Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

MULTIPLE MYELOMA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Manajement

Oleh:
Esthi Dwi Yuliawati
170070301111007

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2018
MULTIPLE MYELOMA
1. DEFINISI
Multiple myeloma adalah kanker sel plasma yang membentuk tumor di beberapa
lokasi pada lebih dari 1 tulang. Normalnya, sel plasma terutama ditemukan di sumsum
tulang dan berperan penting dalam system imun atau kekebalan tubuh sebagai penghasil
antibody (immunoglobulin) (Seiter, 2011).
Multiple myeloma adalah penyakit klonal yang ditandai poliferasi salah satu jenis
limfosit B, dan sel-sel plasma yang berasal dari limfosit tersebut. Sel-sel ini menyebar
melalui sirkulasi dan mengendap terutama di tulang, menyebabkan tulang mengalami
kerusakan, inflamasi, dan nyeri. Antibody yang dihasilkan oleh sel-sel plasma tersebut
biasanya adalah IgG atau IgA klonal. Fragmen-fragmen monoclonal dari antibody tersebut
dapat ditemukan di urin pasien yang sakit. Fragmen-fragmen ini disebut protein Bence
Jones. Penyebab myeloma multiple tidak diketahui, tetapi factor resiko yang dipercaya
antara lain pajanan okupasional terhadap materi dan gas tertentu, radiasi pengion, dan
kemungkinan alergi obat multiple. Angka keselamatan hidup biasanya rendah, meskipun
beberapa pasien dapat hidup lebih lama dengan penyakit ini. (Elizabeth J. Corwin, 2009)
Multiple myeloma ditandai dengan pertumbuhan dan proliferasi satu klona sel
plasma yang progresif tidak terkendali yang akhirnya menyebabkan kematian pasien. Ini
adalah penyakit pada orang berusia lanjut, dengan tanda berupa infiltarsi difus sel plasma di
sumsum tulang dan pembentukan berlebihan hanya immunoglobulin monoclonal utuh (IgG,
IgA, dan yang jarang IgD) atau rantai ringan. Gangguan ini biasanya menyebabkan
keterlibatan difus sumsum tulang tetapi kadang-kadang dapat bermanifestasi sebagai
massa tumor fokal (plasmasitoma), yang mungkin terdapat di sumsum tulang atau di tempat
ekstramedula (biasanya nasofaring). Bentuk-bentuk varian myeloma multiple mencakup
smoldering myeloma, myeloma nonsekretorik, leukemia sel plasma, dan plasmasitoma.

2. ETIOLOGI
Belum diketahui penyebab pasti dari multiple myeloma. Ada beberapa penelitian yang
menunjukan bahwa faktor-faktor risiko tertentu meningkatkan kesempatan seseorang akan
mengembangkan penyakit multiple myeloma, diantaranya:
1) Umur diatas 65 tahun: Tumbuh menjadi lebih tua meningkatkan kesempatan
mengembangkan multiple myeloma. Kebanyakan orang-orang dengan myeloma
terdiagnosa setelah umur 65 tahun. Penyakit ini jarang pada orang-orang yang lebih
muda dari umur 35 tahun.
2) Ras (Bangsa): Risiko dari multiple myeloma adalah paling tinggi diantara orang-orang
Amerika keturunan Afrika dan paling rendah diantara orang-orang Amerika keturunan
Asia. Sebab untuk perbedaan antara kelompok-kelompok ras belum diketahui.
3) Jenis Kelamin: Setiap tahun di Amerika, kira-kira 11.200 pria dan 8.700 wanita
terdiagnosa dengan multiple myeloma. Tidak diketahui mengapa lebih banyak pria-
pria terdiagnosa dengan penyakit ini.
4) Sejarah perorangan dari monoclonal gammopathy of undetermined significance
(MGUS): MGUS adalah kondisi yang tidak membahayakan dimana sel-sel plasma
abnormal membuat protein-protein M. Biasanya, tidak ada gejala-gejala, dan tingkat
yang abnormal dari protein M ditemukan dengan tes darah. Adakalanya, orang-orang
dengan MGUS mengembangkan kanker-kanker tertentu, seperti multiple myeloma.
Tidak ada perawatan, namun orang-orang dengan MGUS memperoleh tes-tes laborat
regular (setiap 1 atau 2 tahun) untuk memeriksa peningkatan lebih lanjut pada tingkat
protein M.
5) Sejarah multiple myeloma keluarga: Studi-studi telah menemukan bahwa risiko
multiple myeloma seseorang mungkin lebih tinggi jika saudara dekatnya mempunyai
penyakit ini.
Banyak faktor-faktor risiko lain yang dicurigai sedang dipelajari. Para peneliti
telah mempelajari apakah terpapar pada kimia-kimia atau kuman-kuman tertentu
(terutama virus-virus), yang mempunyai perubahan-perubahan pada gen-gen tertentu,
memakan makanan-makanan tertentu, atau menjadi kegemukan (obesitas)
meningkatkan risiko mengembangkan multiple myeloma.

3. MANIFESTASI KLINIS
Insiden puncak adalah 50 hingga 60 tahun. Gambaran klinis yang utama berasal dari
infiltrasi sel-sel plasma neoplastik ke dalam organ tubuh (khususnya tulang), produksi
immunoglobulin yang berlebihan (sering dengan sifat fisikokimiawi yang abnormal) dan
supresi imunitas humoral yang normal.
– Infiltrasi tulang, nyeri tulang dan fraktur patologis yang disebabkan oleh resorpsi tulang.
Hiperkalsemia sekunder turut menimbulkan penyakit ginjal serta poliuria dan dapat
menyebabkan beberapa manifestasi neurologis yang meliputi kebingungan, kelemahan,
letargi serta konstipasi.
– Infeksi bakteri yang rekuren terjadi karena berkurangnya produksi immunoglobulin yang
normal.
– Sindrom hiperviskositas kadang-kadang terjadi karena produksi dan agregasi protein M
yang berlebihan.
– Insufisiensi ginjal (hingga 50% pasien) bersifat multifaktorial. Proteinuria Bence Jones
agaknya menjadi tanda terpenting karena light chains yang diekskresikan bersifat toksik bagi
sel-sel epitel tubulus ginjal.
– Kelainan sumsum tulang yang luas menyebabkan anemia normositik normokromik dan
kadang-kadang pensitopenia yang moderat.
(Robbins & Cotran / Richard N. Mitchell, 2008)

4. PATHWAY
Terlampir

5. KOMPLIKASI
1) Dapat terjadi gagal ginjal akibat pengendapan protein Bence Jones di tubulus ginjal.
2) Pasien mungkin menjadi anemic berat.
(Elizabeth J. Corwin, 2009)

6. PEMERIKSAAN
Pasien biasanya memperlihatkan anemia normokromik normositik yang dapat
menjadi makrositik. Hemoglobin biasanya kurang dari 10g/dL, dan hematokrit biasanya
kurang dari 30%. Morfologi sel darah merah umumnya biasa, dengan pengecualian
pembentukan rouleaux akibat dilapisinya eritrosit oleh protein; hal ini juga berperan
menyebabkan peningkatan mencolok laju endap darah. Laju endap darah yang lebih dari
100 mm/jam sering dijumpai pada myeloma multiple. Pada awalnya, hitung sel darah putih
dan hitung trombosit tidak menurun, tetapi seiring dengan perkembangan penyakit atau
akibat pemakaian kemoterapi dapat terjadi pansitopenia. Beberapa pasien memperlihatkan
gambaran darah leukoeritroblastik, dan kadang-kadang tampak sel plasma di daerah perifer
(apabila jumlahnya melebihi 5% disebut “leukemia sel plasma”).
Aspirat sumsum tulang biasanya memperlihatkan sumsum yang sangat hiperselular
disertai banyak sel plasma dalam semua tahap pematangan. Yang khas adalah sel plasma
abnormal dengan nucleolus yang cekung (punched out) yang sangat mencolok. Dapat
ditemukan sel plasma binukleus. Pada myeloma multiple, sel plasma membentuk lebih dari
20% populasi sel sumsum tulang, dan sumsum tulang mungkin hamper seluruhnya terisi
oleh sel plasma ganas.
Apabila terjadi insufisiensi ginjal, kadar kreatinin dan nitrogen urea darah akan
meningkat, selain asam urat, yaitu produk penguraian nukleotida purin. Kalsium serum akan
sangat meningkat karena resorpsi. Apabila kadar mikroglobulin beta2 meningkat, prognosis
lebih buruk. Elektroforesis protein serum biasanya memperlihatkan protein monoclonal (“M”).
biasanya tonjolan M lebih besar daripada 2 g/dL, tetapi kadar ini bergantung pada tipe
myeloma yang ada. Myeloma rantai-ringan tidak menyebabkan penonjolan M serum, tetapi
rantai ringan monoclonal hanya ditemukan dalam urin. Dapat dilakukan uji-uji tambahan
untuk membuktikan adanya krioglobulin atau hiperviskositas. Frekuensi paraprotein
monoclonal pada myeloma multiple adalah sebagai berikut:
a) IgG—52%
b) IgA—25%
c) Bence-Jones (myeloma rantai ringan)—22%
d) Lain-lain—1%
Imunoelektroforesis dapat digunakan untuk mengidentifikasi tipe protein, dan
imunodifusi atau nefelometri digunakan untuk mengukur jumlah absolute immunoglobulin.
Protein dapat diidentifikasi dalam urin, dan jumlahnya diukur dalam specimen 24 jam.
Kadang-kadang dijumpai kadar protein urin 24 jam yang lebih dari 4 g; dalam hal ini kita
harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya pengendapan rantai-ringan di jaringan—
amiloidosis—yang berkaitan dengan sindrom nefrotik. Pemeriksaan sedimen urin mungkin
mengungkapkan adanya silinder protein hialin atau kristal asam urat. (Ronald A. Sacher,
Richard A. McPherson, 2004)

7. PENATALAKSANAAN
1) Kemoterapi dapat memperpanjang hidup. Satu jenis kemoterapi yang digunakan
adalah obat lama, talidomid, yang bekerja sebagai imunomodulator dan penyekat
perkembangan pembuluh darah. Terapi obat lain antara lain penyekat proteasom
(bortezomib) dan agens alkilasi.
2) Terapi radiasi digunakan untuk menurunkan ukuran lesi tulang dan meredakan nyeri.
3) Transplantasi sumsum tulang mungkin dapat berhasil pada beberapa klien.
(Corwin, Elizabeth J. 2009)

8. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Penyakit
Perlu dikaji perasaan nyeri atau sakit yang dikeluhkan pasien, kapan
terjadinya, biasanya terjadi pada malam hari. Tanyakan umur pasien, riwayat dalam
keluarga apakah ada yang menderita kanker, pernah tidaknya terpapar dalam waktu
lama terhadap zat-zat karsinogen dan sesuai dianjurkan
2. Pemeriksaan Fisik
Lakukan pemeriksaan untuk mengidentifikasi adanya nyeri, bengkak,
pergerakan terbatas, kelemahan.
1) Aktivitas / istirahat
Gejala: Malaise, merasa lelah, letih
Tanda: gelisah siang dan malam, gangguan pola istrahat dan pola tidur,
malaise (kelemahan dan keletihan) dan gangguan alat gerak.
2) Sirkulasi
Gejala: Palpitasi , adanya pembengkakan mempengaruhi sirkulasi dan adanya
nyeri pada dada karena sumbatan pada vena
Tanda: Peningkatan tekanan darah.
3) Integritas Ego
Gejala: Menarik diri dari lingkungan, karena faktor stress (adanya gangguan
pada keuangan, pekerjaan, dan perubahan peran), selain itu biasanya menolak
diagnosis, perasaan tidak berdaya, tidak mampu, rasa bersalah, kehilangan
control dan depresi.
Tanda: Menyangkal, marah, kasar,. dan suka menyendiri.
4) Eliminasi
Gejala: Perubahan pada eliminasi urinarius misalnya nyeri, pada saat berkemih
dan poliurin, perubahan pada pola defekasi ditandai dengan adanya darah
yang bercampur pada feses, dan nyeri pada saat defekasi.
Tanda: adanya perubahan pada warna urin, perubahan pada peristaltik usus,
serta adanya distensi abdomen
5) Makanan / Cairan
Gejala: kurang nafsu makan, pola makan buruk, (misalnya rendah tinggi lemak,
adanya zat aditif, bahan pengawet), anoreksia, mual / muntah
Tanda: Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot, dan perubahan
pada turgor kulit.
6) Higine
Gejala: Melakukan higene diri sendiri harus dibantu orang lain, karena
gangguan ekstremitas maka menjaga hygiene tidak dapat dilakuakan, malas
mandi
Tanda: Adanya perubahan pada kebersihan kulit, kuku dan sebagainya.
7) Neurosensori
Gejala: Pusing
Tanda: Pasien sering melamun dan suka menyendiri.
8) Kenyamanan
Gejala: adanya nyeri dari nyeri ringan sampai nyeri berat, sangat
mempengaruhi kenyamanan pasien
Tanda: Pasien sering mengeluh tentang nyeri yang dirasakan, dan
keterbatasan gerak karena nyeri tersebut.
9) Pernapasan
Gejala: Pasien kadang asma, karena kebiasaan merokok, atau pemajanan
asbes.
10) Keamanan
Gejala: Karena adanya pemajanan pada kimia toksik, karsinogen pemajanan
matahari lama / berlebihan.
Tanda: Demam, ruam kulit dan ulserasi.
11) Seksualitas
Gejala: adanya perubahan pada tingkat kepuasan seksualitas karena adanya
keterbatasan gerak.

3. Riwayat Psikososial
Kaji adanya kecemasan, takut ataupun depresi

4. Pemeriksaan diagnostik
Periksa adanya anemi, hiperkalsemia, hiperkalsiuria dan hiperurisemia

5. Pembelajaran / Health education


Memberi pengetahuan tentang penyakit kanker mengenai gejala – gejala, riwayat
penyakit kanker keluarga, dan memberi pengertian kepada keluarga tentang upaya
pengobatan.

B. DIAGNOSA
1. Nyeri berhubungan dengan proses patologik.
2. Resiko terhadap cedera: fraktur patologik berhubungan dengan tumor.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan penyakit dan program terapeutik.
4. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan rasa takut tentang
ketidaktahuan, persepsi tentang proses penyakit dan system pendukung tidak
adekuat.
5. Gangguan harga diri berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh atau perubahan
kinerja peran.

C. INTERVENSI
1. Nyeri b/d proses patologis penyakit
Kriteria hasil : nyeri berkurang atau terkontrol
Intervensi :
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
R/ mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan oleh klien sehingga dapat
memudahkan intervensi selanjutnya
2) Berikan posisi yang nyaman
R/ Dengan posisi yang nyaman diharapkan rasa nyeri dapat berkurang
3) Monitor tanda-tanda vital
R/ mengetahui perubahan tanda vital akibat nyeri
4) Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri
R/ Meningkatkan rasa nyaman dan menghilangkan nyeri sedang sampai
berat

2. Resiko terhadap cidera: fraktur patologik b/d tumor


Kriteria Hasil : tidak adanya cidera akibat tumor yang dialami pasien
Intervensi :
1) Sangga tulang yang sakit dan tangani dengan lembut selama pemberian
asuhan keperawatan
R/ Tumor tulang akan melemahkan tulang sampai ke titik dimana aktivitas
normal atau perubahan posisi dapat mengakibatkan fraktur
2) Gunakan sanggahan eksternal (mis. Splint) untuk perlindungan tambahan
R/ Penyangga luar (mis. bidai) dapat dipakai untuk perlindungan tambahan
3) Ikuti pembatasan penahanan berat badan yang dianjurkan
R/ Adanya pembatasan akan membantu klien dalam penahanan berat badan
yang tidak mampu ditahan oleh tulang yang sakit
4) Ajarkan bagaimana cara untuk menggunakan alat ambulatory dengan aman
dan bagaimana untuk menguatkan ekstremitas yang tidak sakit
R/ Penggunaan alat ambulatory dengan aman mampu menguatkan
ekstremitas yang sehat

3. Kurang pengetahuan b/d proses penyakit dan program terapeutik


Tujuan : pasien memahami proses penyakit dan program terapi
Kriteria Hasil : Pengetahuan yang tepat mengenai proses penyakit dan
menggambarkan program pengobatannya.
Intervensi :
1) Kenali tingkat pengetahuan pasien saat ini tentang kanker atau tumor
R/ Data akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya
duplikasi
2) Gambarkan proses penyakit tumor sesuai dengan kebutuhan
R/ Membantu pasien dalam memahami proses penyakit
3) Berikan informasi mengenai terapi dan atau pilihan pengobatan yang potensial
terjadi dan atau keuntungan dari setiap terapi tersebut
R/ Membantu pasien dalam membuat keputusan pengobatan
4) Gunakan brosur, gambar, video tape dalam penyuluhan pasien atau keluarga
R/ Alat visual memberikan penguatan pada instruksi yang diberikan
5) Anjurkan pasien untuk menyampaikan pilihannya atau mendapatkan pilihan
kedua sesuai kebutuhan
R/ Meningkatkan advokasi pasien dalam pelayanan medis
6) Instruksikan pasien untuk melaporkan tanda dan gejala pada pemberi
pelayanan kesehatan; memberi nomor telepon yang penting
R/ Meningkatkan keamanan dalam upaya penyembuhan

4. Ketidakefektifan koping individu b/d rasa takut tentang ketidaktahuan, persepsi


tentang proses penyakit dan system pendukung tidak adekuat.
Kriteria Hasil : Ansietas, kekhawatiran, dan kelemahan menurun pada tingkat yang
dapat diatasi, mendemonstrasikan kemandirian yang meningkat dalam aktivitas dan
proses pengambilan keputusan
Intervensi :
1) Gunakan pendekatan yang tenang dan berikan satu suasana lingkungan yang
dapat diterima
R/ Membantu pasien dalam membangun kepercayaan kepada tenaga
kesehatan
2) Evaluasi kemampuan pasien dalam pembuatan keputusan
R/ Membantu pengkajian terhadap kemandirian dalam pengambilan
keputusan
3) Kaji sikap harapan yang realistis
R/ Meningkatkan kedamaian diri
4) Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai
R/ Meningkatkan kemampuan untuk menguasai masalah
5) Nilai kebutuhan atau keinginan pasien terhadap dukungan sosial
R/ Memenuhi kebutuhan pasien
6) Kenalkan pasien pada seseorang atau kelompok yang telah memiliki
pengalaman penyakit yang sama
R/ Memberikan informasi dan dukungan dari orang lain dengan pengalaman
yang sama
7) Berikan sumber-sumber spiritual jika diperlukan
R/ Untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien

5. Gangguan harga diri b/d hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran
Kriteria Hasil : harga diri klien meningkat
Intervensi :
1) Dukung keluarga dalam mengupayakan melewati penyesuaian yang harus
dilakukan; kenali perubahan dalam citra diri akibat pembedahan dan
kemungkinan amputasi
R/ Kemandirian versus ketergantungan merupakan isu pada pasien yang
menderita keganasan. Gaya hidup akan berubah secara dramatis, paling
tidak sementara
2) Berikan kepastian yang realistis tentang masa depan dan perjalanan kembali
aktivitas yang berhubungan dengan peran; beri dorongan untuk perawatan
mandiri dan sosialisasi
R/ Peyakinan yang masuk akal mengenai masa depan dan penyesuaian
aktivitas yang berhubungan dengan peran harus dilakukan untuk
memandirikan pasien
3) Libatkan pasien dan keluarga sepanjang pengobatan untuk meningkatkan rasa
tetap memiliki kontrol dalam kehidupan seseorang
R/ Keterlibatan pasien dan keluarganya sepanjang terapi dapat mendorong
kepercayaan diri, pengembalian konsep diri, dan perasaan dapat mengontrol
hidupnya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku / Elizabeth J. Corwin. Jakarta: EGC.

Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT). 2008. Buku Saku Dasar Patologis
Penyakit Robbins & Cotran / Richard N. Mitchell, Edisi 7. Jakarta: EGC.

Sacher, Ronald A., McPherson, Richard A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, Edisi 11. Jakarta: EGC.

Seiter K. 2011. Multiple Myeloma. http://emedicine.medscape.com. Diakses tanggal


21 Februari 2018

Anda mungkin juga menyukai