Anda di halaman 1dari 23

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya
disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, ruptur tendon,
kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang
besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Smeltzer, 2001)
Fraktur femur adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang
femur (Mansjoer, 2000). Sedangkan menurut Sjamsuhidajat & Jong (2005) fraktur
femur adalah fraktur pada tulang femur yang disebabkan oleh benturan atau trauma
langsung maupun tidak langsung. Fraktur femur juga didefinisikan sebagai
hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur femur secara klinis bisa berupa
fraktur femur terbuka yang disertai adanya kerusakan jaringan lunak (otot, kulit,
jaringan saraf dan pembuluh darah) dan fraktur femur tertutup yang dapat
disebabkan oleh trauma langsung pada paha.
Dari beberapa penjelasan tentang fraktur femur di atas, dapat disimpulkan
bahwa fraktur femur merupakan suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan
kontinuitas tulang femur yang dapat disebabkan oleh trauma langsung maupun
trauma tidak langsung disertai dengan adanya kerusakan jaringan lunak.
Malunion merupakan suatu keadaan dimana tulang yang patah telah
sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya, membentuk sudut atau miring. Salah
satu penatalaksanaan pada malunion fraktur adalah tindakan pembedahan fiksasi
internal yang akan menimbulkan nyeri. Apabila tidak diatasi segera akan
mengakibatkan terhambatnya ambulasi dini dan memanjangnya waktu pemulihan.
Aplikasi terapi musik klasik adalah terapi nonpharmakologi yang diterapkan untuk
menurunkan nyeri. Terapi musik klasik yang dilakukan mampu mengurangi nyeri
pada pasien post operasi dengan merangsang keluarnya hormone endhorpine dan
membuat pasien menjadi lebih rileks. Tujuan dari laporan adalah untuk
memaparkan asuhan keperawatan pada An.S dengan malunion fraktur ekstremitas
2

post orif serta penerapan EBN terapi musik klasik, dilakukan satu kali dalam sehari
dengan durasi 30-60 menit. Metode penulisan laporan ini yaitu studi kasus asuhan
keperawatan dan penerapan EBN. Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian,
penegakan diagnose, perencanaan intervensi, melakukan implementasi dan
melakukan evaluasi keperawatan. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 8
hari rawatan masalah utama pasien teratasi dan terdapat penurunan skala nyeri dari
7 ( berat ) menjadi 2 ( ringan). Disarankan agar perawat dapat melakukan terapi
musik klasik dalam mengurangi nyeri pada pasien post operasi ekstremitas.
Malunion adalah kondisi di mana tulang yang patah telah pulih hanya saja
posisi ataupun panjangnya berbeda dengan kondisi semula. Kasus malunion sering
terjadi pada patang tulang yang tidak ditangani dengan baik, melakukan mobilitas
terlalu cepat sebelum tulang benar-benar menyatu dengan baik, dan juga ada
beberapa kondisi yang dapat menyebabkan penyembuhan tulang kurang sempurna
seperti memiliki diabetes, kebiasaan merokok, nutrisi yang buruk, dll. Penanganan
kasus malunion adalah dengan pembedahan. Pembedahan yang dimaksud adalah
osteotomi di mana tulang dipotong dan dikembalikan ke bentuk asalnya. Tulang
akan difiksasi atau dibuat tidak bergerak dengan menggunakan alat seperti plat,
kawat, dan yang lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalahnya yaitu:
1) Mengetahui definisi tentang fraktur malunion femur ?
2) Mengetahui anatomi fisiologi fraktur malunion femur ?
3) Mengetahui manifestasi klinik fraktur malunion femur ?
4) Mengetahui patofisiologi fraktur malunion femur ?
5) Mengetahui pemeriksaan pada pasien mengalami fraktur malunion femur ?
6) Mengetahui komplikasi fraktur malunion femur ?
7) Mengetahui penatalaksanaan fraktur malunion femur ?
8) Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien yang fraktur malunion femur ?
3

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Fraktur malunion femur


2.1.1 Definisi
Fraktur merupakan kondisi yang banyak ditemui pada trauma
muskuloskeletal. Berdasarkan Riskesdas (2017) penderita patah tulang sebanyak
43.808 kasus dan4,5% kasus cedera di Indonesia. Pasien biasanya datang ke
pusat pelayanan kesehatan rujukan sudah dalam keadaan fraktur ekstremitas
dengannon union, infected, mal-positioned danmallunion. Malunion adalah suatu
keadaan patah tulang yang telah mengalami penyatuandengan fragmen fraktur
berada dalam posisitidak normal atau posisi buruk (Ramadhian, 2017)
Kejadian malunion lebih banyak terjadi di daerah negara berkembang.
Salah satu penyebab kejadian malunion adalah penanganan fraktur yang tidak
tepat. Di Indonesia, pasien trauma musculoskeletal ataupunfraktur, kebanyakan
masihmemilihpengobatan patah tulang tradisional.Fraktur dengan atau tanpa
dislokasi yang tidak ditangani atau ditangani tidak semestinya, sehingga
menghasilkan keadaan keterlambatan penanganan atau kondisi lebih buruk,
bahkan kecacatan (Wahyudiputra, 2015).Sehingga terjadilah komplikasi seperti
maluniondansering terjadi pada fraktur tertutup salah satunya pada fraktur.
Salah satu cara penanganan malunion fraktur femur distal adalah
pembedahan ortopedi (Osteotomy). Osteotomy adalah tindakan operasi yang
bertujuan menata ulang komposisi tulang yang memiliki kerusakandiakibatkan
trauma keras seperti kecelakaan atau terjadi pertumbuhan tulang yang abnormal
akibat pengobatan fraktur yang tidak tepat (Mue, 2016). Menurut Nazari (2016)
keluhan utama pada pasien frakturyang telah menjalani operasi orthopediadalah
nyeri.Nyeri post operasi pada pembedahan merupakan bentuk ketidaknyamanan
pada diri seseorang akibat sayatan pada bagian yang dioperasi atau pengalaman
emosional yang sangat tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan
Jaringan yang actual, potensial atau yang dirasakan dalam kejadian saat
terjadi kerusakan.jaringan yang actual, potensial atau yang dirasakan dalam
kejadian saat terjadi kerusakan.
4

Malunion adalah suatu keadaan tulang patah yang telah mengalami


penyatuan dengan fragmen fraktur berada dalam posisi tidak normal.Pada pasien
ini terjadi malunion karena pasien melakukan terapi mandiri yang tidak benar yaitu
dengan pergi ke sangkal putung.
Fraktur akan menyambung kembali dengan sendirinya tetapi diperlukan
penanganan yang tepat pada fraktur baik terbuka maupun tertutup agar tidak terjadi
komplikasi pada penyembuhan fraktur.

Gambar : fraktur femur dextra 1/3 distal


Pada foto rontgen tersebut di dapatkan kesan malunion pada femur dekstra,
hal ini dikarenakan telah terjadi proses penyambungan tulang. Proses
penyambungan tulang menurut Apley dibagi dalam 5 fase yaitu fase hematoma
terjadi selama 1- 3 hari, fase proliferasi terjadi selama 3 hari sampai 2 minggu, fase
pembentukan kalus terjadi selama 2-6 minggu, fase remodelling terjadi selama 6
minggu hingga 1 tahun danfase konsolidasi terjadi dalam waktu 3 minggu-6 bulan.
Pada pasien ini di berikan terapi asam mefenamat sebagai pereda nyeri dan di
berikan antibiotik yaitu seftriakson.Hal ini dikarenakan pasien mengeluhkan
terdapat nyeri dan pasien mengalami luka terbuka pada bagian yang mengalami
fraktur.Pemberian antibiotik secara sistemik merupakan satu konsep
penatalaksanaan fraktur terbuka dan telah terbukti bahwa hal itu mampu
mengurangi tingkat kejadian infeksi secara signifikan. Patzakis et aldalam sebuah
penelitian prospektif dan random terhadap 333 fraktur terbuka menunjukkan bahwa
tingkat kejadian infeksi turun menjadi 2,3% dengan pemberian antibiotik. Tujuan
utama terapi malunion adalah mengembalikan kelurusan tulang dan pada ektremitas
bawah juga untuk mengembalikan fungsi mekanik penyangga tubuh di antara
5

panggul dan sendi kaki. Untuk itu diputuskan dilakukan refraktur dan traksi pada
pasien

Gambar 2.Traksi 5 kg pada pasien


Traksi adalah pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh. Traksi
digunakan untuk meminimalkan spasme otot, mereduksi, menyejajarkan,
mengimobilisasi fraktur, mengurangi deformitas dan untuk menambah
ruangan di antara kedua permukaan patahan tulang. Traksi diperlukan untuk
reposisi dan imobilisasi pada tulang panjang.Indikasi utama traksi adalah 1)
fraktur pada anak-anak, 2) kontraindikasi terhadap anestesi dan 3) kurangnya
kemampuan atau fasilitas yang memadai untuk fiksasi internal. Merupakan
pilihan yang buruk bagi pasien lanjut usia untuk fraktur patologis dan untuk
pasien dengan

Pada pasien ini digunakan traksi skeletal. Traksi skeletal adalah traksi yang
digunakan untuk meluruskan tulang yang cedera dan sendi panjang untuk
mempertahankan traksi memutuskan pins (kawat) ke dalam. Traksi ini
menunjukkan tahanan dorongan yang diaplikasikan langsung ke sekeleton melalui
pin, wire atau baut yang telah dimasukkan kedalam tulang untuk melakukan ini
berat yang besar dapat digunakan. Traksi skeletal digunakan untuk berfungsi
mengontrol rotasi dimana berat lebih besar dari 25 kg dibutuhkan dan fraktur
membutuhkan traksi jangka panjang.

Traksi dapat mereduksi dan menjaga kebanyakan fraktur dalam satu garis
lurus, kecuali fraktur tersebut berada pada 1/3 proksimal femur.Mobilitas sendi
dapat dipertahankan dengan latihan aktif.Kekurangan utama adalah lamanya waktu
yang harus dihabiskan pasien di tempat tidur (10-14 minggu untuk dewasa) dengan
6

gangguan penyerta dalam menjaga femur dalam satu garis lurus hingga kalus yang
cukup telah terbentuk.

Penyatuan fraktur akan terjadi dalam 2-4 minggu konsolidasi biasanya


terjadi dalam 6-12 minggu.

2.1.2 ANATOMI FISIOLOGI FRAKTUR MALUNION FEMUR

Anatomi dan Fisiologi Femur adalah tulang terpanjang dan terkuat pada
tubuh. Tulang femur menghubungkan antara tubuh bagian panggul dan lutut. Kata
“ femur” merupakan bahasa latin untuk paha. Femur pada ujung bagian atasnya
memiliki caput, collum, trochanter major dan minor. Bagian caput merupakan lebih
kurang dua pertiga berbentuk seperti bola dan berartikulasi dengan acetabulum dari
tulang coxae membentuk articulation coxae. Pada pusat caput terdapat lekukan
kecil yang disebut fovea capitis, yaitu tempat perlekatan ligamentum dari caput.
Sebagian suplai darah untuk caput femoris dihantarkan sepanjang ligamen ini dan
memasuki tulang pada fovea, 17 Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada
batang femur, berjalan ke bawah, belakang, lateral dan membentuk sudut lebih
kurang 125 derajat, pada wanita sedikit lebih kecil dengan sumbu panjang batang
femur. BeYang menghubungkan dua trochanter ini adalah linea intertrochanterica
di depan dan crista intertrochanterica yang mencolok di bagian belakang, dan
padanya terdapat tuberculum quadratum. 18 Bagian batang femur umumnya
berbentuk cembung ke arah depan. Berbentuk licin dan bulat pada permukaan
anteriornya, pada bagian belakangnya terdapat linea aspera, tepian linea aspera
melebar ke atas dan ke bawah. Tepian medial berlanjut ke bawah sebagai crista
supracondylaris medialis menuju tuberculum adductorum pada condylus medialis.
Tepian lateral menyatu ke bawah dengan crista supracondylaris lateralis. Pada
7

permukaan postertior batang femur, di bawah trochanter major terdapat tuberositas


glutealis, yang ke bawah berhubungan dengan linea aspera. Bagian batang melebar
kearah ujung distal dan membentuk daerah segitiga datar pada permnukaan
posteriornya, disebut fascia poplitea.
Anatomi Tulang Femur Ujung bawah femur memilki condylus medialis dan
lateralis, yang di bagian posterior dipisahkan oleh incisura intercondylaris.
Permukaan anterior condylus dihubungkan oleh permukaan sendi untuk patella.
Kedua condylus ikut membentuk articulation genu. Di atas Universitas Sumatera
Utara condylus terdapat epicondylus lateralis dan medialis. Tuberculum
adductorium berhubungan langsung dengan epicondylus medialis. 17,18
Vaskularisasi femur berasal dari arteri iliaka komunis kanan dan kiri. Saat arteri ini
memasuki daerah femur maka disebut sebagai arteri femoralis. Tiap-tiap arteri
femoralis kanan dan kiri akan bercabang menjadi arteri profunda femoris,
ramiarteria sirkumfleksia femoris lateralis asenden, rami arteria sirkumfleksia
femoris lateralis desenden, arteri sirkumfleksia femoris medialis dan arteria
perforantes. Perpanjangan dari arteri femoralis akan membentuk arteri yang
memperdarahi daerah genu dan ekstremitas inferior yang lebih distal. Aliran balik
darah menuju jantung dari bagian femur dibawa oleh vena femoralis kanan dan kiri.

Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat badan,
dan otot menyusun kurang lebih 50%.Kesehatan baikya fungsi system
musculoskeletal sangat tergantung pada sistem tubuh yang lain. Struktur tulang-
tulang memberi perlindungan terhadap organ vital termasuk otak,jantung dan paru.
Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk meyangga struktur tubuh
otot yang melekat ke tulang memungkinkan tubuh bergerak metrik. Tulang
meyimpam kalsium, fosfor, magnesium, fluor. Tulang dalam tubuh manusia yang
terbagi dalam empat kategori: tulang panjang (missal femur tulang kumat) tulang
8

pendek (missal tulang tarsalia),tulang pipih (sternum) dan tulang tak teratur
(vertebra). Tulang tersusun oleh jaringan tulang kanselus (trabekular atau
spongius).
Tulang tersusun atas sel,matrik protein,deposit mineral.sel selnya terdiri
atas tiga jenis dasar osteoblas,osteosit dan osteocklas.osteoblas berfungi dalam
pembetukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Matrik merupakan
kerangka dimana garam - garam mineral anorganik di timbun. Ostiosit adalah sel
dewasa yang terlibat dalam pemeliharahan fungsi tulang dan tarletak ostion.
Ostioklas adalah sel multi nukliar yang berperan dalam panghancuran,resorpsi dan
remodeling tulang.
Tulang diselimuti oleh membran fibrus padat di namakan periosteum
mengandung saraf, bembulu darah dan limfatik.endosteum adalah membrane
faskuler tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga – rongga
dalam tulang kanselus.
Sumsum tulang merupakan jaringan faskuler dalam rongga sumsum tulang
panjang dan dalam pipih.Sumsum tulang merah yang terletak di
sternum,ilium,fertebra dan rusuk pada orang dewasa,bertanggung jawab pada
produksi sel darah merah dan putih.pembentukan tulang .Tulang mulai tarbentuk
lama sebelum kelahiran. (Mansjoer. 2000 : 347).

2.1.3 MANIFESTASI KLINIK


2.1.4 TANDA DAN GEJALA MALUNION FEMUR

Menurut Smeltzer (2002), manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya


fungsi deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitasi, pembekakan lokal dan
perubahan warna.
9

1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang


diimobilisasi spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk
bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar
fragmen tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan
cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya
tetap menjadi seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada faktur lengan
atau tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba)
ekstremitas yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan
ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik
karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat
melekatnya otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya
karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur.
Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5
cm.
4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya fragmen satu
dengan lainnya (uji krepitus dapat kerusakan jaringan lunak yang lebih
berat).
5. Pembekakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru
terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.
2.1.5 ETIOLOGI
Tekanan berlebihan atau trauma langsung pada tulang menyebabkan suatu
retakan sehingga mengakibatkan kerusakan pada otot dan jaringan. Kerusakan otot
dan jaringan akan menyebabkan perdarahan, edema, dan hematoma. Lokasi retak
mungkin hanya retakan pada tulang, tanpa memindahkan tulang manapun. Fraktur
yang tidak terjadi disepanjang tulang dianggap sebagai fraktur yang tidak sempurna
sedangkan fraktur yang terjadi pada semua tulang yang patah dikenal sebagai
fraktur lengkap (Digiulio, Jackson dan Keogh, 2014).
Penyebab fraktur menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010) dapat
dibedakan menjadi:
10

a. Cedera traumatik Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :


1) Cedera langsung adalah pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang patah secara spontan
2) Cedera tidak langsung adalah pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur sehingga menyebabkan
fraktur klavikula
3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak
b. Fraktur patologik Kerusakan tulang akibat proses penyakit dengan trauma
minor mengakibatkan :
1) Tumor tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali
2) Infeksi seperti ostemielitis dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau
dapat timbul salah satu proses yang progresif
3) Rakhitis
4) Secara spontan disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus
Fraktur akibat peristiwa trauma
Sebagian fraktur disebabkanoleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang
dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan tempat. Bila tekanan kekuatan
langsungan, tulang dapat pada tempat yang terkena dan jaringan lunak juga pasti
akan ikut rusak serta kerusakan pada kulit.

Akibat kelelahan atau tekanan


Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain
akibat tekanan berulang. Hal ini sering terjadi pada atlet, penari atau calon tentara
yang berbaris atau berjalan dalam jarak jauh.

Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang


Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal bila tulang tersebut lunak.
2.1.6.1 Patofisiologi
fraktur menurut Black dan Hawks (2014) antara lain : Keparahan dari
fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan fraktur. Jika ambang fraktur suatu
tulang hanya sedikit terlewati, maka tulang mungkin hanya retak saja bukan patah.
Jika gayanya sangat ekstrem, seperti tabrakan mobil, maka tulang dapat pecah
berkepingkeping. Saat terjadi fraktur, otot yang melekat pada ujung tulang dapat
11

terganggu. Otot dapat mengalami spasme dan menarik fragmen fraktur keluar
posisi. Kelompok otot yang besar dapat menciptakan spasme yang kuat bahkan
mampu menggeser tulang besar, seperti femur. Walaupun 10 bagian proksimal dari
tulang patah tetap pada tempatnya, namun bagian distal dapat bergeser karena
faktor penyebab patah maupun spasme pada otot-otot sekitar. Fragmen fraktur
dapat bergeser ke samping, pada suatu sudut (membentuk sudut), atau menimpa
segmen tulang lain. Fragmen juga dapat berotasi atau berpindah. Selain itu,
periosteum dan pembuluh darah di korteks serta sumsum dari tulang yang patah
juga terganggu sehingga dapat menyebabkan sering terjadi cedera jaringan lunak.
Perdarahan terjadi karena cedera jaringan lunak atau cedera pada tulang itu sendiri.
Pada saluran sumsum (medula), hematoma terjadi diantara fragmen-fragmen tulang
dan dibawah periosteum. Jaringan tulang disekitar lokasi fraktur akan mati dan
menciptakan respon peradangan yang hebat sehingga akan terjadi vasodilatasi,
edema, nyeri, kehilangan fungsi, eksudasi plasma dan leukosit. Respon
patofisiologis juga merupakan tahap penyembuhan tulang.
patway
12

2.1.6.2 KLASIFIKASI FRAKTUR


Klasifikasi fraktur dapat diklasifikasikan menjadi fraktur tertutup dan
fraktur terbuka. Fraktur tertutup memiliki kulit yang masih utuh diatas lokasi
cedera, sedangkan fraktur terbuka dicirikan oleh robeknya kulit diatas cedera
tulang. Kerusakan jaringan dapat sangat luas pada fraktur terbuka, yang dibagi
berdasarkan keparahannya (Black dan Hawks, 2014) :
a. Derajat 1 :
Luka kurang dari 1 cm, kontaminasi minimal
b. Derajat 2 :
Luka lebih dari 1 cm, kontaminasi sedang 11
c. Derajat 3 :
Luka melebihi 6 hingga 8 cm, ada kerusakan luas pada jaringan lunak,
saraf, tendon, kontaminasi banyak.
Fraktur terbuka dengan derajat 3 harus sedera ditangani karena resiko
infeksi. Menurut Wiarto (2017) fraktur dapat dibagi kedalam tiga jenis
antara lain:
a. Fraktur tertutup Fraktur
terutup adalah jenis fraktur yang tidak disertai dengan luka pada bagian
luar permukaan kulit sehingga bagian tulang yang patah tidak
berhubungan dengan bagian luar.
b. Fraktur terbuka Fraktur terbuka
adalah suatu jenis kondisi patah tulang dengan adanya luka pada daerah
yang patah sehingga bagian tulang berhubungan dengan udara luar,
biasanya juga disertai adanya pendarahan yang banyak. Tulang yang
patah juga ikut menonjol keluar dari permukaan kulit, namun tidak
semua fraktur terbuka membuat tulang menonjol keluar. Fraktur
terbuka memerlukan pertolongan lebih cepat karena terjadinya infeksi
dan faktor penyulit lainnya.
c. Fraktur kompleksitas
Fraktur jenis ini terjadi pada dua keadaan yaitu pada bagian ekstermitas
terjadi patah tulang sedangkan pada sendinya terjadi dislokasi.
13

Menurut Wiarto (2017) jenis fraktur berdasarkan radiologisnya antara


lain:
a. Fraktur transversal
Fraktur transversal adalah frktur yang garis patahnya tegak lurus
terhadap sumbu panjang tulang. Fraktur ini , segmen-segmen tulang
yang patah direposisi atau direkduksi kembali ke tempat semula, maka
segmen-segmen ini akan stabil dan biasanya dikontrol dengan bidai
gips.
b. Fraktur kuminutif
Fraktur kuminutif adalah terputusnya keutuhan jaringan yang terdiri
dari dua fragmen tulang.
c. Fraktur oblik
Fraktur oblik adalah fraktur yang garis patahnya membuat sudut
terhadap tulang.
d. Fraktur segmental
Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang
menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya, fraktur
jenis ini biasanya sulit ditangani.
e. Fraktur impaksi
Fraktur impaksi atau fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang
menumbuk tulang yang berada diantara vertebra. 13
f. Fraktur spiral
Fraktur spiral timbul akibat torsi ekstermitas.
Fraktur ini menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak dan
cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi.

2.1.6.3 KOMPLIKASI FRAKTUR MALUNION FEMUR

menurut Black dan Hawks (2014) antara lain : Ada beberapa komplikasi
fraktur. Komplikasi tergantung pada jenis cedera , usia klien, adanya masalah
kesehatan lain (komordibitas) dan penggunaan obat yang mempengaruhi
perdarahan, seperti warfarin, kortikosteroid, dan NSAID. Komplikasi yang terjadi
setelah fraktur antara lain :
14

a. Cedera saraf

Fragmen tulang dan edema jaringan yang berkaitan dengan cedera


dapat menyebabkan cedera saraf. Perlu diperhatikan terdapat pucat dan
tungkai klien yang sakit teraba dingin, ada perubahan pada kemampuan
klien untuk menggerakkan jari-jari tangan atau tungkai. parestesia, atau
adanya keluhan nyeri yang meningkat.

b. Sindroma kompartemen

Kompartemen otot pada tungkai atas dan tungkai bawah dilapisi oleh
jaringan fasia yang keras dan tidak elastis yang tidak akan membesar
jika otot mengalami pembengkakan. Edema yang terjadi sebagai respon
terhadap fraktur dapat menyebabkan peningkatan tekanan
kompartemen yang dapat mengurangi perfusi darah kapiler. Jika suplai
darah lokal tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolik 14 jaringan,
maka terjadi iskemia. Sindroma kompartemen merupakan suatu kondisi
gangguan sirkulasi yang berhubungan dengan peningkatan tekanan
yang terjadi secara progresif pada ruang terbatas. Hal ini disebabkan
oleh apapun yang menurunkan ukuran kompartemen.gips yang ketat
atau faktor-faktor internal seperti perdarahan atau edema. Iskemia yang
berkelanjutan akan menyebabakan pelepasan histamin oleh otot-otot
yang terkena, menyebabkan edema lebih besar dan penurunan perfusi
lebih lanjut. Peningkatan asam laktat menyebabkan lebih banyak
metabolisme anaerob dan peningkatan aliran darah yang menyebabakn
peningkatan tekanan jaringan. Hal ini akan mnyebabkan suatu siklus
peningkatan tekanan kompartemen. Sindroma kompartemen dapat
terjadi dimana saja, tetapi paling sering terjadi di tungkai bawah atau
lengan. Dapat juga ditemukan sensasi kesemutanatau rasa terbakar
(parestesia) pada otot.

c. Kontraktur Volkman

Kontraktur Volkman adalah suatu deformitas tungkai akibat sindroma


kompartemen yang tak tertangani. Oleh karena itu, tekanan yang terus-
15

menerus menyebabkan iskemia otot kemudian perlahan diganti oleh


jaringan fibrosa yang menjepit tendon dan saraf. Sindroma
kompartemen setelah fraktur tibia dapat menyebabkan kaki nyeri atau
kebas, disfungsional, dan mengalami deformasi.

d. Sindroma emboli lemak

Emboli lemak serupa dengan emboli paru yang muncul pada pasien
fraktur. Sindroma emboli lemak terjadi setelah fraktur dari tulang
panjang seperti femur, tibia, tulang rusuk, fibula, dan panggul.

Kompikasi jangka panjang dari fraktur antara lain:

a. Kaku sendi atau artritis

Setelah cedera atau imobilisasi jangka panjang , kekauan sendi dapat


terjadi dan dapat menyebabkan kontraktur sendi, pergerakan ligamen,
atau atrofi otot. Latihan gerak sendi aktif harus dilakukan semampunya
klien. Latihan gerak sendi pasif untuk menurunkan resiko kekauan
sendi.

b. Nekrosis avaskular

Nekrosis avaskular dari kepala femur terjadi utamaya pada fraktur di


proksimal dari leher femur. Hal ini terjadi karena gangguan sirkulasi
lokal. Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya nekrosis vaskular
dilakukan pembedahan secepatnya untuk perbaikan tulang setelah
terjadinya fraktur.

c. Malunion

Malunion terjadi saat fragmen fraktur sembuh dalam kondisi yang tidak
tepat sebagai akibat dari tarikan otot yang tidak seimbang serta gravitasi.
Hal ini dapat terjadi apabila pasien menaruh beban pada tungkai yang sakit
dan menyalahi instruksi dokter atau apabila alat 16 bantu jalan digunakan
sebelum penyembuhan yang baik pada lokasi fraktur.
16

c. Penyatuan terhambat

Penyatuan menghambat terjadi ketika penyembuhan melambat tapi


tidak benar-benar berhenti, mungkin karena adanya distraksi pada
fragmen fraktur atau adanya penyebab sistemik seperti infeksi.

d. Non-union

Non-union adalah penyembuhan fraktur terjadi 4 hingga 6 bulan setelah


cedera awal dan setelah penyembuhan spontan sepertinya tidak terjadi.
Biasanya diakibatkan oleh suplai darah yang tidak cukup dan tekanan
yang tidak terkontrol pada lokasi fraktur.

e. Penyatuan fibrosa Jaringan

fibrosa terletak diantara fragmen-fragmen fraktur. Kehilangan tulang


karena cedera maupun pembedahan meningkatkan resiko pasien
terhadap jenis penyatuan fraktur.

f. Sindroma nyeri regional kompleks

Sindroma nyeri regional kompleks merupakan suatu sindroma


disfungsi dan penggunaan yang salah yang disertai nyeri dan
pembengkakan tungkai yang sakit. 7. Menurut Istianah (2017)
Pemeriksan Diagnostik antara

2.6.1.4. PENATALAKSANAAN MEDIS

Prinsip menangani fraktur adalah mengembalikan posisi patahan ke posisi


semula dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang.
Cara pertama penangan adalah proteksi saja tanpa reposisi atau imobilisasi,
misalnya menggunakan mitela. Biasanya dilakukan pada fraktur iga dan fraktur
klavikula pada anak. Cara kedua adalah imobilisasi luar tanpa reposisi, biasanya
dilakukan pada patah tulang tungkai bawah tanpa dislokasi. Cara ketiga adalah
reposisi dengan cara manipulasi yang diikuti dengan imobilisasi, biasanya
dilakukan pada patah tulang radius distal. Cara keempat adalah reposisi dengan
traksi secara terus-menerus selama masa tertentu
17

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Keperawatan


Menurut Doenges et.al (2012) pengkajian pada klien yang mengalami nyeri
antara lain :
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan proses yang berisikan status kesehatan klien
dengan menggunakan teknik anamnesis (autoanamnesa dan aloanamnesa) dan
observasi.
a. Biodata Klien
1) Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin perlu dikaji karena
biasanya laki-laki lebih rentan terhadap terjadinya fraktur akibat
kecelakaan bermotor, pendidikan, pekerjaan, agama, suku/bangsa,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis, nomor
medrek dan alamat.
2) Identitas penanggung jawab meliputi : nama, umur, pekerjaan, agama,
pendidikan, suku/bangsa, alamat, hubungan dengan klien.
b. Aktivitas atau istirahat : Masalah tidur (misalnya tidak padat tidur atau tidur
berlebihan, mimpi burukm, berjalan saat tidur, tidur di tempat yang asing,
keletihan.
c. Integritas Ego
1) Pencapaian diri negatif, menyalahkan diri sendiri/meminta ampun karena
tindakannya terhadap orang tua.
2) Harga diri rendah (pelaku/korban penganiayaan seksual yang selamat).
3) Perasaan bersalah, marah, takut dan malu, putus asa dan atau tidak
berdaya.
4) Minimisasi atau penyangkalan signifikasi perilaku (mekanisme
pertahanan yang paling dominan/menonjol).
5) Penghindaran atau takut pada orang, tempat, objek tertentu, sikap
menunduk, takut (terutama jika ada pelaku).
18

6) Melaporkan faktor stres (misalnya keluarga tidak bekerja, perubahan


finansial, pola hidup, perselisihan dalam pernikahan).
7) Permusuhan terhadap/objek/tidak percaya pada orang lain.

d. Eliminasi
1) Enuresisi, enkopresis.
2) Infeksi saluran kemih yang berulang
3) Perubahan tonus sfingter.

e. Makan dan minum : Muntah sering, perubahan selera makan (anoreksia),


makan berlebihan, perubahan berat badan, kegagalan memperoleh berat
badan yang sesuai.
f. Higiene
1) Mengenakan pakaian yang tidak sesuai dengan kondisi cuaca
(penganiayaan seksual) atau tidak adekuat memberi perlindungan.
2) Mandi berlebihan/ansietas (penganiayaan seksual), penampilan
kotor/tidak terpelihara.
g. Neurosensori
1) Perilaku ekstrem (tingkah laku sangat agresif/menuntut), sangat amuk
atau pasivitas dan menarik diri, perilaku tidak sesuai dengan usia.
2) Status mental : memori tidak sadar, periode amnesia, lap[oran adanya
pengingatan kembali. Pikiran tidak terorganisasi, kesulitan
konsentrasi/membuat keputusan. Afek tidak sesuai, mungkin sangat
waspada, cemas dan depresi.
3) Perubahan alam perasaan, kepribadian ganda, cinta, kebaikan dan
penyesalan yang dalam setelah penganiayaan seksual terjadi.
4) Kecemburuan patologis, pengendalian impuls yang buruk, ketrampilan
koping terbatas, kurang empati terhadap orang lain.
5) Membantung. Menghisap jempol atau perilaku kebiasaan lain : gelisah
(korban selamat).
6) Manifestasi psikiatrik (misal : fenomena disosiatif meliputi kepribadian
ganda (penganiayaan seksual), gangguan kepribadian ambang (koeban
inses dewasa).
19

7) Adanya defisit neurologis/kerusakaan SSP tanpa tanda-tanda cedera


eksternal.
8) Nyeri atau ketidaknyamanan
Bergantung pada cedera/bentuk penganiayaan seksual. Berbagai keluhan
somatik (misalnya nyeri perut, nyeri panggul kronis, spastik kolon, sakit
kepala).
h. Keamanan
1) Memar, tanda bekas gigitan, bilur pada kulit, terbakar (tersiran air panas,
rokok) ada bagian botak di kepala, laserasi, perdarahan yang tidak wajar,
ruam/gatal di area genital, fisura anal, goresan kulit, hemoroid, jaringan
parut, perubahan tonus sfingter.
2) Cedera berulang, riwayat bermacam kecelakaan, fraktur/ cedera internal.
3) Perilaku mencederai diri sendiri (bunuh diri), keterlibatan dalam aktivitas
dengan risiko tinggi.
4) Kurangnya pengawasan sesuai usia, tidak ada perhatian yang dapat
menghindari bahaya di dalam rumah.
i. Seksualitas
1) Perubahan kewaspadaan/aktivitas seksual, meliputi masturbasi
kompulsif, permainan seks dewasa sebelum waktunya, kecenderungan
mengulang atau melakukan kembali pengalaman inses. Kecurigaan yang
berlebihan tentang seks, secara seksual menganiaya anak lain.
2) Perdarahan vagina , laserasi himen linier, bagian mukosa berlendir.
3) Adanya PMS, vaginitis, kutil genital atau kehamilan (terutama pada
anak).
j. Interaksi sosial
Merikan diri dari rumah, pola interaksi dalam keluarga secara verbal kurang
responsif, peningkatan penggunaan perintah langsung dan pernyataan kritik,
penurunan penghargaan atau pengakuan verbal, merasa rendah diri. Pencapaian
restasi dis ekolah rendah atau prestasi di sekolah menurun.
20

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut b/d agen cidera fisik
3.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan NOC NIC


Nyeri akut : Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN NYERI
keperawatan selama .....x24 jam
Definisi : sensori yang tidak Definisi : mengurangi nyeri dan
pasien dapat mengontrol nyeri dengan
menyenangkan dan menurunkan tingkat nyeri yang
indikator :
pengalaman emosional yang dirasakan pasien.
muncul secara aktual dan  Mengenali faktor penyebab
Intervensi :
potensial,kerusakan jaringan  Mengenali onset (lamanya
atau menggambarkan adanya sakit )
 Lakukan pengkajian nyeri
kerusakan.  Menggunakan metode secara komprehensif
pencegahan termasuk
Batasan karakteristik :
 Menggunakan metode lokasi,karakteristik,durasi,f
 Laporkan secara verbal nonanalgetik untuk rekuensi,kualitas dan faktor
atau non verbal mengurangi nyeri presitipasi.
 Fakta dan observasi  Menggunakan analgesik  Observasi reaksi non verbal
 Gerakan melindungi sesuai kebutuhan dari ketidaknyamanan
 Gangguan tidur (mata  Mencari bantuan tenaga  Gunakan teknik
sayu,tampak capek,sulit kesehatan komunikasi terapeutik
atau gerakan kacau)  Melaporkan gejala kepada untuk mengetahui
 Tingkah laku distraksi tenaga ksehatan pengalaman nyeri pasien
(jalan – jalan menemui  Menggunakan sumber –  Kaji kultur yang
orang lain,aktivitas sumber yang tersedia mempengaruhi respon
berulang – ulang )  Mengenali gejala – gejala nyeri
 Respon autunom nyeri  Evaluasi pengalaman nyeri
(diaphorosis,perubahan  Mencatat pengalaman nyeri masa lampau
tekanan sebelumnya  Evaluasi bersama pasien
darah,perubahan pola dan tim kesehatan lain
21

napas dan nadi dan  Melaporkan nyeri sudah tentang ketidakefektifan


dilatasi pupil ) terkontrol kontrol nyeri masa lampau
 Tingkah laku ekspresif  Bantu pasien dan keluarga
Setelah dilakukan tindakan
(gelisah,marah,menang untuk mencari dan
keperawatan selama ....x24 jam
is,merintih,waspada,na menemukan dukungan
pasien dapat mengetahui
pas panjang,iritabel )  Kontrol lingkungan yang
tingkatan nyeri dengan indikator :
 Berfokus pada diri dapat mempengaruhi
sendiri nyeri,suhu
 Melaporkan adanya nyeri
 Muka topeng ruangan,pencahayaan dan
 Luas bagian tubuh yang
 Fokus menyempit kebisingan
terpengaruh
(penurunan persepsi  Kurangi faktor presipitasi
 Frekuensi nyeri
pada waktu,kerusakan  Pilih dan lakukan
 Panjangnya episode nyeri
proses penanganan nyeri
 Pernyataan nyeri
berfikir,penurunan (farmakologi,non
 Ekspresi nyeri pada wajah
interaksi dengan orang farmakologi dan
 Posisi tubuh protektif
lain dan lingkungan ) interpersonal )
 Kurangnya istirahat
 Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
 Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
 Berikan analgesik untuk
mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
22

3.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan


yang spesifik, tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu, rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien
( Nursalam, 2011 ).
Tindakan keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan tanggung
jawab perawat secara profesional sebagaimana terdapat dalam standar praktik
keperawatan yaitu :
1. Independen
Suatu kegiatan yang dilakukan oleh perawat tanpa perintah dan petunjuk dari
dokter, atau tenaga kesehatan lainnya.
2. Interdependen
Tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan kerja
sama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi,
fisioterapi dan dokter.
3. Dependen
Berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis. Tindakan tersebut
menandakan suata cara dimana tindakan medis dilaksanakan.
3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien
secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan dan untuk melihat
kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan
mengadakan hubungan dengan klien.
23

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kejadian malunion lebih banyak terjadi di daerah negara berkembang.
Salah satu penyebab kejadian malunion adalah penanganan fraktur yang tidak
tepat. Di Indonesia, pasien trauma musculoskeletal ataupunfraktur, kebanyakan
masihmemilihpengobatan patah tulang tradisional.Fraktur dengan atau tanpa
dislokasi yang tidak ditangani atau ditangani tidak semestinya, sehingga
menghasilkan keadaan keterlambatan penanganan atau kondisi lebih buruk,
bahkan kecacatan (Wahyudiputra, 2015).Sehingga terjadilah komplikasi seperti
maluniondansering terjadi pada fraktur tertutup salah satunya pada
fraktur.rawat mempunyai kesempatan untuk membantu menghilangkan nyeri dan
efeknya yang membahayakan .peran pemberi perawatan primer adalah untuk
mengidentifikasi dan mengobati penyebab nyeri dan meresepkan obat – obatan
untuk menghilangkan nyeri.perawat tidak hanya berkolaborasi dengan tenaga
professional kesehatan lainnya tetapi juga memberikan intervensi tentang cara
mencegah agar tidak mengalami nyeri.
4.2 Saran
Perawat lebih banyak menghabiskan waktu nya bersama pasien yang
mengalami nyeri dibandingkan tenaga professional perawatan kesehatan lainnya
dan pe Fraktur merupakan kondisi yang banyak ditemui pada trauma
muskuloskeletal. Berdasarkan Riskesdas (2017) penderita patah tulang sebanyak
43.808 kasus dan4,5% kasus cedera di Indonesia. Pasien biasanya datang ke
pusat pelayanan kesehatan rujukan sudah dalam keadaan fraktur ekstremitas
dengannon union, infected, mal-positioned danmallunion. Malunion adalah suatu
keadaan patah tulang yang telah mengalami penyatuandengan fragmen fraktur
berada dalam posisitidak normal atau posisi buruk (Ramadhian, 2017)

Anda mungkin juga menyukai