Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN GANGGUAN RASA

NYAMAN

DISUSUN OLEH :
NUR ARISA
202214098

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI


NERSFAKULTAS ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS
‘ASIYIYAH SURAKARTA 2022
TINJAUAN TEORI
1. KONSEP FISIOLOGI
Fisiologi sistem/fungsi normal sistem rasa aman dan nyaman. Pada saat impuls
ketidaknyamanan naik ke medula spinalis menuju kebatang otak dan thalamus,
sistem saraf otonom menjadi terstimulasisebagai bagian dari respon stress.
Stimulasi pada cabang simpatis pada sistem saraf otonom menghasilkan respon
fisiologis.
2. DEFINISI
Gangguan rasa nyaman adalah perasaan kurangsenang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik,
psikospiritual, lingkungan dan emosional (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
Kenyamanan atau rasa nyaman adalah suatu keadaantelah terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yangmeningkatkan
penampilan sehari-hari), kelegaan(kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden
(keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri).
Kenyamanan harus dipandang secara holistik yangmencakup empat aspek yaitu:
1. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.
2. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga,dan sosial.
3. Psikososial, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri
yang meliputi harga diri, seksualitas,dan makna kehidupan.
4. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiahlainnya
(Wahyudi, 2016).
Dalam meningkatkan kebutuhan rasa nyamandiartikan perawat lebih memberikan
kekuatan, harapan, dorongan, hiburan, dukungan dan bantuan. Secara umum dalam
aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan
rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, danhipo/hipertermia. Hal ini disebabkan karena ko
ndisi nyeri dan hipo/hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi
perasaan tidak nyaman pasien yangditunjukkan dengan timbulnya gejala dan tanda pa
dapasien (Wahyudi, 2016).
Nyeri adalah pengalaman sensori dan pengalamanemosional yang tidak menyenan
gkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang actual atau potensial
yangdirasakan dalam kejadian dimana terjadi kerusakanjaringan tubuh (Wahyudi, 201
6).
Nyeri Akut adalah pengalaman sensori atau emosionalyang berkaitan dengan kerusaka
n jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat
danberintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Nyeri
kronis adalah pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yangberlangsung lebih dari 3 bulan (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2016). Berdasarkan beberapa definisi tersebut,dapat ditarik kesimpulan nyeri m
erupakan pengalamanemosional yang tidak menyenangkan, presepsi nyeriseseorang
sangat ditentukan oleh pengalaman dan status emosionalnya. Presepsi nyeri bersifat
sangat pribadi dan subjektif. Oleh karena itu, suatu rangsang yang sama
dapat dirasakan berbeda oleh dua orang yang berbeda bahkan suatu rangsang yang
sama dapat dirasakanberbeda oleh satu orang karena keadaan emosionalnyayang berbe
da.
3. KARAKTERISTIK
Menurut (Keliat dkk., 2015) gangguan rasa nyaman mempunyai batasan karakteristik yaitu:
ansietas, berkeluh kesah, gangguan pola tidur, gatal, gejala distress, gelisah, iritabilitas,
ketidakmampuan untuk relasks, kurang puas dengan keadaan, menangis, merasa dingin, merasa
kurang senang dengan situasi, merasa hangat, merasa lapar, merasa tidak nyaman, merintih, dam
takut.

4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


a. Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya
pada anak anak dan
lansia. Anak kecil mempunyai kesulitan memahaminyeri dan prosedur yang dilakuk
an perawat yangmenyebabkan nyeri. Anak-anak juga mengalami kesulitan secara
verbal dalam mengungkapkan dan mengekspresikan nyeri. Sedangkan pasien yang
berusia lanjut, memiliki risiko tinggi mengalami situasi yang membuat mereka
merasakan nyeri akibat adanya komplikasi penyakit dan degeneratif.
b. Jenis kelamin
Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jeniskelamin misalnya menganggap
bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis,sedangkan
anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama. Namun secara umum,
pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam beresponsterhadap nyeri.
c. Kebudayaan
Beberapa kebudayaan yakin bahwa memperlihatkan nyeri adalah suatu
yang alamiah. Kebudayaan laincenderung untuk melatih perilaku yang tertutup(intro
vert). Sosialisasi budaya menentukan perilaku psikologis seseorang.
Dengan demikian hal ini dapatmempengaruhi pengeluaran fisiologis opial endogens
ehingga terjadilah presepsi nyeri.
d. Perhatian
Tingkat seorang pasien memfokuskan perhatiannyapada nyeri dapat mempengaruhi preseps
i nyeri.Perhatian yang meningkat dihubungkan
dengan nyeriyang meningkat sedangkan upaya pengalihan(distraksi) dihubungkan dengan res
pons nyeri yangmenurun.
e. Makna nyeri
Individu akan mempresepsikan nyeri berbedabeda apabila nyeri
tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan.
Makna nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang
beradaptasi terhadap nyeri.
f. Ansietas
Ansietas seringkali meningkatkan presepsi nyeritetapi nyeri juga dapat menimbul
kan suatu perasaanansietas. Apabila rasa cemas tidak mendapat perhatiandapat meni
mbulkan suatu masalah penatalaksanaannyeri yang serius.
g. Gaya koping
Individu yang memiliki lokus kendali internal mempresepsikan diri
mereka sebagai individu yang dapat mengendalikan lingkungan mereka dan hasil
akhir suatu peristiwa seperti nyeri. Sebaliknya, individu yang memiliki lokus
kendali eksternal mempresepsikan faktor lain di dalam lingkungan mereka seperti
perawat sebagai individu yangbertanggung jawab terhadap hasil akhir
suatuperistiwa.
h. Keletihan
Rasa keletihan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan
menurunkan kemampuan koping sehinggameningkatkan prespsi nyeri.
i. Pengalaman sebelumnya
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri sebelumnya namun tidak selalu berarti
bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah di masa datang.
j. Dukungan keluarga dan social
Kehadiran orang-orang terdekat dan bagaimana sikap mereka terhadap klien dapat
memengaruhi respons nyeri. Pasien dengan nyeri memerlukan dukungan,bantuan dan
perlindungan walaupun nyeri tetap dirasakan namun kehadiran
orang yang dicintai akanmeminimalkan kesepian dan ketakutan (Wahyudi,2016).
5. PATHWAY

6. MASALAH/GANGGUAN YANG TIMBUL PADA KEBUTUHAN DASAR


MANUSIA
Menurut (Mardella, Ester, Riskiyah, & Mulyaningrum, 2013) Gangguan rasa nyaman dapat
dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Nyeri Akut
Nyeri akut merupakan keadaan seseorang mengeluh ketidaknyamanan dan merasakan
sensasi yang tidak nyaman, tidak menyenangkan selama 1 detik sampai dengan kurang dari
enam bulan.
b. Nyeri Kronis
Nyeri kronis adalah keadaan individu mengeluh tidak nyaman dengan adanya sensasi nyeri
yang dirasakan dalam kurun waktu yang lebih dari enam bulan.
c. Mual
Mual merupakan keadaan pada saat individu mengalami sensai yang tidak nyaman pada
bagian belakang tenggorokan, area epigastrium atau pada seluruh bagian perut yang bisa
saja menimbulkan muntah atau tidak.
7. PENGKAJIAN PADA KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah- masalah klien
sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses
keperawatan sangat bergantung (NANDA Internasonal, 2010)
a. Pengumpulan Data
1) Identistas
Didalam identitas berisikan umur, nama, tanggal lahir, alamat, no RM, MRS, tanggal pengkajian
2) Keluhan utama
Pasien biasanya tekanan darah di atas 140/90 mmHg
3) Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan nyeri kepala yang berlebihan
4) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pasien mengalami hipertensi sebelumnya
5) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya penyakit riwayat keluarga seperti riwayat penyakit DM, jantung,
asma, dari komplikasi lainnya
b. Pemeriksaan Fisik
Menurut NANDA Internasonal, (2010)Pemeriksaan fisik adalah
komponen pengkajian kesehatan yang bersifat obyektif yang dilakukan dengan cara melakukan
pemeriksaan pada tubuh pasien dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan melihat keadaan
pasien (inspeksi). Peraba suatu sistem atau organ yang hendak diperiksa (Palpasi) mengetuk
suatu sistem atau organ (Perkusi), dan mendengar suatu sistem atau organ (Auskultasi).
1) Keluhan utama
Biasanya pasien keadaan umumnya lemah
2) Tanda-tanda vital meliputi pemeriksaan tekanan darah, suhu, pernafasan, nadi 3) Breathing
(B1)
Inspeksi :Bentuk dada simetris, pola nafas teratur, tidak ada retraksi dada Palpasi :Tidak
mengalami nyeri tekan
Perkusi :Sonor
Auskultasi :Suara nafas tambahan
4) Blood(B2)
Inpeksi :Sianosis
Palpasi :Irama jantung teratur, tekanan darah naik
Perkusi :Pekak
Auskultasi :Bunyi jantung S1,S2 Tunggal.
5) Brain (B3)
Inspeksi :Kesadaran composmentis, orientasi baik, gelisah, pupil isokor Palpasi : Adanya nyeri
tekan.
Perkusi :Tidak ada
Auskultasi :Tidak ada
6. Bladder(B4)
Inspeksi :Warna urine kunig pekak, konsistensi normal, berbau Palpasi :Tidak ada nyeri tekan
pada perkemihan
7. Bowel(B5)
Inpeksi :Mukosa bibir lembab, perubahan berat badan, mual muntah Perkusi : Abdomen timpani
Auskultasi : terjadi penurunan pada bising usus
8. Bone (B6)
Inspeksi : turgor kulit elastis
Palpasi : akral hangat
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera biologis
3. intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
4.
9. INTERVENSI

Tanggal Diagnosa Tujuan dan Intervensi Paraf


Kriteria Hasil

5 1 Setelah dilakukan 1. Pantau tekanan darah


november tindakan 2. Pertahankan tirah baring
2022 keperawatan selama fase akut
selama 3 x 24 jam 3. Ajari teknik relaksasi
tidak terjadi 4. Beri tindakan
kerusakan organ, nonfarmakologis untuk
dengan kriteria menghilangkan rasa
hasil ; tekanan sakit misal; kompres
darah dalam batas dingin pada dahi, pijat
normal ( 130/90 punggung atau leher
mmHg – 140/95 5. Anjurkan pasien untuk
mmHg ) meminimalkan aktivitas
yang dapat
menyebabkan kepala
pusing misal ; mengejan
saat buang air besar,
batuk panjang,
membungkuk
6. Bantu pasien dalam
ambulasi sesuai
kebutuhan
7. Kolaborasi dengan tim
dokter dalam pemberian
terapi

2 Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


tindakan 1. Identifikasi lokasi,
keperawatan …x karakteristik, durasi,
24 jam diharapkan frekuensi, kualitas,
nyeri akut pada intensitas nyeri
pasien dapat 2. Identifikasi skala nyeri
berkurang atau 3. Monitorefeksamping
hilang dengan penggunaan analgetik
kriteria hasil: 4. Berikanteknik
Tingkat Nyeri norfarmakologi untuk
1. Skala nyeri (0- mengurangi rasa nyeri
3) 5. Kontrollingkungan
2. Pasien tidak yang memperberat rasa
meringis nyeri
3. Klien tidak 6. Fasilitasi istirahat dan
gelisah tidur
4. Tidak 7. Jelaskan penyebab,
mengalami periode dan pemicu nyeri
kesulitan tidur 8. Jelaskan strategi
5. Frekuensi Nadi meredakan nyeri
dalam rentang 9. Ajarkan teknik non
normal (80-100 farmakologi untuk
x/menit mengurangi nyeri
10. Kolaborasi pemberian
analgetic Pemberian
Analgesik
1. Identifikasi
karakteristik nyeri
2. Identifikasi kesesuaian
jenis analgesik dengan
tingkat keparahan nyeri
3. Tetapkan target
efektifitas analgesic
untuk mengoptimalkan
respon pasien
4. Jelaskan efek terapi
dan efek samping obat
5. Koraborasi pemberian
dosis dan
jenis analgesik

3 Setelah dilakukan 1. Observasi keadaan umum


tindakan 2. Kaji tingkat aktivitas
keperawatan pasien
selama 3 X 24 3. Bantu pasien dalam
jamdiharapkan melakukan aktivitas
pasien dapat 4. Beri support kepada
memenuhi pasien
kebutuhannya 5. Anjurkan keluarga untuk
secara optimal, membantu pasien dalam
dengan kriteria memenuhi kebutuhannya
hasil; aktivitas 6. Instruksikan pasien
dapat dilakukan tentang teknik penghemat
secara mandiri energi.
Beri dorongan untuk
melakukan
aktivitas/perawatan diri
Daftar Pustaka
Aziza, Lucky. 2007. Hipertensi The Silent Killer. Jakarta: Yayasan Penerbitan Ikatan
Dokter Indonesia.
Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa
Yasmin Asih. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosa Keperawatan. Aplikasi pada Praktek
Klinis.Edisi IX. Alih Bahasa: Kusrini Semarwati Kadar. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
Doenges, Maryllin E. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Alih
Bahasa:Yasmin Asih. Jakarta: EGC
Jennifer,Kowalak,. Welsh, Williams. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Alih
BahasaAndry Hartono. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa
Yasmin Asih. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Suyono, Slamet. 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke 3. Jakarta: Balai
Penerbi FKUI
Udjianti, Wajan. 2011. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
Kowalski, Robert. 2010. Terapi Hipertensi: Program 8 minggu Menurunkan
Tekanan Darah Tinggi. Alih Bahasa: Rani Ekawati. Bandung: Qanita Mizan
Pustaka

Profil Kesehatan Jawa Tengah. 2009. Hipertensi di Jawa Tengah. Diunduh dari
http://www. Profil Kesehatan Jawa Tengah.go.id/dokumen/profil 2009/htn. Diakses
pada 22 Mei 2012

Anda mungkin juga menyukai