Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN : KEBUTUHAN RASA NYAMAN : NYERI

PADA IBU NIFAS POST SECTIO CAESAREA DI RUANG NIFAS


RSUD BALUNG, JEMBER

DISUSUN OLEH :
ULFA NANELIS SYA’ADAH
NIM. 20020084

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
2021
LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN : NYERI
PADA IBU NIFAS POST SECTIO CAESAREA

1.1 Konsep Kenyamanan


a. Definisi Rasa Nyaman
Kenyamanan atau rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan
yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah
terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah
dan nyeri). Kenyamanan harus dipandang secara holistik yang mencakup
empat aspek yaitu:
1) Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.
2) Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.
3) Psikososial, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri
yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan.
4) Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah
lainnya
Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman
adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, dan hipo/hipertermia.
Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri dan hipo/hipertermia merupakan
kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman pasien yang ditunjukkan
dengan timbulnya gejala dan tanda pada pasien. (Wahyudi & Wahid, 2016)
b. Definisi Gangguan Rasa Nyaman
Menurut (PPNI, 2017), gangguan rasa nyaman adalah perasaan kurang
senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual,
lingkungan dan sosial.
c. Penyebab gangguan rasa nyaman
1) Gejala penyakit
2) Kurang pengendalian situasional/ lingkungan
3) Ketidakadekuatan sumber daya (misalnya dukungan finansial, sosial
dan pengetahuan)
4) Kurangnya privasi
5) Gangguan stimulus lingkungan
6) Efek samping terapi (misalnya medikasi, radiasi, kemoterapi)
7) Gangguan adaptasi kehamilan
d. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: Mengeluh tidak nyaman
Objektif: Gelisah
e. Gejala dan Tanda Minor
1) Subjektif
a) Mengeluh sulit tidur
b) Mengeluh lelah
c) Tidak mampu rileks
d) Mengeluh kedinginan/kepanasan
e) Merasa gatal
f) Mengeluh mual
2) Objektif
a) Menunjukkan gejala distres
b) Tampak merintih/menangis
c) Pola eleminasi berubah
d) Postur tubuh berubah
e) Iritabilitas
1.2 Konsep Nyeri
a. Definisi Nyeri
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat
individual. Dikatakan bersifat individual karena respon individu terhadap
sensasi nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan lainnya.
Secara sederhana nyeri diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak
menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang berhubungan
dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain, sehingga
individu merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan mengganggu
aktivitas sehari-hari, psikis, dan lain-lain. (Asmadi, 2008)
b. Penyebab Nyeri
1) Agen cidera biologis: penyebab nyeri karena mikroorganisme
atau karena kerusakan fungsi organ atau jaringan tubuh
2) Agen cidera kimiawi: penyebab nyeri yang ditimbulkan karena
terpapar bahan kimia
3) Agen cidera fisik: nyeri yang disebabkan karena trauma fisik
4) Psikologi: kelainan organ, nekrosis traumatik, eulzofronia. (PPNI,
2017)
c. Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
Faktor yang mempengaruhi nyeri menurut Nursalam, 2015 dalam (Budi,
2020) adalah :
1) Arti nyeri terhadap individu
Persepsi adalah interpretasi pengalaman nyeri dimulai dari pada saat
pertama pasien sadar adanya nyeri. Arti nyeri bagi setiap individu
berbeda, bisa dianggap sebagai respon positif atau negatif
2) Toleransi nyeri individu terhadap nyeri
Toleransi nyeri adalah toleransi seseorang yang berhubungan dengan
intensitas nyeri dimana individu dapat merespond nyeri lebih baik
atau sebaliknya
3) Ambang nyeri
Ambang nyeri adalah intensitas rangsang terkecil yang akan
menimbulkan rangsangan nyeri, suatu batas kemampuan seseorang
untuk mau beradaptasi serta berespond terhadap nyeri
4) Pengalaman lampau
Pengalaman sebelumnya dapat mengubah sensasi klien terhadap
nyeri. Pengalaman in terkait dengan pengalaman ibu bersalinmaupun
melewati masa nifas dengan atau tanpa sectio caecaria. Salah satu
faktor resiko yang mengarah ke komplikasi obstetrik adalah :
a) Primigravida : yaitu wanita yang hamil untu pertama kalinya
b) Grandemultipara : yaitu wanita yang memiliki lebih dari 4 orang
anak. Paritas 2 sampai 3 merupakan paritas paling aman ditinjau
dari sudut kematian neonatal. Paritas tinggi (lebih dari 4)
mempunyai resiko AKI lebih tinggi. Ibu yang baru pertama kali
melahirkan mengalami proses persalinan yang lebih lama yaitu
rata-rata 14 jam daripada ibu yang sudah pernah melahirkan
5) Lingkungan
Lingkungan yang ramai, dingin, panas, lembab dapat meningkatkan
intensitas nyeri
6) Usia
Umur terbaik untuk melahirkan adalah umur 20-35 tahun, karena
pada usia ini fungsi dari alat-alat reproduksi dalam keadaan optimal.
Wanita yang hamil pada waktu umur terlalu muda (< 20 tahun) atau
terlalu tua (>35 tahun) lebih mudah mendapat komplikasi kehamilan
dan persalinan. Umur yang terlalu muda, organ reproduksinya belum
siap untuk menerima kehamilan. Adapun jika umur terlalu tua organ-
organ reproduksinya sudah berkurang kemampuannya dan
keelastisannya dalam menerima kehamilan dan persalinan. Meskipun
demikian makin dewasa usia seseorang maka semakin dapat
mentoleransi rasa sakit
7) Kebudayaan
Norma atau aturan dapat menumbukan perilaku seseorang alam
memandang dan berasumsi terhadap nyeri yang dirasakan
8) Kepercayaan
Ada keyakinan yang memandang bahwa nyeri merupakan suatu
penyucian atau pembersihan dan hukuman atas dosa mereka kepada
tuhan.
9) Kecemasan atau stres
Stres dan kecemasan dapat menghambat toleransi terhadap nyeri
d. Klasifikasi Nyeri
Nyeri akut Nyeri kronis
 Waktu < 6 bulan  Waktu > 6 bulan
 Daerah nyeri terlokalisasi  Daerah nyeri menyebar
 Nyeri terasa tajam seperti ditusuk,  Nyeri terasa tumpul seperti
disayat, dicubit, dan lain-lain ngilu, linu, dan lain-lain
 Respon sistem saraf simpatis :  Respon saraf parasimpatis :
takikardi, peningkatan respirasi, penurunan tekanan darah,
peningkatan tekanan darah, pucat, bradikardi, kulit kering,
lembab, berkeringat, dan dilatasi panas, dan pupil kontriksi
pupil
 Penampilan klien tampak cemas,  Penampilan klien tampak
gelisah, dan terjadi ketegangan otot depresi dan menarik diri

1.3 Konsep Sectio Caesarea


a. Pengertian Sectio Caesarea
Sectio Caesarea merupakan salah satu upaya pembedahan untuk
melahirkan janin dengan melakukan insisi pada dinding abdomen (perut)
dan dinding uterus (rahim). Tindakan Sectio Caesarea seringkali
dilakukan atas indikasi ditemukannya faktor penyulit pada saat proses
persalinan, baik yang berasal dari kekuatan his ibu (faktor power), berasal
dari bayi (faktor passanger), maupun berasal dari penyulit jalan lahir
(faktor passage). (Subekti, 2018)
b. Etiologi Sectio Caesarea
1) Faktor ibu
Adapun indikasi dilakukannya sectio caesarea yang berasal dari ibu
diantaranya adalah sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk,
terdapat kesempitan panggul, plasenta previa terutama pada
primigravida, solusio plasenta tingkat I-II, komplikasi kehamilan,
kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan
persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya). Selain itu
terdapat beberapa etiologi yang menjadi indikasi medis
dilaksanakannya seksio sesaria antara lain :CPD (Chepalo Pelvic
Disproportion), PEB (Pre-Eklamsi Berat), KPD (Ketuban Pecah
Dini), Faktor Hambatan Jalan Lahir. (Nurarif & Kusuma, 2015)
2) Faktor bayi
Gawat janin, mal presentasi, dan mal posisi kedudukan janin,
prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan
vakum atau forceps ekstraksi. (Nurarif & Kusuma, 2015)
c. Klasifikasi sectio caesarea
1) Sectio caesarea transperitonealis profunda
Jenis Sectio caesarea dengan melakukan insisi di segmen bagian
bawah uterus. Kelebihan menggunakan Sectio caesarea
transperitonealis profunda adalah perdarahan luka insisi yang tidak
banyak, resiko terjadinya peritonitis kecil, parut pada uterus umumnya
kuat sehingga bahaya rupture uteri dikemudian hari tidak besar karena
dalam masa nifas ibu pada segmen bagian bawah uterus tidak banyak
mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat
sembuh lebih sempurna.
2) Sectio caesarea klasik atau sectio caesarea corporal
Merupakan tindakan pembedahan dengan pembuatan insisi
pada bagian tengah dari korpus uteri sepanjang 10-12 cm dengan
ujung bawah di atas batas plika vasio uterine. Tujuan insisi ini
dibuat hanya jika ada halangan untuk melakukan proses sectio
caesarea Transperitonealis profunda, misal karena uterus melekat
dengan kuat pada dinding perut karena riwayat persalinan sectio
caesarea sebelumnya. Kerugian dari jenis pembedahan ini adalah
lebih besarnya resiko peritonitis dan 4 kali lebih bahaya ruptur uteri
pada kehamilan selanjutnya.
3) Sectio caesarea ekstraperitoneal
Jenis pembedahan ini dilakukan untuk mengurangi bahaya dari infeksi
puerpureal, namun dengan adanya kemajuan pengobatan terhadap
infeksi, pembedahan sectio caesarea ini tidak banyak lagi dilakukan
karena sulit dalam melakukan pembedahannya.
f. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Sectio Caesarea menurut (Doenges, 2010) yaitu :
1) Nyeri akibat ada luka pembedahan
2) Adanya luka insisi pada bagian abdomen
3) Fundus uterus terletak di umbilicus
4) Aliran lockhea sedang bebas membeku yang tidak berlebihan
5) Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 750 – 1000
6) Menahan batuk akibat rasa nyeri yang berlebihan
7) Biasanya terpasang kateter urinarius
8) Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
9) Akibat nyeri terbatas untuk melakukan pergerakan
10) Bonding attachment pada anak yang baru lahir
g. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemantauan kesehatan janin
2) Pemantauan EKG
3) Jumlah Darah Lengkap (JDL) dengan diferemsial
4) Elektrolit
5) Hemoglobin (Hb) atau hematokrit
6) Golongan darah
7) Urinalis
8) Amniosentesis terhadap maturitas paru janin
9) Pemeriksaan sinar X
10) Ultrasound
h. Penatalaksanaan post sectio Caesarea
1) Pemantauan adanya perdarahan dari vagina
2) Pemberian obat analgetik dan antibiotik sesuai indikasi
3) Pemberian cairan IV
4) Pemeriksaan laboratorium: hematokrit diukur pagi hari setelah
pembedahan untuk memastikan perdarahan pasca operasi atau
mengisyaratkan hipovolemia.
5) Perawatan luka insisi, mempertahankan hygiene insisi, payudara dan
perineum
6) Ambulasi pasien secara bertahap
Penatalaksanaan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan dasar
manusia seperti pemenuhan kebutuhan keselamatan dan rasa aman nyeri
pada pasien post sectio yaitu dengan mengupayakan rasa kenyamanan
seperti mengubah posisi ibu, mangganjal insisi dengan bantal, memberi
kompres panas pada abdomen, dan mengaplikasikan tehnik relaksasi.
Sedangkan untuk perawatan sehari-hari meliputi perawatan perineum,
perawatan payudara, dan perawatan higienis.
i. Komplikasi
1) Pada ibu
a) Infeksi puerpereal
(1) Bersifat ringan : kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari
(2) Bersifat berat : terjadinya peritonitis, sepsis dan sebagainya
b) Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika
cabang-cabang arteri ikut terbuka, atau karena atonia uteri
c) Kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada
kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur uteri. Kemungkinan
peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesuah sectio caesarea
secara klasik.
2) Pada anak
Menurut statistik di negara-negara dengan pengawasan antenatal dan
intranatal yang baik, kematian perinatal pasca sectio caesarea
berkisar antara 4-7%
1.4 Proses Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan
meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Identitas umum,
riwayat kesehatan dahulu dan riwayat kesehatan sekarang. Pemeriksaan
fisik (keadaan umum), pengkajian kenyamanan (luka insisi pada dinding
abdomen) pengkajian aktifitas dan istirahat (kelemahan, sulit
menggerakkan ekstremitas, sering terbangun saat tidur). Pengkajian
eliminasi (kelemahan pada abdomen motilitas cerna mengalami
penurunan), pengkajian integritas (kemerahan pada luka post Sectio
Caesarea), pengkajian kebersihan diri (tidak mampu melakukan aktivitas
perawatan diri secara mandiri) (Keliat, Windarwati, Pawirowiyono, &
Subu, 2015)
b. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengkajian untuk pasien
dengan post operasi Sectio Caesarea atau kemungkinan diagnosa yang
muncul adalah :
1) Nyeri akut yang berhubungan dengan agen cidera fisik (pembedahan)
2) Gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan efek samping
terapi (pembedahan sectio caesarea)
3) Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan
penurunan kekuatan otot
4) Konstipasi yang berhubungan dengan penurunan motilitas
gastrointestinal
5) Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan nyeri
6) Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan
7) Resiko infeksi yang berhubungan dengan efek prosedur invasif
c. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan/ NOC dan Indikator serta Skor Uraian Aktivitas Rencana Tindakan
Kode Diagnosa Keperawatan Awal dan Skor Target (NIC)
1 Nyeri yang berhubungan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri : 08238
dengan agen cidera fisik keperawatan selama 1x24 jam, a. Identifikasi skala nyeri
(pembedahan) masalah dapat teratasi dengan b. Identifikasi faktor penyebab yang
Kode Diagnosa : 0077 kriteria : memperberat dan memperingan nyeri
Kontrol nyeri : 08063 c. Berikan teknik non-farmakologis untuk
Indikator SA ST mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
Kemampuan 3 5 hipnosis, akupresur, terapi musik,
mengenali penyebab biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
nyeri teknik imajinasi terbimbing, kompres
Kemampuan 3 5 hangat/dingin, terapi bermain)
menggunakan teknik d. Fasilitasi istirahat dan tidur
non-farmakologis e. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
Dukungan orang 4 5 nyeri
terdekat f. Ajarkan teknik non-farmakologi untuk
Keterangan : mengurangi rasa nyeri
1 : Menurun g. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
2 : Cukup menurun perlu
3 : Sedang
4 : Cukup meningkat
5 : Meningkat
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi


Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Bahrudin, M. (2017). Patofisiologi Nyeri (Pain). Malang: Saintika Medika.

Budi, M. (2020). Electronical GAMES untuk Mengatasi Nyeri Perawatan Luka


pada Anak Post Operasi. Yogyakarta: UNY Press.

Doenges, M. E. (2010). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Keliat, B. A., Windarwati, H. D., Pawirowiyono, A., & Subu, M. A. (2015).


Nanda International Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2015-2017 : Edisi 10. Jakarta: EGC.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA, NIC, NOC. Yogyakarta:
Mediaction.

PPNI. (2017). Standar DiagnosaKeperawatan Indonesia : Cetakan 3. Jakarta:


Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Subekti, S. W. (2018). Indikasi Persalinan Sectio Caesarea. Jurnal Biometrika


dan Kependudukan, 11-19, Vol. 7, No. 1.

Wahyudi, A. S., & Wahid, A. (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar.
Jakarta: Mitra Wacana Media.

Yuliana, W., & Hakim, B. N. (2020). Emodemo dalam Asuhan Kebidanan Masa
Nifas. Takalar: Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai