutuhan nutrisi pada usia anak. Makanan pendamping ASI

diberikan pada usia ini karena bayi mulai mengunyah apa saja dan

42
memasukkan semua makanan ke dalam mulut. Oleh karena itu,

perlu pengawasan dalam setiap aktivitas anak.

c. Usia 10-12 bulan

Pada usia ini anak masih tetap diberi ASI dengan tambahan

makanan padat berupa bubur susu, bubur tim kasar, dan buah.

Bentuk makanan yang disediakan dapat lebih padat dan lebih

banyak jumlahnya, mengingat pertumbuhna gigi dan kemampuan

fungsi pencernaan sudah meningkat. Pada usia ini anak lebih

senang makan sendiri dengan menggunakan sendok atau tangan.

Masa ini merupakan saat yang baik untuk membimbing anak

mencoba dan merasakan bentuk makanan (Alimul Aziz,2008:48).

5. Menganjurkan ibu melakukan stimulasi perkembangan pada

bayi/balita sesuai umur, misal untuk umur 18-24 bulan, anak bisa

berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik, berjalan tanpa terhuyung-

huyung, bertepuk tangan, melambai-lambai, menumpuk 4 buah kubus,

memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk,

menggelindingkan bola kearah sasaran, menyebut 3-6 kata yang

mempunyai arti, membantu atau menirukan pekerjaan rumah tangga,

memegang cangkir sendiri, belajar makan minum sendiri.

Stimulus yang diberikan pada anak seharusnya sudah dimulai sejak

dalam kandungan, misalnya dengan bisikan, sentuhan pada perut ibu,

gizi ibu yang mencukupi, dan menghindari pemicu stres yang

mempengaruhi psikologis ibu.

43
Setelah lahir, stimulus langsung dilakukan pada bayi. Pada tahun

pertama kehidupan, stimulus diberikan untuk perkembangan sensori

motor, meskipun pada tahun-tahun berikutnya stimulus ini tetap harus

diberikan. Stimulus yang diberikan melalui aktivitas bermain

bertujuan untuk:

 Pertama, melatih dan mengevaluasi reflek-reflek fisiologis

 Kedua, melatih koordinasi antara mata dan tangan serta mata

dan telinga

 Ketiga, melatih mencari objek yang tidak kelihatan

 Keempat, melatih asal sumber suara

 Kelima, melatih kepekaan perabaan

Contoh permainan yang dianjurkan adalah benda-benda yang

aman untuk dimasukan ke mulut, boneka orang/binatang yang lunak,

mainan yang bersuara, giring-giring, bola, dan lain-lain.

Karakteristik permainan pada masa bayi berdasarkan isi adalah

permainan yang memungkinkan anak berinteraksi dengan lingkungan

sosialnya (social affective play) dan permainan yang memberikan

kesenangan pada anak (sense of pleasure play) (Ambarwati,

2012:102).

44
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA FISIOLOGIS

An. K USIA 2 TAHUN 3 BULAN

DI PUSKESMAS PARAKAN TEMANGGUNG

Pengkajian

Tanggal Pengkajian : 10 Maret 2021

Pukul : 09.00 WIB

Tempat : Puskesmas Parakan Temanggung

Identitas Anak

Nama : An.K

Tanggal Lahir/Jam : 5 Desember 2018/19.30 WIB

Jenis Kelamin : Perempuan

Identitas Orangtua

Nama Ibu : Ny. S Nama Ayah : Tn.R

40
Umur : 25 th Umur : 28 th

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Mandisari Parakan Alamat : Mandisari Parakan

A. Data Subyektif

1. Alasan Datang

Ibu mengatakan ingin mengimunisasikan anaknya yang berusia 2 tahun 3

bulan.

2. Keluhan Utama

Ibu mengatakan bahwa anaknya tidak ada keluhan

3. Riwayat Kesehatan

Ibu mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada yang menderita

penyakit menurun ataupun menular.

4. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas

Ibu mengatakan selama hamil tidak ada penyakit maupun permasalahan

yang membahayakan janinnya. Kemudian saat bersalin juga tidak ada

penyulit selama proses persalinan. Selama masa nifas tidak ada masalah dan

ibu memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan.

5. Riwayat Tumbuh Kembang

41
Ibu mengatakan bahwa pertambahan BB nya setiap bulan ada kenaikan

meskipun pernah turun, perkembangannya juga sesuai dengan umur anak,

tidak memiliki kelainan maupun cacat bawaan.

Vaksin Diberikan Pada Umur Keterangan


HB-0 0 hari Sudah disuntik
BCG + Polio 1 1 bulan Sudah disuntik
DPT HB HiB 1 + Polio 2 2 bulan Sudah disuntik
DPT HB HiB2 + Polio 3 3 bulan Sudah disuntik
DPT HB HiB 3+ Polio 4 4 bulan Sudah disuntik
IPV 6 bulan Sudah disuntik
Campak 9 bulan Sudah disuntik
Pentavalen Booster 18 bulan Sudah disuntik

6. Pola Kebutuhan Sehari-hari

a. Pola Nutrisi : Sehari makan 3 x , nasi ¼ piring, 1 potong kecil ayam, ¼

mangkuk sayur, dan makanan selingan seperti biskuit dan buah.

Minumnya 5-6 gelas air putih dan susu formula ketika mau tidur.

b. Pola eliminasi : BAB sehari 1-2 kali warna kuning kecokelatan, lembek.

BAK sehari 6-7 kali warna kuning jernih berbau khas.

c. Pola istirahat : tidur malam 8-9 jam, tidur siang 1 jam.

d. Pola aktifitas : ibu mengatakan bahwa anaknya bisa memegang cangkir

dan makan sendiri, sudah bisa berdiri tanpa berpegangan dan berjalan

tanpa terhuyung2, mampu mengucap beberapa kata.

e. Pola hygiene : mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, keramas

setiap hari, ganti baju 3-4 kali sehari tergantung kotor tidaknya baju.

f. Pola sosial ekonomi : ibu mengatakan bahwa penghasilan keluarganya

cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hubungan dengan

masyarakat tidak ada masalah, saling bertegur sapa dan gotong royong.

42
B. Data Obyektif

1. Keadaan Umum : baik

2. Kesadaran : composmentis

3. Tanda-tanda Vital :

 Nadi : 110 x/menit

 RR : 28 x/menit

 Suhu : 36,70C

4. Pengukuran Antropometri

 BB : 12 kg

 PB : 81 cm

 LK: 49 cm

 Lila : 15 cm

5. Status Present

Kepala : simetris, kulit kepala bersih, tidak ada

oedema
Mata : simetris, sklera putih, konjungtiva merah

muda.
Hidung : simetris, bersih, tidak ada pernapasan

cuping hidung
Mulut : : bibir simetris, lembab, langit-langit utuh

dan tidak ada bagian yang terbelah.


Telinga : Telinga simetris, jumlah dua, tidak ada

serumen atau cairan


Leher : simetris, tidak ada massa abnormal, teraba

vena jugularis, kelenjar limfe dan kelenjar

tyroid
Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada

43
Pulmo/jantung : nafas vesikuler, tidak ada bunyi jantung

tambahan
Abdomen : simetris, tidak ada massa abnormal
Genetalia : labia mayora menutupi labia minora
Punggung : lurus, kulit teraba utuh, tidak ada benjolan

pada tulang belakang


Anus : terdapat lubang anus
Ekstremitas : simetris, bergerak secara serentak, jumlah

jari tangan lima jari setiap tangan, jumlah

jari kaki 5 jari setiap kaki.


Kulit : turgor baik, tidak ada edema, tidak

memar, tida kering

C. Analisa

1. Diagnosa Kebidanan

An. K usia 2 tahun 3 bulan fisiologis dengan imunisasi MR Booster

2. Masalah

Tidak ada

3. Diagnosa Potensial

Tidak ada

D. Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu bahwa hasil pemeriksaan terhadap anaknya baik dan

sehat

Hasil: Ibu senang dan lega mendengar hasil pemeriksaan anaknya

2. Memberitahu ibu tentang manfaat imunisasi MR yaitu untuk mencegah

penyakit rubella

Hasil: Ibu mengerti dan kooperatif

3. Memberitahu ibu tentang efek setelah diimunisasi MR yaitu demam

44
Hasil : Ibu paham tentang informasi yang telah disampaikan dan ibu

kooperatif

4. Memberikan inform consent untuk persetujuan tindakan yang akan

dilakukan pada anaknya

Hasil : Ibu menandatangani inform consent dan setuju atas tindakan yang

akan dilakukan pada anaknya

5. Melakukan tindakan penyuntikan imunisasi MR Booster di paha kiri

secara IM dosis 0,5 ml.

Hasil : Tindakan penyuntikan sudah dilakukan dan ibu kooperatif saat

anaknya disuntik.

6. Menganjurkan ibu untuk memberikan obat paracetamol sirup kepada

anaknya setelah diimunisasi sesuai dosis

Hasil : Ibu paham dan bersedia memberikan obat paracetamol setelah

anaknya diimunisasi.

7. Mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilakukan.

Hasil : Tindakan telah didokumentasikan di buku KIA, buku imunisasi dan

catatan medis.

45
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Pengkajian asuhan balita An.K usia 2 tahun 3 bulan dilakukan pada tanggal 10

Maret 2021 jam 09.00 WIB. Menurut Matondang Corry S,dkk (2003: 5) usia anak

juga diperlukan untuk menginterpretasi apakah data pemeriksaan klinis anak

tersebut normal sesuai dengan umurnya. Pada kasus, An. K lahir pada tanggal 5

Desember 2018 atau berumur 2 tahun 3 bulan saat dilakukan pengkajian. Hal ini

bisa dijadikan data untuk mengetahui perkembangan anak dilihat dari umurnya.

Pada riwayat kesehatan ibu dan keluarga juga dikaji, menurut Matondang Corry

S,dkk (2003:15-16) terdapatnya perkawinan dengan keluarga dekat antara ayah dan

ibu terdapatnya penyakit tertentu pada keluarga (stigmata alergi, penyakit

kardiovaskuler, diabetes mellitus, atau penyakit keganasan, epilepsi dan lain-lain)

perlu ditanyakan, sebab mungkin berhubungan dengan masalah kesehatan yang

dihadapi sekarang. Pada kasus, keluarga dari An. K tidak memiliki riwayat penyakit

menurun maupun menular, sehingga An.K juga tidak memiliki riwayat penyakit

tersebut.

Menurut Matondang (2003:16), tumbuh kembang, kesehatan, penyebab

kesakitan dan kematian anak sangat erat berhubungan dengan corak reproduksi ibu,

yaitu umur ibu pada saat hamil, jarak kelahiran, dan jumlah paritas. Pada kasus

46
untuk riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, Ibu mengatakan selama

hamil tidak ada penyakit maupun permasalahan yang membahayakan janinnya,

karena umur ibu saat hamil termasuk usia reproduksi. Kemudian saat bersalin juga

tidak ada penyulit selama proses persalinan. Selama masa nifas juga tidak ada

masalah dan ibu memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan. Hal ini ditunjukkan pula

dengan tumbuh kembang An. K dengan pertambahan BB nya setiap bulan ada

kenaikan meskipun pernah turun, perkembangannya juga sesuai dengan umur anak,

tidak memiliki kelainan maupun cacat bawaan.

Status imunisasi pasien, baik imunisasi dasar maupun imunisasi ulangan

(booster) harus secara rutin ditanyakan khususnya imunisasi BCG, DPT, Polio,

Campak dan Hepatitis B. Hal-hal tersebut, disamping diperlukan untuk mengetahui

status perlindungan pediatrik yang diperoleh untuk membantu diagnosis pada

beberapa keadaan tertentu (Matondang Corry S,dkk.2003:14). Berdasarkan kasus

An. K untuk riwayat imunisasinya sudah lengkap sesuai umur yaitu terakhir usia 18

bulan dengan imunisasi pentavalen booster dan imunisasi selanjutnya untuk usia 2

tahun yaitu MR Booster.

Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari An.K diantaranya, sehari makan 3 x ,

nasi ¼ piring, 1 potong kecil ayam, ¼ mangkuk sayur, dan makanan selingan seperti

biskuit dan buah. Minumnya 5-6 gelas air putih dan susu formula ketika mau tidur.

Untuk pola eliminasinya sehari BAB 1-2 kali warna kuning kecokelatan, lembek.

BAK sehari 6-7 kali warna kuning jernih berbau khas. Pola istirahat bayi menurut

Marmi (2015 : 81) menjelang 1 tahun biasanya bayi hanya perlu tidur siang satu kali

saja dengan total waktu tidur berkisar antara 12-14 jam. Dalam kasus An. K tidur

malam 8-9 jam, tidur siang 1 jam, dengan pola aktifitas sehari-harinya normal sesuai

47
umur anak. Ibu mengatakan bahwa anaknya bisa memegang cangkir dan makan

sendiri, sudah bisa berdiri tanpa berpegangan dan berjalan tanpa terhuyung2,

mampu mengucap beberapa kata. Pola personal hygiene nya mandi 2 kali sehari,

gosok gigi 2 kali sehari, keramas setiap hari, ganti baju 3-4 kali sehari tergantung

kotor tidaknya baju.

Pemeriksaan umum dan pemeriksaan fisik An.K didapatkan bahwa keadaan

umum anak baik, kesadaran composmentis, nadi 110 x/menit, suhu tubuh bayi

36,7oC, respirasi 28x/menit. Menurut Muscari Mary E (2005 : 17-18) frekuensi

pernafasan anak umur 6 bulan sampai 2 tahun yaitu 20-30 x/ menit. Hal ini

menunjukkan bahwa anak dalam kondisi normal sesuai dengan teori.

Pengukuran antropometrinya menunjukkan BB An. K 12 kg, PB : 81 cm, LK: 49

cm , Lila : 15 cm. Menurut Alimul Aziz (2008 :15) usia 6-12 bulan terjadi

penambahan setiap minggu sekitar 25-40 gram dan pada akhir bulan ke 12 terjadi

penambahan tiga kali lipat berat badan lahir. Kemudian menurut rumus Behrman

(1992) anak umur 1-6 tahun cara menghitung BB sesuai umur yaitu : Umur

(tahun) x 2 + 8. Berdasarkan kasus dan teori tidak ada kesenjangan untuk

pengukuran antropometri An.K dan sesuai usianya yaitu 2 tahun.

Pada pemeriksaan fisik yang dikaji mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki

tidak menunjukkan kalau An.K memiliki kelainan kongenital karena anak dalam

kondisi normal dan sehat. Kemudian dalam pemeriksaan genetalia didapatkan hasil

bahwa labia mayora sudah menutupi labia minora, hal ini sesuai dengan Marmi dan

Rahardjo (2015:59) dimana pada bayi perempuan yang lahir cukup bulan, labia

48
mayora menutupi labia minora. Lubang uretra terpisah dari lubang vagina,

begitupun saat pengkajian juga terdapat lubang anus yang normal pada umumnya.

Diagnosa kebidanan yang muncul pada kasus An. K ini adalah An. K usia 2
tahun 3 bulan fisiologis dengan imunisasi MR Booster. Diagnosa ini ditegakkan
berdasarkan pengkajian data subjektif dan objektif.

Penatalaksanaan asuhan pada An.K yang dilakukan yaitu memberitahu ibu bahwa

hasil pemeriksaan terhadap anaknya baik dan sehat, memberitahu ibu tentang manfaat

imunisasi MR yaitu untuk mencegah penyakit rubella, memberitahu ibu tentang efek

setelah diimunisasi MR yaitu demam, memberikan inform consent untuk

persetujuan tindakan yang akan dilakukan pada anaknya, melakukan tindakan

penyuntikan imunisasi MR Booster di paha kiri secara IM dosis 0,5 ml,

menganjurkan ibu untuk memberikan obat paracetamol sirup kepada anaknya

setelah diimunisasi sesuai dosis dan mendokumentasikan hasil tindakan yang telah

dilakukan.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asuhan yang diberikan pada An.K  dengan jenis kelamin perempuan dapat

ditarik kesimpulan, yaitu pada tahap pengkajian didapatkan data subyektif yang

berasal dari keterangan ibu dari An. K dan data obyektif yang didapatkan berdasarkan

pemeriksaan fisik yang telah dilakukan. Pada tahap ini penulis tidak mengalami

kesulitan karena ibu dari An. K dapat bekerja sama dengan baik dengan penulis dalam

memberikan asuhan kebidanan.

49
Diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data-data yang di dapatkan pada saat

pengkajian yaitu An. “K” usia 2 tahun 3 bulan dengan imunisasi MR Booster fisiologis.

Masalah potensial yang mungkin terjadi tidak ada, sehingga kebutuhan segera tidak ada

karena anak dalam keadaan sehat dan bisa dilakukan tindakan imunisasi. Dan dapat

disimpulkan bahwa balita ini dalam keadaan yang sehat dengan imunisasi MR Booster.

B. Saran

1. Bagi Mahasiswa

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat membuka wawasan berpikir kritis bagi

mahasiswa dalam meningkatkan proses pembelajaran dan dapat dijadikan

sebagai acuan dalam melakukan praktik pemberian asuhan kebidanan

komprehensif dan pemberian asuhan komplementer pada balita.

2. Bagi Bidan

Hasil studi kasus ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi profesi

bidan untuk meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan secara

komprehensif dan berkesinambungan dalam pemberian asuhan pada balita

sebagai upaya dalam memberikan pelayanan kesehatan secara optimal, serta

penerapannya sesuai dengan Standar Operasional Prosedure (SOP) yang

berlaku.

3. Bagi Ibu dan Keluraga

Dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi untuk meningkatkan

pemahaman tentang pentingnya imunisasi sebagai salah satu tindakan

preventif untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat terjadi pada anak.

50
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati. Fitri Respati dan Nita Nasution. (2012). Buku Pintar Asuhan Keperawatan

Bayi & Balita.Yogyakarta:Cakrawala Ilmu

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008). Pengantar ILmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan

Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

51
IDAI. (2014). Pedoman Imunisasi di Indonesia (5 ed.). (I. G. Ranuh, H. Suyitno, S. R.

Hadinegoro, C. B. Kartasasmita, Ismoedijanto, & Soedjatmiko, Penyunt.) Jakarta:

Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Marmi, & Rahardjo, K. (2015). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Matondang, Corry S., dkk. (2003). Diagnosis Fisis pada Anak. Jakarta : Sagung Seto.

Muscari, Mary E. (2005). Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Sifa, D. G. M. (2018). Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi pada Anak Balita

Di UPT Puskesmas Ibrahim Adjie Kota Bandung, 1–6

Soetjiningsih. (2012). Perkembangan Anak dan Permasalahannya dalam Buku Ajar I

Ilmu Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta :Sagungseto.Pg 86-90.

Sulfianti, dkk. (2020). Asuhan Kebidanan pada Persalinan. Medan: Menulis, Yayasan

Kita.

Varney, Hellen. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC

52

Anda mungkin juga menyukai