Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR RASA NYAMAN


(NYERI) DI RUMAH SAKIT WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi Nurse Keperawatan Dasar

Dosen Pembimbing : Ns. Andini Restu Marsiwi, S.Kep., M.Kep

OLEH :

MOCHAMAD ALVIN ALMUFAHIR

NIM : 211030230162

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN 2021
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
Jl. Pajajaran Pamulang Barat Tangerang Selatan-Banten
Telp. (021) 74716128
Tahun ajaran 2020-2021

IDENTITAS MAHASISWA

NAMA : MOCHAMAD ALVIN ALMUFAHIR


NIM : 211030230162
TEMPAT TANGGAL LAHIR : BOGOR, 30 APRIL 1999
ALAMAT : KP PUTAT NUTUG RT 002/002, DESA
PUTAT NUTUG KEC CISEENG, KAB,
BOGOR
NO TELPON : 085892696190

DATA TEMPAT PRAKTIK


Nama tempat praktik :LaboratoriumStikesWidya Dharma Husada
Nama pembimbing : NS. Andini Restu Marsiwi, S.Kep., M.Kep
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman ( Nyeri)

Keselamatan, keamanan dan kenyamanan salah satu kebutuhan dasar manusia


yang harus dipenuhi setelah kebutuhan fisiologis. Keamanan dan keselamatan
terkait dengan kemampuan seseorang dalam menghindari bahaya, yang
ditentukan oleh pengetahuan dan kesadaran serta motivasi orang tersebut
untuk melakukan tindakan pencegahan. Ada tiga faktor penting yang terkait
dengan keamanan dan keselamatan yaitu : tingkat pengetahuan dan kesadaran
individu, kemampuan fisik dan mental dalam mempraktikan upaya
pencegahan, serta lingkungan fisik yang membahayakan atau berpotensi
menimbulkan bahaya. Pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan
bertujuan melindungi tubuh agar terbebas dari bahaya kecelakaan, pada klien,
petugas kesehatan atau individu yang terlibat dalam upaya memenuhi
kebutuhan tersebut .(Haswita,Reni sulistyowati, 2017).

Kebutuhan kenyamanan suatu keadaan dimana individu mengalami sensasi


yang menyenangkan dalam berespon terhadap suatu rangsangan. Gangguan
rasa nyaman dibedakan menjadi tiga kenyamanan fisik, kenyamanan
lingkungan, kenyamanan sosial. Gangguan rasa nyaman fisik meliputi
gangguan rasa nyaman, kesiapan meningkatkan rasa nyaman, mual, nyeri
akut, nyeri kronis. Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar
sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri sangat bersifat
subyektif dan individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat
fisik atau mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau
pada fungsi ego seseorang individu..(Haswita,Reni sulistyowati, 2017).
Nyeri merupakan suatu tempat yang lebih dari tempat berfikir tentang tunggal
disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri subyek tidan sangat individual.
Stimulus dapat berupa stimulus fisik dan mental, sedangkan kerusakan dapat
terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego seorang individu.
(Haswita,Reni sulistyowati, 2017).

B. Klasifikasi nyeri

Klasifikasi nyeri secara umum di bagi menjadi dua yakni nyeri akut dan
kronis:
1. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan di tandai adanya peningkatan
tegangan otot.
2. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya
berlangsung cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Termasuk dalam
kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan
nyeri psikosomatis.
C. Etiologi
1. Nyeri akut
a. Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
b. Menunjukkan kerusakan
c. Posisi untuk mengurangi nyeri
d. Muka dengan ekspresi nyeri
e. Gangguan tidur
f. Respon otonom (penurunan tekanan darah, suhu, nadi)
g. Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh)
2. Nyeri kronis
a. Perubahan berat badan
b. Melaporkan secara verbal dan non verbal
c. Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri
sendiri
d. Kelelahan
e. Perubahan pola tidur
f. Takut cedera
g. Interaksi dengan orang lain menurun

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi


Menurut (Prasetyo 2010) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan
reaksi terhadap nyeri meliputi :
1. Usia
Usia merupakan variabel yang penting dalam mempengaruhi nyeri pada
individu. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan dalam memahami
nyeri dan prosedur pengobatan yang dapat menyebabkan nyeri. Karena
anak kecil yang belum dapat mengungkapkan kata-kata juga mengalami
kesulitan dalam mengungkapkan secara verbal dan mengekpresikan nyeri
kepada kedua orangtua ataupun pada perawat. Terkadang anak-anak
enggan menungkapkan keberadaan nyeri yang mereka alami dikarenakan
mereka takut akan tindakan keperawatan yang harus mereka terima
nantinya.

Sedangkan pada pasien lansia perawat harus melakukan penkajian lebih


rinci ketika lansia melaporkan adanya nyeri. Seringkali lansia memiliki
sumber nyeri lebih dari satu. Terkadang penyakit yang berbeda-beda yang
diderita lansia menimbulkan gejala yang sama, sebagai contoh nyeri dada
tidak selalu mengindikasikan serangan jantung, nyeri dada dapat timbul
karena gejala arthritis pada spinal dan gejala gangguan abdomen. Sebagai
lansia terkadang pasrah terhadap apa yang mereka rasakan, mereka
menganggap bahwa hal tersebut merupakan konsekuensi penuaan yang
tidak bisa dihindari.
2. Jenis kelamin
Secara umum wanita dan pria tidak berbeda secara signifikan dalam
berespon terhadap nyeri. Hanya berbeda budaya yang menganggap bahwa
seorang anak laki-laki harus lebih berani dan tidak boleh menangis
dibandingkan anak perempuan dalam situasi sama ketika merasakan nyeri.
Namun berdasar penelitian terahir dalam memperhatikan hoemon seks
pada mamalia berpengaruh terhadap tingkat toleransi terhadap nyeri.
Hormon seks testosteron menaikan ambang nyeri pada percobaan binatang
sedangkan estrogen meningkatkan pengenalan sensitivitasan terhadap
nyeri. Bagaimanapun manusia itu lebih kompleks dan dipengaruhi oleh
personal, sosial, budaya dan lain-lain. 

3. Kebudayaan
Seringkali perawat berasumsi bahwa respon pada setiap klien dalam
maslah nyeri adalah sama, sehingga mereka mencoba mengira bagaimana
klien berespon terhadap nyeri. Sebagai contoh, apabila seorang perawat
yakin bahwa menangis dan merintih mengidentifikasikan suatu
ketidakmampuan dalam mengontrol nyeri, akibtanya pemberian terapi bisa
jadi tidak cocok klien berkebangsaan Maroko-Amerika, karena mereka
tidak selalu mempersiapkan pengalaman nyeri sebagai suatu yang berat
atau mengharapkan perawat melakukan intervensi.
E. Makna nyeri
Nyeri pada seseorang mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seorang
beradaptasi terhadap nyeri. Seorang wanita yang merasakan nyeri saat bersalin
akan mempersepsikan nyeri secara berbeda dengan lainnya yang nyeri karena
dipukul suaminya.
1. Lokasi dan tempat keparahan nyeri
Nyeri yang dirasakan bervariasi dalam intensitas dan tingkat keparahan
pada masing-masing individu. Nyeri sering dirasakan mungkin terasa
ringan, sedang atau bisa jadi merupakan nyeri yang berat. Dalam
kaitannya dengan kualitas nyeri, masing- masing individu juga bervariasi,
ada yang melaporkan nyeri seperti tertusuk, nyeri tumpul, berdenyut dan
lain-lain. Misalnya individu yang tertusuk jarum akan melaporkan nyeri
yang berbeda dengan individu yang tersiram air panas.
2. Perhatian
ingkat nyeri pada seseorang terhadap nyeri akan mempengarui persepsi
nyeri. Perhatian yang meningkat terhadap nyeri akan meningkatkan respon
nyeri sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan
penurunan respon nyeri. Konsep inilah yang mendasari berbagai terapi
untuk menghilangkan nyeri seperti relaksasi, teknik imajinasi terbimbing
(guided imagery) dan masase.

3. Ansietas (kecemasan)
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas yang
dirasakan seseorang seringkali meningkatkan persepsi nyeri, akan tetapi
nyeri juga dapat menimbulkan perasaan cemas. Sebagai contoh seorang
yang menderita kanker kronis dan merasa takut akan kondisi penyakitnya
akan meningkatkan persepsi nyerinya. h. Keletihan (kelelahan) Keletihan /
kelelahan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan sensasi nyeri dan
menurunkan kemampuan koping individu.
4. Keletihan
Keletihan / kelelahan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan
sensasi nyeri dan menurunkan kemampuan koping individu.
5. Pengalaman sebelumnya
Individu bealajar dari penagalaman nyeri sebelumnya, akan tetapi
pengalaman yang dirasakan individu tersebut tidak berarti bahwa individu
tersebut akan mudah dalam menghadapi nyeri pada masa mendatang.
Seseorang yang terbiasa merasakan nyeri akan lebih mudah
mengantisipasi nyeri daripada individu yang mempunyai pengalaman sedikit
akan nyeri.\
6. Dukungan keluarga dan social
Dukungan Keluarga dan Sosial Seseorang yang mengalami nyeri
seringkali membutuhkan dukungan, bantuan, perlindungan dari anggota
keluarga lain atau teman dekat. Meskipun nyeri masih dirasakan oleh
klien, kehadiran orang dicintai akan meminimalkan kesepian dan
ketakutan sehingga klien tidak berfokus pada nyeri yang dirasakan.

F. Tanda dan Gejala.


1.  Gangguam tidur
2.    Posisi menghindari nyeri
3.    Gerakan menghindari nyeri
4.    Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
5.    Perubahan nafsu makan
6.    Tekanan darah meningkat
7.    Pernafasan meningkat
8.    Depresi

G. Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan (Asmadi 2010), Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
bertujuan untuk mengatahui penyebab dari nyeri. Pemeriksaan yang dilakukan
seperti: 
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan penunjang lainya :
1) Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan
abdomen
2) Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
3) Pemeriksaan laboratorium sebagai data penunjang periksaan lainnya

H. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Menurut Wahyudi & Wahid (2016) menjelaskan bahwa penanganan nyeri
secara farmakologi adalah seperti berikut ini :

a. Analgesik Narkotik
Analgesik narkotik terdiri dari berbagai derativ opium seperti morfin dan
kodein. Narkotik memberikan efek penurunan nyeri dan kegembiraan
karena obat ini mengadakan ikatan dengan reseptor opiat dan
mengaktifkan penekan nyeri endogen pada susunan saraf pusat. Namun
penggunaan obat ini menimbulkan efek menekan pusat pernapasan
dimedulla batang otak.

b. Analgesik Non Narkotik


Analgesik non narkotik seperti aspirin, asetaminifen dan ibuprofen selain
memiliki efek anti nyeri juga memiliki efek anti inflamasi dan antipiretik.
Efek samping obat ini paling umum terjadi gangguan pencernaan seperti
adanya ulkus gaster dan perdarahan gaster.

2. Non Farmakologi
Tindakan pengontrolan nyeri melalui tindakan non-farmakologi menurut:

a. Membangun hubungan terapeutik


perawat-klien Terciptanya hubungan terapeutikantara klien dengan

perawat akan memberikan pondasi dasar terlaksananya asuhan

keperawatan yang efektif pada klien yang mengalami nyeri.

b. Bimbingan Antisipasi

Menghilangkan kecemasan klien sangatlah perlu, terlebih apabila

dengan timbulnya kecemasan akan meningkatkan persepsi nyeri klien

c. Relaksasi

Relaksasi adalah suatu tindakan untuk “membebaskan” mental dan fisik

dari ketegangan dan stres, sehingga dapat meningkatkan toleransi

terhadap nyeri

d. majinasi terbimbing

Imajinasi terbimbing adalah upaya untuk menciptakan kesan dalam

pikiran klien, kemudian berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga

secara bertahap dapat menurunkan persepsi klien terhadap nyeri.

e. Distraksi

Merupakan tindakan pengalihan perhatian klien ke hal-hal diluar nyeri,

yang dengan demikian diharapkan dapat menurunkan kewaspadaan

klien terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri.

f. Akupunktur
Akupunktur merupakan terapi pengobatan kuno dari Cina, di mana

akupunktur menstimulasi titik-titik tersebut pada tubuh untuk

meningkatkan aliran energi disepanjang jalur yang disebut jalur meridian.

g. Biofeedback

Metode elektrik yang mengukur respon fisiologis seperti gelombang pada

otak, kontraksi otot, atau temperatur kulit kemudian “mengembalikan”

memberikan informasi tersebut kepada klien.

h. Stimulasi kutaneus

Teknik ini berkerja dengan menstimulasi permukaan kulit untuk

mengontrol nyeri. Sebagai contoh tindakan ini adalah mandi air

hangat/sauna, masase, kompres dengan air dingin/panas, pijatan dengan

menthol atau TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation)

i. Akupresur

Terdapat beberapa teknik akupresur untuk membebaskan rasa nyeri

yang dapat dilakukan secara mandiri. Klien dapat mengguanan ibu jari

atau jari unrtuk memberikan tekanan pada titik akupresur untuk

membebaskan ketegangan pada otot kepala, bahu atau leher. 

j. Psikoterapi

Psikoterapi dapat menurunkan persepsi pada nyeri pada beberapa klien,

terutama pada klien yang sangat sulit sekali mengontrol nyeri, pada klien

yang mengalami depresi, atau pada klien yang pernah mempunyai

riwayat masalah psikiatri.


DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2010). Konsep Dasar Keperawatan.

Haswita, & Sulistyowati, R. 2017. Kebutuhan Dasar untuk Mahasiswa

Keperawatan dan Kebidanan. Jakarta : CV Trans Info Media.

Prasetyo, SN. 2010. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha

Ilmu, hal 41-49.

Wahyudi, A. S., & Wahid, A., (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta:

Mitra Wacana Medika.

Anda mungkin juga menyukai