Anda di halaman 1dari 34

PANDUAN MAHASISWA KEPERAWATAN

KUMPULAN ASUHAN
KEPERAWATAN
(Askep Multiple
Myeloma)

2012

WWW.SAKTYAIRLANGGA.WORDPRESS.COM
www.saktyairlangga.wordpress.com Page 1
Definisi
Myeloma, seperti kanker lainnya, dimulai di sel. Pada kanker, sel-sel
baru terbentuk ketika tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel tua atau rusak
tidak mati seperti seharusnya. Sel-sel ekstra ini dapat membentuk suatu massa
dari jaringan yang disebut tumor. Myeloma dimulai ketika sel plasma
menjadi abnormal. Sel yang abnormal membelah untuk membuat salinan dari
dirinya sendiri. Sel-sel baru membagi lagi dan lagi, membuat lebih banyak sel
yang abnormal. Sel-sel plasma abnormal ini disebut sel-sel myeloma. Sel-sel
myeloma terkumpul di sumsum tulang. Mereka dapat merusak bagian padat
dari tulang. Ketika sel-sel myeloma terkumpul di beberapa tulang, penyakit
ini disebut "multiple myeloma." Penyakit ini juga dapat membahayakan
jaringan dan organ, seperti ginjal. Sel-sel myeloma membuat antibodi yang
disebut M protein dan protein lain. Protein ini dapat terkumpul dalam,
kencing, darah, dan organ (National Cancer Institute, 2008).

Myeloma cell (abnormal plasma cell) making M proteins


.
Multiple myeloma adalah kanker unik dari sel plasma yang
menyerang dan menghancurkan tulang. Karena kompleksitasnya, penyakit ini
bisa sulit untuk didiagnosa dan sering mendapat berbagai rekomendasi
perawatan dari dokter. Istilah Mieloma multipel berasal dari beberapa daerah
dari sumsum tulang yang biasanya terkena penyakit (hasil dari peningkatan

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 2
jumlah sel plasma ganas dalam sumsum tulang). Karena sel plasma adalah sel
yang memproduksi antibodi, klien memiliki satu jenis antibodi yang disebut
M-protein dalam darah dan atau urin. Klien-klien ini seringkali terjadi
penurunan jumlah sel darah dan penurunan jumlah antibodi yang normal,
yang sering membahayakan sistem kekebalan tubuh. Koleksi dari sel-sel
plasma atau patch pada tulang dapat menyebabkan tumor yang menyebabkan
penurunan kekuatan tulang. Patah tulang serta nyeri tulang yang signifikan
sering terjadi pada klien multiple myeloma sebagai akibat langsung dari
kerugian dalam kekuatan tulang.
Tumor ganas tulang yang paling sering ditemukan adalah mieloma
multiple, akibat proliferasi ganas dari sel-sel plasma. Mieloma multiple
merupakan keganasan sel plasma yang ditandai dengan penggantian sumsum
tulang, destruksi tulang dan pembentukan paraprotein. Mieloma multiple
sangat jarang terjadi pada orang-orang yang berusia di bawah 40 tahun. Pria
lebih sering terkena dan orang Afrika Amerika memiliki insiden dua kali lipat
daripada orang-orang berkulit putih (Price dan Wilson dalam Lukman dkk,
2009). Gejala yang paling sering timbul adalah nyeri tulang, dan lokasi nyeri
sering kali pada tulang iga dan tulang belakang. Kadang pasien didiagnosis
sebagai mieloma karena temuan laboratorium yang menunjukkan adanya
hiperkalsemia, proteinuria peningkatan sedimentasi atau abnormalitas
elektroforesis protein serum. Tanda lain adalah teraba lesi tulang, terutama
pada tulang tengkorak dan klavikula. Lesi-lesi pada tulang punggung dapat
menyebabkan vertebra kolaps dan kadang-kadang menjepit saraf spinal.
Pengobatannya memerlukan berbagai usaha sebab mieloma multiple
menyerang banyak organ tujuan terapi mieloma sering kali paliatif, jika
penyakit yang ditemukan dalam keadaan minimal atau jika diagnosis
keganasan meragukan pasien harus diobservasi tanpa dilakukan terapi
sebelumnya. Harapan untuk dapat tetap hidup dalam waktu yang lama
tergantung pada stadium penyakit saat diagnosis ditegakkan, tetapi biasanya
tidak dapat hidup lebih dari lima tahun karena mieloma multiple menyerang
banyak organ(Luman dkk,2009)

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 3
Multiple myeloma adalah kelainan sel plasma neoplastik yang
ditandai oleh ploriferasi sel plasma maligna dalam sumsum tulang, protein
monoclonal dalam darah atau urine, dan terkait dengan disfungsi organ
(Palumbo, 2011). Normalnya, plasma sel terutama ditemukan di sumsum
tulang dan berperan penting dalam system imun tubuh sebagai penghasil
antibodi (Seiter, 2011). Limfosit adalah salah satu komponen system imun
tubuh. Limfosit dibagi menjadi 2,yakni limfosit B dan limfosit T. Limfosit B
akan berespon terhadap infeksi dengan mematurkan diri dan berubah menjadi
sel plasma. Sel plasma memproduksi antibody (imunoglobulin) yang
membantu tubuh dalam melawan infeksi dan penyakit lainnya (American
cancer society, 2011). Tumor biasanya menyerang sumsum tulang. Jika hanya
ditemukan satu macam tumor,disebut solitary myeloma. Tapi jika ditemukan
lebih dari satu, maka disebut multiple myeloma.

Klasifikasi
Sistem derajat multiple myeloma
Saat ini ada dua derajat multiple myeloma yang digunakan yaitu
Salmon Durie system yang telah digunakan sejak 1975 dan the International
Staging System yang dikembangkan oleh the International Myeloma Working
Group dan diperkenalkan pada tahun 2005.
Salmon Durie staging :
1) Stadium I
a. Level hemoglobin lebih dari 10 g/dL
b. Level kalsium kurang dari 12 mg/dL
c. Gambaran radiograf tulang normal atau plasmositoma soliter
d. Protein M rendah (mis. IgG < 5 g/dL, IgA < 3 g/dL, urine < 4g/24
jam)
2) Stadium II
Gambaran yang sesuai tidak untuk stadium I maupun stadium III
3) Stadium III
a. Level hemoglobin kurang dari 8,5 g/dL
b. Level kalsium lebih dari 12 g/dL

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 4
c. Gambaran radiologi penyakit litik pada tulang
d. Nilai protein M tinggi (mis. IgG >7 g/dL, IgA > 5 g/dL, urine > 12
g/24 jam)
4) Subklasifikasi A meliputi nilai kreatinin kurang dari 2 g/dL
5) Subklasifikasi B meliputi nilai kreatinin lebih dari 2 g/dl

International Staging System untuk multiple myeloma


1) Stadium I
a. β2 mikroglobulin ≤ 3,5 g/dL dan albumin ≥ 3,5 g/dL
b. CRP ≥ 4,0 mg/dL
c. Plasma cell labeling index < 1%
d. Tidak ditemukan delesi kromosom 13
e. Serum Il-6 reseptor rendah
f. durasi yang panjang dari awal fase plateau
2) Stadium II
a. Beta-2 microglobulin level >3.5 hingga <5.5 g/dL, atau
b. Beta-2 microglobulin <3.5g/dL dan albumin <3.5 g/dL
3) Stadium III
Beta-2 microglobulin >5.5 g/dL

Etiologi
Belum diketahui penyebab pasti dari multiple myeloma. Ada beberapa
penelitian yang menunjukan bahwa faktor-faktor risiko tertentu meningkatkan
kesempatan seseorang akan mengembangkan penyakit multiple myeloma,
diantaranya (A’ang, 2011) :
1) Umur diatas 65 tahun : bertambahnya usia juga meningkatkan resiko
multiple myeloma. Kebanyakan orang-orang dengan myeloma terdiagnosa
setelah umur 65 tahun. Penyakit ini jarang pada orang-orang yang lebih
muda dari umur 35 tahun.
2) Ras (Bangsa) : Risiko dari multiple myeloma adalah paling tinggi diantara
orang-orang Amerika keturunan Afrika dan paling rendah diantara orang-

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 5
orang Amerika keturunan Asia. Sebab untuk perbedaan antara kelompok-
kelompok ras belum diketahui.
3) Jenis Kelamin : Setiap tahun di Amerika, kira-kira 11.200 pria dan 8.700
wanita terdiagnosa dengan multiple myeloma. Tidak diketahui mengapa
lebih banyak pria-pria terdiagnosa dengan penyakit ini.
4) Sejarah perorangan dari monoclonal gammopathy of undetermined
significance (MGUS) : MGUS adalah kondisi yang tidak membahayakan
dimana sel-sel plasma abnormal membuat protein-protein M. Biasanya,
tidak ada gejala-gejala, dan tingkat yang abnormal dari protein M
ditemukan dengan tes darah. Adakalanya, orang-orang dengan MGUS
mengembangkan kanker-kanker tertentu, seperti multiple myeloma. Tidak
ada perawatan, namun orang-orang dengan MGUS memperoleh tes-tes
laborat regular (setiap 1 atau 2 tahun) untuk memeriksa peningkatan lebih
lanjut pada tingkat protein M.
5) Sejarah multiple myeloma keluarga : Studi-studi telah menemukan
bahwa risiko multiple myeloma seseorang mungkin lebih tinggi jika
saudara dekatnya mempunyai penyakit ini.
6) Banyak faktor-faktor risiko lain yang dicurigai sedang dipelajari. Para
peneliti telah mempelajari apakah terpapar pada kimia-kimia atau kuman-
kuman tertentu (terutama virus-virus), yang mempunyai perubahan-
perubahan pada gen-gen tertentu, memakan makanan-makanan tertentu,
atau menjadi kegemukan (obesitas) meningkatkan risiko mengembangkan
multiple myeloma.

Patofisiologi
Limfosit B mulai di produksi di sumsum tulang dan berpindah ke
kelenjar getah bening. Multiple myeloma berkembang di limfosit B setelah
meninggalkan bagian dari kelenjar getah bening yang dikenal sebagai pusat
germinal.
Sistem kekebalan akan menjaga proliferasi sel B dan sekresi antibodi
dengan kontrol yang ketat. Ketika kromosom dan gen rusak, seringkali
melalui penataan ulang, sehingga kontrol ini akan hilang. Hal ini akan

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 6
menyebabkan akan bergeraknya gen promotor (atau translocates) untuk
kromosom yang akan merangsang gen antibodi terhadap overproduksi.
Pada pasien multiple myeloma akan sering terjadi sebuah translokasi
kromosom antara gen imunoglobulin rantai berat (pada kromosom keempat
belas, 14q32 lokus) dan suatu onkogen (sering 11q13, 4p16.3, 6p21, 16q23
dan 20q11). Hal ini menyebabkan mutasi regulasi dari onkogen yang
dianggap sebagai peristiwa awal yang penting dalam patogenesis myeloma.
Hasilnya adalah proliferasi klon sel plasma dan ketidakstabilan genomik yang
mengarah ke mutasi lebih lanjut dan translokasi. Penghapusan (bagian dari)
ketiga belas kromosom juga diamati pada sekitar 50% kasus. Produksi sitokin
(terutama IL-6) oleh sel plasma menyebabkan banyak kerusakan lokal, seperti
osteoporosis, dan menciptakan lingkungan mikro di mana sel-sel ganas
berkembang. Angiogenesis (daya tarik pembuluh darah baru) meningkat.
Antibodi yang dihasilkan disimpan dalam berbagai organ, yang menyebabkan
gagal ginjal, polineuropati dan berbagai gejala myeloma terkait lainnya.
(Kumar,2008)

Manifestasi Klinis
Gejala yang paling sering yang timbul adalah (medicastore, 2010) :
1. Nyeri tulang, biasanya pada tulang iga dan tulang belakang.
2. Hiperkalsemia
3. Proteinuria, peningkatan sedimentasi dan abnormalita elektroforesis
protein serum.
4. Teraba lesi tulang, terutama pada tulang tengkorak dan klavikula.
5. Anemia, karena sel plasma menggeser sel-sel normal yang menghasilkan
sel darah merah di sumsum tulang.
6. Infeksi bakteri berulang, karena antibodi yang abnormal tidak efektif
melawan infeksi.
7. Terkadang multipel mieloma mempengaruhi aliran darah ke kulit, jari
tangan, jari kaki dan hidung karena terjadi pengentalan darah (sindroma
hiperviskositas). Berkurangnya aliran darah ke otak bisa menyebabkan

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 7
gejala neurologis berupa kebingungan, gangguan penglihatan dan sakit
kepala.

Pemeriksaan Diagnostik (A’ang, 2011)


1) Laboratorium
Anemia normositik normokrom ditemukan pada hampir 70% kasus.
Jumlah leukosit umumnya normal. Trombositopenia ditemukan pada
sekitar 15% klien yang terdiagnosis. Adanya sel plasma pada apusan darah
tepi jarang mencapai 5%, kecuali pada klien dengan leukemia sel plasma.
Formasi Rouleaux ditemukan pada 60% klien. Hiperkalsemia ditemukan
pada 30% klien saat didiagnosis. Sekitar seperempat hingga setengah yang
didiagnosis akan mengalami gangguan fungsi ginjal dan 80% klien
menunjukkan proteinuria, sekitar 50% proteinuria Bence Jones yang
dikonfirmasi dengan imunoelektroforesis atau imunofiksasi.
2) Radiologi
1) Foto polos x-ray
Gambaran foto x-ray dari multiple myeloma berupa lesi
multiple, berbatas tegas, litik, punch out, dan bulat pada tengkorak,
tulang belakang, dan pelvis. Lesi terdapat dalam ukuran yang hampir
sama. Lesi lokal ini umumnya berawal di rongga medulla , mengikis
tulang cancellous, dan secara progresif menghancurkan tulang kortikal.
Sebagai tambahan, tulang pada klien myeloma, dengan sedikit
pengecualian, mengalami demineralisasi difus. Pada beberapa klien,
ditemukan gambaran osteopenia difus pada pemeriksaan radiologi.
Saat timbul gejala sekitar 80-90% di antaranya telah mengalami
kelainan tulang. Film polos memperlihatkan :
a. Osteoporosis umum dengan penonjolan pada trabekular tulang,
terutama tulang belakang yang disebabkan oleh keterlibatan sumsum
pada jaringan myeloma. Hilangnya densitas tulang belakang
mungkin merupakan tanda radiologis satu-satunya pada myeloma
multiple. Fraktur patologis sering dijumpai.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 8
b. Fraktur kompresi pada badan vertebra , tidak dapat dibedakan
dengan osteoprosis senilis.
c. Lesi-lesi litik “punch ou:” yang menyebar dengan batas yang jelas,
lesi yang berada di dekat korteks menghasilkan internal scalloping.
d. Ekspansi tulang dengan perluasan melewati korteks , menghasilkan
massa jaringan lunak.
Walaupun semua tulang dapat terkena, distribusi berikut
ditemukan pada suatu penelitian yang melibatkan banyak kasus :
kolumna vertebra 66%, iga 44%, tengkorak 41%, panggul 28%, femur
24%, klavicula 10% dan scapula 10%.

Foto skull lateral yang menggambarkan sejumlah lesi litik yang khas pada
myeloma.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 9
Foto lumbal lateral menggambarkan deformitas pada CV lumbal 4 akibat
plasmacytoma.

Gambaran radiologi pada os femur dekstra. Tampak gambaran khas suatu


lesi myeloma tunggal berupa gambaran lusen berbatas tegas pada regio
interocanter. Lesi-lesi lebih kecil tampak pada trocanter mayor.
2) CT-Scan
CT Scan menggambarkan keterlibatan tulang pada myeloma.
Namun, kegunaan modalitas ini belum banyak diteliti, dan umumnya
CT Scan tidak dibutuhkan lagi karena gambaran pada foto tulang
konvensional menggambarkan kebanyakan lesi yang CT scan dapat
deteksi.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 10
CT Scan axial pada plenoid yang menggambarkan lesi berbatas
tegas , gambaran khas myeloma pada CT scan. Korteks tampak intak.

3) MRI
MRI potensial digunakan pada multiple myeloma karena
modalitas ini baik untuk resolusi jaringan lunak. Secara khusus,
gambaran MRI pada deposit myeloma berupa suatu intensitas bulat ,
sinyal rendah yang fokus di gambaran T1, yang menjadi intensitas
sinyal tinggi pada sekuensi T2.
Sayangnya, hampir setiap tumor muskuloskeletal memiliki
intensitas dan pola menyerupai myeloma. MRI meskipun sensitif
terhadap adanya penyakit namun tidak spesifik. Pemeriksaan tambahan
untuk diagnosis multiple myeloma seperti pengukuran nilai gamma
globulin dan aspirasi langsung sumsum tulang untuk menilai
plasmasitosis. Pada klien dengan lesi ekstraosseus, MRI dapat berguna
untuk menentukan tingkat keterlibatan dan untuk mengevaluasi
kompresi tulang.

Foto potongan koronal T1 weighted-MRI pada suatu lesi myeloma di humerus.


Gambaran ini menunjukkan lesi dengan intensitas rendah. Batas korteks luar
terkikis tetapi intak ; namun, lesi telah melewati korteks bagian dalam.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 11
T1 weighted-MRI dari humerus. Gambaran ini memperlihatkan
lesi myelomatosa yang predominan hipointens hingga isointens pada
medulla dari diafisis. Lesi tampak pada aspek anterior korteks.
4) Radiologi Nuklir
Myeloma merupakan penyakit yang menyebabkan overaktifitas
pada osteoklas. Scan tulang radiologi nuklir mengandalkan aktifitas
osteoblastik (formasi tulang) pada penyakit dan belum digunakan rutin.
Tingkat false negatif skintigrafi tulang untuk mendiagnosis multiple
myeloma tinggi. Scan dapat positif pada radiograf normal,
membutuhkan pemeriksaan lain untuk konfirmasi.
5) Angiografi
Gambaran angiografi tidak spesifik. Tumor dapat memiliki zona
perifer dari peningkatan vaskularisasi. Secara umum, teknik ini tidak
digunakan untuk mendiagnosis multiple myeloma.
6) Patologi Anatomi
Klien dengan multiple myeloma , sel plasma berproliferasi di
dalam sumsum tulang. Sel-sel plasma memiliki ukuran yang lebih besar
2 – 3 kali dari limfosit, dengan nuklei eksentrik licin (bulat atau oval)
pada kontur dan memiliki halo perinuklear. Sitoplasma bersifat
basofilik.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 12
Aspirasi sumsum tulang memperlihatkan sel-sel plasma multiple
myeloma. Tampak sitoplasma berwarna biru, nukleus eksentrik, dan
zona pucat perinuclear (halo).
7) Biopsy
Biopsi sumsum tulang menunjukkan sejumlah besar sel plasma
yang secara abnormal tersusun dalam barisan dan gerombolan; sel-sel
juga tampak abnormal. adanya plasmasitosis (peningkatan sel-sel
plasma immature). Pada MM sel plasma pada sumsum tulang berkisar
30-90% populasi sel. Normal: 5% dari populasi sel dalam sumsum
tulang.

Biopsi sumsum tulang menunjukkan lembaran sel-sel plasma ganas


pada multiple myeloma

Penatalaksanaan (A’ang, 2011)


Pengobatan ditujukan untuk :
1. Mencegah atau mengurangi gejala dan komplikasi

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 13
2. Menghancurkan sel plasma yang abnormal
3. Memperlambat perkembangan penyakit.
Penatalaksanaan yang bisa diberikan (A’ang 2012):
1. Obat pereda nyeri (analgetik) yang kuat dan terapi penyinaran pada tulang
yang terkena, bisa mengurangi nyeri tulang.
2. Penderita yang memiliki protein Bence-Jones di dalam air kemihnya harus
bayak minum untuk mengencerkan air kemih dan membantu mencegah
dehidrasi, yang bisa menyebabkan terjadinya gagal ginjal.
3. Penderita harus tetap aktif karena tirah baring yang berkepanjangan bisa
mempercepat terjadinya osteoporosis dan menyebabkan tulang mudah
patah. Tetapi tidak boleh lari atau mengangkat beban berat karena tulang-
tulangnya rapuh.
4. Pada penderita yang memiliki tanda-tanda infeksi (demam, menggigil,
daerah kemerahan di kulit) diberikan antibiotik.
5. Penderita dengan anemia berat bisa menjalani transfusi darah atau
mendapatkan eritropoetin (obat untuk merangsang pembentukan sel darah
merah). Kadar kalsium darah yang tinggi bisa diobati dengan prednison
dan cairan intravena, dan kadang dengan difosfonat (obat untuk
menurunkan kadar kalsium). Allopurinol diberikan kepada penderita yang
memiliki kadar asam urat tinggi.
6. Pembedahan laminektomi jika terjadi kerusakan tulang belakang.
7. Kemoterapi memperlambat perkembangan penyakit dengan membunuh sel
plasma yang abnormal. Oba kemoterapi yang digunakan untuk myeloma
multiple yaitu vineristin, adriamycinn, dan salah satu obat dari golongan
kortikostreoid, yaitu dexamethasone.
8. Radiasi, selain bermanfaat sebagai kombinasi terapi juga bermanfaat pada:
a. Terapi primer pada klien dengan plasmasitoma primer dari tulang atau
isolated extramedullary sites.
b. Sebagai paliatif pada lesi dengan nyeri yang tidak lagi berespon dengan
kemoterapi.
c. Sebagai terapi emergensi untuk klien dengan kompresi spinal cord atau
nerve root.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 14
d. Mencegah fraktur patologi pada tulang weight bearing.
e. Sebagai radiasi tubuh total terutama sewaktu direncanakan transplantasi
sumsum tulang.

Komplikasi (medifocus, 2011)


1. Anemia : karena penekanan produksi sel darah merah di sumsum tulang.
Akan menyebabkan kelemahan dan kelelahan
2. Trombositopenia : rendahnya hitung trombosit di sirkulasi dapat
menimbulkanperdarahan maupun memar
3. Leucopenia : rendahnya hitung leukosit di sirkulasi dapat meningkatkan
kemungkinan tubuh mengalami infeksi kronis yang dapat mengancam jiwa
4. Myeloma bone disease : sel-sel myeloma menghasilkan berbagai mediator
yang merangsang osteoklast meresorbsi tulang secepat osteoblast
memproduksi sel tulang baru. Peningkatan resorbsi tulang ini dapat
menyebabkan kelemahan, osteoporosis, sehingga meningkatkan risiko
terjadinya patah tulang
5. Hiperkalsemia : ketika terjadi kerusakan tulang, kalsium dirilis ke sirkulasi
sehingga timbul hiperkalsemia. Hiperkalsemia dapat menurunkan nafsu
makan, nausea, haus, kelelahan, kelemahan otot, gelisah, dan bingung.
6. Gangguan ginjal : antibody dan kalsium yang jumlahnya berlebihan dapat
menghambat proses filtrasi darah dalam ginjal

Prognosis
Meskipun rerata pasien multiple myeloma bertahan kira-kira 3 tahun,
beberapa pasien yang mengidap multiple myeloma dapat bertahan hingga 10
tahun tergantung pada tingkatan penyakit. Berdasarkan derajat stadium
menurut Salmon Durie System , angka rerata pasien bertahan hidup sebagai
berikut :
a. Stadium I > 60 bulan
b. Stadium II , 41 bulan
c. Stadium III , 23 bulan
d. Stadium B memiliki dampak yang lebih buruk.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 15
Berdasarkan klasifikasi derajat penyakit menurut the International
staging system maka rerata angka bertahan hidup pasien dengan multiple
myeloma sebagai berikut :6
a. stadium I , 62 bulan
b. stadium II, 44 bulan
c. Stadium III, 29 bulan.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 16
WOC

Umur > 65 th Ras/bangsa Riwayat MM Paparan bahan Virus Riwayat MGUS


kimia, radiasi, obat-
obatan

Terjadi Infeksi bakteri


Osteoporosis Streptococcucus

Perubahan gen
Ggn Terbentuk
pembentukan sel protein M
darah merah

Sel plasma
abnormal

Infeksi sel
darah Nutrisi
kurang
dari
kebutuhn

Pemberian Mieloma Multipel Kemoterapi Mual


antibiotik muntah anorexia

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 17
www.saktyairlangga.wordpress.com Page 18
Merusak tulang
padat Terbentuk M- Gangguan MK: Kurang
Protein pembentukan sel pengetahuan
darah merah
Destruksi tulang
Gg Pengaturan
Anemia
cairan

Fraktur tulang Penurunan


Peningkatan Tranfusi darah
fungsi mobilitas
natrium, cairan dan
limbah

MK: Resiko MK: Gg


cedera Mobilitas Fisik Kerja Ginjal
meningkat

MK: Nyeri Klien kurang


bergerak Gangguan fungsi
ginjal

Tirah MK: Gg MK: Gg


baring integritas Kulit keseimbangan Loss protein
cairan dalam urin

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 19
Pemberian Pasien di
analgesik anjurkan
banyak minum

Tetap menggerak-
gerakkan ekstremitas

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 20
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
1. Riwayat Penyakit
Perlu dikaji perasaan nyeri atau sakit yang dikeluhkan pasien,
kapan terjadinya, biasanya terjadi pada malam hari. Tanyakan umur
pasien, riwayat dalam keluarga apakah ada yang menderita kanker, prnah
tidaknya terpapar dalam waktu lama terhadap zat-zat karsinogen dan
sesuai dianjurkan
2. Riwayat Psikososial
Kaji adanya kecemasan, takut ataupun depresi
3. Pemeriksaan Fisik
Lakukan pemeriksaan untuk mengidentifikasi adanya nyeri, bengkak,
pergerakan terbatas, kelemahan.
• Aktivitas / istirahat
Gejala : Malaise, merasa lelah, letih
Tanda : gelisah siang dan malam, gangguan pola istrahat dan pola
tidur, malaise (kelemahan dan keletihan) dan gangguan alat gerak.
• Sirkulasi
Gejala : Palpitasi , adanya pembengkakan mempengaruhi sirkulasi dan
adanya nyeri pada dada karena sumbatan pada vena
Tanda : Peningkatan tekanan darah.
• Integritas Ego
Gejala : Menarik diri dari lingkungan, karena faktor stress (adanya
gangguan pada keuangan, pekerjaan, dan perubahan peran), selain itu
biasanya menolak diagnosis, perasaan tidak berdaya, tidak mampu,
rasa bersalah, kehilangan control dan depresi.
Tanda : Menyangkal, marah, kasar,. dan suka menyendiri.
• Eliminasi
Gejala : Perubahan pada eliminasi urinarius misalnya nyeri, pada saat
berkemih dan poliurin, perubahan pada pola defekasi ditandai dengan

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 21
adanya darah yang bercampur pada feses, dan nyeri pada saat
defekasi.
Tanda : adanya perubahan pada warna urin, perubahan pada peristaltik
usus, serta adanya distensi abdomen
• Makanan / Cairan
Gejala : kurang nafsu makan, pola makan buruk, (misalnya rendah
tinggi lemak, adanya zat aditif, bahan pengawet), anoreksia, mual /
muntah
Tanda : Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot, dan
perubahan pada turgor kulit.
• Hiegine
Gejala : Melakukan higene diri sendiri harus dibantu orang lain,
karena gangguan ekstremitas maka menjaga hygiene tidak dapat
dilakuakan, malas mandi
Tanda : Adanya perubahan pada kebersihan kulit, kuku dan
sebagainya.
• Neurosensori
Gejala : Pusing
Tanda : Pasien sering melamun dan suka menyendiri.
• Kenyamanan
Gejala : adanya nyeri dari nyeri ringan sampai nyeri berat, sangat
mempengaruhi kenyamanan pasien
Tanda : Pasien sering mengeluh tentang nyeri yang dirasakan, dan
keterbatasan gerak karena nyeri tersebut.
• Pernapasan
Gejala : Pasien kadang asma, karena kebiasaan merokok, atau
pemajanan asbes.
• Keamanan
Gejala : Karena adanya pemajanan pada kimia toksik, karsinogen
pemajanan matahari lama / berlebihan.
Tanda : Demam, ruam kulit dan ulserasi.
• Seksualitas

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 22
Gejala : adanya perubahan pada tingkat kepuasan seksualitas karena
adanya keterbatasan gerak.
4. Pemeriksaan diagnostic
Periksa adanya anemi, hiperkalsemia, hiperkalsiuria dan hiperurisemia

2. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri b/d proses patologik penyakit
b. Resiko terhadap cidera: fraktur patologik b/d tumor
c. Kurang pengetahuan b/d proses penyakit dan program terapeutik
d. Ketidakefektifan koping individu b/d rasa takut tentang ketidaktahuan,
persepsi tentang proses penyakit dan system pendukung tidak adekuat
e. Gangguan harga diri b/d hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja
peran.

3. Intervensi
1. Nyeri b/d proses patologis penyakit
Kriteria hasil : nyeri berkurang atau terkontrol
Intervensi :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
R/ mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien sehingga
dapat memudahkan intervensi selanjutnya
2. Berikan posisi yang nyaman
R/ Dengan posisi yang nyaman diharapkan rasa nyeri dapat
berkurang
2. Monitor tanda-tanda vital
R/ mengetahui perubahan tanda vital akibat nyeri
3. Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri
R/ Meningkatkan rasa nyaman dan menghilangkan nyeri sedang
sampai berat

2. Resiko terhadap cidera: fraktur patologik b/d tumor


Kriteria Hasil : tidak adanya cidera akibat tumor yang dialami pasien

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 23
Intervensi :
1. Sangga tulang yang sakit dan tangani dengan lembut selama
pemberian asuhan keperawatan
R/ Tumor tulang akan melemahkan tulang sampai ke titik dimana
aktivitas normal atau perubahan posisi dapat mengakibatkan fraktur
2. Gunakan sanggahan eksternal (mis. Splint) untuk perlindungan
tambahan
R/ Penyangga luar (mis. bidai) dapat dipakai untuk perlindungan
tambahan
3. Ikuti pembatasan penahanan berat badan yang dianjurkan
R/ Adanya pembatasan akan membantu klien dalam penahanan berat
badan yang tidak mampu ditahan oleh tulang yang sakit
4. Ajarkan bagaimana cara untuk menggunakan alat ambulatory dengan
aman dan bagaimana untuk menguatkan ekstremitas yang tidak sakit
R/ Penggunaan alat ambulatory dengan aman mampu menguatkan
ekstremitas yang sehat

3. Kurang pengetahuan b/d proses penyakit dan program terapeutik


Tujuan : pasien memahami proses penyakit dan program terapi
Kriteria Hasil : Pengetahuan yang tepat mengenai proses penyakit dan
menggambarkan program pengobatannya.
Intervensi :
1. Kenali tingkat pengetahuan pasien saat ini tentang kanker atau tumor
R/ Data akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari
adanya duplikasi
2. Gambarkan proses penyakit tumor sesuai dengan kebutuhan
R/ Membantu pasien dalam memahami proses penyakit
3. Berikan informasi mengenai terapi dan atau pilihan pengobatan yang
potensial terjadi dan atau keuntungan dari setiap terapi tersebut
R/ Membantu pasien dalam membuat keputusan pengobatan
4. Gunakan brosur, gambar, video tape dalam penyuluhan pasien atau
keluarga

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 24
R/ Alat visual memberikan penguatan pada instruksi yang diberikan
4. Anjurkan pasien untuk menyampaikan pilihannya atau mendapatkan
pilihan kedua sesuai kebutuhan
R/ Meningkatkan advokasi pasien dalam pelayanan medis
5. Instruksikan pasien untuk melaporkan tanda dan gejala pada pemberi
pelayanan kesehatan; memberi nomor telepon yang penting
R/ Meningkatkan keamanan dalam upaya penyembuhan

4. Ketidakefektifan koping individu b/d rasa takut tentang


ketidaktahuan, persepsi tentang proses penyakit dan system
pendukung tidak adekuat
Kriteria Hasil : Ansietas, kekhawatiran, dan kelemahan menurun pada
tingkat yang dapat diatasi, mendemonstrasikan kemandirian yang
meningkat dalam aktivitas dan proses pengambilan keputusan
Intervensi :
1. Gunakan pendekatan yang tenang dan berikan satu suasana lingkungan
yang dapat diterima
R/ Membantu pasien dalam membangun kepercayaan kepada tenaga
kesehatan
2. Evaluasi kemampuan pasien dalam pembuatan keputusan
R/ Membantu pengkajian terhadap kemandirian dalam pengambilan
keputusan
3. Kaji sikap harapan yang realistis
R/ Meningkatkan kedamaian diri
4. Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai
R/ Meningkatkan kemampuan untuk menguasai masalah
5. Nilai kebutuhan atau keinginan pasien terhadap dukungan social
R/ Memenuhi kebutuhan pasien
6. Kenalkan pasien pada seseorang atau kelompok yang telah memiliki
pengalaman penyakit yang sama
R/ Memberikan informasi dan dukungan dari orang lain dengan
pengalaman yang sama

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 25
6. Berikan sumber-sumber spiritual jika diperlukan
R/ Untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien

5. Gangguan harga diri b/d hilangnya bagian tubuh atau perubahan


kinerja peran
Kriteria Hasil : harga diri klien meningkat
Intervensi :
1. Dukung keluarga dalam mengupayakan melewati penyesuaian yang
harus dilakukan; kenali perubahan dalam citra diri akibat pembedahan
dan kemungkinan amputasi
R/ Kemandirian versus ketergantungan merupakan isu pada pasien
yang menderita keganasan. Gaya hidup akan berubah secara dramatis,
paling tidak sementara
2. Berikan kepastian yang realistis tentang masa depan dan perjalanan
kembali aktivitas yang berhubungan dengan peran; beri dorongan
untuk perawatan mandiri dan sosialisasi
R/ Peyakinan yang masuk akal mengenai masa depan dan penyesuaian
aktivitas yang berhubungan dengan peran harus dilakukan untuk
memandirikan pasien
3. Libatkan pasien dan keluarga sepanjang pengobatan untuk
meningkatkan rasa tetap memiliki kontrol dalam kehidupan seseorang
R/ Keterlibatan pasien dan keluarganya sepanjang terapi dapat
mendorong kepercayaan diri, pengembalian konsep diri, dan perasaan
dapat mengontrol hidupnya sendiri.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 26
KASUS

Contoh Kasus
Tn. D, laki-laki, umur 74 tahun. Datang ke RS. Dr. Soetomo dengan keluhan
sakit di daerah punggung belakangsaat beraktifitas dan sering merasa pusing.
Bahkan kadang untuk melakukan aktifitas, klien dibantu oleh keluarga. Klien
juga mengeluh sering merasa lelah saat melakukan aktifitas. Ekspresi wajah
klien tampak cemas dan tegang. Tekanan darah klien 150/100 mmHg, Hb 10
g/dL, kalsium 14 mg / dL, Serum protein 8 g/dL, IgG 8 g / dL, albumin3,5 g /
dL.

Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. D
Umur : 74 tahun
Jenis kelamin : laki - laki
Pekerjaan : pensiunan PNS
Alamat : Surabaya
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri pada bagian punggung belakang
b. Riwayat kesehatan sekarang
sering merasa pusing dan cepat lelah. Dan kadang untuk melakukan
aktifitas dibantu oleh keluarga.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan bahwa, nenek klien juga menderita penyakit yang
sama.
3. Review of system
a. Keadaan umum
Klien tampak lelah
b. B1 (breathing)

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 27
RR : 24 x/menit (bisa meningkat saat klien merasa nyeri)
Tidak ada kelainan ekspansi paru
c. B2 (blood)
N = 97x/menit
TD = 150/100 mmHg
akral : hangat
CRT < 3 detik
d. B3 (brain)
kompos mentis
GCS 456
Konjungtiva tidak anemis
orientasi baik
e. B4 (bladder)
-
f. B5 (bowel)
-
g. B6 (bone)
kelemahan
4. Data penunjang
a. Pemeriksaan diagnostik
Hb 12g/dL
kalsium 14 mg / dL
Serum protein 8 g/dL
IgG 8 g / dL
albumin 3,5 g / dL.
Pemeriksaan Radiografi
pada hasil foto CT Scan ditemukan lesi litik – litik pada L11 dan L12
5. Analisa data
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1. DO : Kondisis patologis Nyeri
- P : saat bergerak penyakit

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 28
Q: ↓
R : di derah punggung Fraktur
belakang ↓
S : 7 (sedang) Perubahan permeabilitas
T : pada gerakan tertentu kapiler
- Aktifitas dibantu oleh ↓
keluarga Oedema lokal
- Klien tampak meringis ↓
manahan sakit Nyeri
DS :
- Klien sering mengeluh
tentang nyeri yang
dirasakan
- Nyeri saat bergerak
2. DO :- Kondisi patologis Resiko Cidera
penyakit
DS : klien merasakan ↓
kelemahan Merusak tulang padat
3 3

Destruksi tulang
3 3

3. DO : - Kondisi patologis Kurang Pengetahuan


penyakit
DS : ↓
- Klien mengatakan takut dan Gangguan pada sistem
cemas dengan kondisinya tubuh
saat ini

Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri b/d proses patologik penyakit

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 29
2. Resiko terhadap cidera: fraktur patologik b/d tumor
3. Kurang pengetahuan b/d proses penyakit dan program terapeutik

Intervensi
1. Nyeri b/d proses patologis penyakit
Kriteria hasil : nyeri berkurang atau terkontrol
Intervensi Rasional
Ajarkan tehnik relaksasi. Tehnik yang dilakukan akan
Nafas dalam, distraksi mengalihkan perhatian dari rasa nyeri
klien
Kolaborasi dengan dokter untuk Meningkatkan rasa nyaman dan
pemberian analgesik sesuai menghilangkan nyeri sedang sampai
kebutuhan untuk nyeri berat
Berikan posisi yang nyaman Dengan posisi yang nyaman diharapkan
rasa nyeri dapat berkurang
Monitor tanda-tanda vital Mengetahui perubahan tanda vital
akibat nyeri
Lakukan pengkajian nyeri secara Mengetahui tingkat nyeri yang
komprehensif dirasakan oleh klien sehingga dapat
memudahkan intervensi selanjutnya

2. Resiko terhadap cidera: fraktur patologik b/d tumor


Kriteria Hasil : tidak adanya cidera akibat tumor yang dialami klien
Intervensi Rasional
Sangga tulang yang sakit dan Tumor tulang akan melemahkan tulang
tangani dengan lembut selama sampai ke titik dimana aktivitas normal
pemberian asuhan keperawatan atau perubahan posisi dapat
mengakibatkan fraktur
Gunakan sanggahan eksternal (mis. Penyangga luar (mis. bidai) dapat
Splint) untuk perlindungan dipakai untuk perlindungan tambahan
tambahan
Ikuti pembatasan penahanan berat Adanya pembatasan akan membantu

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 30
badan yang dianjurkan klien dalam penahanan berat badan
yang tidak mampu ditahan oleh tulang
yang sakit
Ajarkan bagaimana cara untuk Penggunaan alat ambulatory dengan
menggunakan alat ambulatory aman mampu menguatkan ekstremitas
dengan aman dan bagaimana untuk yang sehat
menguatkan ekstremitas yang tidak
sakit

3. Kurang pengetahuan b/d proses penyakit dan program terapeutik


Tujuan : klien memahami proses penyakit dan program terapi
Kriteria Hasil : Pengetahuan yang tepat mengenai proses penyakit dan
menggambarkan program pengobatannya.
Intervensi Rasional
Kenali tingkat pengetahuan klien saat Data akan memberikan dasar
ini tentang kanker atau tumor untuk penyuluhan dan
menghindari adanya duplikasi
Gambarkan proses penyakit tumor Membantu klien dalam memahami
sesuai dengan kebutuhan proses penyakit
Berikan informasi mengenai terapi Membantu klien dalam membuat
dan atau pilihan pengobatan yang keputusan pengobatan
potensial terjadi dan atau keuntungan
dari setiap terapi tersebut
Gunakan brosur, gambar, video tape Alat visual memberikan penguatan
dalam penyuluhan klien atau keluarga pada instruksi yang diberikan
Anjurkan klien untuk menyampaikan Meningkatkan advokasi klien
pilihannya atau mendapatkan pilihan dalam pelayanan medis
kedua sesuai kebutuhan
Instruksikan klien untuk melaporkan Meningkatkan keamanan dalam
tanda dan gejala pada pemberi upaya penyembuhan
pelayanan kesehatan; memberi nomor
telepon yang penting

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 31
PENUTUP

Kesimpulan
Mieloma Multipel adalah tumor primer tumbuh dengan lambat, pada area
terbatas, dan jarang sekali meluas. Tumor primer yang ganas sangat jarang
menyerang orang dewasa dan jika menyerang, tumor ini mencakup
osteosarkoma dan multiple mieloma. Belum diketahui penyebab pasti dari
multiple myeloma.
Tumor ganas tulang yang paling sering ditemukan adalah mieloma
multiple, akibat proliferasi ganas dari sel – sel plasma. Mieloma multiple
merupakan keganasan sel plasma yang ditandai dengan penggantian sumsum
tulang, destruksi tulang dan pembentukan paraprotein. Mieloma multiple
sangat jarang terjadi pada orang yang berusia di bawah 40 tahun.
Tumor tulang ganas digolongkan berdasarkan TNM (Tumor, Nodus,
Metastasis ), yaitu penyebaran setempat dan metastasis.

Saran
Melihat dari etiologi kasus mieloma multiple yang masih belum diketahui
penyebabnya, maka diharapkan para tenaga medis dan perawat harus lebih
tanggap dalam pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosa tanda dan gejala
ibu yang mengalami mieloma multiple. Dukungan keluarga dan orang terdekat
klien juga sangat membantu untuk pemulihan mieloma multiple.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 32
DAFTAR PUSTAKA

_________. 2009. Mieloma Multipel (multiple myeloma).


http://medicastore.com/penyakit_subkategori/12/index.html. Diakses tanggal
1 Mei 2012
A’ang. 2011. Askep Multiple Mieloma. Diakses dari
http://aangjoen.wordpress.com/2011/01/18/as_kep-multiple-mieloma/ pada
tanggal 21 Mei 2012.
Aman,Koesuma. 2005. Profile Penderita Multiple Myeloma di Bagian Patologik
Klinik FK USU/RSUP H.Adam Malik Medan. Medan : Departemen Patologi
Klinik FK USU/ RSUP H.Adam Malik Medan
Dugdale ,David C. Yi-Bin Chen, David Zieve. 2009. Multiple Myeloma.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000583.htm. Diakses
tanggal 1 Mei 2012
Grethlein, Sara J., Lilian M Thomas. 2009. Multiple Myeloma.
http://emedicine.medscape.com/article/204369-overview. Diakses tanggal 1
Mei 2012
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://practicingcli
nicians.com/myeloma/Multiple%2520Myeloma%2520-
%2520The%2520Basics.pdf
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.cancer
.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003121-pdf.pdf
http://www.arccosine.com/web.php?hl=id&q=bone+cancer-mieloma+multipel
http://www.imbcr.org/about_myeloma.htm
http://www.news-medical.net/health/Multiple-Myeloma-Pathophysiology-
%28Indonesian%29.aspx
Kumar,Vinay, Ramzi S. Cotran, Stanley R. Robbin. 2008. Robbins Buku Ajar
Patologi edisi 7. Jakarta : Airlangga. Hlm. 481-484
Kyle ,Robert A., S. Vincent Rajkumar. 2004. Drug Therapy : Multiple Myeloma.
http://www.nejm.com .Diakses tanggal 1 Mei 2012

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 33
Lukman, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika
http://medicastore.com/penyakit/312/Mieloma_Multipel_multiple_myeloma.html
Ningsih, Nurma. Lukman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Ganggusan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 34

Anda mungkin juga menyukai