Anda di halaman 1dari 9

1.

4 Konsep Nyeri

a. Definisi Nyeri

Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat


individual. Dikatakan bersifat individual karena respon individu terhadap
sensasi nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan lainnya.
Secara sederhana nyeri diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak
menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang berhubungan
dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain, sehingga
individu merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan mengganggu
aktivitas sehari-hari, psikis, dan lain-lain. (Asmadi, 2008).

b. Penyebab Nyeri

1) Agen cidera biologis: penyebab nyeri karena mikroorganisme


atau karena kerusakan fungsi organ atau jaringan tubuh
2) Agen cidera kimiawi: penyebab nyeri yang ditimbulkan
karena terpapar bahan kimia
3) Agen cidera fisik: nyeri yang disebabkan karena trauma fisik

4) Psikologi: kelainan organ, nekrosis traumatik, eulzofronia.


(PPNI, 2017)
c. Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
Faktor yang mempengaruhi nyeri menurut Nursalam, 2015 dalam (Budi,
2020) adalah :
1) Arti nyeri terhadap individu
Persepsi adalah interpretasi pengalaman nyeri dimulai dari pada saat
pertama pasien sadar adanya nyeri. Arti nyeri bagi setiap individu
berbeda, bisa dianggap sebagai respon positif atau negatif.
2) Toleransi nyeri individu terhadap nyeri
Toleransi nyeri adalah toleransi seseorang yang berhubungan dengan
intensitas nyeri dimana individu dapat merespond nyeri lebih baik atau
sebaliknya
3) Ambang nyeri
Ambang nyeri adalah intensitas rangsang terkecil yang akan
menimbulkan rangsangan nyeri, suatu batas kemampuan seseorang
untuk mau beradaptasi serta berespond terhadap nyeri

4) Pengalaman lampau
Pengalaman sebelumnya dapat mengubah sensasi klien terhadap nyeri.
Pengalaman in terkait dengan pengalaman ibu bersalin maupun
melewati masa nifas dengan atau tanpa sectio caecaria. Salah satu
faktor resiko yang mengarah ke komplikasi obstetrik adalah :
a) Primigravida : yaitu wanita yang hamil untu pertama kalinya

b) Grandemultipara : yaitu wanita yang memiliki lebih dari 4 orang


anak. Paritas 2 sampai 3 merupakan paritas paling aman ditinjau
dari sudut kematian neonatal. Paritas tinggi (lebih dari 4)
mempunyai resiko AKI lebih tinggi. Ibu yang baru pertama kali
melahirkan mengalami proses persalinan yang lebih lama yaitu
rata-rata 14 jam daripada ibu yang sudah pernah melahirkan
5) Lingkungan
Lingkungan yang ramai, dingin, panas, lembab dapat meningkatkan
intensitas nyeri
6) Usia
Umur terbaik untuk melahirkan adalah umur 20-35 tahun, karena pada
usia ini fungsi dari alat-alat reproduksi dalam keadaan optimal. Wanita
yang hamil pada waktu umur terlalu muda (< 20 tahun) atau terlalu tua
(>35 tahun) lebih mudah mendapat komplikasi kehamilan dan
persalinan. Umur yang terlalu muda, organ reproduksinya belum siap
untuk menerima kehamilan. Adapun jika umur terlalu tua organ- organ
reproduksinya sudah berkurang kemampuannya dan keelastisannya
dalam menerima kehamilan dan persalinan. Meskipun demikian makin
dewasa usia seseorang maka semakin dapat mentoleransi rasa sakit
7) Kebudayaan
Norma atau aturan dapat menumbukan perilaku seseorang alam
memandang dan berasumsi terhadap nyeri yang dirasakan
8) Kepercayaan
Ada keyakinan yang memandang bahwa nyeri merupakan suatu
penyucian atau pembersihan dan hukuman atas dosa mereka kepada
tuhan.
9) Kecemasan atau stres
Stres dan kecemasan dapat menghambat toleransi terhadap nyeri

d. Klasifikasi Nyeri

Nyeri akut Nyeri kronis


 Waktu < 6 bulan  Waktu > 6 bulan

 Daerah nyeri terlokalisasi  Daerah nyeri menyebar


 Nyeri terasa tajam seperti ditusuk,  Nyeri terasa tumpul seperti
disayat, dicubit, dan lain-lain ngilu, linu, dan lain-lain

 Respon sistem saraf simpatis :  Respon saraf parasimpatis :


takikardi, peningkatan respirasi, penurunan tekanan darah,
peningkatan tekanan darah, pucat, bradikardi, kulit kering,
lembab, berkeringat, dan dilatasi panas, dan pupil kontriksi
pupil
 Penampilan klien tampak cemas,  Penampilan klien tampak
depresi dan menarik diri
gelisah, dan terjadi ketegangan otot

1.5 Konsep Sectio Caesarea

a. Pengertian Sectio Caesarea

Sectio Caesarea merupakan salah satu upaya pembedahan untuk


melahirkan janin dengan melakukan insisi pada dinding abdomen (perut)
dan dinding uterus (rahim). Tindakan Sectio Caesarea seringkali
dilakukan atas indikasi ditemukannya faktor penyulit pada saat proses
persalinan, baik yang berasal dari kekuatan his ibu (faktor power), berasal
dari bayi (faktor passanger), maupun berasal dari penyulit jalan lahir
(faktor passage). (Subekti, 2018)
b. Etiologi Sectio Caesarea

1) Faktor ibu : Adapun indikasi dilakukannya sectio caesarea yang


berasal dari ibu diantaranya adalah sejarah kehamilan dan persalinan
yang buruk, terdapat kesempitan panggul, plasenta previa terutama
pada primigravida, solusio plasenta tingkat I-II, komplikasi
kehamilan, kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM), gangguan
perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya).
Selain itu terdapat beberapa etiologi yang menjadi indikasi medis
dilaksanakannya seksio sesaria antara lain :CPD (Chepalo Pelvic
Disproportion), PEB (Pre-Eklamsi Berat), KPD (Ketuban Pecah
Dini), Faktor Hambatan Jalan Lahir. (Nurarif & Kusuma, 2015)

2) Faktor bayi : Gawat janin, mal presentasi, dan mal posisi kedudukan
janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan
persalinan vakum atau forceps ekstraksi. (Nurarif & Kusuma, 2015).

c. Klasifikasi sectio caesarea

1) Sectio caesarea transperitonealis profunda : Jenis Sectio caesarea


dengan melakukan insisi di segmen bagian bawah uterus. Kelebihan
menggunakan Sectio caesarea transperitonealis profunda adalah
perdarahan luka insisi yang tidak banyak, resiko terjadinya peritonitis
kecil, parut pada uterus umumnya kuat sehingga bahaya rupture uteri
dikemudian hari tidak besar karena dalam masa nifas ibu pada segmen
bagian bawah uterus tidak banyak mengalami kontraksi seperti korpus
uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.

2) Sectio caesarea klasik atau sectio caesarea corporal : Merupakan


tindakan pembedahan dengan pembuatan insisi pada bagian
tengah dari korpus uteri sepanjang 10-12 cm dengan ujung bawah di
atas batas plika vasio uterine. Tujuan insisi ini dibuat hanya jika
ada halangan untuk melakukan proses sectio caesarea
Transperitonealis profunda, misal karena uterus melekat dengan kuat
pada dinding perut karena riwayat persalinan sectio caesarea
sebelumnya. Kerugian dari jenis pembedahan ini adalah lebih
besarnya resiko peritonitis dan 4 kali lebih bahaya ruptur uteri pada
kehamilan selanjutnya.

3) Sectio caesarea ekstraperitoneal : Jenis pembedahan ini dilakukan


untuk mengurangi bahaya dari infeksi puerpureal, namun dengan
adanya kemajuan pengobatan terhadap infeksi, pembedahan sectio
caesarea ini tidak banyak lagi dilakukan karena sulit dalam
melakukan pembedahannya.

d. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis Sectio Caesarea menurut (Doenges, 2010) yaitu :

1) Nyeri akibat ada luka pembedahan

2) Adanya luka insisi pada bagian abdomen

3) Fundus uterus terletak di umbilicus

4) Aliran lockhea sedang bebas membeku yang tidak berlebihan

5) Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 750 – 1000

6) Menahan batuk akibat rasa nyeri yang berlebihan

7) Biasanya terpasang kateter urinarius

8) Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah

9) Akibat nyeri terbatas untuk melakukan pergerakan

10) Bonding attachment pada anak yang baru lahir

e. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemantauan kesehatan janin

2. Pemantauan EKG

3. Jumlah Darah Lengkap (JDL) dengan diferemsial

4. Elektrolit

5. Hemoglobin (Hb) atau hematokrit


6. Golongan darah

7. Urinalis

8. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin

9. Pemeriksaan sinar X

10. Ultrasound

f. Penatalaksanaan post sectio Caesarea

1. Pemantauan adanya perdarahan dari vagina

2. Pemberian obat analgetik dan antibiotik sesuai indikasi

3. Pemberian cairan IV

4. Pemeriksaan laboratorium: hematokrit diukur pagi hari setelah


pembedahan untuk memastikan perdarahan pasca operasi atau
mengisyaratkan hipovolemia.

5. Perawatan luka insisi, mempertahankan hygiene insisi, payudara


dan perineum

6. Ambulasi pasien secara bertahap : Penatalaksanaan keperawatan


dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan
kebutuhan keselamatan dan rasa aman nyeri pada pasien post
sectio yaitu dengan mengupayakan rasa kenyamanan seperti
mengubah posisi ibu, mangganjal insisi dengan bantal, memberi
kompres panas pada abdomen, dan mengaplikasikan tehnik
relaksasi. Sedangkan untuk perawatan sehari-hari meliputi
perawatan perineum, perawatan payudara, dan perawatan higienis.
g. komplikas
i

1. Pada ibu

a) Infeksi puerpereal

(1)Bersifat ringan : kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari


(2)Bersifat berat : terjadinya peritonitis, sepsis dan sebagainya

b) Perdarahan : Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu


pembedahan jika cabang-cabang arteri ikut terbuka, atau karena
atonia uteri

c) Kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada


kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur uteri. Kemungkinan
peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesuah sectio caesarea
secara klasik.

d) Pada anak : Menurut statistik di negara-negara dengan


pengawasan antenatal dan intranatal yang baik, kematian
perinatal pasca sectio caesarea berkisar antara 4-7%

1.6 Masa Nifas

1. Pengertian masa nifas

Masa Nifas atau masa puerperium adalah masa yang dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira- kira 6
minggu (Saifuddin, 2017).

2. Perubahan fisiologis

1) Involusi Uterus : Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu


proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat
sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat
kontraksi otot- otot polos uterus. Pada akhir persalinan kala tiga,
fundus uteri mencapai sepusat, setelah 2 jam postpartum fundus uteri
mencapai 2 cm di bawah umbilikus, dalam beberapa hari kemudian
perubahan involusi berlangsung dengan cepat, fundus turun kira-kira ±
1-2 cm setiap 24 jam, hari ke-6 di pertengahan pusat simfisis, dan hari
ke-9 tidak teraba (Sulistyawati, 2017).
2) Lokia : Lokia adalah cairan yang berasal dari cavum uteri dan
vaginam selama masa nifas. Pengeluaran lokia dapat di bagi menjadi
lokia rubra, sanguinnolenta, serosa, dan alba. Perbedaan masing –
masing lokia dapat di lihat sebagi berikut:

3) Lokia sanguinolenta : Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan


dan berlendir. Pengeluaran cairan ini berlangsung dari hari ke-4
sampai hari ke-7 postpartum.

4) Lokia alba (Putih) : Lokia alba terdiri dari lekosit, lendir leher rahim
(serviks), dan jaringan- jaringan mati yang lepas dalam proses
penyembuhan. Lokia alba berwarna lebih pucat, putih kekuning-
kuningan dan keluar selama 2-3 minggu.

5) Laktasi : Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi


terjadi secara alami. Masa laktasi sudah dipersiapkan sejak dari
kehamilan. Air susu ibu (ASI) akan mengalami perubahan mulai dari
ASI yang disebut kolostrum sampai dengan ASI matur. Kolostrum
merupakan ASI yang muncul dari hari pertama sampai hari ketiga
berwarna kekuningan dan kasar banyak mengandung lemak dan sel-
sel epitel, dan mengandung protein tinggi. Selanjutnya kolostrum akan
berubah menjadi ASI peralihan sudah terbentuk pada hari keempat
sampai hari kesepuluh.
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Andina. 2018. Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik
Keprawatan Profesional. Yogyakarta : Pustaka Baru Press
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Budi, M. (2020). Electronical GAMES untuk Mengatasi Nyeri Perawatan Luka
pada Anak Post Operasi. Yogyakarta: UNY Press.

Doenges, M. E. (2010). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Keliat, B. A., Windarwati, H. D., Pawirowiyono, A., & Subu, M. A. (2015).


Nanda International Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2015-2017 : Edisi 10. Jakarta: EGC.

Kemenkes. (2016) Asuhan Keperawatan Rasa Aman dan Nyaman

NANDA International Inc. 2015. Diagnosa Keperawatan : Dfinisi & Klasifikasi


2015-2017, Edisi 10. Jakarta: EGC.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA, NIC, NOC. Yogyakarta:
Mediaction.

PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Cetakan 3. Jakarta:


Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Saifudding, 2017. Masa Nifas Ibu melahirkan

Subekti, S. W. (2018). Indikasi Persalinan Sectio Caesarea. Jurnal Biometrika


dan Kependudukan, 11-19, Vol. 7, No. 1.

Sulistiyawati, 2017. Lokia masa nifas


Tetty, S. 2015. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai