Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA (KB)

PADA NY.A G2P1A0


Tugas ini disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah praktik kebidanan fisiologis

Dosen Pengampu
Diniyati, M.Keb

Disusun oleh :

Nama : novelia cici pratiwi


Nim : (PO71240190004)
Prodi : D-III Kebidanan (Semester IV)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


JURUSAN KEBIDANAN PRODI D-III
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGATAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas seminar kasus
pada PKK I Fisiologi Asuhan Kebidanan dengan judul “asuhan kebidanan kb
pada Ny. A G2PIA0”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Jambi, Maret 2021

Penulis,

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................2
1.4Manfaat Penulisan.................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................4
BA B III TINJAUAN KASUS ...............................................................13
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................18
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan........................................................................................21
3.2 Saran...................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organisation), Keluarga Berencanaadalah tindakan
yang membantu individu atau pasangan suami istri untukmenghindari kelahiran yang tidak
diinginkan atau mendapatkan kelahiranyang memang diinginkan, mengatur interval diantara
kehamilan danmenentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto H, 2004).
Jumlah penduduk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini merupakan
masalah yang cukup serius, tidak saja bagi negara-negara yang berkembang seperti indonesia
tetapi juga negara-negara lain di dunia ini. Pertumbuhan penduduk yang tinggi sudah tentu
menimbulkan masalah yang rumit bagi pemerintah dalam usaha mengembangkan dan
meningkatkan taraf hidup warga negaranya. Untuk mengendalikan jumlah penduduk yang
besar dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi, pemerintah
mencanangkan suatu Program Keluarga Berencana (KB) Nasional. Keluarga Berencana (KB)
adalah suatu tindakan untuk menghindari atau menjarangkan kelahiran, mengatur interval
kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. KB merupakan suatu cara yang
efektif untuk mencegah mortalitas ibu dan anak karena dapat menolong pasangan suami istri
menghindari kehamilan resiko tinggi, dapat menyelamatkan jiwa dan mengurangi angka
kesakitan (Hartanto, 2004).
Keluarga Berencana adalah pertimbangan tambahan terhadap faktorfisik, sosial,
psikologis, ekonomi dan keagamaan yang mengatur sikap keluarga sekaligus mempengaruhi
keputusan keluarga dalam menetapkan ukuran, jarak antaranak dan pemilihan serta
penggunaan metode pengendalian kehamilan (Varney, 2007).
Keberhasilan program Keluarga Berencana di Indonesia telah diterima oleh
masyarakat global. Pada awalnya program Keluarga Berencana adalah upaya pengaturan
kelahiran dalam rangka peningkatan kesejahteraan ibu dan anak kemudian dalam
perkembangannya program Keluarga Berencana ditujukan untuk membudayakan norma
keluarga kecil, bahagia dan sejahterah (Handayani, 2010). Salah satu jenis kontrasepsi efektif
yang menjadi pilihan kaum ibu adalah KB suntik, ini disebabkan karena aman, efektif,
sederhana dan murah. Cara ini mulai disukai masyarakat kita dan diperkirakan setengah juta
pasangan memakai kontrasepsi suntikan untuk mencegah kehamilan. Namun demikian KB
suntik juga mempunyai banyak efek samping sepertiAmenorhea (30%), spotting(bercak
1
darah) dan menoragia, seperti halnya dengan kontrasepsi hormonal lainnya dan dijumpai pula
keluhan mual, sakit kepala (<1-17%), (pusing) galaktorea (90%). Perubahan berat badan (7-
9%) (Uliyah, 2010).

1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis membuat rumusan masalah dalam
laporan ini yaitu bagaimana asuhan kebidanan KB pada Ny. A G2PIA0

1.3  Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik
3 bulan.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data objektif pada
akseptor KB suntik 3 bulan.
2. Mahasiswa mampu menginterprestasikan data dan menetukan diagnosa masalah
pada akseptor KB suntik 3 bulan.
3. Mahasiswa mampu menegakkan masalah potensial dan tindakan segera pada
akseptor KB suntik 3 bulan.
4. Mahasiswa mampu menyusun perencanaan asuhan secara menyeluruh terhadap
akseptor KB suntik 3 bulan.
5. Mahasiswa mampu melaksanakan perencanaan asuhan terhadap akseptor KB
suntik 3 bulan.
6. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi asuhan yang telah dilaksanakan terhadap
akseptor KB suntik 3 bulan.
7. Mahasiswa mampu melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan dalam
bentuk SOAP.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Bagi Peneliti

2
Mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari perkuliahan dan pengalaman nyata
dalam penelitian khusus dibidang pelayanan kebidananserta menambah lahan bacaan ilmu
pengetahuan.

2. Bagi pendidikan
Dapat menjadi referensi bahan bacaan di perpustakaan khususnya tentang asuhan
kebidanan KB.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1KB (Keluarga Berencana)


2.1.1 Definisi
Keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran , pembinaan ketahahanan
keluarga,peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil,bahagia dan
sejahtera. (UU Nomor 10 tahun 1992)

Pengertian keluarga berencana menurut UU nomor 10 tahun 1992 tentang


perkembangan pendudukan dan pembangunan keluarga sejahtera adalah upaya peningkatan
pedulian peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP),pengaturan
kelahiran,pembinaan ketahanan keluarga,peningkatan kesejahteraan keluarga kecil,bahagia
dan sejahtera. ( arum dan sujiyatinii 2009)

Keluarga berencana adalah usaha untuk mengatur banyak nya jumlah kelahiran
sehingga ibu maupun bayinya dan ayah serta keluarga yang bersangkut tidak akan
menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kelahiran tersebut. Kelurga berencana
merupakan program pemerintah yang bertujuan menyeimbangkan antara kebutuhan dan
jumlah penduduk. Keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima
norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada pertumbuhan yang
seimbang (irianto, 2014)

2.1.2 Tujuan Pelayanan Kontrasepsi


1. Tujuan Umum
Pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan keluarga berencana
yaitu dihayatinya nama keluarga kecil bahagia dan sejahtera (Hartanto, 2007).
2. Tujuan Pokok
Penurunan angka kelahiran yang bermakna guna mencapai tujuan tersebut maka
ditempuh kebijaksanaan dengan mengkategorikan 3 fase untuk mencapai
sasaran.
Menurut Hartono (2007), yaitu :
a. Fase menunda atau mencegah kehamilan
Fase menunda kehamilan dianjurkan bagi Pasangan Usia Subur (PUS)
dengan usia istri kurang dari 20 tahun dengan alasan :
1) Umur di bawah 20 tahun adalah usia yang sebiaknya tidak mempunyai
anka terlebih dahulu untuk berbagai alasan.
2) Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda
masih mempunyai frekuensi senggama yang tinggi sehingga angka
kegagalan tinggi.

4
3) Prioritas penggunaan kontrasepsi Pil Oral, karena akseptor masih
muda.
4) Pemasangan IUD mini bagi yang belum mempunyai anak pada masa
ini dapat dianjurkan terutama bagi calon peserta dengan kontraindikasi
terhadap pil oral.
Kontrasepsi yang cocok untuk menunda atau mencegah kehamilan adalah,
pil, IUD, cara sederhana.
b. Fase menjarangkan atau mengatur kehamilan
Periode usia istri antara 20 – 30 tahun merupakan periode usia paling baik
untuk melahirkan.
1) Alasan menjarangkan kehamilan :
a) Umur antara 20 – 30 tahun merupakan usia terbaik untuk
mengandung dan melahirkan.
b) Kegagalan yang menyebakan kehamilan cukup tinggi, namun
disini tidak begitu berbahaya karena yang bersangkutan berada
pada usia melahirkan yang baik.
c) Segera setelah melahirkan anak pertama dianjurkan untuk
memakai IUD sebagai pilihan utama.
2) Kontrasepsi yang cocok, meliputi :
a) Suntik
b) IUD
c) Implant
d) Mini pil
e) Cara sederhana
c. Fase menghentikan atau mengakhiri kesuburan
Pada periode ini usia istri di atas 30 tahun sebaiknya mengakhiri kesuburan
setelah mempunyai dua anak.
1) Alasan mengakhiri kesuburan
a) Ibu dengan usia di atas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil
karena alasan medis.
b) Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu relatif tua dan
kemungkinan timbul akibat samping.
c) Pilhan utama adalah kontrasepsi mantap.
2) Kontrasepsi yang cocok meliputi :
a) Kontrasepsi mantap (tubektomi dan vasektomi)

5
b) IUD
c) Implant
d) Cara sederhana
e) Suntik
f) Pil
3. Metode Kontrasepsi
Menurut Saifuddin (2010), pembagian cara kontrasepsi yaitu :
a. Metode amenorea Laktasi (MAL)
b. Metode keluarga berencana alamiah
c. Senggama terputus
d. Metode barrier:
1) Kondom
2) Diafragma
3) Spemisida
e. Kontrasepsi kombinasi :
1) Suntikan kombinasi
2) Pil kombinasi
f. Kontrasepsi progestin :
1) Kontrasepsi duntikan progestin
2) Kontrasepsi pil progestin
3) Kontrasepsi implant
4) AKDR dengan progestin
g. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
h. Kontrasepsi Mantap
1) Tubektomi (sterilisasi pada wanita)
2) Vasektomi (sterilisasi pada pria)

2.2 Kontrasepsi Suntik 3 Bulan


2.2.1 Definisi
Kontrasepsi suntik adalah obat pencegah kehamilan yang pemakaiannya
dilakukan dengan jalan menyuntikan obat tersebut pada wanita subur (Maryani, 2007).
Profil kontrasepsi suntik 3 bulan :
1. Sangat efektif
2. Aman

6
3. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi.
4. Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata – rata 4 bulan.
5. Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI.
2.2.2 Jenis
Menurut Saifuddin (2010), jenis kontrasepsi suntik 3 bulan, yaitu :
1. Depo medroxyprogesteron asetat (DMPA) mengandung 150 mg DMPA yang
diberikan setiap 3 bulan dengan cara di suntik intramuskular (di daerah
bokong).
2. Depo noristeron enantat (Depo Noristerat) yang mengandung 200 mg
Noretindron enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik
intramuskular.
2.2.3 Mekanisme kerja kontrasepsi suntik 3 bulan
Menurut Harnawati (2008), mekanisme kerja kontrasepsi 3 bulan, yaitu :
1. Menghalangi pengeluaran FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH
(Luteinizing Hormone) sehingga tidak terjadi pelepasan ovum.
2. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kempuan penetrasi
sperma.
3. Menjadikan selaput lendir rahim tipis.
4. Menghambat transportasi gamet dan tuba.
2.2.4 Indikasi kontrasepsi suntik 3 bulan
Menurut Saifuddin (2010), indikasi kontrasepsi DMPA meliputi :
1. Usia reproduksi
2. Multipara dan yang telah memiliki anak.
3. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas
tinggi.
4. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
6. Setelah abortus atau keguguran.
7. Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.
8. Perokok
9. Tekanan darah < 150/100 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan
darah atau anemia bulan sabit.
10. Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat
tuberkulosis (rifampisin).
7
11. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.
12. Anemia defisiensi zat besi.
13. Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan
pil kontrasepsi kombinasi.
2.2.5 Kontraindikasi kontrasepsi suntik 3 bulan
Menurut Saifuddin (2010), kontraindikasi kontrasepsi suntik 3 bulan meliputi :
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea
4. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
5. Diabetes melitus disertai komplikasi.
2.2.6 Keuntungan kontrasepsi suntik 3 bulan
Menurut Saifuddin (2010), keuntungan kontrasepsi suntik 3 bulan meliputi :
1. Sangat efektif
2. Pencegahan kehamilan jangka panjang
3. Tidak berpengaruh pada hubugan suami-istri
4. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah.
5. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
6. Sedikit efek samping.
7. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
8. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause.
9. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
10. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
11. Mencegah beberapa penyakit radang panggul.
12. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell).
2.2.7 Kerugian kontrasepsi suntik 3 bulan
Menurut Saifuddin (2010), kerugian kontrasepsi suntik 3 bulan meliputi :
1. Sering ditemukan gangguan haid, seperti :
a. Siklus haid yang memendek atau memenjang.
b. Perdarahan yang banyak atau sedikit.
c. Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting).
d. Tidak haid sama sekali

8
2. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus
kembali untuk suntikan).
3. Tidak dapat dihentikan sewaktu – waktu sebelum suntikan berikut.
4. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
5. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
6. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya
kerusakan/kelainan pada organ genitalia, melainkan karena belum habisnya
pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan).
7. Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang.
8. Pada penggunaaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan
tulang (densitas).
9. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada
vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala,
nervositas, jerawat.
2.2.8 Waktu mulai penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan
1. Setiap saat selaama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil.
2. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid
3. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat,
asalkan ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh
melakukan hubungan seksual.
4. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti
dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi
hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan
pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid
berikutnya datang.
5. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi lain dan ingin
menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi
suntikan yang akan diberikan dimulai pada jadwal kontrasepsi suntikan
yang sebelumnya.
6. Ibu yang menggunakan kontrasepsi non-hormonal dan ingin menggantinya
dengan kontrasepsi hormona, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang
akan diberikan dapat segera diberikan, asal ibu tersebut tidak hamil dan
pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu

9
disuntik setelah hari ke-7 haid, ibu tersebut selama 7 hari setelah suntikan
tidak boleh melakukan hubungan seksual.
7. Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan
pertama, dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid,
atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid, asal saja yakin
ibu tersebut tidak hamil.
8. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan pertama
dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan selama 7
hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
2.2.9 Cara penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan
1. Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik
intramuskular dalam di daerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu
dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja
segera dan efektif. Suntikan diberikan setiap 90 hari.
2. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi
oleh etil/isopropil alkohol 60 – 90 %. Biarkan kulit kering sebelum
disuntik. Setelah kulit kering baru disuntik.
3. Kocok dengan baik, dan hindarkan terjadinya gelembung – gelembung
udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila terdapat endapan
putih pada dasar ampul usahakan menghilangkannya dengan
menghangatkannya.
2.2.10 Informasi lain yang perlu disampaikan
1. Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid
(amenorea). Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit
sekali mengganggu kesehatan.
2. Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan berat badan, sakit kepala,
dan nyeri payudara. Efek samping ini jarang, tidak berbahaya, dan cepat
hilang.
3. Karena terlambat kembalinya kesuburan, penjelasan perlu diberikan pada
ibu usia muda yang ingin menunda kehamilan, atau bagi ibu yang
merencanakan kehamilan berikutnya dalam waktu dekat.
4. Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang. Haid baru datng
kembali pada umumnya setelah 6 bulan. Selama tidak haid tersebut dapat

10
saja terjadi kehamilan. Bila setelah 3 – 6 bulan tidak juga haid, klien harus
kembali ke dokter atau tempat pelayanan kesehatan untuk dicari penyebab
tidak haid tersebut.
5. Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan, suntikan
dapat diberikan 2 minggu sebelum jadwal. Dapat juga suntikan diberikan 2
minggu setelah jadwal yang ditetapkan, asal tidak terjadi kehamilan. Klien
tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari, atau
menggunakan kontrasepsi lainnya selama 7 hari. Bila perlu dapat juga
menggunakan kontrasepsi darurat.
6. Bila klien, misalnya sedang menggunakan salah satu kontrasepsi suntikan
dan kemudian meminta untuk digantikan dengan kontrasepsi suntikan yang
lain, sebaiknya jangan dilakukan. Andaikata terpaksa juga dilakukan,
kontrasepsi yang akan diberikan tersebut di injeksi sesuai dengan jadwal
suntikan dari kontrasepsi hormonal yang sebelumnya.
7. Bila klien lupa jadual suntikan, suntikan dapat segera diberikan, asal saja
diyakini ibu tersebut tidak hamil.
2.2.11 Peringatan bagi pemakai kontrasepsi suntik progestin
1. Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan kehamilan.
2. Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan ektopik
terganggu.
3. Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi.
4. Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat, atau kaburnya
penglihatan.
5. Perdarahan berat yang 2 kali lebih panjang dari masa haid atau 2 kali lebih
banyak dalam satu periode masa haid.
Bila terjadi hal tersebut di atas, hubungi segera tenaga kesehatan atau
klinik.

2.2.12 Penanganan efek samping yang sering dijumpai


Tabel 5.1
Efek Samping Penanganan
Amenore (tidak terjadi  Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak
perdarahan/spotting) perlu. Jelaskan bahwa darah haid tidak
terkumpul dalam rahim. Nasihati untuk
kembali ke klinik.
11
 Bila telah terjadi kehamilan, rujuk klien.
Hentikan penyuntikan.
 Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk klien
segera
 Jangan berikan terapi hormonal untuk
menimbulkan perdarahan karena tidak akan
berhasil. Tunggu 3-6 bulan kemudian, bila
tidak terjadi perdarahan juga, rujuk ke klinik.

Perdarahan/perdarahan bercak  Informasikan bahwa perdarahan ringan sering


(spotting) dijumpai, tetapi hal ini bukanlah masalah
serius, dan biasanya tidak memerlukan
pengobatan. Bila klien tidak dapat menerima
perdarahan tersebut dan ingin melanjutkan
suntikan maka dapat disarankan 2 pilihan
pengobatan :
 1 siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-35 µg
etinilestradiol), ibuprofen (sampai 800 mg, 3
x/hari untuk 5 hari), atau obat sejenis lain.
Jelaskan bahwa selesai pemberian pil
kontrasepsi kombinasi dapat terjadi
perdarahan banyak selama pemberian
suntikan ditangani dengan pemberian 2 tablet
pil kontrasepsi kombinasi/hari selama 3-7
hari dilanjutkan dengan 1 siklus pil
kontrasepsi hormonal, atau diberi 50 µg
etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin
konjugasi untuk 14-21 hari.

Meningkatnya atau menurunya berat  Informasikan bahwa kenaikan/penurunan


badan berat badan sebanyak 1-2 kg dapat saja
terjadi. Perhatikan diet klien bila perubahan
berat badan terlalu mencolok. Bila berat
badan berlebihan, hentikan suntikan dan
anjurkan metode kontrasepsi lain.

12
BAB III
TINJAUAN KASUS

PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA (KB)
RS/PUSKESMAS/RBBPS : Pj.Ruangan :
NOMOR Seri Kartu : Tanggal/Pukul Pengkajian :
Mahasiswa : Novelia cici pratiwi
NIM : PO71240190004
Pembimbing :
A BIODATA
1. Nama Klien/Ibu : Ny. w Nama Suami :Tn. S
Umur : 24 th Umur : 26 th
Agama : islam Agama : islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Rt.6 Buluran Alamat : Rt.6 Buluran
NO.Telp/HP : 081266223155 NO.Telp/HP : 082281155712

2. Jumlah Anak Hidup : 2 Umur Anak Kecil 01


Perempuan Laki-Laki Tahun Bulan
3. Status Peserta Kb Cara KB terakhir : Suntik 3 Bulan
1. Baru Pertama Kali
2. Pernah pakai alat KB (Pasca persalinan/ AB)
3. Ganti cara
B. Penapisan
Anamnese :
1. Haid terakhir : 0 6 0 5 20 2. Siklus teratur
Tanggal Bulan Tahun
3. Hamil/diduga hamil : Ya  Tidak 4. Jumlah G......P.....A.....

5. Menyusui :  Ya Tidak
6. Riwayat Penyakit sebelumnya: Ya Tidak
 Sakit Kuning : 
13
 Perdarahan pervaginam yang tidak : 
 Keputihan yang lama :
 Tumor
 Payudara 
 Uterus 
 Ovarium 
PEMERIKSAAN :
1. Keadaan Umum : Baik 2. Berat Badan : 60
3. Tekanan Darah : 120/80 4. Conjunctiva : pucat  merah muda
5. Pemeriksaan dalam (untuk pasangan IUD/MOW)
Ya Tidak
 Tanda-tanda rangsang
 Tumor/keganasan
6. Pemeriksaan tambahan (khusus calon MOP dan MOW)
Ya Tidak
 Tanda-tanda diabetes
 Kelainan pembekuan darah
 Orchitis/Epidedimitis
 Tumor/Keganasan
7. Alat kontrasepsi yang direkomendasikan :
Metode dan cara kontrasepsi yang dipilih : 6
1. IUD 2. MOP 3. MOW 4. Implant 5. Implanon 6. Suntikan 7. Pil 8. Kondom

Tanggal Pelayanan : 1 2 0 5 2 0

Pembimbing Lahan Jambi, 21


Mahasiswa

Mengetahui
Dosen Pembimbing
PERENCANAAN
DIAGNOSA DAN NAMA
TANGGAL/PKL PERENCANAAN
MASALAH & PARAF

14
18 Maret Asuhan kebidanan a. Beritahu hasil pemeriksaan
2021 Ny “W” Usia 22 b. Beritahu ibu tindakan yang akan
Tahun Dengan dilakukan
Akseptor Lama c. Berikaan obat suntikan 3 bulan
KB Suntik 3 Bulan (Medroxiprogesterone Acetate 150
mg/3ml). Novelia cici

d. Anjurkan ibu agar bekas suntikan tidak pratiwi


dimassase
e. Isikan tanggal kembali, hasil dari berat
badan dan tekanan darah pada kartu
akseptor ibu dan buku register.
f. Anjurkan ibu untuk datang kembali jika
terdapat masalah yang sehubungan dengan
pemakaian alat kontrasepsinya
g. Beritahu ibu untuk melakukan kunjungan
ulang

CATATAN PELAKSANAAN
NAMA : NO.RM : RUANG :
UMUR : TANGGAL: KELAS :
15
Diagnosis/masalah
TANGGAL/PKL CATATAN PELAKSANAAAN NAMA &
FARAF
18 Maret 2021 a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan:
Keadaan Umum : Baik
Berat Badan : 60 kg
Tekanan Darah : 120/80
b. Memberitahu ibu tindakan yang akan dilakukan
c. Memberikaan obat suntikan 3 bulan
(Medroxiprogesterone Acetate 150 mg/3ml).
Langkah-langkahnya :
1) Menjaga privasi klien.
2) Mencuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air
mengalir. Keringkan dengan handuk atau diangin- Novelia cici
anginkan. pratiwi
3) Melakukan pengocokan pada vial KB suntik 3
bulan secara lembut sehingga obat dapat tercampur
rata.
4) Membuka dan buang tutup kaleng pada pada vial
yang menutupi karet. Hapus karet yang ada
dibagian atas vial dengan kapas alkohol, biarkan
kering.
5) Menggunakan jarum dan semprit suntik sekali
pakai, segera buka plastiknya .
6) Memasang jarum pada semprit suntik dengan
memasukan jarum pada mulut semprit
penghubung.
7) Membalikkan vial dengan mulut vial ke bawah,
masukan cairan suntik dalam semprit. Gunakan
jarum yang sama untuk menghisap kontrasepsi
sunti dan dan menyuntikan pada klien.
8) Menentukan daerah penyuntikan yaitu pada 1/3
SIAS
9) Membersihkan kulit yang akan disuntik dengan
16
kapas alkohol, dan biarkan kering sebelum
disuntik.
10) Menyuntikan obat (Medroxiprogesterone Acetate
150 mg/3ml) melalui intramuscular dengan sudut
90 derajat.
11) Mencabut jarum dan jangan memijat daerah
suntikan
12) Membuang sampah sesuai pada tempat yang sudah
disediakan.
d. Menganjurkan ibu agar bekas suntikan tidak
dimassase
e. Mencatat tanggal kembali, hasil dari berat badan dan
tekanan darah pada kartu akseptor ibu dan buku
register.
f. Menganjurkan ibu untuk datang kembali jika terdapat
masalah yang sehubungan dengan pemakaian alat
kontrasepsinya
g. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang

BAB IV
PEMBAHASAN

1. Pengkajian
Dari pengkajian umur didapatkan usia Ny. “W” 24 tahun. Hal ini sesuai dengan teori
yang menyatakan pada akseptor KB suntik 3 bulanan itu dapat diberikan pada usia reproduksi
dan pada usia > 35 tahun sampai perimenopause. Selain itu KB suntik juga pilihan untuk fase
menjarangkan kehamilan. Periode usia istri 20 – 30 tahun merupakan periode paling baik

17
untuk usia melahirkan (Saifudddin, 2010). Pilihan Ny. “W” dalam memilih kontrasepsi suntik
adalah pilihan yang tepat, terutama pada fase ini.
Dari riwayat menstruasi didapatkan pola menstruasi Ny. “W” normal dan tidak ada
keluhan gangguan haid. Hal ini tidak sesuai dengan teori Saiffudin (2010) yang menyatakan
kerugian KB suntik 3 bulan salah satunya sering ditemukan gangguan haid, seperti : siklus
haid yang memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak
teratur atau perdarahan bercak (spotting)dan tidak haid sama sekali. Namun, menurut Ny.
“W” pada awal pemakaian KB suntik 3 bulan, dia memang mengalami gangguan tidak haid.
Setelah beberapa bulan haidnya kembali normal. Hal ini sesuai dengan teori Saifuddin
(2010) : pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid (amenorea).
Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali mengganggu kesehatan. Jadi
selama pemakaian KB suntik 3 bulan ini, Ny. “W” tidak mempunyai keluhan terhadap pola
haidnya.
Riwayat kesehatan Ny. “W” tidak terdapat penyakit yang membatasi Ny. “W” dalam
menggunakan KB suntik 3 bulan. Menurut teori KB suntik 3 bulan tidak dapat digunakan
pada penderita hipertensi atau riwayat hipertensi, kanker payudara atau riwayat kanker
payudara dan DM disertai komplikasi (Saiffudin, 2010). Ny. “W” dan riwayat keluarga tidak
menderita penyakit seperti yang disebutkan di atas.
Pada pemeriksaan tekanan darah, hasil pengukuran Ny. “W” adalah 120/80 mmHg dan
pemeriksaan BB hanya peningkatan 1 kg. Hasil BB sebelumnya 59 Kg dan BB pengukuran
sekarang 60 Kg. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kontrasepsi suntik 3
bulan dapat diberikan pada tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan
pembekuan darah dan anemia bulan sabit dan dapat terjadi peningkatan/penurunan berat
badan sebanyak 1 – 2 kg. Perhatikan diet bila perubahan berat badan terlalu mencolok. Bila
berat badan berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi lain (Saiffudin,
2010). Tekanan darah Ny. “W” dalam batas normal dan peningkatan berat badan hanya 1 kg
pada bulan ini. Selama pemakaian tidak terjadi peningkatan BB setiap bulan. BB ibu berkisar
antara 59 Kg dan 60 Kg.

2. Interpretasi Data Dasar


Diagnosa yang ditegakkan pada langkah ini sesuaidaftar nomenklatur kebidanan

3. Masalah Potensial

18
Pada pengidentifikasian diagnosa dan identifikasi masalah tidak terjadi kesenjangan,
karena diagnosa diambil dari prosedur anamnesa, pada kasus ini tidak ada masalah yang
muncul. Karena ibu sudah memakai KB suntik ini sudah 6 bulan, sedangkan dalam teori juga
disebutkan bahwa keluhan dari pemakain KB suntik (hormonal) ini akan berkurang dalam
waktu 3 bulan

4. Tindakan Segera
Pada langkah antisipasi masalah potensial, dalam kasus ini tidak ditemukan adanya
masalah potensial karena dari hasil pemeriksaan dan diagnosa ibu dalam keadaan baik. Dalam
identifikasi kebutuhan segera dalam kasus ini tidak memerlukan tindakan yang khusus, cepat
dan segera untuk menangani ibu agar tidak terjadi kematian dan pada kasus ini tidak ada tanda
tanda yang mengancam jiwa ibu.

5. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan diagnosa Ny. A, maka rencana tindakan yang akan dilakukan yaitu:
a. Beritahu hasil pemeriksaan
b. Beritahu ibu tindakan yang akan dilakukan
c. Berikaan obat suntikan 3 bulan (Medroxiprogesterone Acetate 150 mg/3ml).
d. Anjurkan ibu agar bekas suntikan tidak dimassase
e. Isikan tanggal kembali, hasil dari berat badan dan tekanan darah pada kartu
akseptor ibu dan buku register.
f. Anjurkan ibu untuk datang kembali jika terdapat masalah yang sehubungan
dengan pemakaian alat kontrasepsinya
g. Beritahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang

6. Pelaksanaan Tindakan
Implementasi dilakukan berdasarkan perencanaan asuhan kebidanan

7. Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan tujuan dan hasil pemeriksaan selama
melakukantindakan. Hasil yang diperoleh adalah hasil pengamatan dan pemeriksaan. Sesuai
dengan langkah- langkah evaluasi menurut Varney evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan.

19
20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Asuhan kebidanan kontrasepsi suntik 3 bulan yang diberikan pada “Ny. w” telah
sesuai dengan tujuan antara lain :
a. Dalam melakukan pengkajian data subjektif dan objektif, data yang ditemukan
sudah lengkap.
b. Dari hasil pengkajian subyektif dan obyektif, mampu membuat diagnosa sesuai teori
dan tidak ada diagnosa atau masalah potensial.
c. Rencana disusun sesuai kebutuhan, namun tidak semua rencana yang ada di teori
terdapat pula pada tinjauan kasus. Pada pemberian suntik KB 3 bulan, tidak
dilakukan langkah cuci tangan.
d. Evaluasi yang diberikan yaitu memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan,
melaksanakan prosedur pemberian KB suntik 3 bulan, dan memberitahu ibu tanggal
kembali.

B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan Poltekkes Jurusan Kebidanan.
Meningkatkan dan mempertahankan kualitas mutu pendidikan bagi mahasiswa dengan
penyediaan fasilitas sarana dan prasarana diantaranya kelengkapan peralatan dilaboratorium
yang mendukung peningkatan kompetensi mahasiswa sehingga dapat menghasilkan bidan
yang berkualitas.

2. Bagi Peneliti lainnya


Memperbanyak pengalaman dan wawasan dalam melakukan penelitian studi kasus
serta dapat memahami tentang asuhan kebidanan nifas.

21
DAFTAR PUSTAKA

Sugeng jitowiyono,Ns.,M.Sc.2019 Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. yogyakarta : PT


pustaka baru
Saiffudin. A. B. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono
Varney. H. 2007. Varney’s Midwifery. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, S. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Nursalam. 2009. Buku Panduan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika

22

Anda mungkin juga menyukai