Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA Nn. T USIA 14 TAHUN DENGAN


DISMENOREA DI WILAYAH KERJA UPT KERENG BANGKIRAI
PALANGKA RAYA

Disusun guna Memenuhi Persyaratan ketuntasan Praktik


Kebidanan Holistik Remaja dan Pra Nikah
Program Studi Profesi Bidan

Disusun Oleh :
Nama : Septina
NIM :
Kelas : Profesi Bidan Angkatan I

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2020
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA Nn. T USIA 14 TAHUN DENGAN


DISMENOREA DI WILAYAH KERJA UPT KERENG BANGKIRAI PALANGKA RAYA

Disusun Oleh :
Nama : Septina
NIM :
Kelas : Profesi Bidan Angkatan I

Tanggal Pemberian Asuhan : 1 Februari 2020 pukul 14. 00 wib

Disetujui :
Pembimbing Lapangan
Tanggal :
Di : ……………………………..
NIP.

Pembimbing Institusi
Tanggal :
Di : ...……………………………
NIP.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejaktera fisik, mental dan social secara
utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang
berkaitan dengan system reproduksi.
Indonesia diperkirakan 55% perem[uan usia produktif yang tersiksa oleh nyeri
selama haid. Angka kejadian Dismenore tipe primer di Indonesia adalah sekitar 54,89%
sedangkan sisanya adalah penderita dengan tipe sekunder.
Setiap bulan, secara periodic, seseorang wanita normal mengalami mentruasi. Di
dalam mentruasi, terkadang disertai nyeri haid (Disminore). Disminore adalah nyeri haid
yang merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit tumbul akibat kontraksi disritmik
miomentrium yang menampilkan satu atau lebih gejala mulai dari ringan sampai berat
pada perut bagian bawah, bokong, dan nyeri spamodik pada sisi medial paha.
Beberapa tahun yang lalu, nyeri haid hanya dianggap sebagai penyakit psikosomatik.
Akan tetapi, karena keterbukaan informasi dan pesatnya ilmu pengatahuan berkembang,
nyeri haid mulai banyak di bahas. Banyak ahli yang telah menyumbangkan pikiran dan
temuannya untuk mengatasi nyeri haid.
Dahulu, wanita yang menderita nyeri haid hanya bias menyembunyikan rasa sakitnya
tanpa mengetahui apa yang harus dilakukannya dan kemana ia harus mengadu. Keadaan
itu diperburuk oleh orang di sekitar mereka yang menganggap bahwa nyeri haid adalah
rasa sakit yang dibuat-buat oleh wanita bahkan beberapa orang menganggap bahwa wanita
yang menderita nyeri haid hanyalah wanita yang mencari perhatian atau kurang
diperhatikan. Anggapan seperti ini sudah mulai hilang beberapa tahun yang lalu. Sekarang
baru di ketahui bahwa nyeri haid adalah konisi medis yang nyata yang diderita wanita.
Banyak metode yang telah dikembangkan oleh ahli dibidangnya yang bertujuan untuk
mengatasi nyeri haid.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahannya adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana teori asuhan kebidanan yang diterapkan pada remaja atau pra nikah?
2. Bagaimana teori EBM remaja atau pra nikah?

C. Tujuan
Adapun Tujuannya adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui teori asuhan kebidanan yang diterapkan pada remaja atau pra nikah
2. Untuk mengetahui ori EBM remaja atau pra nikah

D. Manfaat
1. Manfaat Bagi Penuis
Penulisan ini diharapkan berguna untuk menambah wawasan dan pengalaman serta
sebagai media untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama kuliah khususnya
manfaat untuk mengetahui nyeri dismenore primer
2. Manfaat Bagi Remaja Putri
Penulisan ini diharapkan berguna untuk remaja putri sebagai bahan pertimbangan
dalam mengatasi nyeri dismenore primer, sehingga dismenore dapat teratasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Asuhan Kebidanan yang Diterapkan pada Remaja atau Pra Nikah
1. Pengertian Dismenorea
Istilah dismenore (dysmenorrhea) berasal dari kata dalam bahasa yunani kuno
(Greek) kata tersebut berasal dari dys yang berarti sulit, nyeri, abnormal; meno yang
berarti bulan; dan rrhea yang berarti aliran atau arus. Secara singkat dismenore dapat
di definisikan sebagai aliran menstruasi yang sulit atau menstruasi yang mengalami
nyeri (Anurogo, 2011). Nyeri haid disebut juga dengan dismenore.
Dysmenorrhea atau dismenore dalam bahasa Indonesia berarti nyeri pada saat
menstruasi. Menurut Reeder (2013) dismenore yakni nyeri menstruasi yang
dikarakteristikan sebagai nyeri singkat sebelum atau selama menstruasi. Nyeri ini
berlangsung selama satu sampai beberapa hari selama menstruasi.
2. Tipe-tipe dari dismenorea
a. Primary dysmenorrhea, adalah nyeri haid yang dijumpai pada alat- alat genital yang
nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche. Dismenore
primer adalah suatu kondisi yang dihubungkan dengan siklus ovulasi
(Lowdermilk, Perry, & Cashion, 2011).
b. Secondary dysmenorrhea, adalah nyeri saat menstruasi yang disebabkan oleh
kelainan ginekologi atau kandungan. Pada umumnya terjadi pada wanita yang
berusia lebih dari 25 tahun. Dismenore sekunder adalah nyeri menstruasi yang
berkembang dari dismenore primer yang terjadi sesudah usia 25 tahun dan
penyebabnya karena kelainan pelvis (Perry, Hockenberry, Lowdermilk, & Wilson,
2011)
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dismenorea

Penyebab terjadinya dismenore yaitu keadaan psikis dan fisik seperti stres, shock,
penyempitan pembuluh darah, penyakit menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh
yang menurun (Diyan, 2013). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dismenore
menurut Arulkumaran (2006) antara lain:
a. Faktor menstruasi
1) Menarche dini, gadis remaja dengan usia menarche dini insiden
dismenorenya lebih tinggi.
2) Masa menstruasi yang panjang, terlihat bahwa perempuan dengan siklus yang
panjang mengalami dismenore yang lebih parah.
b. Paritas, insiden dismenore lebih rendah pada wanita multiparitas. Hal ini
menunjukkan bahwa insiden dismenore primer menurun setelah pertama kali
melahirkan juga akan menurun dalam hal tingkat keparahan.
c. Olahraga, berbagai jenis olahraga dapat mengurangi dismenore. Hal itu juga
terlihat bahwa kejadian dismenore pada atlet lebih rendah, kemungkinan karena
siklus yang anovulasi. Akan tetapi, bukti untuk penjelasan itu masih kurang.
d. Pemilihan metode kontrasepsi, jika menggunakan kontrasepsi oral sebaiknya
dapat menentukan efeknya untuk menghilangkan atau

memperburuk kondisi. Selain itu, penggunaan jenis kontrasepsi lainnya dapat


mempengaruhi nyeri dismenore.
e. Riwayat keluarga, mungkin dapat membantu untuk membedakan endometriosis
dengan dismenore primer.
f. Faktor psikologis (stres)
Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak
mendapat penjelasan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenore.
Selain itu, stres emosional dan ketegangan yang dihubungkan dengan sekolah atau
pekerjaan memperjelas beratnya nyeri.
Menurut Nanang Winarto Astarto, et all (2011) penyebab pasti dismenore belum
diketahui secara pasti, pada dismenore primer nyeri timbul akibat tingginya kadar
prostaglandin. Sedangkan pada dismenore sekunder diduga penyebab terbanyak
adalah endometriosis. Adapun faktor-faktor risiko dari dismenore primer yaitu wanita
yang belum pernah melahirkan, obesitas, perokok, dan memiliki riwayat keluarga
dengan dismenore. Sedangkan faktor yang dapat memperburuk keadaan adalah rahim
yang menghadap ke belakang, kurang berolahraga dan stres psikis atau stres sosial
4. Patofisiologi

Peningkatan produksi prostaglandin dan pelepasannya (terutama PGF2α) dari


endometrium selama menstruasi menyebabkan kontraksi uterus yang tidak
terkoordinasi dan tidak teratur sehingga menimbulkan nyeri. Selama periode
menstruasi, wanita yang mempunyai riwayat dismenorea mempunyai tekanan
intrauteri yang lebih tinggi dan memiliki kadar prostaglandin dua kali lebih banyak
dalam darah (menstruasi) dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami nyeri.
Uterus lebih sering berkontraksi dan tidak terkoordinasi atau tidak teratur. Akibat
peningkatan aktivitas uterus yang abnormal tersebut, aliran darah menjadi berkurang
sehingga terjadi iskemia atau hipoksia uterus yang menyebabkan timbulnya nyeri.
Mekanisme nyeri lainnya disebabkan oleh protaglandin (PGE2) dan hormon lain yang
membuat saraf sensori nyeri diuterus menjadi hipersensitif terhadap kerja bradikinin
serta stimulus nyeri fisik dan kimiawi lainnya (Reeder, 2013).
Kadar vasopresin mengalami peningkatan selama menstruasi pada wanita yang
mengalami dismenorea primer. Apabila disertai dengan peningkatan kadar oksitosin,
kadar vasopresin yang lebih tinggi menyebabkan ketidakteraturan kontraksi uterus
yang mengakibatkan adanya hipoksia dan iskemia uterus. Pada wanita yang
mengalami dismenorea primer tanpa disertai peningkatan prostaglandin akan terjadi
peningkatan aktivitas alur 5-lipoksigenase. Hal seperti ini menyebabkan peningkatan
sintesis leukotrien, vasokonstriktor sangat kuat yang menginduksi kontraksi otot
uterus (Reeder, 2013).
5. Gejala
Gejala pada dismenore sesuai dengan jenis dismenorenya yaitu:
a. Dismenore primer
Gejala-gejala umum seperti rasa tidak enak badan, lelah, mual, muntah, diare,
nyeri punggung bawah, sakit kepala, kadang-kadang dapat juga disertai vertigo
atau sensasi jatuh, perasaan cemas dan gelisah, hingga jatuh pingsan (Anurogo,
2011). Nyeri dimulai beberapa jam sebelum atau bersamaan dengan awitan
menstruasi dan berlangsung selama 48 sampai 72 jam. Nyeri yang berlokasi di
area suprapubis dapat berupa nyeri tajam, dalam, kram, tumpul dan sakit. Sering
kali terdapat sensasi penuh di daerah pelvis atau sensasi mulas yang menjalar ke
paha bagian dalam dan area lumbosakralis. Beberapa wanita mengalami mual dan
muntah, sakit kepala, letih, pusing, pingsan, dan diare, serta kelabilan emosi
selama menstruasi (Reeder, 2013).
Sedangkan menurut Sari (2012) ciri-ciri atau gejala dismenore primer, yaitu 1)
Nyeri berupa keram dan tegang pada perut bagian bawah; 2) Pegal pada mulut
vagina; 3) Nyeri pinggang; 4) Pegal-pegal pada paha; 5) Pada beberapa orang
dapat disertai mual, muntah, nyeri kepala, dan diare.
b. Dismenore Sekunder
Nyeri dengan pola yang berbeda didapatkan pada dismenore sekunder yang
terbatas pada onset haid. Dismenore terjadi selama siklus pertama atau kedua
setelah haid pertama, dismenore dimulai setelah usia 25 tahun. Sedangkan
menurut Sari (2012) ciri-ciri atau gejala dismenore sekunder, yaitu 1) Darah
keluar dalam jumlah banyak dan kadang tidak beraturan; 2) Nyeri saat
berhubungan seksual; 3) Nyeri perut bagian bawah yang muncul di luar waktu
haid; 4) Nyeri tekan pada panggul; 5) Ditemukan adanya cairan yang keluar dari
vagina; 6) Teraba adanya benjolan pada rahim atau rongga panggul
6. Pencegahan
Pencegahan dismenore menurut Anurogo (2011) yaitu a)Menghindari stress; b)
Miliki pola makan yang teratur dengan asupan gizi yang memadai, memenuhi standar
4 sehat 5 sempurna; c) Hindari makanan yang cenderung asam dan pedas, saat
menjelang haid; d) Istirahat yang cukup, menjaga kondisi agar tidak terlalu lelah, dan
tidak menguras energi yang berlebihan; e) Tidur yang cukup, sesuai standar keperluan
masing-masing 6-8 jam dalam sehari; f) Lakukan olahraga ringan secara teratur
7. Penatalaksanaan
Pengobatan seperti Pengobatan herbal, Penggunaan suplemen, Perawatan medis,
Relaksasi, Hipnoterapi. Menurut Reeder (2013) penatalaksanaan pada disminore yaitu:

g. Dismenorea primer
Penatalaksanaan medis pada dismenorea primer terdiri atas pemberian kontrasepsi
oral dan NSAIDs. Pada kontrasepsi oral bekerja dengan mengurangi volume darah
menstruasi dengan menekan endometrium

dan ovulasi, sehingga kadar protaglandin menjadi rendah. Golongan obat NSAID
yang diberikan pada pasien dismenorea primer yaitu ibuprofen, naproksen dan
asam mefenamat. Medikasi diberikan setelah nyeri dirasakan, dan dilanjutkan
selama 2 sampai 3 hari pertama pada saat menstruasi.
h. Dismenorea sekunder
Penatalaksanaan atau terapi fisik untuk dismenorea sekunder bergantung dengan
penyebabnya. Pemberian terapi NSAIDs, karena nyeri yang disebabkan oleh
peningkatan protaglandin. Antibiotik dapat diberikan ketika ada infeksi dan
pembedahan dapat dilakukan jika terdapat abnormalitas anatomi dan struktural

B. Evidence Based Midwifery of Dysmenorea


1. Melakukan Senam Dismenore Untuk mengurangi Dismenorea
Senam dismenore adalah senam yang membantu peregangan seputar otot perut,
panggul dan pinggang. Selain itu, senam dismenore dapat memberikan perasaan
nyaman yang berangsur-angsur dan dapat mengurangi nyeri jika dilakukan secara
teratur.
Senam dismenore dapat mengurangi nyeri menstruasi karena pada saat
melakukan senam dismenore mengalami peningkatan volume darah yang mengalir ke
seluruh tubuh, termasuk pada organ reproduksi sehingga memperlancar pasokan
oksigen ke pembuluh darah, terjadi vasokontriksi otak dan susunan syaraf pada tulang
belakang yang dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi oleh otak
yang dapat menimbulkan rasa nyaman dan meningkatkan kadar β- endorphin dalam
tubuh untuk mengurangi rasa nyeri
2. Melakukan Kompres Air Hangat Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Dismenorea
Penurunan nyeri responden ini karena kompres hangat dapat memberikan rasa
hangat kepada responden untuk mengurangi nyeri, penurunan nyeri terjadi karena
adanya perpindahan panas secara konduksi dari buli-buli yang diletakkan di perut
bagian bawah ke dalam perut yang melancarkan peredaran darah, menurunkan
ketegangan otot dan membuat nyaman/rileks pada responden.
3. Pemberian Jahe terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Dismenorea
Indonesia dikenal sebagai penghasil rempah-rempah terbesar di dunia, salah satu
rempahnya yang secara alami dan memiliki efek analgesik adalah jahe. Jahe tumbuh
subur di hampir seluruh Indonesia,oleh karena itu jahe mudah ditemukan di mana saja.
Salah satu varian jahe yang biasa digunakan untuk penggunaan obat-obatan adalah
jahe merah. Efek yang dihasilkan oleh jahe merah sama dengan asam mefenamat, yang
merupakan penghilang rasa sakit. Dalam penelitian ini jahe merah digunakan untuk
mengurangi dismenorea remaja. Kandungan shogaol, gingeron dan zingerone dapat
memblokir produksi prostaglandin yang memicu kontraksi uterus (Trivedi, H., & Sijo,
2016)
Jahe merah terbukti memiliki keefektifan yang sama dengan asam mefenamat
dan ibu profen dalam mengurangi nyeri dismenore. Hal ini sesuai dengan pelnelitian
yang berjudul ”Comparison of effects of ginger, mefenamic acid, and ibuprofen on
pain in women with primary dysmenorrhea”. Khasiat jahe juga dibenarkan oleh (Putri,
n.d. 2014)dalam penelitiannya disebutkan bahwa ekstrak jahe terbukti dapat
mengurangi nyeri akibat osteoarthritis dan nyeri dismenore.
4. Pemberian Vit E terhadap penurunan nyeri dismenorea
Vitamin E selain baik untuk kesehatan kulit dan mencegah penuaan dini sel
tubuh, vitamin E juga bisa mengurangi nyeri haid. Vitamin E bisa membantu
mengatasi efek peningkatan produksi hormon prostaglandin. Diet yang buruk dapat
menyebabkan kurangnya asupan vitamin salah satunya vitamin E yang bekerja dengan
mempengaruhi pelepasan prostaglandin F2α yaitu hormon yang paling berperan dalam
menyebabkan dismenore karena terjadi vasokontriksi dan kontraksi myometrium .
Dengan adanya mekanisme efek dari vitamin E dalam biosintesis prostaglandin,
dimana prostaglandin berperan dalam menimbulkan sensasi rasa nyeri, maka vitamin
E mempunyai peranan dalam mengurangi rasa nyeri haid. Berdasarkan data meta
analisis dikatakan vitamin E dosis rendah < 400 IU dan Vitamin dosis tinggi adalah ≥
400 IU . Dalam suatu penelitian dengan pemberian vitamin E 500 IU selama 5 hari,
dimulai dari hari kedua sebelum hari haid pertama mempunyai perbedaan bermakna
dibandingkan dengan placebo dalam mengurangi nyeri haid yang diukur dengan visual
analogscale. Dilanjutkan dengan penelitan selanjutnya pemberian dengan dosis yang
lebih rendah dengan pemberian Vitamin E 200 IU selama dua sampai empat siklus
pada 2 hari sebelum haid sampai hari ketiga haid juga ditemukan perbedaan yang
bermakna antara kedua kelompok dalam intensitas nyeri haid yang dinilai dengan
visual analog scale. (Ziaei, 2005). Pemberian Vitamin E diketahui mempunyai
peranan dalam penghambatan biosintesis prostaglandin. Dalam suatu studi in vitro dan
in vivo pada tikus ditemukan bahwa produksi prostaglandin dapat dipengaruhi oleh
vitamin E dengan menekan aktivitas enzim fosfolipase A2 sehingga menekan
metabolisme dari asam arakidonat. Vitamin E juga meningkatkan produksi dari
prostasiklin yang mempunyai efek terhadap vasodilator dan relaksasi terhadap otot
uterus. Oleh karena itu vitamin E dianggap mempunyai efek dalam mengurangi nyeri
haid. Konsumsi vitamin E sehari hari dibandingkan dengan pemberian ibuprofen pada
saat haid tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna dalam mengatasi rasa nyeri
haid. Pemberian vitamin E secara oral merupakan salah satu terapi alternatif dalam
penanganan nyeri haid, namun masih berdasarkan dari data yang terbatas. Sehingga
diharapkan untuk mengkonsumsi sumber vitamin E seperti Lobak, cabe rawit, biji
bunga matahari, asparagus, paprika, kubis, kacang almond, bayam, tomat, telur,
jagung, tempe, susu, dan coklat hitam.
5. Yoga terhadap penurunan nyeri dismenorea
Terapi yoga merupakan salah satu teknik relaksasi yang dianjurkan untuk
mengurangi tingkat dismenorea. Pelatihan yang terarah dan berkesinambungan
dipercaya mampu menyembuhkan nyeri haid dan menyehatkan badan secara
keseluruhan. Manfaat berlatih yoga diantaranya, meningkatkan sirkulasi darah
keseluruh tubuh, meningkatkan kapasitas paru saat bernafas, mengurangi ketegangan
tubuh, fikiran dan mental, serta mengurangi rasa nyeri. Yoga juga dipercaya dapat
mengurangi cairan yang menumpuk di bagian pinggang yang menyebabkan nyeri saat
haid . Menurut peneliti, yoga sangat membantu pengurangan nyeri pada remaja yang
mengalami dismenorea karena yang diberikan yoga akan merasakan rileks dan
mengurangi kram atau kontraksi pada abdomen. Efek dari relaksasi ini akan
meningkatkan respon saraf parasimpatis yang mengakibatkan vasodilatasi pembuluh
darah uterus sehingga aliran darah uterus meningkat dan kontraksi berkurang.
Pemberian yoga ini juga memberikan stimulus mekanoreseptor pada kulit abdomen
sehingga memberikan relaksasi otot abdomen yang dirasakan menjadi berkurang. Dari
hal tersebutlah dapat disimpulkan bahwa pemberian yoga berpengaruh dengan
intensitas nyeri pada saat menstruasi.
6. Aromaterapi Lavender terhadap penurunan nyeri dismenorea
Pemberian Aromaterapi dapat mempengaruhi system di otak yang merupakan
pusat emosi, suasana hati atau mood, dan memori untuk menghasilkan bahan
neurohormon endorphin dan encephalin, yang bersifat sebagai penghilang rasa sakit
dan seretonin yang berefek menghilangkan keteganngan atau stres serta kecemasan
menghadapi persalinan . Mekanisme fisiologis aromaterapi adalah Sewaktu menarik
napas, molekul molekul aromaterapi yang dihirup akan memasuki hidung dan
kemudian berhubungan dengan silia (rambut-rambut halus di lapisan sebelah dalam
hidung). Bau diubah oleh silia menjadi impuls listrik yang diteruskan ke otak lewat
sistem olfaktorius.
7. Konsumsi Buah Nenas dan Madu terhadap penurunan nyeri dismenorea
Penderita dismenore dapat ditangani dengan cara non farmakologis salah
satunya dengan mengkonsumsi jus nanas dan madu yang dapat menurunkan nyeri
menstruasi (dismenore). Penurunan ini dipengaruhi oleh kandungan bromelain yang
terdapat pada buah nanas, sedangkan madu mengandung vitamin E dan flavonoid.
Menurut Rahayu tahun 2015. Jus nanas mengandung pektin, vitamin C, dan enzim
bromelain yang untuk mengurangi rasa nyeri, dan memperlancar peredaran darah dan
berkhasiat untuk proses penyembuhan luka. Bromelain menyebabkan penurunan kadar
bradikinin dan menurukan kadar prekallikrein dalam serum. Penurunan prekallikerin
artinya penurunan pelepasan asam arakidonat dan penghambatan produksi
prostaglandin PGE2. Madu mempunyai kandungan vitamin E yang berfungsi menekan
aktifitas enzim fosfolipase A dan sikloosigenasemelalui penghambatan produksi
prostaglandin. Vitamin E juga meningkatkan produksi prostasiklin dan PGE2 yang
berfungsi sebagai vasodilator yang bisa merelaksasi otot polos uterus . Kandungan
bromelain dan vitamin E yang terdapat pada buah nanas dan madu dapat menurunkan
tingkat nyeri menstruasi (Dismenore) dengan menghambat produksi prostaglandin
yang merupakan reseptor stimulus nyeri tubuh sehingga tingkat nyeri responden
sebelum dan sesudah diberikan minuman jus nanas dan madu terdapat penurunan nyeri
menstruasi atau dismenore setelah meminum jus nanas dan madu.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Judul Kasus
Asuhan Kebidanan Pada remaja Nn. T usia 14 tahun dengan dismenorea di Wilayah kerja
UPT Kereng Bangkirai Palangka Raya
B. Pelaksanaan Asuhan
1. Hari/ tanggal : 1 februari 2020
2. Pukul : 14.00wib
3. Tempat : UPT Kereng Bangkirai
4. Pengkaji : Septina, SST
C. Identitas Pasien
1. Nama : Nn. T
2. Umur : 14 Th
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Suku : Dayak
5. Agama : Kristen
6. Pendidikan : SMP
7. Pekerjaan : Pelajar
8. Kelas : 3 SMP
9. Alamat : Jl. Mangkuraya
10. Nama Ibu : Ny.M Nama Ayah : Tn. B
11. Umur : 33 tahun Umur : 40 tahun
12. Suku : Dayak Suku : Dayak
13. Agama : Kristen agama : Kristen
14. Pendidikan : SD Pendidikan : SD
15. Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
16. Alamat : jl. Mangkuraya Alamat : Jl. Mangkuraya
D. Managemen Asuhan Kebidanan
1. Pengumpulan Data Dasar
a. Data Subjektif
- Nn. T usia 14 tahun
- Anak ke 2 dari 3 bersaudara
- Mengeluh pusing, lemas dan nyeri dibagian perut saat haid
b. Data Obyektif
- K/u : baik, Kesadaran : Composmentis
- TD : 110/70 mmHg, N : 86x/m, R: 24x/m, S : 36,5oc
- BB : 40kg, TB : 148cm, IMT : 15,8 (kurang), LILA : 21 cm
2. Interprestasi Data
a. Diagnosa : Nn. T Usia 14 tahun dengan dismenore
b. Masalah : Nyeri haid
c. Kebutuhan : KIE tentang nyeri haid
3. Diagnosa potensial
-
4. Tindakan segera
-
5. Intervensi
1) Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien dan orangtua klien tentang pemeriksaan
2) KIE tentang nyeri haid (dismenore)
Rasionalnya : nyeri haid/ dismenore adalah nyeri saat menstruasi tanpa adanya
kelainan pada alat genital. Nyeri akan dirasakan sebelum atau bersamaan dengan
permulaan menstruasi berlangsung untuk beberapa jam
3) KIE cara mengatasi nyeri haid (dismenore)
Yaitu dengan meode kompres air panas dan dingin merupakan bagian dari metode
non farmakologis yang efektif, mudah dan murah untuk mengatasi nyeri
dismenore
Selain itu, senam dismenore merupakan senam yang membantu peregangan
seputar otot, perut dan panggul, dan pinggang yang juga dapat membantu
mengurangi rasa nyeri pada remaja yang mengalami dismenore
4) KIE banyak minum air putih
Rasional : untuk membantu encairkan darah beku (stosel) sehingga aliran darah
haid menjadi lancar
5) Dokumentasi
6. Implementasi
Tanggal pengkajian : 1/2/2020
Jam Kegiatan
Hasil pemeriksaan
TD : 110/60mmHg BB : 45 kg
14.00 wib N : 86x/m TB : 148cm
R : 24x/m IMT : 15,9 (normal)
S : 36,5oc LILA : 21 cm
KIE tentang nyeri haid / dismenore
14.30 wib Nyeri saat menstruasi tanpa adanya kelainan pada alat-alat
genital
KIE nyeri haid/dismenore bisa diatasi dengan minum air hangat
15.00 wib
putih dan kompres hangat serta senam dismenore
15.30 wib Melakukan dokumentasi

7. Evaluasi
Jam Kegiatan
14.00 wib Pemeriksaan telah dilakukan
14.30 wib KIE tentang nyeri haid/dismenore telah dilakukan
KIE tentang cara mengatasi nyeri haid/ dismenore telah
15.00 wib
dilakukan
15.30 wib Dokumentasi telah dilaksanakan
BAB IV
PEMBAHASAN

USG
NO. PRIORITAS MASALAH TOTAL RANKING
U S G

1. Klien Mengalami Nyeri Haid 3 2 3 18 IV

2. Klien mengeluh pusing dan lemas 3 2 4 24 III

Klien tidak mengerti tentang


3. 4 3 4 48 II
dismenore

Klien tidak mengerti cara mengatasi


4. 4 4 4 64 I
dismenore

Dari matriks di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa, masalah kesehatan yang
akan diselesaikan yaitu masalah Klien tidak mengerti cara mengatasi disenore

Alternatif Penyelesaian Masalah


Setelah menentukan prioritas masalah kesehatan., kami kemudian menentukan
alternatif penyelesaian masalah. Adapun alternatif penyelesaian masalah yang
diusulkan yaitu :
1. Melakukan Senam Dismenore Untuk mengurangi Dismenorea
2. Melakukan Kompres Air Hangat Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Dismenorea
3. Pemberian Jahe terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Dismenorea
4. Pemberian Vit E terhadap penurunan nyeri dismenorea
5. Melakukan Yoga terhadap penurunan nyeri dismenorea
6. Pemberian Aromaterapi Lavender terhadap penurunan nyeri dismenorea
7. mengkonsumsi Buah Nenas dan Madu terhadap penurunan nyeri dismenorea
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dismenore merupakan rasa nyeri yang timbul saat menstruasi. Nyeri ini sering kali
mengganggu kehidupan sehari-hari dan mendorong wanita untuk melakukan pengobatan,
maupun konsultasi ke dokter. Dismenore bisa diatasi dengan pengobatan baik
menggunakan obat maupun non-obat. Obat yang sering digunakan yaitu obat yang
memiliki efek analgetik. Pengobatan non-obat yang sering dilakukan yaitu dengan
mengalihkan perhatian.
Banyak sekali cara dan pengobatan non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, dengan
berbagai Evidence based midwifery of dismenorea diharapkan dapat membantu terutama
remaja putri untuk mengatasi maslaah ketika nyeri haid timbul.

B. Saran
Diharapkan penulisan ini dapat bermanfaat dan diharapkan untuk penulis agar lebih
mengekplor penelitian-penelitian mengenai nyeri dismenore agar referensi jauh lebih
banyak.
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Amrina Rosyada. 2020. Efektivitas Kompres Air Hangat Dan Air Dingin Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Pada Remaja Putri Dengan Dismenore. Jurnal Kebidanan
Malakbi Volume 1, Nomor 1, Januari 2020, pp. 07 – 15

Astuti, Indria . 2018. Pengaruh Pemberian Aroma Terapi Lavender Terhadap Dismenore Pada
Remaja Putri. Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Penelitian & Pengabdian Masyarakat
(PINLITAMAS 1) Dies Natalis ke-16 STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi
PINLITAMAS 1 | Vol 1, No.1 | Oktober 2018 | ISSN 2654-5411

Intan Kumala Sari IA. Kesehatan reproduksi. Jakarta: Salemba Medika; 2012.

Kusmiran. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba Medika. Jakarta

Lestari, R Tri Rahayuning. 2019. Pengaruh Terapi Yoga (Paschimottanasana dan Adho Mukha
Padmasana) terhadap Intensitas Nyeri pada Remaja Putri yang Mengalami Dismenore
Primer. JOURNAL OF HEALTH SCIENCE AND PREVENTION

Meiranny, Arum. Review Literatur: Mengkaji Pengaruh Pemberian Jahe Terhadap Penurunan
Nyeri Desminore Pada Remaja. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan STIKES Widya
Husada, Vol. 10 No.2

Novadela, Nora Isa Tri.2018. Perbandingan Terapi Air Putih Dengan Kompres Hangat Terhadap
Penurunan Skala Nyeri Haid (Dismenorea Primer) Pada Remaja. Jurnal Ilmiah Keperawatan
Sai Betik, Volume 14, No. 2, Oktober 2018

Nurjanah, Ida. 2019. Pengaruh Senam Dismenore Terhadap Penurunan Nyeri Menstruasi Pada
Mahasiswi Asrama Stikes Muhammadiyah Palembang . Syifa’ MEDIKA, Vol.10 (No. 1),
September 2019

Reeder, S.J., Martin, L.L., & Griffin, D.K. (2011). Keperawatan maternitas : Kesehatan wanita,
bayi & keluarga edisi 18. Jakarta : EGC.

Setianingsih , Yana Agus. 2018. Pengaruh Pemberian Jus Nanas Dan Madu Terhadap Penurunan
Nyeri Menstruasi (Dismenore) Pada Remaja Putri di Smp Tri Tunggal II Surabaya. Infokes
: Info Kesehatan P-ISSN : 2087-877X, E-ISSN : 26552213 Vol. 8, No. 2, Juli 2018

Surmiasih. 2019. Efektifitas Pemberian Vitamin E Terhadap Penurunan Dismenore pada Siswi Di
SMA Negeri I Gading Rejo. Wellness and Healthy Magazine, Volume 1, Nomor 1, February
2019, p. 15-21
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai