Anda di halaman 1dari 3

1.

1 Etiologi fraktur tibia fibula


Penyebab fraktur tibia fibula diantaranya :
1.1.1 Trauma
1.1.1.1 Trauma langsung :
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang. Hal
tersebut dapat mengakibatkan terjadinya fraktur pada daerah tekanan.
Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komuniti dan jaringan lunak ikut
mengalami kerusakan.
1.1.1.2 Trauma tidak langsung :
Apabila trauma dihantarkan kedaerah yang lebih jauh dari daerah
fraktur, trauma tersebut disebut trauma tidak langsung. Misalnya jatuh
dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula.
Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh. (Arif Muttaqin,
2008)
1.1.2 Fraktur Patologis
Fraktur disebabkan karena proses penyakit seperti kanker tulang tibia fibula.
1.1.3 Degenerasi
Terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri : usia lanjut
1.1.4 Spontan
Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.
Penyebab fraktur juga meliputi pukulan langsung, gaya remuk, gerakan punter
mendadak, dan kontraksi otot ekstrim. fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang
lebih besar dari pada diabsorpsinya.

1.2 Tanda gejala tibia fibula


Tanda dan gejala fraktur adalah sebagai berikut (Lukman & Ningsih, 2011):
Nyeri dan terus-menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang dimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur yang merupakan bentuk bidai alamiah yang
dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen.
Setelah terjadi fraktur, bagian yang fraktur tidak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap regid seperti
normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan
deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang dapat diketahui dengan
membandingkan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik
karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.

Pada fraktur tulang panjang, terjadinya pemendekan tulang yang sebenarnya terjadi
karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur

Saat tempat fraktur di periksa teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus akibat
gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.

Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit yang terjadi sebagai akibat
trauma dan pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa terjadi setelah beberapa
jam atau beberapa hari setelah cidera.

1.3 Patofisiologi tibia fibula


Trauma langsung dan trauma tidak langsung serta kondisi patologis pada tulang
dapat menyebabkan fraktur pada tulang. Fraktur merupakan diskontinuitas tulang atau
pemisahan tulang. Pemisahan tulang ke dalam beberapa fragmen tulang menyebabkan
perubahan pada jaringan sekitar fraktur meliputi laserasi kulit akibat perlukaan dari
fragmen tulang tersebut, perlukaan jaringan kulit ini memunculkan masalah
keperawatan berupa kerusakan integritas kulit. Perlukaan kulit oleh fragmen tulang
dapat menyebabkan terputusnya pembuluh darah vena dan arteri di area fraktur
sehingga menimbulkan perdarahan. Perdarahan pada vena dan arteri yang berlangsung
dalam jangka waktu tertentu dan cukup lama dapat menimbulkan penurunan volume
darah serta cairan yang mengalir pada pembuluh darah sehingga akan muncul
komplikasi berupa syok hipovolemik jika perdarahan tidak segera dihentikan.
Perubahan jaringan sekitar akibat fragmen tulang dapat menimbulkan deformitas
pada area fraktur karena pergerakan dari fragmen tulang itu sendiri. Deformitas pada
area ekstremitas maupun bagian tubuh yang lain menyebabkan seseorang memiliki
keterbatasan untuk beraktivitas akibat perubahan dan gangguan fungsi pada area
deformitas tersebut sehingga muncul masalah keperawatan berupa gangguan mobilitas
fisik. Pergeseran fragmen tulang sendiri memunculkan masalah keperawatan berupa
nyeri.

Beberapa waktu setelah fraktur terjadi, otot-otot pada area fraktur akan
melakukan mekanisme perlindungan pada area fraktur dengan melakukan spasme otot.
Spasme otot merupakan bidai alamiah yang mencegah pergeseran fragmen tulang ke
tingkat yang lebih parah. Spasme otot menyebabkan peningkatan tekanan pembuluh
darah kapiler dan merangsang tubuh untuk melepaskan histamin yang mampu
meningkatkan permeabilitas pembuluh darah sehingga muncul perpindahan cairan
intravaskuler ke interstitial. Perpindahan cairan intravaskuler ke interstitial turut
membawa protein plasma. Perpindahan cairan intravaskuler ke interstitial yang
berlangsung dalam beberapa waktu akan menimbulkan edema pada jaringan sekitar
atau interstitial oleh karena penumpukan cairan sehingga menimbulkan kompresi atau
penekanan pada pembuluh darah sekitar dan perfusi sekitar jaringan tersebut
mengalami penurunan. Penurunan perfusi jaringan akibat edema memunculkan
masalah keperawatan berupa gangguan perfusi jaringan.

Anda mungkin juga menyukai