Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN OPEN FRAKTUR TIBIA PLATEAU

Oleh

MARIA GORETY BAHI

C121 15 706

Preseptor Klinik Preseptor Institusi

.. (Abd Majid, S.Kep.Ns., M.Kep.,Sp.KMB )

PROGRAM PROFESI NERS PROGRAM STUDI ILMU

KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2017

Laporan Pendahuluan Fraktur Tibia Plateau, Maria Gorety Bahi 0


BAB I

KONSEP MEDIS

A. Definisi

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai

jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar

dari yang diabsorbsinya. Patah tulang terbuka atau disebut juga opened

fracture adalah keadaan patah tulang yang terjadi dengan adanya hubungan

antara jaringan tulang yang patah tersebut dengan lingkungan eksternal

dari kulit. Fraktur tibia adalah fraktur yang terjadi pada bagian tibia sebelah

kanan maupun kiri akibat pukulan benda keras atau terjatuh (Smeltzer &

Bare, 2003)

Menurut Mansjoer (2007), fraktur tibia (bumper fracture/fraktur tibia

plateau) adalah fraktur yang terjadi akibat trauma langsung dari arah

samping lutut dengan kaki yang masih terfiksasi ke tanah.

Fraktur tibia plateu

merupakan fraktur yang terjadi

sebagai akibat kompresi bagian atas

tibia terhadap femur, sehingga

terjadi kerusakan pada satu sisi.

(Helmi & Zairin, 2012)

Gambar 1.1 fraktur tibia plateau

Laporan Pendahuluan Fraktur Tibia Plateau, Maria Gorety Bahi 1


B. Etiologi

Penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Cedera traumatic

a. Cedera langsung, berarti pukulan langsung pada tulang sehingga

tulang patah secara spontan

b. Cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari

benturan, misalnya jatuh dengan tangan menjulur dan

menyebabkan fraktur klavikula.

c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras dari otot yang kuat.

2. Fraktur patologik (kelemahan abnormal pada tulang)

Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal jika tulang itu

lemah (misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh

(misalnya pada penyakit paget). Dalam hal ini kerusakan tulang akibat

proses penyakit, dimana dengan trauma minor atau tanpa trauma

mengakibatkan fraktur, dapat juga terjadi pada keadaan : tumor

tulang (jinak atau ganas), infeksi seperti osteomyelitis, rakhitis, suatu

penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi vitamin D yang

mempengaruhi semua jaringan skelet lain (Corwin, 2009)

C. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala fraktur tibia umumnya sebagai berikut (Helmi & Zairin,

2012):

Laporan Pendahuluan Fraktur Tibia Plateau, Maria Gorety Bahi 2


1. Nyeri

Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang

dimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bidai

alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen

tulang.

2. Kehilangan fungsi

Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal

otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya otot.

3. Deformitas

Pergeseran fragmen pada fraktur menyebabkan deformitas yang

terlihat ataupun teraba.

4. Pemendekkan ekstremitas karena kontraksi otot

Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot

yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur. Fragmen sering

saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5-5 cm (1 sampai 2 inci).

5. Krepitasi

Teraba adanya derikan tulang atau krepitus akibat gesekan fragmen

satu dengan yang lain.

6. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit yang terjadi

akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa

baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.

Laporan Pendahuluan Fraktur Tibia Plateau, Maria Gorety Bahi 3


D. Anatomi Fisiologi

Tibia adalah tulang yang menahan beban utama dari kaki, yaitu sekitar 85%.

Tibia plateau terdiri dari permukaan articular medial dan lateral, atas yang

merupakan kartilaginosa menisci.

Medial plateau lebih besar

dan concave pada sagital dan

coronal axes. Lateral plateau meluas

lebih tinggi dan convex pada bidang

sagital dan koronal. Tibia plateau

normal adalah menyerong 10 derajat


Gambar 1.2. Anatomi tibial plateau
posteroinferior. Kedua plateau

dipisahkan satu sama lain oleh area interkondilaris, yang nonarticular dan yang

berfungsi sebagai lampiran tibialis dari ligamentum cruciatum. Tiga tulang

prominences ada 2-3cm sebelah distal tibia plateau. Tuberkulum tibia terletak

dianterior, di mana disisipan ligamen patella. Permukaan articular medial dan itu

mendukung condilus medial lebih kuat dari pada sebelah lateral. Oleh karena itu

fraktur sebelah lateral lebih sering. Fraktur media plateau berhubungan dengan

cedera yan lebih berat dan lebih sering mencederai jaringan lunak.

E. Penatalaksanaan

Smeltzer & Bare (2003), berpendapat bahwa prinsip penanganan fraktur

adalah sebagai berikut:

1. Reduksi fraktur, berarti mengembalikan fragmen tulang pada

kesejajarannya dan rotasi anatomis.

Laporan Pendahuluan Fraktur Tibia Plateau, Maria Gorety Bahi 4


a. Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang

ke posisinya dengan manipulasi dan traksi manual.

b. Traksi digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi.

Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.

c. Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah, fragmen tulang

direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat,

paku atau batangan logam yang dapat digunakan untuk

mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai

penyembuhan tulang yang solid terjadi.

2. Imobilisasi fraktur, mempertahnkan reduksi sampai terjadi

penyembuhan.

Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi atau

dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi

penyatuan. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai,

traksi kontinu, pin, dan teknik gips atau fiksator eksterna. Sedangkan

fiksasi interna dapat digunakan implant logam yang dapat berperan

sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur.

3. Rehabilitasi, mempertahankan dan mengembalikan fungsi setelah

dilakukan reduksi dan imobilisasi.

F. Komplikasi

Komplikasi setelah fraktur adalah syok yang berakibat fatal dalam beberapa

jam setelah cedera, emboli lemak, yang dapat terjadi dalam 48 jam atau

Laporan Pendahuluan Fraktur Tibia Plateau, Maria Gorety Bahi 5


lebih, dan sindrom kompartemen yang berakibat kehilangan fungsi

ekstremitas permanen jika tidak ditangani segera.

1. Komplikasi awal.

Komplikasi awal fraktur meliputi syok, emboli lemak, sindrom

kompartemen, nekrosis avaskuler tulang dan atrofi otot.

2. Kompilkasi lambat.

Komplikasi lambat meliputi penyatuan terlambat atau tidak ada,

nekrosis avascular tulang dan reaksi terhadap alat fiksasi interna

(Corwin, 2009)

G. Prognosis

Tergantung pada jenis fraktur, usia pasien, kualitas tulang dan cedera

bersamaan

H. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan radiologi

a. Sinar rontgen (X-ray).

Pemeriksaan standar untuk trauma pada lutut adalah foto X-ray dengan

posisi anteroposterior (AP), lateral, dan dua oblik. Foto X-ray

digunakan untuk mengidentifikasi garis fraktur dan pergeseran yang

terjadi tetapi tingkat kominusi atau depresi dataran mungkin tidak

terlihat jelas. Foto tekanan (dibawah anestesi) kadang-kadang

bermanfaat untuk menilai tingkat ketidakstabilan sendi. Bila kondilus

lateral remuk, ligamen medial sering utuh, tetapi bila kondilus medial

remuk, ligament lateral biasanya robek.

Laporan Pendahuluan Fraktur Tibia Plateau, Maria Gorety Bahi 6


b. CT scan

CT-scan digunakan untuk mengidentifikasi adanya pergeseran dari

fraktur tibial plateau. CT-scan potongan sagital meningkatkan akurasi

diagnosis dari fraktur tibial plateau dan diindikasikan pada kasus

dengan depresi artikular.

c. Magnetic Resonance Imaging (MRI) digunakan untuk mengevaluasi

trauma ataupun sebagai alternative dari CT-scan atau arthroscopy. MRI

dapat mengevaluasi tulang serta komponen jaringan lunak dari lokasi

trauma. Namun, tidak ada indikasi yang jelas untuk penggunaan MRI

pada fraktur tibial plateau

d. Elektromiografi, terdapat kerusakan konduksi saraf yang

diakibatkan fraktur.

e. Arthroscopi didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek

karena trauma yang berlebihan.

f. Indium imaging pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi.

2. Pemeriksaan laboratorium

a. Alkalin fosfat

b. Kalsium serum dan fosfor serum

c. Enzim otot seperti kreatinin kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH -

5), Asparat Amino Transferase (AST)

3. Pemeriksaan lainnya

a. Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan tes sensitivitas

b. Biopsy tulang dan otot diindikasikan bila terjadi infeksi.

Laporan Pendahuluan Fraktur Tibia Plateau, Maria Gorety Bahi 7


BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian keperawatan (Doenges & Morhouse , 2010)

1. Data Biografi

Identitas pasien seperti umur, jenis kelamin, alamat, agama,

penaggung jawab, status perkawinan.

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat medis dan kejadian yang lalu

b. Riwayat kejadian cedera, seperti kapan terjadi dan

penyebab terjadinya

c. Penggunaan alkohol dan obat-obat terlarang lainnya.

3. Pemeriksaan fisik

a. Aktivitas/istirahat

Tanda: keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang

terkena (mungkin segera, fraktur itu sendiri, atau terjadi

secara sekunder, dari pembengkakan jaringan, nyeri).

b. Sikulasi

Tanda: hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon

terhadap nyeri/ansietas)atau hipotensi (kehilangan darah).

Takikardia (respon stres, hipovolemia). Penurunan/tak ada

nadi pada bagian distal yang cedera, pengisian kapiler lambat,

pucat pada bagian yang terkena. Pembengkakan jaringan atau

massa hematoma pada sisi cedera.

Laporan Pendahuluan Fraktur Tibia Plateau, Maria Gorety Bahi 8


c. Neurosensori

Gejala: hilang gerakan/sensasi, spasme otot, kebas/kesemutan

(parestesis).

Tanda: deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan,

rotasi, krepitasi (bunyi berderit), spasme otot, terlihat

kelemahan/hilang fungsi. Agitasi (mungkin berhubungan

dengan nyeri/ansietas atau trauma lain).

d. Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin

terlokalisasi pada area jaringan/kerusakan tulang, dapat

berkurang pada imobilisasi), tidak ada nyeri akibat kerusakan

saraf. Spasme/kram otot (setelah imobilisasi).

e. Keamanan

Tanda: laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan

warna. Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap

atau tiba-tiba).

4. Pemeriksaan diagnostic

a. Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi/luasnya fraktur

/trauma.

b. Scan tulang, tomogram, scan CT/MRI: memperlihatkan

fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi

kerusakan jaringan lunak.

c. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.

Laporan Pendahuluan Fraktur Tibia Plateau, Maria Gorety Bahi 9


d. Hitung darah lengkap: Ht mungkin meningkat

(hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna

pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multipel).

Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal

setelah trauma.

e. Kreatinin : trauma otot mungkin meningkatkan beban

kreatinin untuk klirens ginjal.

f. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan

darah, transfusi multipel, atau cedera hati.

B. Diagnosa keperawatan (NANDA International, 2015)

1. Nyeri akut berhubungan dengan injury fisik, spasme otot, gerakan

fragmen tulang, edema, cedera jaringan lunak, pemasangan traksi.

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

penurunan suplay darah ke jaringan

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka,

pemasangan traksi (pen, kawat, sekrup)

4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka

neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)

5. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan kehilangan

volume darah akibat perdarahan

6. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma, imunitas tubuh primer

menurun, prosedur invasive (pemasangan traksi)

Laporan Pendahuluan Fraktur Tibia Plateau, Maria Gorety Bahi 10


C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Nursing Outcome Clasification pada kasus open fraktur tibia plateau

menurut Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson (2013) dan Nursing

Outcome Clasification menurut Bulechek, Butcher , Dochterman, &

Wagner (2013) sebagai berikut :

1. Nyeri akut berhubungan dengan injury fisik, spasme otot, gerakan fragmen

tulang, edema, cedera jaringan lunak, pemasangan traksi.

NOC NIC
Pain control Pain management

No. NOC Score 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang


1 Mengenali kapan nyeri meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi,
5 frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya
terjadi
2 Menggambarkan faktor dan faktor pencetus
5 2. Observasi adanya petunjuk nonverbal
penyebab
3 Menggunakan jurnal harian mengenai ketidaknyamanan terutama yang
untuk memonitor gejala dari 5 tidak dapat berkomunikasi secara efektif
waktu ke waktu 3. Pastikan perawatan analgetik bagi pasien
4 Menggunakan tindakan dilakukan dengan pemantauan yang ketat
5 4. Gunakan strategi komunikasi terapeutik
pencegahan
5 Menggunakan tindakan untuk mengetahui pengalaman nyeri dan
pengurangan nyeri tanpa 5 sampaikan penerimaan pasien terhadap
analgetik nyeri.
6 Menggunakan analgetik yang 5. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien
5 mengenai nyeri
direkomendasikan
7 Melaporkan gejala nyeri yang 6. Pertimbangkan pengaruh budaya terhadap
tidak terkontrol pada 5 repon nyeri
professional kesehatan 7. Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
8 Menggunakan sumber daya terhadap kualitas hidup pasien (misalnya
5 tidur, napsu makan, pengertian, perasaan,
yang tersedia
hubungan performa kerja dan tanggungjawab
9 Mengenali apa yang terkait 5
dengan gejala nyeri peran)
8. Gali bersama pasien faktor-faktor yng dapat
10 Melaporkan nyeri yang
5 menurunkan dan memperberat nyeri
terkontrol
9. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
Pain level

No. NOC Score


1 Nyeri yang dilaporkan 5
2 Panjangnya episode nyeri 5
3 Menggosok area yang
5
terkena dampak
4 Mengerang dan menangis 5
5 Ekspresi nyeri wajah 5

Laporan Pendahuluan Fraktur Tibia Plateau, Maria Gorety Bahi 11


6 Tidak bisa beristirahat 5
7 Agitasi 5
8 Iritabilitas 5
9 Mengerinyit 5
10 Mengeluarkan keringat 5
11 Berkeringat berlebihan 5
12 Mondar mandir 5
13 Fokus menyempit 5
14 Ketegangan otot 5
15 Kehilangan napsu makan 5
16 Mual 5

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan

suplay darah ke jaringan

NOC NIC
Perfusi jaringan:perifer Monitor tanda vital

No. NOC Score 1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan status
1 Pengisian kapiler jari 5 pernapasan dengan tepat
2. Monitor dan laporkan tanda hipotermia dan
2 Pengisian kapiler jari kaki 5
hipertermia
3 Suhu kulit ujung kaki dan
5 3. Monitor keberadaan dan kualitas nadi
tangan
4. Monitor oksimetri nadi
4 Kekuatan nadi karotis 5 5. Monitor pola napas abnormal (misalnya
5 Kekuatan denyut radial 5 Cheyne-stokes, kusmaul, biot, apneustic,
6 Kekuatan denyut femoralis 5 ataksia dan bernapas berlebihan.
7 Tekanan darah sistolik 5 6. Monitor warna kulit, suhu dan kelembaban.
8 Tekanan darah diastolik 5 7. Monitor akan adanya kuku clubbing
9 Nilai rata-rata tekanan darah 5 8. Monitor terkait dengan adanya 3 tanda
cushing refleks (misalnya tekanan nadi lebar,
bradikardia dan peningkatan tekanan darah
sistolik)
9. Identifikasi kemungkinan penyebab
perubahan tanda vital

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka, pemasangan

traksi (pen, kawat, sekrup)

NOC NIC
Penyembuhan luka : primer Pengurangan perdarahan

No. NOC Score 1. Identifikasi penyebab perdarahan


1 Memperkirakan kondisi kulit 5 2. Monitor perdarahan secara ketat
3. Beri penekanan langsung atau penekanan
2 Memperkirakan kondisi tepi
5 pada balutan jika sesuai
luka
4. Beri kompres es pada daerah yang terkena
3 Pembentukan bekas luka 5
dengan tepat
5. Perhatikan kadar hemoglobin dan hematocrit

Laporan Pendahuluan Fraktur Tibia Plateau, Maria Gorety Bahi 12


sebelum dan sesudah kehilangan darah
6. Monitor kecenderungan dalam tekanan darah
serta parameter hemodinamik jika tersedia
7. Monitor status cairan termasuk intake dan out
put

Pembidaian
1. Monitor sirkulasi pada area yang mengalami
trauma
2. Monitor pergerakan di bagian distal area
trauma
3. Monitor perdarahan pada area cedera
4. Tutup luka dengan balutan luka dan kontrol
perdaraan sebelum dilakukan pembidaian
5. Batasi pergerakan pasien terutama pada area
trauma
6. Identifikasi bahan bidai yang paling tepat
(misalnya kaku, lembut, anatomis atau traksi)
7. Beri bantalan pada bidai yang keras

4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka

neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)

NOC NIC
Pain level Pain management

No. NOC Score 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang


1 Nyeri yang dilaporkan 5 meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi,
2 Panjangnya episode nyeri 5 frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya
3 Menggosok area yang dan faktor pencetus
5 2. Observasi adanya petunjuk nonverbal
terkena dampak
4 Mengerang dan menangis 5 mengenai ketidaknyamanan terutama yang
tidak dapat berkomunikasi secara efektif
5 Ekspresi nyeri wajah 5
3. Pastikan perawatan analgetik bagi pasien
6 Tidak bisa beristirahat 5
dilakukan dengan pemantauan yang ketat
7 Agitasi 5 4. Gunakan strategi komunikasi terapeutik
8 Iritabilitas 5 untuk mengetahui pengalaman nyeri dan
9 Mengerinyit 5 sampaikan penerimaan pasien terhadap
10 Mengeluarkan keringat 5 nyeri.
11 Berkeringat berlebihan 5 5. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien
12 Mondar mandir 5 mengenai nyeri
13 Fokus menyempit 5 6. Pertimbangkan pengaruh budaya terhadap
14 Ketegangan otot 5 repon nyeri
15 Kehilangan napsu makan 5 7. Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
16 Mual 5 terhadap kualitas hidup pasien (misalnya
tidur, napsu makan, pengertian, perasaan,
17 Intoleransi makanan 5
hubungan performa kerja dan tanggungjawab
peran)
8. Gali bersama pasien faktor-faktor yng dapat
menurunkan dan memperberat nyeri
9. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri

Laporan Pendahuluan Fraktur Tibia Plateau, Maria Gorety Bahi 13


5. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan kehilangan volume darah

akibat perdarahan

NOC NIC
Keparahan kehilangan darah Pengurangan perdarahan

No. NOC Score 1. Identifikasi penyebab perdarahan


1 Kehilangan darah yang 2. Monitor perdarahan secara ketat
5 3. Beri penekanan langsung atau penekanan
terlihat
2 Penurunan tekanan darah pada balutan jika sesuai
5 4. Beri kompres es pada daerah yang terkena
sistole
3 Penurunan tekanan darah dengan tepat
5 5. Perhatikan kadar hemoglobin dan hematocrit
diastole
4 Peningkatan denyut nadi sebelum dan sesudah kehilangan darah
5 6. Monitor kecenderungan dalam tekanan darah
apikal
serta parameter hemodinamik jika tersedia
5 Kehilangan panas tubuh 5
7. Monitor status cairan termasuk intake dan out
6 Kulit dan membrane mukosa
5 put
pucat
8. Monitor tinjauan koagulasi termasuk waktu
7 Cemas 5 prothrombin (PT), waktu thromboplastin
8 Penurunan hemoglobin 5 parsial (partial thromboplastin time /PTT),
9 Penurunan hematokrit 5 fibrinogen, degradasi fibrin/produk split dan
jumlah thrombosit dengan cepat
9. Monitor penentu dari jaringan pelepasan
oksigen (misalnya PaO2, SaO2 dan kadar
hemoglobin dan cardiac out put) jika tersedia
10. Monitor fungsi neurologis
11. Monitor tanda dan gejala perdaraan persisten
12. Atur ketersediaan produk darah untuk
transfuse jika perlu
13. Pertahankan kepatenan akses IV
14. Beri produk darah (misalnya trombosit dan
plasma beku segar) dengan tepat.

6. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma, imunitas tubuh primer menurun,

prosedur invasive (pemasangan traksi)

NOC NIC
Risk control : infection process Infection control

No. NOC Score 1. Alokasikan kesesuaian luas ruang perpasien,


1 Mengidentifikasi faktor seperti yang diindikasikan oleh pusat
5 pengendalian dan pencegahan penyakit
risiko infeksi
2 Mengenali faktor risiko 2. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah
5 digunakan untuk semua pasien
individu terkait infeksi
3 Mengetahui konsekuensi 3. Ganti peralatan perawatan per pasien sesuai
5 protocol institusi
terkait infeksi
4 Mengetahui perilaku yang 4. Isolasi orang yang terkena penyakit menular
berhubungan dengan faktor 5 5. Tempatkan isolasi sesuai tindakan
risiko pencegahan yang sesuai
6. Pertahankan teknik isolasi yang sesuai

Laporan Pendahuluan Fraktur Tibia Plateau, Maria Gorety Bahi 14


5 Mengidentifikasi risiko 7. Batasi jumlah pengunjung
infeksi dalam aktivitas 5 8. Ajarkan cara cuci tangan bagi tenaga
sehari-hari kesehatan
6 Mengidentifikasi tanda dan 9. Anjurkan kepada pasien mengenai teknik
5 mencuci tangan dengan tepat
gejala infeksi
7 Mengkalrifikasi risiko infeksi 10. Gunakan sabun antimikroba untuk cuci
5 tangan yang sesuai
yang didapat
8 Mengidentifikasi strategi 11. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
untuk melindungi diri dari tindakan pada pasien
5 12. Lakukan tindakan pencegahan yang bersifat
orang lain yang terkena
infeksi universal
9 Memonitor perilaku diri yang 13. Pakai sarung tangan sebagaimana dianjurkan
5 oleh kebijakan pencegahan universal
berisiko infeksi
14. Pakai pakaian ganti atau jubah saat
10 Memonitor faktor
menangani bahan infeksius
lingkungan yang
5 15. Pakai sarung tangan steri dengan tepat
berhubungan dengan risiko
16. Gosok kulit pasien dengan agen antibakteri
infeksi
yang sesuai

Laporan Pendahuluan Fraktur Tibia Plateau, Maria Gorety Bahi 15


Sumber :Nurarif & Kusuma (2015)

Bagan 2.1. WOC Open Frakture Plateau

Laporan Pendahuluan Fraktur Tibia Plateau, Maria Gorety Bahi 16


DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E. J. (2009). Buku saku patofisiologi edisi revisi 3. (E. K. Yudha, E.
Wahyuningsih, D. Yulianti, P. E. Karyuni , Eds., & N. B. Subekti , Trans.)
Jakarta: EGC.

Doenges, M. E., & Morhouse , M. F. (2010). Rencana Perawatan Medikal Bedah.


Jakarta: EGC.

Helmi, N., & Zairin. (2012). Buku ajar gangguan muskuloskeletal jilid 1.
Jakarta: Salemba Medika.

Mansjoer, A. (2007). Kapita selekta kedokteran jilid 2. Jakarta: Media


aesculapius FKUI.

NANDA International. (2015). Diagnosis Keperawatan, definisi dan klasifikasi.


Jakarta: EGC.

Nurarif , A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan


berdasarkan diagnosa medis dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
Mediaction.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2003). Buku ajar keperawatan medikal bedah
edisi 8 vol. 2. Jakarta: EGC.

Laporan Pendahuluan Fraktur Tibia Plateau, Maria Gorety Bahi 17

Anda mungkin juga menyukai