Anda di halaman 1dari 4

RHINITIS ALERGI

DISUSUN OLEH:
MARIA GORETY BAHI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


JALUR KERJASAMA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2015
RHINITIS ALERGI

0 | Rhinitis Alergi

A. Definisi
Rhinitis alergi adalah peradangan pada mukosa hidung (Small & Kim, 2011)
Rhinitis alergi (RA) adalah proses peradangan membran mukosa nasal
yang diperantarai oleh IgE dan mempunyai gejala khas bersin, hidung
tersumbat, dan ingus yang encer. (Nugraha, 2011)
B. Etiologi
Menurut Small & Kim ( 2011 ) rhinitis alergi disebabkan oleh reaksi IgE
yang

dipicu oleh alergen

seperti serbuk sari dan alergi terhadap iklim

dingin.
Penyebab rhinitis alergi menurut Nugraha ( 2011 )
1. Idiopatik
2. Genetik
3. Faktor resiko berupa alergen seperti serbuk

bunga,

asap

kendaraan, asap rokok, tungau, debu rumah, binatang


peliharaan dan makanan
C. Klasifikasi
Berdasarkan lama dan seringnya gejala, rhinitis alergi

diklasifikasikan

sebagai berikut :
1. Rinitis alergi intermiten
Bila gejala berlangsung kurang dari 4 hari per minggu dan lamanya
kurang dari empat minggu.
2. Rinitis alergi persisten
Bila gejala berlangsung lebih dari 4 hari per minggu dan lamanya lebih
dari empat minggu.
Derajatnya dikatakan sedang atau berat bila gejalanya mengganggu kualitas
hidup penderitanya. Small & Kim ( 2011 )
D. Patofisiologi
Mukosa saluran napas terpapar oleh alergen yang dibawa oleh udara.
Penderita yang hipersensitiv terjadi sensitisasi mukosa respirasi. Pada paparan
berikutnya akan menimbulkan gejala alergi karena respon sistem imun. Sifat
khusus antibodi IgE adalah adanya kecenderungan yang kuat untuk melekat
pada sel mast dan basofil. Satu sel mast dapat mengikat sampai setengah juta
molekul antibodi IgE. Bila suatu alergen berikatan dengan dengan beberapa
antibodi IgE yang melekat pada sel mast atau basofil, maka ini menyebabkan
perubahan segera pada membran sel mast atau basofil, mungkin disebabkan
oleh efek fisik molekul antibodi yang dapat mengubah membran sel. Pada

1 | Rhinitis Alergi

setiap saat, banyak sel mast dan basofil yang pecah, ada juga yang segera
melepaskan substansi khusus seperti histamin. Substansi ini menyebabkan
dilatasi pembuluh darah setempat, penarikan eosinofil dan neutrofil menuju
tempat yang reaktif, peningkatan permeabilitas kapiler dan hilangnya cairan
kedalam jaringan dan kontraksi otot polos lokal. Oleh karena itu terjadi
berbagai respons jaringan, tergantung tempat reaksi alergen reagin terjadi.
Pada rhinitis, reaksi alergen reagin terjadi dalam hidung. Histamin yang
dilepaskan sebagai respon terhadap reaksi, menimbulkan dilatasi pembuluh
darah stempat, sehingga menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
peningkatan permeabilitas kapiler. Kedua efek ini menimbulkan kebocoran
cairan yang cepat kedalam rongga hidung dan kedalam jaringan hidung yang
lebih dalam, dan saluran hidung menjadi bengkak dan penuh dengan sekret,
terjadi iritasi dan bersin bersin yang khas. (Novina, 2011)
E. Manifestasi klinis
1. Sakit kepala
2. Iritasi hidung, sekret hidung yang encer dan jernih, kongesti nasal
3. Mata berair
4. Bersin-bersin
5. Batuk kering
6. Suara parau
7. Nyeri pada sinus para nasal
8. Rasa gatal pada hidung, kadang pula pada tenggorokan dan palatum mole
F. Pemeriksaan diagnostik
1. Hitung eosinofil dalam darah tepi
2. Pemeriksaan IgE total (prist-paper radio imunosorbent test)
3. RAST (Radio Immuno Sorbent Test) atau ELISA (Enzyme Linked
Immuno Sorbent Assay Test).
4. Pemeriksaan sitologi hidung
5. Cukit kulit, uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri
(Skin End-point Titration/SET).
6. Untuk alergi makanan, diagnosis biasanya ditegakkan dengan diet
eliminasi dan provokasi (Challenge Test).
G. Penatalaksanaan
1. Terapi Penghindaran (menghilangkan allergen )

2 | Rhinitis Alergi

2. Farmakoterapi (Antihistamin, preparat adrenergik, natrium kromolin


intranasal, kortikosteroid )
3. Imunotherapi
(Indikasi

hanya

jika

hipersensitivitas

IgE/

hipersensitivitas tipe I )

DAFTAR PUSTAKA
Novina, N. (2011). Hubungan Disfungsi Tuba Eustakius dengan Rhinitis Alergi.
eprints.undip.ac.id.
Nugraha, Y. (2011). Prevalensi dan Faktor Risiko Rinitis Alergi pada Siswa
Sekolah Umur 16 - 19 Tahun di Kodya Semarang. core.ac.uk.
Small, P., & Kim, H. (2011, November). Alergic Rhinitis. Alergic, Asthma &
Clinical Imunology, 7.

3 | Rhinitis Alergi

Anda mungkin juga menyukai