Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 PENGERTIAN
Kanker lidah yaitu adanya daging atau benjolan yang tumbuh
menempel pada lidah. Untuk jenis ini pun memiliki ragan jenis antara lain
benjolan yang tumbuh di lidah bagian atas dimana makin lama makin
membesar, sehingga sulit untuk mencerna makanan. Kanker lidah yang
sering terjadi adalah tipe karsinoma sel skuamosa, sedangkan untuk jenis
yang lainnya jarang terjadi. Kanker lidah meningkat sejalan dengan
peningkatan usia, umumnya hal ini terjadi pada usia sekitar 60 tahun,
tetapi hal ini telah terjadi pergesaran usia lebih muda. Selain itu kanker
lidah ternyata juga dipicu oleh pemakaian gigi palsu yang tidak sesuai,
kebersihan mulut yang buruk, radang kronis dan genetikpun juga ternyata
menjadi penyebab nya (Suyatno. 2010)

1.2 ETIOLOGI

Kanker ini memiliki penyebab yang multifaktorial dan suatu


proses yang terdiri dari beberapa langkah yang melibatkan inisiasi,
promosi dan perkembangan tumor. Secara garis besar, etiologi kanker
lidah (Baradero, 2007 dalam Wahyu, 2017)
1. Predisposisi genetic
2. Efek hormonal
3. Lesi prakanker
4. Iritasi kronis, trauma, dan inflamasi
5. Kegagalan fungsi sistem imun
6. Terapi obat
7. Faktor lingkungan (radiasi pengion, pemajanan sinar matahari,
efek radon dan medan electromagnet, polusi kimia, danpolusi
udara).
8. Kebiasaan pola hidup (rokok dan tembakau, nutrisi,
konsumsi alcohol, dan praktik seksual).
9. Virus
10. Faktor-faktor psikososial (sifat kepribadian dan sikap, dan sistem
pendukung social).

1.3 MANIFESTASI KLINIS


1) Tanda awal umumnya berupa ulkus tanpa nyeri yang tidak sembuh-
sembuh. Kemudian membesar dan menekan atau menginfiltrsi
jaringan sekitar yang megakibatkan nyeri lokal, otalgia ipsilateral
dan nyeri mandibula (Suyatno, 2010).
2) Infiltrasi ke otot-otot ini mengakibatkan gerakan lidah terbatas
sehingga proses menelan bolus makanan dan bicara terganggu.
Kanker ini dapat menginfiltrasi jaringan sekitarnya seperti dasar
mulut (floor of mouth, FOM), dasar lidah dan tonsil (Suyatno,
2010).
3) Sejalan dengan kemajuan kanker pasien dapat mengeluhkan nyeri
tekan, kesulitan mengunyah, menelan, dan berbicara, batuk dengan
sputum bersemu darah atau terjadi pembesaran nodus limfe
servikal. (Ratna, 2017)
4) Sebagian besar dari kanker lidah, terjadi di bagian mukosa. Gejala
dini kanker lidah adalah ketidaknyamanan dilidah, nyeri, adanya lesi
di lidah dengan ukuran 1-2cm. Gejala kanker lidah dibagi 3, yaitu,
sariawan, eksogen dan infiltrasi. Gejala eksogen adalah seperti bisul
berbentuk seperti kembang kol, disertai nyeri, dan nyeri di daerah
telinga dan temporal.Lesi juga berkomplikasi bila terinfeksi;
mungkin pendarahan, berbau busuk, keterbatasan penggunaan fungsi
lidah, kesulitan makan, kesulitan berbicara, airliur sulit di kontrol.
5) Gejala kanker lidah lanjut, Pada stadium ini, kankernya sudah
berkembang melampaui bagian tengah lidah, dan sudah terjadinya
penyebaran ke kelenjar getah bening.Biasanya rute penyebarannya
adalah ke kelenjar getah bening servikal, yang lalu diikuti ke
kelenjar getah bening submental dan sekelompok getah bening
dalam lainnya.
1.4 PATOFISIOLOGI
1.5 PARTWAY/W.O.C
1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Iincisional biopsy
Dengan cara mengambil sampel dari daerah kanker dan daerah yang
sehat, sehingga diketahui batas jelas dari kanker. Tetapi kejelekannya adalah
pembuluh darah menjadi terbuka, dan ini akan mempermudah penyebaran
dari kanker tersebut, sedangkan keuntunganya dapat mengetahui batas dari
kanker guna terapi selanjutnya ( Penyinaran ). Cara biopsy ini dapat
dilakukan pada kanker lidah yang masih kecil dengan atau tanpa metastase.
Excisi jaringan yang diduga kanker dengan jarak 1 – 1,5 cm dari jaringan
sehat. Hasil excisi diletakkan pada gabus (maksudnya adalah untuk cukup
bersih). Dengan kasa yang diberi formalin diletakkan diatas preparat agar
preparat tidak melengkung sehingga topograpi tidakm berubah, kemudian
dikirim ke patologi anatomi. Dipotong menjadi 7 preparat, dan dilihat
bagian mana yang tidak bersih dapat diulang excisinya.Setelah dilakukan
pemeriksaan diatas (incisional biopsi) baru dilakukan pemeriksaan patologi
anatomi untuk menentukan tumor ganas atau bukan.
2) Brush biopsy
Pada prosedur ini, sampel diambil pada permukaan mukosa yang
terlihat abnormal dengan cara mengumpulkan sel epitel mukosa dengan
menggunakan alat berbentuk sikat, menempatkan sampel dalam slide dan
melakukan tindakan fiksasi sebelum membawa jaringan tersebut ke
laboratorium. Tindakan pengambilan sampel dengan skapel dan jarum
biopsi diindikasikan pada kanker yang sudah jelas terlihat, terdapat
kecurigaan yang kuat terhadap lesi atau lesi terdapat pada orang yang
memiliki faktor-faktor resiko kanker mulut. Sedangkan brush biopsi
diindikasikan pad keadaan yang sebaliknya.
3) Teknik cahaya khemoluminesen
Jaringan yang dicurigai sebagai kanker disinari dengan
khemoluminesen setelah sebelumnya diwarnai dengan asam asetat. Hasilnya
akan terlihat gambaran opak “acetowhite” pada jaringan yang terkena kanker
atau jaringan yang abnormal.

1.7 DIAGNOSA BANDING


1) Karsinoma sel basal
Karsinoma sel basal akan tampak seperti papul seperti lilin yang disertai
depresi sentral, menyerupai mutiara, dan mudah berdarah jika terkena trauma.
Bisa didapatkan telangiektasia pada permukaan tumor.
2) Aktinik Keratosis
Aktinik keratosis adalah gambaran awal yang biasanya muncul sebelum
menjadi karsinoma sel skuamosa. Pada aktinik keratosis, gambaran yang
muncul adalah pertumbuhan pada kulit yang kasar, kering, dan berskuama.
Predileksi aktinik keratosis sama dengan KSS, yaitu pada area tubuh yang
sering terpapar matahari. Beda aktinik keratosis dengan AK, adalah lesi pada
aktinik keratosis bisa hilang-timbul.
3) Keratoakantoma
Pada keratoakantoma, lesi tampak seperti kubah, dengan depresi pada bagian
tengah lesi, dan timbul pada area tubuh yang sering terpapar matahari. Pada
dermoskopi, keratoakantoma dapat dibedakan dari KSS jika terdapat lesi
bulat berwarna putih, keratin, dan bintik perdarahan

1.8 KOMPLIKASI

1) Komplikasi akut

1) Mukositis : Mukositis oral merupakan inflamasi pada mukosa mulut


berupa eritema dan adanya ulser yang biasanya ditemukan pada pasien
yang mendapatkan terapi kanker. Biasanya pasien mengeluhkan rasa
sakit pada mulutnya dan dapat mempengaruhi nutrisi serta kualitas
hidup pasien

2) Kandidiasis : Pasien radioterapi sangat mudah terjadi infeksi


opurtunistik berupa kandidiasis oral yang disebabkan oleh jamur yaitu
Candida albicans. Infeksi kandida ditemukan sebanyak 17-29% pada
pasien yang menerima radioterapi.

3) Dysgeusia adalah respon awal berupa hilangnya rasa pengecapan,


dimana salah satunya dapat disebabkan oleh terapi radiasi.

4) Xerostomia : Xerostomia atau mulut kering dikeluhkan sebanyak 80%


pasien yang menerima radioterapi. Xerostomia juga dikeluhkan
sampai radioterapi telah selesai dengan rata-rata 251 hari setelah
radioterapi. Bahkan tetap dikeluhkan setelah 12-18 bulan setelah
radioterapi tergantung pada dosis yang diterima kelenjar saliva dan
volume jaringan kelenjar yang menerima radiasi.
2) Komplikasi kronis
1) Karies gigi : Karies gigi dapat terjadi pada pasien yang menerima
radioterapi. Karies gigi akibat paparan radiasi atau yang sering disebut
dengan karies radiasi adalah bentuk yang paling destruktif dari karies
gigi, dimana mempunyai onset dan progresi yang cepat. Karies gigi
biasanya terbentuk dan berkembang pada 3-6 bulan setelah terapi
radiasi dan mengalami kerusakan yang lengkap pada semua gigi pada
periode 3- 5 tahun.
2) Osteoradionekrosis : Osteoradionekrosis (ORN) merupakan efek
kronis yang penting pada radioterapi. Osteoradionekrosis adalah
nekrose iskemik tulang yang disebabkan oleh radiasi yang
menyebabkan rasa sakit karena kehilangan banyak struktur tulang.
3) Nekrose pada jaringan lunak : Komplikasi oral kronis lain yang dapat
terjadi adalah nekrose pada jaringan lunak, dimana 95%
kasus dari osteoradionekrosis berhubungan dengan nekrose pada
jaringan lunak. Nekrose jaringan lunak didefinisikan sebagai ulser
yang terdapat pada jaringan yang terradiasi, tanpa adanya proses
keganasan (maligna). Evaluasi secara teratur penting dilakukan sampai
nekrose berkurang, karena tidak ada kemungkinan terjadinya
kekambuhan. Timbulnya nekrose pada jaringan lunak ini berhubungan
dengan dosis, waktu, dan volume kelenjar yang terradiasi. Reaksi akut
terjadi selama terapi dan biasanya bersifat reversibel, sedangkan reaksi
yang bersifat kronis biasanya terjadi menahun dan bersifat
irreversible.

1.9 PENATALAKSANAAN
1) Penatalaksanaan farmakologi
Typhonium Flagelliforme / Keladi Tikus ekstrak dan herbal lainnya
menggabungkan membantu dalam detoksifikasi sistem darah. Typhonium
Plus mengandung ribosom dalam bertindak protein (RIP), anti oksidan,
dan anti kurkumin. Sel bersama-sama dipicu pada gilirannya
menghasilkan mediator yang merangsang dan memperkuat sel-sel lain dari
sistem kekebalan tubuh untuk memerangi sel-sel kanker. Sejak
pertumbuhan sel kanker adalah reversibel diberikan stimulus kimia yang
benar dan lingkungan, penjelasan ini tidak terlalu mengada-ada.
Typhonium Plus merupakan kombinasi herbal selektif ekstrak yang dalam
karya sinergi Typhonium Flagelliforme penguatan / Keladi Tikus.
2) Penatalaksanaan nonfarmakologi
1) Radio Therapy : Radio therapy dilakukan bila : Tumor Inoperable,
T3 atau lebih, N3, M0 – M
2) External X ray : Dengan memasukkan jarum radium sel-sel c kanker
ikut masuk kedalam. Dapat digunakan dengan cara lain yaitu :
Penderita dinarcose, kemudian memasukkan polyethtylene catherter
dan melalui charteter ini dimasukkan benang yang diikat dengan
radium maka radium ini akan tersebar secara merata, bila sudah
selesai benang ditarik keluar cara ini disebut application.
3) Radon seeds : Dengan biji-biji radon yang diletakkan sekitar kanker.
4) Cytostatica theraphy : Metotrexate (Mtx) dapat Mendepresi sum-sum
tulang, ini dapat diatasi denganleokoporin. Mempunyai akumulasi
baik. Dapat dipakai untuk merubah T3 menjadi T2-T1.
5) Surgical/Hemiglosectomy (total glossectomy) : Dilakukan
pengangkatan pada bagian yang diindikasi terkena kanker atau
hemiglosectomy atau total glossectomy apabila tumor cukup besar
dan sudah bermetastase ke daerah leher. Pada metastasenya
dilakukan : Pada N1 dan N2, dilakukan RND (Radical Neck
Disection) yang diangkat (kelenjar leher, kelenjar sub madibula dan
v. jugularis interna.)
6) Bilateral neck dissection : Dilakukan kelenjar supra ciavicularis Pada
N3

1.10 KONSEP EPERAWATAN


1.10.1 PENGKAJIAN
1. Anamnesa
1) Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, nomor
register, tanggal masuk, dan nama penanggung jawab pasien elama
dirawat.
2) Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama: Luka pada lidah yang tidak sembuh-sembuh.

a. Riwayat penyakit sekarang: Luka pada lidah yang tidak sembuh-


sembuh. Kemudian membesar dan menekan atau menginfiltrsi jaringan sekitar
yang megakibatkan nyeri lokal, otalgia ipsilateral dan nyeri mandibula.
 Riwayat penyakit dahulu
 Tembakau: 80% penderita kanker lidah adalah perokok. Risiko
perokok adalah 5-9 kali lebih besar dibandingkan bukan perokok.
 Alkoholisme: peminum berat mempunyai risiko 30 kali lebih
besar dan efeknya sinergis dengan merokok
 Infeksi virus dalam rongga mulut: Human papilloma virus (HPV)
khususnya HPV 16 dan HPV 18.
 Oral hygiene yang jelek.
b. Pemeriksaan fisik
 B1 (Breathing) : Sesak napas, RR meningkat, penggunaan otot bantu
pernafasaan.
 B2 (Blood) : Takikardia, Hipertensi (nyeri hebat).
 B3 (Brain) : Gangguan saraf IX & X (penurunan reflek menelan), saraf
XII (gerakan lidah terganggu).
 B4 (Bladder) : Perubahan pola defekasi konstipasi atau diare,
perubahan eliminasi urine, perubahan bising usus, distensi abdomen.
 B5 (Bowel) : Anoreksia, nafsu makan menurun, nyeri telan, perubahan
berat badan.
B6 (Bone) : Kelemahan atau keletihan, perubahan pada pola
istirahat; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti
nyeri, ansietas.
1.10.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.10.3 PERENCANAAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai