F DENGAN
POST PARTUM NORMAL DI RUANG KENANGA RSIA
PERMATA SARANA HUSADA
Untuk Memenuhi Tugas Stase Maternitas Di Rumah Sakit Permata Sarana Husada
Oleh :
Eka Satya Putri (211030230243)
Nela Nofita Devi (211030230165)
Fenni Elsa Fitria (211030230237)
Riana Nur Cahyaningtias (211030230261)
Anisa Oktaviani (211030230229)
Tesa Lonica Aprilia (211030230150)
Wahyuni Cahyaningtias (211030230169)
Ryana Ananta
Suci Nur Ayu
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas segala kuasa dan karunia yang diberikan
sehigga penulis dapat menyelesaikan Profesi Ners yang berjudul ”Laporan Asuhan Keperawatan
Pada Pasien NY.T Dengan Post Partum Di Ruang Kenanga RSIA Permata Sarana Husada”.
Profesi Ners ini diajukan untuk memenuhi tugas maternitas di RSIA Permata Sarana Husada
Tangerang.
Dalam menyelesaikan tugas ini penulisan menyadari bahwa banyak mendapat bantuan berupa
bimbingan, arahan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Dr. (HC) Drs.H.Darsono Selaku Ketua Yayasan STIKes Widya Dharma Husada Tangerang
2. Ns. Riris Andriati, S.Kep., M.Kes Selaku Ketua STIKes Widya Dharma Husada Tangerang
3. Dr. H. M. Hasan, SKM., M.Kes Selaku Wakil Ketua 1 Bidang Akademik STIKes Widya
Darma Husada
4. Siti Novy Romlah, SST., M.Epid Selaku Wakil Ketua 2 Bidang Akademik Stikes Widya
Dharma Husada
5. Ida Listiana, SST, M.Kes Selaku Wakil Ketua 3 Bidang Akademik Stikes Widya Dharma
Husada
6. Ns. Dewi Fitriani, S.Kep., M.Kep Selaku Ketua Studi s1 Keperawatan dan Pendidikan Profesi
Ners Stikes Widya Dharma Husada Tangerang
7. Ns. Rita Dwi Pratiwi, S.Kep., M.Sc Selaku Pembimbing Profesi Ners Yang Telah
Memberikan Arahan Dan Bimbingan.
Dengan berbagai keterbatasan dalam pembuatan laporan ini, penulis menerima kritik dan saran
yang bersifat membangun guna memperbaikan laporan ini.
TINJAUAN TORI
A. KONSEP DASAR
1. DEFINISI
Post partum merupakan masa sesudah melahirkan atau persalinan. Masa beberapa jam
sesudah lahirnya plasenta atau tali pusat sampai minggu ke enam setelah melahirkan,
setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran
reproduksi kembali keadaan yang normal pada saat sebelum hamil (Marmi, 2012).
Post partum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada keadaan
tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru. (Mitayani,
2011). Post Partum adalah masa setelah keluarnya placenta sampai alat-alat
reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung
selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010).
Post partum atau masa nifas disebut juga Puerperium yang berasal dari bahasa latin
yaitu dari kata Puer yang berarti bayi dan Parous yang berarti melahirkan. Batasan
waktu nifas yang paling singkat (minimumm) tidak ada batasan waktunya, bahkan
bisa jadi dalam waktu yang relatif pendek darah sudah keluar, sedangkan batasan
maksimumnya adalah 40 hari (Ambarwati E,R,Diah,W, 2010). Jadi, masa nifas
adalah masa setelah keluarnya placenta sampai pada alat-alat reproduksi menjadi
pulih kembali seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas itu berlangsung
selama 6 minggu atau selama 40 hari.
2. ETIOLOGI
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia internal maupun eksterna akan berangsur-angsur
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan- perubahan alat genital ini
dalam keseluruhannya disebut involusi (winknjosastro,2006:237). Setelah bayi lahir,
uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras,
sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi
plasenta. Otot rahim terdiri dari tiga lapis otot membentuk anyaman sehingga
pembuluh darah dapat tertutup sempurna, dengan demikian terhindari dari perdarahan
post partum (Manuaba, 1998 : 190).
3. FISIOLOGI
Sistem reproduksi dan struktur terkait pasca partum :
1) Proses Involusi
2) Konstraksi Uterus
Intensitas kontraksi uterus meningkat segera setelah bayi lahir, diduga adanya
penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hemostatis pascapartum
dicapai akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi
trombosit dan pembentukan pembekuan. Hormon desigen dilepas dari kelenjar
hipofisis untuk memperkuat dan mengatur konstraksi. Selama 1-2 jam I
pascapartumintensitas konstraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur,
karena untuk mempertahankan kontraksi uterus biasanya disuntikkan aksitosan
secara intravena atau intramuscular diberikan setelah plasenta lahir (Bobak,
2004: 493).
3) Tempat Plasenta
4) Lochea
Lochea adalah rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna
merah lalu menjadi merah tua atau merah coklat. Rabas mengandung bekuan
darah kecil. Selama 2 jam pertama setelah lahir, jumlah cairan yang keluar dari
uterus tidak boleh lebih dari jumlah maksimal yang keluar selama menstruasi.
Lochea rubra mengandung darah dan debris desidua dan debris trofoblastik.
Aliran menyembur menjadi merah muda dan coklat setelah 3-4 hari (lochea
serosa). lochea serosa terdiri dari darah lama (old blood), serum, leukosit dan
debris jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, warna cairan ini menjadi
kuning sampai putih (lochea alba). Lochea alba mengandung leukosit, desidua,
sel epitel, mucus, serum dan bakteri. Lochea alba bertahan selama 2-6 minggu
setelah bayi lahir (Bobak, 2004: 494).
5) Serviks
7) Payudara
8) Laktasi
9) Sistem Endokrin
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut
menyebabkan peningkatan fungís ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid
setelah wanita melahirkan akan mengalami penurunan fungsi ginjal selama masa
pascapartum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu 1 bulan setelah wanita
melahirkan. Trauma terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses
melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati hiperemis dan edema. Kontraksi
kandung kemih biasanya akan pulih dalam 5-7 hari setelah bayi lahir (Bobak,
2004:497-498).
Pada minggu ke-3 dan 4 setelah bayi lahir, volume darah biasanya turun sampai
mencapai volume sebelum hamil. Denyut jantung, volume sekuncup dan curah
jantung meningkat sepanjang hamil. Setelah wanita melahirkan meningkat tinggi
selama 30-60 menit, karena darah melewati sirkuit uteroplasenta kembali ke
sirkulasi umum. Nilai curah jantung normal ditemukan pemeriksaan dari 8-10
minggu setelah wanita melahirkan(Bobak, 2004:499-500).
Kloasma muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan berakhir;
hiperpigmentasi di aerola dan linea tidak menghilang seluruhnya setelah bayi
lahir. Kulit meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin
memudar tapi tidak hilang seluruhnya. Kelainan pembuluh darah seperti spider
angioma (nevi), eritema palmar dan epulis berkurang sebagai respon penurunan
kadar estrogen.Pada beberapa wanita spider nevi bersifat menetap (Bobak, 2004:
501-502).
Fase ini dimulai pada hari kesatu dan kedua setelah melahirkan, dimana ibu
membutuhkan perlindungan dan pelayanan pada tahap ini pasien sangat
ketergantungan.
Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu
keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap menerima pesan barunya
dan belajar tentang hal-hal baru, pada fase ini ibu membutuhkan banyak
sumber informasi.
- Pembengkakan di wajah/tangan
- Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, merasa tidak enak badan
- Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan atau terasa sakit
4. PATHWAY
5. Manifestasi Klinis
1) Laserasi Perineum
2) Laserasi Vagina
lateral (sulci) dan jika cukup dalam, dapat mencapai levator ani.
3) Cedera Serviks
Terjadi jika serviks beretraksi melalui kepala janin yang keluar. Laserasi serviks
akibat persalinan Laserasi serviks akibat persalinan terjadi pada sudut lateral
ostium eksterna, kebanyakan dangkal dan pendarahan minimal (Bobak,2004: 344-
345).
6. Penatalaksana
1) Perbaikan Episiotomi
e. Jika terdapat hematoma, darah dikeluarkan, jika tidak ada tanda infeksi dan
g. Jika infeksi mencapai otot dan terdapat nekrosis, lakukan debridemen dan
berikan antibiotika secara kombinasi sampai pasien bebas demam dalam 48 jam
(Prawirohardjo, 2002).
7. Komplikasi
- Pendarahan
Karena proses episiotomy dapat mengakibatkan terputusnya jaringan sehingga
merusak pembuluh darah terjadilah pendarahan.
- Infeksi
- Hipertensi
Penyakit hipertensi berperan besar dalam morbiditas dan mortalitas maternal dan
perinatal. Hipertensi diperkirakan menjadi komplikasi sekitar 7% sampai 10%
seluruh kehamilan.
- Gangguan Psikososial
A. Asuhan Keperawatan
Pada pengkajian klien dengan post partum data yang ditemukan meliputi
b. Keluhan utama
pinggang.
c. Riwayat kesehatan
persalinan.
2) Riwayat penyakit dahulu
Apakah ada riwayat penyakit dahulu
d. Pemeriksaan Fisik
1) Rambut
2) Mata
3) Telinga
4) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum
b. Leher
c. Paru-paru
massa dan lesi nyeri, tractile fremitus apakah normal kanan dan
kiri.
d. Jantung
e. Payudara
laktasi.
f. Abdomen
g. Ektremitas bawah
h. Genetalia
e. Nutrisi
2013). Makanan bergizii terdapat pada sayur hijau, lauk pauk dan
buahh. Konsumsi sayur hijau seperti bayam, sawi, kol dan sayur
hijau lainnya menjadi sumber makanan bergizi. Untuk lauk pauk dapat
f. Pemeriksaan laboratorium
Penurunan nilai yang lebih besar disebabkan oleh perdarahan hebat saat
2. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko Infeksi b.d Efek prosedur invasif d.d robekan jalan lahir (D.0142)
2) Nyeri Melahirkan b.d Pengeluaran janin d.d robekan jalan lahir (D.0079)
4) Menyusui tidak efektif b.d ketidakadekuatan refleks menghisap bayi d.d kurang
5) Hipotermia b.d terpapar suhu lingkungan rendah d.d kulit bayi teraba dingin
(D.0131)
6) Risiko gangguan perlekatan b.d penghalang fisik (baby warmer) d.d bayi berada di
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Ny. F
No RM : 0013673
Umur : 25 Th
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMK
Alamat : Pondok cabe v, Rt 001/006 kecamatan pamulang
Diagnosa Medis : Partus Normal
No Tipe persalinan BB waktu lahir Usia Janin Keadaan bayi Umur sekarang
waktu lahir
1. Normal 2,90 gr 38 minggu 4 Kulit 1 hari
hari kemerahan,
menangis kuat,
bergerak aktif,
usaha bernafas
baik
1. Keluhan utama :
jahitan, ibu mengatakan masih belum bisa berjalan terlalu jauh dengan
2. Masalah prenatal :
Ibu mengatakan mengalami mual, muntah di trimester pertama, tidak nafsu makan.
mules dari rumah saat dilakukan VT oleh bidan sudah berada pada
pembukaan 4.
6. Riwayat KB :
7. Rencana KB :
3. Istirahat dan tidur Tidur : 7-8 jam perhari 7-8 jam perhari
5. Kebersihan diri/ personal Mandi 2x sehari Sikat gigi Mandi 1x sehari Sikat gigi
hygiene 2x sehari 2x sehari
Ganti pakaian 2x sehari Ganti pakaian 2x sehari
9. Pemeriksaan Fisik
c. Tanda vital :
TD : 149/95 mmHg,
N : 115x/menit,
RR : 19x/menit,
S : 36,50C
d. Kepala
1) Rambut
2) Mata
Bentuk telinga simetris, tampak bersih tidak ada cairan yang keluar
4) Hidung
e. Leher
f. Thoraks
1) Jantung
2) Paru
3) Payudara :
Simetris kanan kiri, tampak bersih, tidak ada luka, tidak ada
30x/menit
Perkusi :Hipertimpany
g. Ektremitas :
h. Perineum
a. Kegiatan keagamaan
Ibu berdoa setiap sebelum makan, ibu berdoa selama proses melahirkan
Peran diri : ibu mengatakan cemas karena belum bisa merawat anak nya
12. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Hubungan Perkawinan
: Keturunan
: Klien
Sumber : Laboratorium RS
Harga diri : ibu mengatakan sanggup merawat dan akan berusaha memberikan ASI
eksklusif bayinya
B. ANALISA DATA
1. Resiko Infeksi b.d Efek prosedur invasif d.d robekan jalan lahir (D.0142)
2. Nyeri Melahirkan b.d Pengeluaran janin d.d robekan jalan lahir (D.0079)
3. Ketidaknyamanan pasca partum b.d trauma perineum selama persalinan dan
kelahiran d.d kondisi pasca persalinan (D.0076)
4. Menyusui tidak efektif b.d ketidakadekuatan refleks menghisap bayi d.d kurang
5. Hipotermia b.d terpapar suhu lingkungan rendah d.d kulit bayi teraba dingin
(D.0131)
6. Risiko gangguan perlekatan b.d penghalang fisik (baby warmer) d.d bayi berada
D. RENCANA KEPERAWATAN
Edukasi:
Kolaborasi:
11. Kolaborasi
pemberian
antibiotik
ataupun
imusisasi (jika
perlu)
Terapeutik:
5. Berikan teknik
nonfarmakologis
(tarik nafas
dalam, kompres
hangat atau
dingin)
6. Kontrol
lingkungan
yang
memperberat
rasa
nyeri(suhu,
pencahayaan,
kebisingan)
Fasilitasi istirahat
dan tidur
Terapeutik
3. Ciptakan
lingkungan
tenang dan
tanpa
gangguan
dengan
pencahayaan
dan suhu ruang
nyaman
4. Gunakan
pakaian
longgar
5. Gunakan nada
suara lembut
dengan irama
lambat dan
berirama
6. Gunakan
relaksasi
sebagai
strategi
penunjang
dengan
analgetik atau
tindakan medis
lain
Edukasi
7. Jelaskan
tujuan,
manfaat,
batasan dan
jenis relaksasi
yang tersedia:
musik, napas
dalam
8. Anjurkan
mengambil
posisi nyaman
9. Anjurkan
rileks dan
merasakan
sensasi
relaksasi
10. Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik
ang dipilih
Menyusui Tidak Setelah dikakukan tindakan Konseling Laktasi
Efektif (D.0029) keperawatan 3x24 jam diharapkan (l.03093)
Observasi :
b/d Status Menyusui (L.03029)
1. Identifikasi
Ketidakadekuatan meningkat. keadaan
refleks Kriteria hasil: emosional ibu
saat akan
menghisap bayi 1. Perlekatan bayi pada payudara
dilakukan
d/d Kurang ibu : meningkat (5) konseling
terpapar 2. Kemampuan ibu menyusui
2. Identifikasi
informasi tentang memposisikan bayi dengan
keinginan dan
metode menyusui benar : meningkat (5) tujuan menyusui
3. Tetesan/pancaran ASI : 3. Identifikasi
permasalahan
Meningkat (5)
yang ibu alami
4. Suplai ASI adekuat : selama proses
Meningkat (5) menyusui
5. Hisapan bayi : meningkat (5)
Teraupetik :
6. Bayi nangis : menurun (5) 4. Gunakan tehnik
mendengarkan
aktif
5. Berikan pujian
terhadap perilaku
yang benar
Edukasi :
Ajarkan teknik
menyusui yang tepat
sesuai kebutuhan ibu
Hipotermia Setelah dikakukan tindakan Manajemen
Hipotermia (l.14507)
(D.0131) b/d keperawatan 3x24 jam diharapkan Observasi :
Terpapar suhu Status Termogulasi (L.14134) . 1. Monitor suhu
tubuh
lingkungan Kriteria hasil: 2. Identifikasi
rendah d/d kulit 1. Menggigil : menurun (1) penyebab
hipotermia
bayi teraba dingin 2. Kulit merah : menurun (1) 3. Monitor tanda
3. Pucat : menurun (1) dan gejala
4. Suhu tubuh : membaik (5) Teraupetik :
5. Suhu kulit : membaik (5) 4. Sediakan
lingkungan yang
hangat
5. Lakukan
penghangatan
pasif
6. Lakukan
penghangatan
aktif eksternal
Edukasi :
Anjurkan minum
Risiko gangguan Setelah dikakukan tindakan Promosi Perlekatan
(l.10342)
perlekatan keperawatan 3x24 jam diharapkan Observasi :
(D.0127) b/d Status perlekatan (L.13122 ) 1. Monitor kegiatan
menyusui
Penghalang fisik menurun. 2. Identifikasi
(baby warmer) Kriteria hasil: kemampuan bayi
menghisap dan
d/d bayi berada di 1. Mengendong bayi untuk menelan ASI
ruang perina menyusu : meningkat (5) 3. Monitor
perlekatan
2. Mempertahankan bayi bersih menyusui
dan hangat : meningkat (5)
Terapeutik :
3. Penghalang fisik : menurun (5) 4. Diskusikan
dengan ibu
masalah selama
proses menyusui
Edukasi :
5. Anjurkan ibu
menopang seluruh
tubuh bayi
6. Anjurkan bayi
yang mendekati
kearah payudara
ibu dari bagian
bawah
7. Anjurkan ibu
untuk menyusui
menunggu mulut
bayi terbuka lebar
sehingga areola
bagian bawah
dapat masuk
sempurna
8. Ajarkan ibu
mengenali tanda
bayi siap
menyusui
E. CATATAN PERKEMBANGAN
Hari ke-1
No Diagnosa Implementasi Keperawatan Evaluasi
Keperawatan
Terapeutik: A:
2. Mencuci tangan sebelum - Masalah risiko infeksi
belum teratasi
dan sesudah kontak
P:
dengan pasien dan
Intervensi dilanjutkan :
lingkungan pasien :
mencuci tangan dengan 7 1. Memonitor tanda
langkah benar dan gejala
3. Mempertahankan teknik infeksi lokal dan
aseptik pada pasein sistemik : adanya
beresiko tinggi.
kemerahan
Edukasi: sekitar perinium.
- Suhu Ruangan : 23 °C
- Pencahayaan Ruangan :
Cukup Terang
- Kebisingan Ruangan :
Tidak bising dan
kondusif
7. Memfasilitasi istirahat
dan tidur : Tidur cukup 8
jam
7. Menjelaskan tujuan,
manfaat, batasan dan
jenis relaksasi yang
tersedia: musik, napas
dalam
8. Menganjurkan
mengambil posisi
nyaman
9. Menganjurkan rileks
dan merasakan sensasi
relaksasi
10. Mengajurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik relaksasi
napas dalam dan musik
P:
2. Mengidentifikasi Intervensi dilanjutkan :
keinginan dan tujuan 1. Menggunakan tehnik
menyusui : Agar ASI mendengarkan aktif :
keluar banyak dan ASI mendengarkan keluhan
bisa terpenuhi untuk bayi pasien dan memberi
semangat/ motivasi untuk
3. Mengidentifikasi pasien
permasalahan yang ibu 2. Memberikan pujian
alami selama proses terhadap perilaku yang
menyusui : perlekatan bayi benar
Edukasi :
6. Mengajarkan teknik
menyusui yang tepat
sesuai kebutuhan ibu
Hari ke-2
perinium. 5. Memonitor
tanda dan
Terapeutik:
gejala infeksi
2. Mencuci tangan
lokal dan
sebelum dan sesudah
kontak dengan sistemik :
pasien dan
adanya
lingkungan pasien :
mencuci tangan kemerahan
dengan 7 langkah
sekitar
benar
perinium.
3. Mempertahankan
teknik aseptik pada
6. Mencuci tangan
pasein beresiko
tinggi sebelum dan
sesudah kontak
Edukasi: dengan pasien
4. Menjelaskan tanda dan lingkungan
dan gejala infeksi : pasien :
adanya kemerahan,
mencuci tangan
bernanah, bengkak
dengan 7
5. Mengajarkan cuci
tangan dengan langkah benar
benar : mencuci
tangan dengan 7 7. Mempertahanka
langkah benar n teknik aseptik
7. Menganjurkan ataupun
meningkatkan imusisasi : Asam
asupan cairan :
minum air mineral 2 Mefenamat,
Liter/hari Clindamycin
300mg, ASI M
Kolaborasi:
8. Mengkolaborasi
pemberian
antibiotik ataupun
imusisasi : Asam
Mefenamat,
Clindamycin 300mg,
ASI M
13. Mengontrol
lingkungan
yang
memperberat rasa
nyeri :
- Suhu Ruangan :
23 °C
- Pencahayaan
Ruangan : Cukup
Terang
- Kebisingan
Ruangan : Tidak
bising dan
kondusif
14. Memfasilitasi
istirahat dan tidur :
Tidur cukup 8 jam
14. Menggunakan
pakaian longgar
15. Menggunakan
nada suara lembut
dengan irama
lambat dan
berirama
16. Menggunakan
relaksasi sebagai
strategi penunjang
dengan analgetik
atau tindakan
medis lain: tehnik
relaksasi tarik
napas dalam
Edukasi
17. Menjelaskan
tujuan, manfaat,
batasan dan jenis
relaksasi yang
tersedia: musik,
napas dalam
18. Menganjurkan
mengambil posisi
nyaman
19. Menganjurkan
rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
20. Mengajurkan
sering mengulangi
atau melatih
teknik relaksasi
napas dalam dan
musik
Teraupetik :
10. Menggunakan tehnik
mendengarkan aktif :
mendengarkan
keluhan pasien dan
memberi semangat/
motivasi untuk
pasien
11. Memberikan pujian
terhadap perilaku
yang benar
Edukasi :
12. Mengajarkan teknik
menyusui yang tepat
sesuai kebutuhan ibu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Kesimpulan umum dari hasil studi kasus ini yaitu asuhan keperawatan pada post
partum normal dengan diagnosa keperawatan nyeri melahirkan, risiko infeksi dan
lain lain dalam terapi relaksasi tarik mampu mengurangi skala nyeri. Kesimpulan
secara khusus dari hasil studi kasus ini yaitu pengkajian di lakukan dengan
menggunakan format nyeri akut, sehingga ditemukan data tentang keluhan nyeri
pada klien sesuai dengan pengkajian PQRST .
1. Diagnosa yang diangkat oleh kelompok dalam kasus ini adalah resiko infeksi b.d
efek prosedur invasif d.d robekan jalan lahir (D.0142), nyeri melahirkan b.d
pengeluaran janin d.d robekan jalan lahir (D.0079), ketidaknyamanan pasca
partum b.d trauma perineum selama persalinan dan kelahiran d.d kondisi pasca
persalinan (D.0076), menyusui tidak efektif b.d ketidakadekuatan refleks
menghisap bayi d.d kurang terpapar informasi tentang metode menyusui (D.0029),
hipotermia b.d terpapar suhu lingkungan rendah d.d kulit bayi teraba dingin
(D.0131), risiko gangguan perlekatan b.d penghalang fisik (baby warmer) d.d bayi
berada di ruangan perina (D.0127).
2. Intervensi dalam membuat rencana keperawatan disesuaikan dengan situasi dan
kondisi klien serta kondisi lingkungan.
3. Impelemtasi tindakan keperawatan pada klien disesuaikan dengan rencana
keperawatan yang sebelumnya tersusun dan sesuaikan dengan konsidi klien pada
pelaksanaan, tidak semua tindakan dapat tercapai karena keterbatan waktu.
4. Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses yang berfungsi untuk menilai
hasil tindakan keperawatan dan rencana keperawatan sebagai tolak ukur dan
evaluasi dilakukan merupakan evaluasi diri jangka pendek, sedangkan tujuan
jangka panjang belum dapat teratasi karena membutuhkan waktu yang cukup
lama.evaluasi yang didaptkan pada klien. Masalah sudah teratasi dan klien
sudah pulang.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Lenggu, Y. M. (2019). Asuhan Keperawatan Post Partum Normal Hari Ketiga Pada Ny. IF
Dengan G2p2a0 Diwilayah Kerja Puskesmas Bakunase Kota Kupang (Doctoral
dissertation, Poltekkes Kemenkes Kupang).
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria
Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.