OLEH :
NIM : 211030230162
TAHUN 2021
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
Jl. Pajajaran Pamulang Barat Tangerang Selatan-Banten
Telp. (021) 74716128
Tahun ajaran 2020-2021
IDENTITAS MAHASISWA
TINJAUAN TEORI
B. Klasifikasi nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum di bagi menjadi dua yakni nyeri akut dan
kronis:
1. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan di tandai adanya peningkatan
tegangan otot.
2. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya
berlangsung cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Termasuk dalam
kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan
nyeri psikosomatis.
C. Etiologi
1. Nyeri akut
a. Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
b. Menunjukkan kerusakan
c. Posisi untuk mengurangi nyeri
d. Muka dengan ekspresi nyeri
e. Gangguan tidur
f. Respon otonom (penurunan tekanan darah, suhu, nadi)
g. Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh)
2. Nyeri kronis
a. Perubahan berat badan
b. Melaporkan secara verbal dan non verbal
c. Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri
sendiri
d. Kelelahan
e. Perubahan pola tidur
f. Takut cedera
g. Interaksi dengan orang lain menurun
3. Kebudayaan
Seringkali perawat berasumsi bahwa respon pada setiap klien dalam
maslah nyeri adalah sama, sehingga mereka mencoba mengira bagaimana
klien berespon terhadap nyeri. Sebagai contoh, apabila seorang perawat
yakin bahwa menangis dan merintih mengidentifikasikan suatu
ketidakmampuan dalam mengontrol nyeri, akibtanya pemberian terapi bisa
jadi tidak cocok klien berkebangsaan Maroko-Amerika, karena mereka
tidak selalu mempersiapkan pengalaman nyeri sebagai suatu yang berat
atau mengharapkan perawat melakukan intervensi.
E. Makna nyeri
Nyeri pada seseorang mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seorang
beradaptasi terhadap nyeri. Seorang wanita yang merasakan nyeri saat bersalin
akan mempersepsikan nyeri secara berbeda dengan lainnya yang nyeri karena
dipukul suaminya.
1. Lokasi dan tempat keparahan nyeri
Nyeri yang dirasakan bervariasi dalam intensitas dan tingkat keparahan
pada masing-masing individu. Nyeri sering dirasakan mungkin terasa
ringan, sedang atau bisa jadi merupakan nyeri yang berat. Dalam
kaitannya dengan kualitas nyeri, masing- masing individu juga bervariasi,
ada yang melaporkan nyeri seperti tertusuk, nyeri tumpul, berdenyut dan
lain-lain. Misalnya individu yang tertusuk jarum akan melaporkan nyeri
yang berbeda dengan individu yang tersiram air panas.
2. Perhatian
ingkat nyeri pada seseorang terhadap nyeri akan mempengarui persepsi
nyeri. Perhatian yang meningkat terhadap nyeri akan meningkatkan respon
nyeri sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan
penurunan respon nyeri. Konsep inilah yang mendasari berbagai terapi
untuk menghilangkan nyeri seperti relaksasi, teknik imajinasi terbimbing
(guided imagery) dan masase.
3. Ansietas (kecemasan)
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas yang
dirasakan seseorang seringkali meningkatkan persepsi nyeri, akan tetapi
nyeri juga dapat menimbulkan perasaan cemas. Sebagai contoh seorang
yang menderita kanker kronis dan merasa takut akan kondisi penyakitnya
akan meningkatkan persepsi nyerinya. h. Keletihan (kelelahan) Keletihan /
kelelahan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan sensasi nyeri dan
menurunkan kemampuan koping individu.
4. Keletihan
Keletihan / kelelahan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan
sensasi nyeri dan menurunkan kemampuan koping individu.
5. Pengalaman sebelumnya
Individu bealajar dari penagalaman nyeri sebelumnya, akan tetapi
pengalaman yang dirasakan individu tersebut tidak berarti bahwa individu
tersebut akan mudah dalam menghadapi nyeri pada masa mendatang.
Seseorang yang terbiasa merasakan nyeri akan lebih mudah
mengantisipasi nyeri daripada individu yang mempunyai pengalaman sedikit
akan nyeri.\
6. Dukungan keluarga dan social
Dukungan Keluarga dan Sosial Seseorang yang mengalami nyeri
seringkali membutuhkan dukungan, bantuan, perlindungan dari anggota
keluarga lain atau teman dekat. Meskipun nyeri masih dirasakan oleh
klien, kehadiran orang dicintai akan meminimalkan kesepian dan
ketakutan sehingga klien tidak berfokus pada nyeri yang dirasakan.
G. Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan (Asmadi 2010), Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
bertujuan untuk mengatahui penyebab dari nyeri. Pemeriksaan yang dilakukan
seperti:
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan penunjang lainya :
1) Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan
abdomen
2) Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
3) Pemeriksaan laboratorium sebagai data penunjang periksaan lainnya
H. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Menurut Wahyudi & Wahid (2016) menjelaskan bahwa penanganan nyeri
secara farmakologi adalah seperti berikut ini :
a. Analgesik Narkotik
Analgesik narkotik terdiri dari berbagai derativ opium seperti morfin dan
kodein. Narkotik memberikan efek penurunan nyeri dan kegembiraan
karena obat ini mengadakan ikatan dengan reseptor opiat dan
mengaktifkan penekan nyeri endogen pada susunan saraf pusat. Namun
penggunaan obat ini menimbulkan efek menekan pusat pernapasan
dimedulla batang otak.
2. Non Farmakologi
Tindakan pengontrolan nyeri melalui tindakan non-farmakologi menurut:
b. Bimbingan Antisipasi
c. Relaksasi
terhadap nyeri
d. majinasi terbimbing
e. Distraksi
f. Akupunktur
Akupunktur merupakan terapi pengobatan kuno dari Cina, di mana
g. Biofeedback
h. Stimulasi kutaneus
i. Akupresur
yang dapat dilakukan secara mandiri. Klien dapat mengguanan ibu jari
j. Psikoterapi
terutama pada klien yang sangat sulit sekali mengontrol nyeri, pada klien
Prasetyo, SN. 2010. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha
Wahyudi, A. S., & Wahid, A., (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: