Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

F DENGAN
POST PARTUM NORMAL DI RUANG KENANGA RSIA
PERMATA SARANA HUSADA

Untuk Memenuhi Tugas Stase Maternitas Di Rumah Sakit Permata Sarana Husada

Dosen Pembimbing : Ns. Rita Dwi Pratiwi, S.Kep., M.Sc

Oleh :
Eka Satya Putri (211030230243)
Nela Nofita Devi (211030230165)
Fenni Elsa Fitria (211030230237)
Riana Nur Cahyaningtias (211030230261)
Anisa Oktaviani (211030230229)
Tesa Lonica Aprilia (211030230150)
Wahyuni Cahyaningtias (211030230169)
Ryana Ananta
Suci Nur Ayu

Program Studi Profesi Ners


STIKes Widya Dharma Husada Tangerang Tahun 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas segala kuasa dan karunia yang diberikan
sehigga penulis dapat menyelesaikan Profesi Ners yang berjudul ”Laporan Asuhan Keperawatan
Pada Pasien NY.T Dengan Post Partum Di Ruang Kenanga RSIA Permata Sarana Husada”.
Profesi Ners ini diajukan untuk memenuhi tugas maternitas di RSIA Permata Sarana Husada
Tangerang.
Dalam menyelesaikan tugas ini penulisan menyadari bahwa banyak mendapat bantuan berupa
bimbingan, arahan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Dr. (HC) Drs.H.Darsono Selaku Ketua Yayasan STIKes Widya Dharma Husada Tangerang
2. Ns. Riris Andriati, S.Kep., M.Kes Selaku Ketua STIKes Widya Dharma Husada Tangerang
3. Dr. H. M. Hasan, SKM., M.Kes Selaku Wakil Ketua 1 Bidang Akademik STIKes Widya
Darma Husada
4. Siti Novy Romlah, SST., M.Epid Selaku Wakil Ketua 2 Bidang Akademik Stikes Widya
Dharma Husada
5. Ida Listiana, SST, M.Kes Selaku Wakil Ketua 3 Bidang Akademik Stikes Widya Dharma
Husada

6. Ns. Dewi Fitriani, S.Kep., M.Kep Selaku Ketua Studi s1 Keperawatan dan Pendidikan Profesi
Ners Stikes Widya Dharma Husada Tangerang

7. Ns. Rita Dwi Pratiwi, S.Kep., M.Sc Selaku Pembimbing Profesi Ners Yang Telah
Memberikan Arahan Dan Bimbingan.

Dengan berbagai keterbatasan dalam pembuatan laporan ini, penulis menerima kritik dan saran
yang bersifat membangun guna memperbaikan laporan ini.

Tangerang, 15 Desember 2021


DAFTAR ISI
BAB I

TINJAUAN TORI

A. KONSEP DASAR

1. DEFINISI
Post partum merupakan masa sesudah melahirkan atau persalinan. Masa beberapa jam
sesudah lahirnya plasenta atau tali pusat sampai minggu ke enam setelah melahirkan,
setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran
reproduksi kembali keadaan yang normal pada saat sebelum hamil (Marmi, 2012).
Post partum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada keadaan
tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru. (Mitayani,
2011). Post Partum adalah masa setelah keluarnya placenta sampai alat-alat
reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung
selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010).
Post partum atau masa nifas disebut juga Puerperium yang berasal dari bahasa latin
yaitu dari kata Puer yang berarti bayi dan Parous yang berarti melahirkan. Batasan
waktu nifas yang paling singkat (minimumm) tidak ada batasan waktunya, bahkan
bisa jadi dalam waktu yang relatif pendek darah sudah keluar, sedangkan batasan
maksimumnya adalah 40 hari (Ambarwati E,R,Diah,W, 2010). Jadi, masa nifas
adalah masa setelah keluarnya placenta sampai pada alat-alat reproduksi menjadi
pulih kembali seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas itu berlangsung
selama 6 minggu atau selama 40 hari.

2. ETIOLOGI
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia internal maupun eksterna akan berangsur-angsur
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan- perubahan alat genital ini
dalam keseluruhannya disebut involusi (winknjosastro,2006:237). Setelah bayi lahir,
uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras,
sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi
plasenta. Otot rahim terdiri dari tiga lapis otot membentuk anyaman sehingga
pembuluh darah dapat tertutup sempurna, dengan demikian terhindari dari perdarahan
post partum (Manuaba, 1998 : 190).
3. FISIOLOGI
Sistem reproduksi dan struktur terkait pasca partum :

a. Adaptasi Fisiologi Pada Post Partum

1) Proses Involusi

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut


involusi. Proses dimulai setelah plasenta keluar akibat konstraksi otot-otot polos
uterus. Pada akhir persalinan tahap III, uterus berada digaris tengah, kira-kira 2
cm dibawah umbilikus dengan fundus bersandar pada promontorium sakralis.
Ukuran uterus saat kehamilan enam minggu beratnya kira-kira 1000 gr. Dalam
waktu 12 jam, tinggi fundus kurang lebih 1 cm diatas umbilikus. Fundus turun
kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari keenam fundus normal berada
dipertengahan antara umbilikus dan simfisis fubis. Seminggu setelah melahirkan
uterus berada didalam panggul sejati lagi, beratnya kira-kira 500 gr, dua minggu
beratnya 350 gr, enam minggu berikutnya mencapai 60 gr (Bobak,2004:493).

2) Konstraksi Uterus

Intensitas kontraksi uterus meningkat segera setelah bayi lahir, diduga adanya
penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hemostatis pascapartum
dicapai akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi
trombosit dan pembentukan pembekuan. Hormon desigen dilepas dari kelenjar
hipofisis untuk memperkuat dan mengatur konstraksi. Selama 1-2 jam I
pascapartumintensitas konstraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur,
karena untuk mempertahankan kontraksi uterus biasanya disuntikkan aksitosan
secara intravena atau intramuscular diberikan setelah plasenta lahir (Bobak,
2004: 493).

3) Tempat Plasenta

Setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontriksi vaskuler dan trombosis


menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak
teratur. Pertumbuhan endometrium menyebabkan pelepasan jaringan nekrotik
dan mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik
penyembuhan luka. Proses penyembuhan memampukan endometrium
menjalankan siklusnya seperti biasa dan memungkinkan implantasi untuk
kehamilan dimasa yang akan datang. Regenerasi endometrium selesai pada akhir
minggu ketiga pascapartum, kecuali bekas tempat plasenta (Bobak, 2004: 493).

4) Lochea

Lochea adalah rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna
merah lalu menjadi merah tua atau merah coklat. Rabas mengandung bekuan
darah kecil. Selama 2 jam pertama setelah lahir, jumlah cairan yang keluar dari
uterus tidak boleh lebih dari jumlah maksimal yang keluar selama menstruasi.
Lochea rubra mengandung darah dan debris desidua dan debris trofoblastik.
Aliran menyembur menjadi merah muda dan coklat setelah 3-4 hari (lochea
serosa). lochea serosa terdiri dari darah lama (old blood), serum, leukosit dan
debris jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, warna cairan ini menjadi
kuning sampai putih (lochea alba). Lochea alba mengandung leukosit, desidua,
sel epitel, mucus, serum dan bakteri. Lochea alba bertahan selama 2-6 minggu
setelah bayi lahir (Bobak, 2004: 494).

5) Serviks

Serviks menjadi lunak setelah ibu malahirkan. 18 jam pascapartum, serviks


memendek dan konsistensinya lebih padat kembali kebentuk semula. Muara
serviks berdilatasi 10 cm, sewaktu melahirkan, menutup bertahap 2 jari masih
dapat dimasukkan Muara serviks hari keempat dan keenam pascapartum (Bobak,
2004: 495).

6) Vagina dan Perinium

Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan mucosa vagina


dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara
bertahap keukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir . Rugae akan
kembali terlihat pada sekitar minggu keempat (Bobak, 2004:495).

7) Payudara

Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan payudara selama wanita


hamil (estrogen, progesteron, human chrorionic gonadotropin, prolaktin, dan
insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Hari ketiga atau keempat
pascapartum terjadi pembengkakan (engorgement). Payudara bengkak,
keras,nyeri bila ditekan, dan hangat jika diraba (kongesti pembuluh darah
menimbulkan rasa hangat). Pembengkakan dapat hilang dengan sendirinya dan
rasa tidak nyaman berkurang dalam 24 jam sampai 36 jam. Apabila bayi belum
menghisap (atau dihentikan), laktasi berhenti dalam beberapa hari sampai satu
minggu. Ketika laktasi terbentuk, teraba suatu massa (benjolan), tetapi kantong
susu yang terisi berubah dari hari kehari. Sebelum laktasi dimulai, payudara
terasa lunak dan keluar cairan kekuningan, yakni kolostrum, dikeluarkan dari
payudara. Setelah laktasi dimulai, payudara terasa hangat dan keras waktu
disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama 48 jam, susu putih kebiruan (tampak
seperti susu skim) dapat dikeluarkan dari puting susu (Bobak,
2004:498).

8) Laktasi

Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-


kelanjar untuk menghadapi masa laktasi. Proses ini timbul setelah ari-ari atau
plasenta lepas. Ari-ari mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon
placenta) yang menghambat pembentukan ASI. Setelah ari-ari lepas ,hormone
placenta tak ada lagi sehingga terjadi produksi ASI. Sempurnanya ASI keluar 2-3
hari setelah melahirkan. Namun sebelumnya di payudara sudah terbentuk
kolostrum yang bagus sekali untuk bayi, karena mengandung zat kaya Gizi dan
antibodi pembunuh kuman.

9) Sistem Endokrin

Selama postpartum terjadi penurunan hormon human placenta latogen (HPL),


estrogen dan kortisol serta placental enzime insulinase membalik efek
diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun pada masa
puerperium. Pada wanita yang tidak menyusui, kadar estrogen meningkat pada
minggu kedua setelah melahirkan dan lebih tinggi dari wanita yang menyusui
pascapartum hari ke-17 (Bobak, 2004: 496).

10) Sistem Urinarius

Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut
menyebabkan peningkatan fungís ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid
setelah wanita melahirkan akan mengalami penurunan fungsi ginjal selama masa
pascapartum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu 1 bulan setelah wanita
melahirkan. Trauma terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses
melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati hiperemis dan edema. Kontraksi
kandung kemih biasanya akan pulih dalam 5-7 hari setelah bayi lahir (Bobak,
2004:497-498).

11) Sistem Cerna

Ibu biasanya lapar setelah melahirkan sehingga ia boleh mengkonsumsi makanan


ringan. Penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu
yang singkat setelah bayi lahir. Buang air besar secara spontan bisa tertunda
selama tiga hari setelah ibu melahirkan yang disebabkan karena tonus otot usus
menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pasca partum. Nyeri saat
defekasi karena nyeri diperinium akibat episiotomi, laserasi, atau hemoroid
(Bobak, 2004: 498).

12) Sistem Kardiovaskuler

Pada minggu ke-3 dan 4 setelah bayi lahir, volume darah biasanya turun sampai
mencapai volume sebelum hamil. Denyut jantung, volume sekuncup dan curah
jantung meningkat sepanjang hamil. Setelah wanita melahirkan meningkat tinggi
selama 30-60 menit, karena darah melewati sirkuit uteroplasenta kembali ke
sirkulasi umum. Nilai curah jantung normal ditemukan pemeriksaan dari 8-10
minggu setelah wanita melahirkan(Bobak, 2004:499-500).

13) Sistem Neurologi


Perubahan neurologi selama puerperium kebalikan adaptasi neourologis wanita
hamil, disebabkan trauma wanita saat bersalin dan melahirkan. Rasa baal dan
kesemutan pada jari dialami 5% wanita hamil biasanya hilang setelah anak lahir.
Nyeri kepala pascapartum disebabkan hipertensi akibat kehamilan , strees dan
kebocoran cairan serebrospinalis. Lama nyeri kepala 1-3 hari dan beberapa
minggu tergantung penyebab dan efek pengobatan.

14) Sistem Muskuloskeletal

Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu terjadi selama hamil berlangsung terbalik


pada masa pascapartum. Adaptasi membantu relaksasi dan hipermeabilitas sendi
dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi sendi
lengkap pada minggu ke 6-8 setelah wanita melahirkan (Bobak, 2004: 500-501).

15) Sistem Integumen

Kloasma muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan berakhir;
hiperpigmentasi di aerola dan linea tidak menghilang seluruhnya setelah bayi
lahir. Kulit meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin
memudar tapi tidak hilang seluruhnya. Kelainan pembuluh darah seperti spider
angioma (nevi), eritema palmar dan epulis berkurang sebagai respon penurunan
kadar estrogen.Pada beberapa wanita spider nevi bersifat menetap (Bobak, 2004:
501-502).

b. Adaptasi Psikologis Post Partum


Menurut Rubin dalam Varney (2007) adaptasi psikologis post partum dibagi
menjadi beberapa fase yaitu :

1) Fase Taking In ( dependent)

Fase ini dimulai pada hari kesatu dan kedua setelah melahirkan, dimana ibu
membutuhkan perlindungan dan pelayanan pada tahap ini pasien sangat
ketergantungan.

2) Fase Taking Hold (dependent- independent)

Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu
keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap menerima pesan barunya
dan belajar tentang hal-hal baru, pada fase ini ibu membutuhkan banyak
sumber informasi.

3) Fase Letting Go (independent)


Fase dimulai minggu kelima sampai minggu keenam setelah kelahiran, dimana
ibu mampu menerima tanggung jawab normal.

1. Tanda- Tanda Bahaya Post Partum


- Perdarahan vagina yang hebat atau tiba-tiba bertambah banyak

- Pengeluaran vagina yang baunya menusuk

- Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung

- Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan

- Pembengkakan di wajah/tangan

- Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, merasa tidak enak badan

- Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan atau terasa sakit

- Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang sama

- Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki

4. PATHWAY
5. Manifestasi Klinis
1) Laserasi Perineum

Biasanya terjadi sewaktu kepala janin dilahirkan, luas robekan didefinisikan


berdasarkan kedalaman robekan :
a. Derajat pertama (robekan mencapai kulit dan jaringan)

b. Derajat kedua (robekan mencapai otot-otot perineum)

c. Derajat tiga (robekan berlanjut ke otot sfinger ari)

d. Derajat empat (robekan mencapai dinding rektum anterior)

2) Laserasi Vagina

Sering menyertai robekan perineum, robekan vagina ce nderung mencapai dinding

lateral (sulci) dan jika cukup dalam, dapat mencapai levator ani.

3) Cedera Serviks

Terjadi jika serviks beretraksi melalui kepala janin yang keluar. Laserasi serviks
akibat persalinan Laserasi serviks akibat persalinan terjadi pada sudut lateral
ostium eksterna, kebanyakan dangkal dan pendarahan minimal (Bobak,2004: 344-
345).

6. Penatalaksana
1) Perbaikan Episiotomi

e. Jika terdapat hematoma, darah dikeluarkan, jika tidak ada tanda infeksi dan

pendarahan sudah berhenti, lakukan penjahitan.

f. Jika infeksi, buka dan drain luka

g. Jika infeksi mencapai otot dan terdapat nekrosis, lakukan debridemen dan

berikan antibiotika secara kombinasi sampai pasien bebas demam dalam 48 jam

(Prawirohardjo, 2002).
7. Komplikasi
- Pendarahan
Karena proses episiotomy dapat mengakibatkan terputusnya jaringan sehingga
merusak pembuluh darah terjadilah pendarahan.

- Infeksi

Infeksi terkait dengan jalannya tindakan episiotomy berhubungan dengan


ketidaksterilan alat-alat yang digunakan.

- Hipertensi

Penyakit hipertensi berperan besar dalam morbiditas dan mortalitas maternal dan
perinatal. Hipertensi diperkirakan menjadi komplikasi sekitar 7% sampai 10%
seluruh kehamilan.

- Gangguan Psikososial

Kondisi psikososial mempengaruhi integritas keluarga dan menghambat ikatan


emosional bayi dan ibu. Beberapa kondisi dapat mengancam keamanan dan
kesejahteraan ibu dan bayi.
BAB II
TINJAUAN TEORI KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian pada Ibu Post Partum

Pada pengkajian klien dengan post partum data yang ditemukan meliputi

distres janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin,

prolapstali pusat, abrupsi oplasenta dan plasenta previa.

a. Identitas atau biodata klien

Meliputi : nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,

pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, nomor registrasi,

dan diagnosa keperawatan.

b. Keluhan utama

Keluhan yang dirasakan klien pada saat ini dikumpulkan untuk

menentukan prioritas intervensi keperawatan, keluhan utama pada post

operasi SC biasanya adalah nyeri dibagian abdomen, pusing dan sakit

pinggang.

c. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat pada saat sebelum inpartus di dapatkan cairan yang keluar

pervaginan secara spontan kemudian tidak diikuti tanda- tanda

persalinan.
2) Riwayat penyakit dahulu
Apakah ada riwayat penyakit dahulu

3) Riwayat penyakit keluarga

Apakah ada Riwayat penyakit keluarga

d. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala dan Muka

1) Rambut

Bagaimana bentuk kepala, warna rambut, kebersihan

rambut,dan apakah ada benjolan.

2) Mata

Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata,

konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata

pucat(anemia) karena proses persalinan yang mengalami

perdarahan, sklera kuning.

3) Telinga

Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana

kebersihannya, adakah cairan yang keluar dari telinga.

4) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum

kadang-kadang ditemukan pernapasan cuping hidung.

5) Mulut dan gigi

Mulut bersih/kotor, mukosa bibir kering/lembab.

b. Leher

Saat dipalpasi ditemukan ada/tidak pembesaran kelenjar tiroid,

karna adanya proses penerangan yang salah.

c. Paru-paru

Kesimetrisan bentuk/postur dada, (gerakan nafas, frekuensi

irama, kedalaman, dan upaya pernafasan), warna kulit, lesi,

edema, pembengkakan/penonjolan, kaji pergerakan dada,

massa dan lesi nyeri, tractile fremitus apakah normal kanan dan

kiri.

d. Jantung

Terjadi peningkatan frekuensi nadi, irama tidak teratur, serta

peningkatan tekanan darah.

e. Payudara

Inspeksi ukuran, bentuk, warna dan kesimetrisan serta palpasi

konsistensi apakah ada nyeri tekan guna menentukan status

laktasi.

f. Abdomen

Apakah kembung, asites, terdapat nyeri tekan, lokasi massa,

lingkar abdomen, bising usus, tampak linea nigra, striae.


Terdapat luka operasi sectio caesarea, mengkaji luka jahitan

post sectio caesarea.

g. Ektremitas bawah

Inspeksi ukuran, bentuk, bentuk kesimetrisan, edema, dan

varises. Suhu dan pembengkakan dirasakan dengan palpasi.

Tanda-tanda tromboflebitis yaitu kemerahan, panas, nyeri

tekan, biasanya terjadi pada betis. Tanda hooman, muncul

nyeri betis saat gerakan dorsofleksi.

h. Genetalia

Melihat kebersihan dari genetalia, adanya lesi atau nodul dan

mengkaji keadaan lokhea. Lokhea yang berbau menunjukkan

tanda-tanda resiko infeksi.

e. Nutrisi

Ibu yang menyusui harus mengkonsumsi tambahan Ibu yang

menyusui harus mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari , pil

zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya 40

hari pasca bersalin, makan dengan diet berimbang untuk

mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup ,

mengonsumsi kapsul vitamin A 9200.000) unit, agar bisa

memberikan vitamin A kepada bayinya melalui asinya (Siti, dkk

2013). Makanan bergizii terdapat pada sayur hijau, lauk pauk dan

buahh. Konsumsi sayur hijau seperti bayam, sawi, kol dan sayur
hijau lainnya menjadi sumber makanan bergizi. Untuk lauk pauk dapat

memilih daging ayamm, ikan, telur, dan sejenisnya.

f. Pemeriksaan laboratorium

Untuk mengkaji apakah ada anemia, pemeriksaan hitung darahh lengkap,

hematokrit atau haemoglobin dilakukan dalam 2 sampai 48 jam setelah

persalinan. Karena banyaknya adaptasi fisiologi saat wanita kembali ke

keadaan sebelum hamil, nilai darah berubah setelah melahirkan. Dengan

rata-rata kehilangan darah 400-500 ml, penurunan 1g kadar haemoglobin

atau 30% nilai hemmatokrit masih dalam kisaran yang diharapkan.

Penurunan nilai yang lebih besar disebabkan oleh perdarahan hebat saat

melahirkan, hemoragi, atau anemia prenatal.

2. Diagnosa Keperawatan

1) Resiko Infeksi b.d Efek prosedur invasif d.d robekan jalan lahir (D.0142)

2) Nyeri Melahirkan b.d Pengeluaran janin d.d robekan jalan lahir (D.0079)

3) Ketidaknyamanan pasca partum b.d trauma perineum selama persalinan dan

kelahiran d.d kondisi pasca persalinan (D.0076)

4) Menyusui tidak efektif b.d ketidakadekuatan refleks menghisap bayi d.d kurang

terpapar informasi tentang metode menyusui (D.0029)

5) Hipotermia b.d terpapar suhu lingkungan rendah d.d kulit bayi teraba dingin

(D.0131)

6) Risiko gangguan perlekatan b.d penghalang fisik (baby warmer) d.d bayi berada di

ruangan perina (D.0127)


BAB III
LAPORAN KASUS

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien
Nama : Ny. F
No RM : 0013673
Umur : 25 Th
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMK
Alamat : Pondok cabe v, Rt 001/006 kecamatan pamulang
Diagnosa Medis : Partus Normal

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. P
Umur : 28 Th
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : Sarjana
Hubungan dengan klien : Suami
Alamat : Pondok cabe v, Rt 001/006 kecamatan pamulang

3. Data Umum Kesehatan


Status Obstetrikus : G1P0A0

No Tipe persalinan BB waktu lahir Usia Janin Keadaan bayi Umur sekarang
waktu lahir
1. Normal 2,90 gr 38 minggu 4 Kulit 1 hari
hari kemerahan,
menangis kuat,
bergerak aktif,
usaha bernafas
baik
1. Keluhan utama :

Ibu mengatakan nyeri pada bagian perinerum, skala nyeri 6. Ibu

mengatakan lemas, ibu mengatakan takut ingin BAK karena luka

jahitan, ibu mengatakan masih belum bisa berjalan terlalu jauh dengan

sendiri, ibu mengatakan tidak nyaman dengan adanya darah nifas.

2. Masalah prenatal :

Ibu mengatakan mengalami mual, muntah di trimester pertama, tidak nafsu makan.

3. Riwayat persalinan sekarang :

Pada tanggal 10 Desember 2021 jam 06.00 WIB pasien dibawa

suaminya ke IGD RSIA Permata Sarana Husada mengatakan hamil

anak pertama. Dengan usia kehamilan 38 minggu 4 hari mengatakan

mules dari rumah saat dilakukan VT oleh bidan sudah berada pada

pembukaan 4.

4. Riwayat Kesehatan yang lalu :

Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat kesehatan yang lalu, hanya

saja sakit biasa seperti demam, flu dan batuk.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga :

Ibu mengatakan keluarganya tidak mempunyai riwayat penyakit

menular, alergi obat, dan tidak mempunyai penyakit keturunan

6. Riwayat KB :

Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat KB

7. Rencana KB :

Ibu mengatakan belum berkeinginan untuk KB


8. Pola Aktivitas Sehari-Hari

Jenis Aktivitas Di rumah Di Rumah Sakit

1. Pemenuhan nutrisi Makan : Makan :


Jenis makanan : nasi + Jenis makanan : nasi +
lauk + sayur + cemilan lauk + sayur + sepotong
roti
Porsi : setengah porsi habis Porsi : satu porsi habis
Minum : 8-10 Minum : 7-8 gelas perhari
gelas (1 gelas : 200ml)
perhari (1 gelas : 200ml)

2. Eliminasi BAK : 5-6 kali/hari BAK : 4-5 kali/hari


BAB : 1-2 kali/hari BAB : 1 kali/hari

3. Istirahat dan tidur Tidur : 7-8 jam perhari 7-8 jam perhari

4. Ambulasi Aktivitas mandiri Aktivitas ke kamar mandi


dibantu oleh suaminya,
karena masih nyeri pada
luka operasi

5. Kebersihan diri/ personal Mandi 2x sehari Sikat gigi Mandi 1x sehari Sikat gigi
hygiene 2x sehari 2x sehari
Ganti pakaian 2x sehari Ganti pakaian 2x sehari
9. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : baik

b. Kesadaran : Compos Mentis dengan GCS 15 ( E4M6V5)

c. Tanda vital :

TD : 149/95 mmHg,

N : 115x/menit,

RR : 19x/menit,

S : 36,50C

d. Kepala

1) Rambut

Bentuk kepala ibu bulat, warna rambut hitam,

kebersihan rambut baik,dan tidak ada benjolan.

2) Mata

Simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis, tidak

ada nyeri tekan, sklera berwarna putih


3) Telinga

Bentuk telinga simetris, tampak bersih tidak ada cairan yang keluar

4) Hidung

Simetris, tidak ada polip

5) Mulut dan gigi

Mulut bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada sariawan.

Gigi tidak ada karies

e. Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

f. Thoraks

1) Jantung

Palpasi : ictus cordis teraba di

IC Auskultasi: suara vesikuler

2) Paru

Inspeksi : simetris kanan kiri

Palpasi : vokal fremitus sama, kanan dan kiri

Perkusi : sonor dikedua lapang paru

Auskultasi: suara vesikuler

3) Payudara :

Simetris kanan kiri, tampak bersih, tidak ada luka, tidak ada

nyeri tekan, aerola menonjol.


4) Abdomen
Inspeksi : simetris kanan dan kiri

Palpasi : Teraba fundus 2cm dibawah pusat. Uterus teraba

keras. Kandung kemih teraba lunak.

Auskultasi : Bising usus

30x/menit

Perkusi :Hipertimpany

g. Ektremitas :

Kekuatan otot 5555│5555 tidak terdapat fraktur, refleks patella

(+). Reflek babinsky dan budzinky (+)

h. Perineum

Terdapat luka robek grade I dengan diameter 3cm


Genitalia Jumlah Warna Konsistensi Nyeri Bau
 Perdarahan
pervagina :
- Flour albus Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
- Lochea rubra
400ml Merah segar Lunak Tidak ada Amis
 Luka episiotomy

Ada Tidak ada Tidak ada Ada Tidak ada


2cm

i. Hooman sign : dorfleksi kaki, tidak ada nyeri pada betis

j. Hemoroid : tidak ada

k. Varises : tidak ada

10. Pola interaksi sosial

Orang terdekat pasien adalah keluarga bila ada masalah pasien

mendiskusikan dengan keluarga

a. Kegiatan keagamaan

Ibu berdoa setiap sebelum makan, ibu berdoa selama proses melahirkan

b. Keadaan psikososial selama sakit:

Harapan keluarga pasien lekas sembuh, keluarga pasien

berinteraksi dengan baik dengan petugas kesehatan

11. Pemeriksaan Psikososial

Konsep diri : ibu mengatakan bahagia atas kelahiran anak pertama

Peran diri : ibu mengatakan cemas karena belum bisa merawat anak nya
12. Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Hubungan Perkawinan

: Keturunan

: Klien

12. Pemeriksaan Penunjang

Tgl Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan Interpretasi


Hemoglobin 11,5 g/dl P (14-18 ) W(12-16) Normal
10
Leukosit 10,7 Ribu/mm3 4.0 – 10.0 Tidak normal
Dese
Trombosit 360 Ribu//mm3 150-450 Normal
mber
Basofil 0 % 0-1 Normal
2021
Batang 2 % 2-6 Normal
Eosinofil 1 % 0-3 Normal
Limposit 23 % 20-40 Normal
Monosit 7 % 2-8 Normal
Segmen 68 % 40-70 Normal
HBSAG Negatif Normal

Sumber : Laboratorium RS

Identitas diri : ibu mengatakan sudah siap menjadi ibu

Harga diri : ibu mengatakan sanggup merawat dan akan berusaha memberikan ASI
eksklusif bayinya
B. ANALISA DATA

No Data Fokus Problem Etiologi


1. DS: Risiko infeksi Efek prosedur
- Nyeri didaerah perineum D.0142 invasif d.d robekan
DO: jalan lahir
- Ku: Composmentis
- Pasien tampak meringis kesakitan
- Sekitar perium agak kemerahan
- TTV:
TD: 149/96 mmHg
N: 115 x/menit

2. DS : Nyeri Melahirkan Pengeluaran janin


- Pasien mengatakan nyeri pada D. 0079 d.d robekan jalan
perineum lahir
- Pasien mengatakan tidak nyaman
- Pasien mengatakan takut
bergerak
- Pasien mengatakan nyeri seperti
ditusuk-tusuk
DO:
- Ku: Composmentis
- Pasien tampak meringis
kesakitan
- Pasien tampak memproteksi diri
- Pasien tampak gelisak
- Terdapat perubahan pola
berkemih
- Skala nyeri 6
- TTV:
TD: 149/96 mmHg
N: 115 x/menit

3. DS: Ketidaknyamanan trauma perineum


- Pasien mengeluh tidak nyaman pasca partum selama persalinan
karena adanya darah nifas D.0075 dan kelahiran d.d
- Pasien mengatakan nyeri pada
kondisi pasca
jaitan jalan lahir
- Pasien mengatakan takut BAK persalinan
DO:
- Pasien tampak meringis
- Terdapat kontraksi uterus
- Terdapat luka episiotomy
- TTV:
TD: 149/96 mmHg
N: 115 x/menit
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko Infeksi b.d Efek prosedur invasif d.d robekan jalan lahir (D.0142)
2. Nyeri Melahirkan b.d Pengeluaran janin d.d robekan jalan lahir (D.0079)
3. Ketidaknyamanan pasca partum b.d trauma perineum selama persalinan dan
kelahiran d.d kondisi pasca persalinan (D.0076)
4. Menyusui tidak efektif b.d ketidakadekuatan refleks menghisap bayi d.d kurang

terpapar informasi tentang metode menyusui (D.0029)

5. Hipotermia b.d terpapar suhu lingkungan rendah d.d kulit bayi teraba dingin

(D.0131)

6. Risiko gangguan perlekatan b.d penghalang fisik (baby warmer) d.d bayi berada

di ruangan perina (D.0127)

D. RENCANA KEPERAWATAN

DX. Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko infeksi b.d Setelah melakukan tindakan Pencegahan infeksi


(I.14539)
efek prosedur keperawatan 3x24 jam diharapkan Observasi:
invasif d.d Tingkat infeksi (L.14137) 1. Monitor
robekan jalan menurun. tanda dan
lahir (D.0142) Kriteria Hasil:
gejala
1. Kebersihan luka meningkat(5)
infeksi lokal
2. Kebersihan
dan sistemik
badan
meningkat(5) Terapeutik:
2. Batasi jumlah
3. Nyeri pengunjung
menurun(5)
3. Berikan perawatan
kulit pada area
edema
4. Cuci tangan
sebelum dan
sesudah kontak
dengan pasien
dan lingkungan
pasien
5. Pertahankan
teknik aseptik
pada pasein
beresiko tinggi

Edukasi:

6. Jelaskan tanda dan


gejala infeksi
7. Ajarkan cuci
tangan dengan
benar
8. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
9. Anjurkan
10. meningkatkan
asupan cairan

Kolaborasi:
11. Kolaborasi
pemberian
antibiotik
ataupun
imusisasi (jika
perlu)

Nyeri melahirkan Setelah dikakukan tindakan Manajemen nyeri


(I.08238)
b.d pengeluaran keperawatan 3x24 jam diharapkan Observasi:
janin d.d robekan Tingkat nyeri (L.08066) menurun. 1. Identifikasi
jalan lahir lokasi,
(D.0079) Kriteria Hasil: karakteristik,
1. Keluhan nyeri menurun(5) frekuensi,
2. Tampak meringis intensitas
menurun(5) nyeri
3. Sikap protektif 2. Identifikasi skala
nyeri
menurun (5)\
3. Identifikasi
4. Gelisah menurun faktor penyebab
(5) nyeri
4. Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik

Terapeutik:
5. Berikan teknik
nonfarmakologis
(tarik nafas
dalam, kompres
hangat atau
dingin)
6. Kontrol
lingkungan
yang
memperberat
rasa
nyeri(suhu,
pencahayaan,
kebisingan)
Fasilitasi istirahat
dan tidur

Ketidaknyamanan Setelah dikakukan tindakan Terapi relaksasi


(I.09326)
pasca partum b.d keperawatan 3x24 jam diharapkan Observasi
trauma perineum Status kenyamanan pasca partum 1. Periksa
ketegangan
selama persalinan (L.07061) menurun. otot, frekuensi
dan kelahiran d.d Kriteria hasil: nadi, tekanan
darah, dan
kondisi pasca 1. Keluhan tidak nyaman suhu sebelum
persalinan menurun (5) dan sesudah
latihan
(D.0076) 2. Meringis menurun (5) 2. Monitor
3. Luka episiotomi menurun (5) respon
terhadap terapi
relaksasi

Terapeutik
3. Ciptakan
lingkungan
tenang dan
tanpa
gangguan
dengan
pencahayaan
dan suhu ruang
nyaman
4. Gunakan
pakaian
longgar
5. Gunakan nada
suara lembut
dengan irama
lambat dan
berirama
6. Gunakan
relaksasi
sebagai
strategi
penunjang
dengan
analgetik atau
tindakan medis
lain
Edukasi
7. Jelaskan
tujuan,
manfaat,
batasan dan
jenis relaksasi
yang tersedia:
musik, napas
dalam
8. Anjurkan
mengambil
posisi nyaman
9. Anjurkan
rileks dan
merasakan
sensasi
relaksasi
10. Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik
ang dipilih
Menyusui Tidak Setelah dikakukan tindakan Konseling Laktasi
Efektif (D.0029) keperawatan 3x24 jam diharapkan (l.03093)
Observasi :
b/d Status Menyusui (L.03029)
1. Identifikasi
Ketidakadekuatan meningkat. keadaan
refleks Kriteria hasil: emosional ibu
saat akan
menghisap bayi 1. Perlekatan bayi pada payudara
dilakukan
d/d Kurang ibu : meningkat (5) konseling
terpapar 2. Kemampuan ibu menyusui
2. Identifikasi
informasi tentang memposisikan bayi dengan
keinginan dan
metode menyusui benar : meningkat (5) tujuan menyusui
3. Tetesan/pancaran ASI : 3. Identifikasi
permasalahan
Meningkat (5)
yang ibu alami
4. Suplai ASI adekuat : selama proses
Meningkat (5) menyusui
5. Hisapan bayi : meningkat (5)
Teraupetik :
6. Bayi nangis : menurun (5) 4. Gunakan tehnik
mendengarkan
aktif
5. Berikan pujian
terhadap perilaku
yang benar

Edukasi :
Ajarkan teknik
menyusui yang tepat
sesuai kebutuhan ibu
Hipotermia Setelah dikakukan tindakan Manajemen
Hipotermia (l.14507)
(D.0131) b/d keperawatan 3x24 jam diharapkan Observasi :
Terpapar suhu Status Termogulasi (L.14134) . 1. Monitor suhu
tubuh
lingkungan Kriteria hasil: 2. Identifikasi
rendah d/d kulit 1. Menggigil : menurun (1) penyebab
hipotermia
bayi teraba dingin 2. Kulit merah : menurun (1) 3. Monitor tanda
3. Pucat : menurun (1) dan gejala
4. Suhu tubuh : membaik (5) Teraupetik :
5. Suhu kulit : membaik (5) 4. Sediakan
lingkungan yang
hangat
5. Lakukan
penghangatan
pasif
6. Lakukan
penghangatan
aktif eksternal

Edukasi :
Anjurkan minum
Risiko gangguan Setelah dikakukan tindakan Promosi Perlekatan
(l.10342)
perlekatan keperawatan 3x24 jam diharapkan Observasi :
(D.0127) b/d Status perlekatan (L.13122 ) 1. Monitor kegiatan
menyusui
Penghalang fisik menurun. 2. Identifikasi
(baby warmer) Kriteria hasil: kemampuan bayi
menghisap dan
d/d bayi berada di 1. Mengendong bayi untuk menelan ASI
ruang perina menyusu : meningkat (5) 3. Monitor
perlekatan
2. Mempertahankan bayi bersih menyusui
dan hangat : meningkat (5)
Terapeutik :
3. Penghalang fisik : menurun (5) 4. Diskusikan
dengan ibu
masalah selama
proses menyusui

Edukasi :
5. Anjurkan ibu
menopang seluruh
tubuh bayi
6. Anjurkan bayi
yang mendekati
kearah payudara
ibu dari bagian
bawah
7. Anjurkan ibu
untuk menyusui
menunggu mulut
bayi terbuka lebar
sehingga areola
bagian bawah
dapat masuk
sempurna
8. Ajarkan ibu
mengenali tanda
bayi siap
menyusui
E. CATATAN PERKEMBANGAN

Hari ke-1
No Diagnosa Implementasi Keperawatan Evaluasi
Keperawatan

1. Risiko infeksi b.d Pencegahan infeksi (I.14539) S:


efek prosedur Observasi: - Pasien mengatakan
invasif d.d nyeri
1. Memonitor tanda dan
robekan jalan
gejala infeksi lokal O:
lahir (D.0142)
dan sistemik : adanya - Didaerah perineum
kemerahan sekitar pasien masih terlihat
perinium. kemerahan

Terapeutik: A:
2. Mencuci tangan sebelum - Masalah risiko infeksi
belum teratasi
dan sesudah kontak
P:
dengan pasien dan
Intervensi dilanjutkan :
lingkungan pasien :
mencuci tangan dengan 7 1. Memonitor tanda
langkah benar dan gejala
3. Mempertahankan teknik infeksi lokal dan
aseptik pada pasein sistemik : adanya
beresiko tinggi.
kemerahan
Edukasi: sekitar perinium.

4. Menjelaskan tanda dan 2. Mencuci tangan


gejala infeksi : adanya sebelum dan
kemerahan, bernanah,
bengkak sesudah kontak
dengan pasien
5. Mengajarkan cuci tangan
dan lingkungan
dengan benar : mencuci
tangan dengan 7 langkah pasien : mencuci
benar tangan dengan 7
langkah benar
6. Menganjurkan
meningkatkan asupan 3. Mempertahankan
nutrisi : makan dengan
teknik aseptik
gizi seimbang dan banyak
pada pasein
mengandung kalsium
beresiko tinggi
7. Menganjurkan
4. Mengkolaborasi
meningkatkan asupan
cairan : minum air mineral pemberian
2 Liter/hari antibiotik
ataupun
Kolaborasi:
8. Mengkolaborasi imusisasi : Asam
pemberian antibiotik Mefenamat,
ataupun imusisasi : Asam Clindamycin
Mefenamat, Clindamycin 300mg, ASI M
300mg, ASI M

2. Nyeri melahirkan Manajemen nyeri (I.08238) S:


b.d pengeluaran Observasi: - Pasien mengatakan
janin d.d robekan 1. Mengidentifikasi masih terasa nyeri pada
jalan lahir daerah perinium
lokasi, karakteristik,
(D.0079) O:
frekuensi, intensitas - Pasien terlihat meringis
nyeri : kesakitan
- Pasien terlihat masih
- Nyeri dirasakan pada
gelisah
perineum
- Pasien terlihat
- Skala nyeri 6
memproteksi diri
- Nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk A:
- Nyeri dirasakan saat - Masalah nyeri melahirkan
bergerak belum teratasi
P:
2. Mengidentifikasi skala Intervensi dilanjutkan :
nyeri : skala 6 1. Mengidentifikasi
3. Mengidentifikasi faktor lokasi, karakteristik,
penyebab nyeri : nyeri
pada jaitan jalan lahir frekuensi, intensitas
nyeri :
4. Memonitor efek
- Nyeri dirasakan pada
samping penggunaan
perineum
analgetik : Tidak ada - Skala nyeri 5
- Nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk
Terapeutik: - Nyeri dirasakan saat bergerak
5. Memberikan teknik
2. Mengidentifikasi skala nyeri
nonfarmakologis : tarik : skala 5
nafas dalam, kompres
3. Memberikan teknik
hangat atau dingin
nonfarmakologis : tarik
nafas dalam, kompres
6. Mengontrol hangat atau dingin
lingkungan yang
4. Memfasilitasi istirahat dan
memperberat rasa tidur : Tidur cukup 8 jam
nyeri :

- Suhu Ruangan : 23 °C

- Pencahayaan Ruangan :
Cukup Terang

- Kebisingan Ruangan :
Tidak bising dan
kondusif

7. Memfasilitasi istirahat
dan tidur : Tidur cukup 8
jam

3. Ketidaknyamanan Terapi relaksasi (I.09326) S:


pasca partum b.d Observasi - Pasien mengatakan masih
trauma perineum 1. Memeriksa ketegangan mengeluarkan darah nifas
selama persalinan otot, frekuensi nadi, - Pasien mengatakan nyeri pada
tekanan darah, dan jaitan jalan lahir
dan kelahiran d.d
suhu sebelum dan O:
kondisi pasca sesudah latihan : - Pasien tampak meringis
persalinan Sebelum Latihan :
(D.0076) N : 110 x/menit A:
TD : 145/90 MmHg
- Masalah Ketidaknyamana
S : 36 °C
pasca partum belum teratasi
Setelah Latihan :
N : 85x/menit P:
TD : 125/80 MmHg Intervensi dilanjutkan :
S : 36 °C 1. Memeriksa ketegangan otot,
frekuensi nadi, tekanan darah,
2. Memonitor respon dan suhu sebelum dan
terhadap terapi sesudah latihan
relaksasi : 2. Memonitor respon terhadap
Ketidaknyamanan terapi relaksasi
berkurang 3. Menggunakan pakaian
longgar
Terapeutik 4. Menggunakan nada suara
3. Menciptakan lembut dengan irama lambat
lingkungan tenang dan dan berirama
tanpa gangguan dengan 5. Menggunakan relaksasi
pencahayaan dan suhu sebagai strategi penunjang
ruang nyaman dengan analgetik atau
Suhu Ruangan : 23 °C tindakan medis lain
Pencahayaan Ruangan : 6. Menganjurkan mengambil
Cukup Terang posisi nyaman
Kebisingan Ruangan : 7. Mengajurkan sering
Tidak bising dan mengulangi atau melatih
kondusif teknik relaksasi napas dalam
dan musik
4. Menggunakan pakaian
longgar
5. Menggunakan nada
suara lembut dengan
irama lambat dan
berirama
6. Menggunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau tindakan
medis lain: tehnik
relaksasi tarik napas
dalam
Edukasi

7. Menjelaskan tujuan,
manfaat, batasan dan
jenis relaksasi yang
tersedia: musik, napas
dalam
8. Menganjurkan
mengambil posisi
nyaman
9. Menganjurkan rileks
dan merasakan sensasi
relaksasi
10. Mengajurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik relaksasi
napas dalam dan musik

4. Menyusui Tidak Konseling Laktasi (l.03093) S:


Efektif (D.0029) Observasi : - Pasien mengatakan ASI
b/d 1. Mengidentifikasi keadaan hanya keluar keluar sedikit
Ketidakadekuatan emosional ibu saat akan O:
refleks dilakukan konseling - Bayi terlihat tidak mampu
menghisap bayi melekat pada payudara ibu
menyusui : menenangkan
d/d Kurang pasien agar lebih sabar A:
terpapar dan tehnik relaksasi - Masalah menyusui tidak
informasi tentang menarik nafas dalam efektif belum teratasi
metode menyusui

P:
2. Mengidentifikasi Intervensi dilanjutkan :
keinginan dan tujuan 1. Menggunakan tehnik
menyusui : Agar ASI mendengarkan aktif :
keluar banyak dan ASI mendengarkan keluhan
bisa terpenuhi untuk bayi pasien dan memberi
semangat/ motivasi untuk
3. Mengidentifikasi pasien
permasalahan yang ibu 2. Memberikan pujian
alami selama proses terhadap perilaku yang
menyusui : perlekatan bayi benar

Mengajarkan teknik menyusui


Teraupetik :
yang tepat sesuai kebutuhan
4. Menggunakan tehnik
ibu
mendengarkan aktif :
mendengarkan keluhan
pasien dan memberi
semangat/ motivasi untuk
pasien
5. Memberikan pujian
terhadap perilaku yang
benar

Edukasi :
6. Mengajarkan teknik
menyusui yang tepat
sesuai kebutuhan ibu

5. Hipotermia Manajemen Hipotermia


(l.14507) S:
(D.0131) b/d Observasi : - Pasien mengatakan tidak
Terpapar suhu 1. Memonitor suhu tubuh : mampu memberikan ASI
35,1 °C adekuat
lingkungan
2. Mengidentifikasi O:
rendah d/d kulit
penyebab hipotermia : - Pasien terlihat
bayi teraba dingin terpapar suhu lingkungan
rendah A:
- Masalah hipotermia
3. Memonitor tanda dan belum teratasi
gejala : Hipotermia
ringan : menggil P:
Intervensi dilanjutkan :
Teraupetik :
- Memonitor suhu tubuh :
4. Menyediakan lingkungan
yang hangat : suhu 35,5 °C
ruangan 23 °C - Memonitor tanda dan
gejala : Hipotermia
5. Melakukan penghangatan ringan : menggil
pasif : memakai baju, - Menyediakan
bedong bayi, sarung lingkungan yang hangat
tangan bayi, sarung kaki : suhu ruangan 23 °C
bayi, topi bayi, dan
- Melakukan
selimut.
penghangatan pasif :
6. Melakukan penghangatan memakai baju, bedong
aktif eksternal : kompres bayi, sarung tangan
hangat dan selimut hangat. bayi, sarung kaki bayi,
topi bayi, dan selimut
Edukasi : - Melakukan
7. Menganjurkan minum :
penghangatan aktif
ASI
eksternal : kompres
hangat dan selimut
hangat
- Menganjurkan minum :
ASI

6. Risiko gangguan Promosi Perlekatan (l.10342) S:


perlekatan Observasi : - Pasien mengatakan tidak
(D.0127) b/d 1. Memonitor kegiatan mampu memberikan ASI
Penghalang fisik menyusui : setiap 2 jam adekuat
2. Mengidentifikasi
(baby warmer) O:
kemampuan bayi
d/d bayi berada di menghisap dan menelan - Pasien tidak dapat
ruang perina ASI menggendong bayi untuk
3. Memonitor perlekatan menyusui
menyusui A:
- Masalah risiko gangguan
Terapeutik : perlekatan belum teratasi
4. Mendiskusikan dengan ibu P:
masalah selama proses
Intervensi dilanjutkan :
menyusui
1. Mendiskusikan dengan
Edukasi : ibu masalah selama
5. Menganjurkan ibu proses menyusui
menopang seluruh tubuh 2. Menganjurkan ibu
bayi menopang seluruh
6. Menganjurkan bayi yang tubuh bayi
mendekati kearah 3. Menganjurkan bayi
payudara ibu dari bagian
yang mendekati kearah
bawah
7. Menganjurkan ibu untuk payudara ibu dari
menyusui menunggu bagian bawah
mulut bayi terbuka lebar 4. Menganjurkan ibu
sehingga areola bagian untuk menyusui
bawah dapat masuk menunggu mulut bayi
sempurna terbuka lebar sehingga
8. Mengajarkan ibu areola bagian bawah
mengenali tanda bayi siap dapat masuk sempurna
menyusui 5. Mengajarkan ibu
mengenali tanda bayi
siap menyusui

Hari ke-2

N Diagnosa Implementasi Evaluasi


o Keperawatan Keperawatan

1. Risiko infeksi b.d Pencegahan infeksi S:


efek prosedur (I.14539) - Pasien mengatakan
invasif d.d Observasi: nyeri
robekan jalan 1. Memonitor
lahir (D.0142) O:
tanda dan - Didaerah perineum
gejala infeksi pasien masih terlihat
kemerahan
lokal dan
sistemik : A:
adanya - Masalah risiko infeksi
belum teratasi
kemerahan P:
sekitar Intervensi dilanjutkan :

perinium. 5. Memonitor
tanda dan
Terapeutik:
gejala infeksi
2. Mencuci tangan
lokal dan
sebelum dan sesudah
kontak dengan sistemik :
pasien dan
adanya
lingkungan pasien :
mencuci tangan kemerahan
dengan 7 langkah
sekitar
benar
perinium.
3. Mempertahankan
teknik aseptik pada
6. Mencuci tangan
pasein beresiko
tinggi sebelum dan
sesudah kontak
Edukasi: dengan pasien
4. Menjelaskan tanda dan lingkungan
dan gejala infeksi : pasien :
adanya kemerahan,
mencuci tangan
bernanah, bengkak
dengan 7
5. Mengajarkan cuci
tangan dengan langkah benar
benar : mencuci
tangan dengan 7 7. Mempertahanka
langkah benar n teknik aseptik

6. Menganjurkan pada pasein


meningkatkan beresiko tinggi
asupan nutrisi :
makan dengan gizi 8. Mengkolaborasi
seimbang dan
banyak mengandung pemberian
kalsium antibiotik

7. Menganjurkan ataupun
meningkatkan imusisasi : Asam
asupan cairan :
minum air mineral 2 Mefenamat,
Liter/hari Clindamycin
300mg, ASI M
Kolaborasi:
8. Mengkolaborasi
pemberian
antibiotik ataupun
imusisasi : Asam
Mefenamat,
Clindamycin 300mg,
ASI M

2. Nyeri melahirkan Manajemen nyeri S:


b.d pengeluaran (I.08238) - Pasien mengatakan
janin d.d robekan Observasi: masih terasa nyeri pada
jalan lahir 8. Mengidentifikas daerah perinium
(D.0079) O:
i lokasi,
- Pasien terlihat meringis
karakteristik, kesakitan
frekuensi, - Pasien terlihat masih
gelisah
intensitas
- Pasien terlihat
nyeri : memproteksi diri
- Nyeri dirasakan A :
pada perineum - Masalah nyeri
- Skala nyeri 6 melahirkan belum
- Nyeri dirasakan teratasi
seperti ditusuk- P :
tusuk Intervensi dilanjutkan :
- Nyeri dirasakan saat 2. Mengidentifikasi
bergerak
lokasi, karakteristik,
9. Mengidentifikasi frekuensi, intensitas
skala nyeri : skala 6
nyeri :
10. Mengidentifikasi
faktor penyebab - Nyeri dirasakan pada
nyeri : nyeri pada perineum
jaitan jalan lahir - Skala nyeri 5
- Nyeri dirasakan seperti
11. Memonitor efek ditusuk-tusuk
samping - Nyeri dirasakan saat bergerak

penggunaan 5. Mengidentifikasi skala


analgetik : Tidak nyeri : skala 5
ada 6. Memberikan teknik
nonfarmakologis : tarik
nafas dalam, kompres
Terapeutik: hangat atau dingin
12. Memberikan teknik
7. Memfasilitasi istirahat dan
nonfarmakologis : tidur : Tidur cukup 8 jam
tarik nafas dalam,
kompres hangat
atau dingin

13. Mengontrol
lingkungan
yang

memperberat rasa
nyeri :

- Suhu Ruangan :
23 °C

- Pencahayaan
Ruangan : Cukup
Terang

- Kebisingan
Ruangan : Tidak
bising dan
kondusif

14. Memfasilitasi
istirahat dan tidur :
Tidur cukup 8 jam

3. Ketidaknyamana Terapi relaksasi (I.09326) S :


n pasca partum Observasi - Pasien mengatakan masih
b.d trauma 11. Memeriksa mengeluarkan darah nifas
perineum selama ketegangan otot, - Pasien mengatakan nyeri
frekuensi nadi, pada jaitan jalan lahir
persalinan dan
tekanan darah, O:
kelahiran d.d dan suhu sebelum - Pasien tampak meringis
kondisi pasca dan sesudah
persalinan latihan : A:
(D.0076) Sebelum Latihan :
- Masalah Ketidaknyamana
N : 110 x/menit
pasca partum belum teratasi
TD : 145/90
MmHg
S : 36 °C P:
Intervensi dilanjutkan :
Setelah Latihan : 8. Memeriksa ketegangan otot,
N : 85x/menit frekuensi nadi, tekanan
TD : 125/80 darah, dan suhu sebelum dan
MmHg sesudah latihan
S : 36 °C 9. Memonitor respon terhadap
terapi relaksasi
12. Memonitor respon 10. Menggunakan pakaian
terhadap terapi longgar
relaksasi : 11. Menggunakan nada
Ketidaknyamanan suara lembut dengan irama
berkurang lambat dan berirama
12. Menggunakan relaksasi
Terapeutik sebagai strategi penunjang
13. Menciptakan dengan analgetik atau
lingkungan tenang tindakan medis lain
dan tanpa 13. Menganjurkan
gangguan dengan mengambil posisi nyaman
pencahayaan dan 14. Mengajurkan sering
suhu ruang mengulangi atau melatih
nyaman teknik relaksasi napas dalam
Suhu Ruangan : dan musik
23 °C
Pencahayaan
Ruangan : Cukup
Terang
Kebisingan
Ruangan : Tidak
bising dan
kondusif

14. Menggunakan
pakaian longgar
15. Menggunakan
nada suara lembut
dengan irama
lambat dan
berirama
16. Menggunakan
relaksasi sebagai
strategi penunjang
dengan analgetik
atau tindakan
medis lain: tehnik
relaksasi tarik
napas dalam
Edukasi

17. Menjelaskan
tujuan, manfaat,
batasan dan jenis
relaksasi yang
tersedia: musik,
napas dalam
18. Menganjurkan
mengambil posisi
nyaman
19. Menganjurkan
rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
20. Mengajurkan
sering mengulangi
atau melatih
teknik relaksasi
napas dalam dan
musik

4. Menyusui Tidak Konseling Laktasi S:


Efektif (D.0029) (l.03093) - Pasien mengatakan ASI
b/d Observasi : hanya keluar keluar sedikit
Ketidakadekuata 7. Mengidentifikasi O:
n refleks keadaan emosional - Bayi terlihat tidak mampu
menghisap bayi melekat pada payudara ibu
ibu saat akan
d/d Kurang dilakukan konseling A:
terpapar menyusui : - Masalah menyusui tidak
informasi tentang menenangkan pasien efektif belum teratasi
metode
agar lebih sabar dan
menyusui P:
tehnik relaksasi
menarik nafas dalam Intervensi dilanjutkan :
3. Menggunakan tehnik
8. Mengidentifikasi mendengarkan aktif :
keinginan dan tujuan mendengarkan keluhan
menyusui : Agar ASI pasien dan memberi
keluar banyak dan semangat/ motivasi untuk
ASI bisa terpenuhi pasien
untuk bayi 4. Memberikan pujian
terhadap perilaku yang
9. Mengidentifikasi benar
permasalahan yang 5. Mengajarkan teknik
ibu alami selama menyusui yang tepat sesuai
proses menyusui : kebutuhan ibu
perlekatan bayi

Teraupetik :
10. Menggunakan tehnik
mendengarkan aktif :
mendengarkan
keluhan pasien dan
memberi semangat/
motivasi untuk
pasien
11. Memberikan pujian
terhadap perilaku
yang benar

Edukasi :
12. Mengajarkan teknik
menyusui yang tepat
sesuai kebutuhan ibu

5. Hipotermia Manajemen Hipotermia


(l.14507) S:
(D.0131) b/d Observasi : - Pasien mengatakan tidak
Terpapar suhu 8. Memonitor suhu mampu memberikan ASI
tubuh : 35,1 °C adekuat
lingkungan
9. Mengidentifikasi O:
rendah d/d kulit
penyebab - Pasien terlihat
bayi teraba hipotermia : terpapar
dingin suhu lingkungan A:
rendah - Masalah hipotermia
belum teratasi
10. Memonitor tanda dan
gejala : Hipotermia P:
ringan : menggil Intervensi dilanjutkan :
- Memonitor suhu
Teraupetik :
11. Menyediakan tubuh : 35,5 °C
lingkungan yang - Memonitor tanda dan
gejala : Hipotermia
hangat : suhu ringan : menggil
ruangan 23 °C - Menyediakan
lingkungan yang
12. Melakukan
hangat : suhu ruangan
penghangatan pasif :
memakai baju, 23 °C
bedong bayi, sarung - Melakukan
tangan bayi, sarung penghangatan pasif :
kaki bayi, topi bayi, memakai baju, bedong
dan selimut. bayi, sarung tangan
bayi, sarung kaki bayi,
13. Melakukan
topi bayi, dan selimut
penghangatan aktif
eksternal : kompres - Melakukan
hangat dan selimut penghangatan aktif
hangat. eksternal : kompres
hangat dan selimut
Edukasi : hangat
14. Menganjurkan - Menganjurkan minum :
minum : ASI ASI

6. Risiko gangguan Promosi Perlekatan S:


perlekatan (l.10342) - Pasien mengatakan tidak
(D.0127) b/d Observasi : mampu memberikan ASI
Penghalang fisik 9. Memonitor kegiatan adekuat
menyusui : setiap 2
(baby warmer) O:
jam
d/d bayi berada 10. Mengidentifikasi - Pasien tidak dapat
di ruang perina kemampuan bayi menggendong bayi untuk
menghisap dan menyusui
menelan ASI A:
11. Memonitor - Masalah risiko gangguan
perlekatan menyusui perlekatan belum teratasi
P:
Terapeutik :
Intervensi dilanjutkan :
12. Mendiskusikan
dengan ibu masalah 6. Mendiskusikan dengan
selama proses ibu masalah selama
menyusui proses menyusui
7. Menganjurkan ibu
Edukasi : menopang seluruh
13. Menganjurkan ibu tubuh bayi
menopang seluruh 8. Menganjurkan bayi
tubuh bayi
yang mendekati kearah
14. Menganjurkan bayi
yang mendekati payudara ibu dari
kearah payudara ibu bagian bawah
dari bagian bawah 9. Menganjurkan ibu
15. Menganjurkan ibu untuk menyusui
untuk menyusui menunggu mulut bayi
menunggu mulut terbuka lebar sehingga
bayi terbuka lebar areola bagian bawah
sehingga areola dapat masuk sempurna
bagian bawah dapat 10. Mengajarkan ibu
masuk sempurna
mengenali tanda bayi
16. Mengajarkan ibu
mengenali tanda bayi siap menyusui
siap menyusui

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Kesimpulan umum dari hasil studi kasus ini yaitu asuhan keperawatan pada post
partum normal dengan diagnosa keperawatan nyeri melahirkan, risiko infeksi dan
lain lain dalam terapi relaksasi tarik mampu mengurangi skala nyeri. Kesimpulan
secara khusus dari hasil studi kasus ini yaitu pengkajian di lakukan dengan
menggunakan format nyeri akut, sehingga ditemukan data tentang keluhan nyeri
pada klien sesuai dengan pengkajian PQRST .

1. Diagnosa yang diangkat oleh kelompok dalam kasus ini adalah resiko infeksi b.d
efek prosedur invasif d.d robekan jalan lahir (D.0142), nyeri melahirkan b.d
pengeluaran janin d.d robekan jalan lahir (D.0079), ketidaknyamanan pasca
partum b.d trauma perineum selama persalinan dan kelahiran d.d kondisi pasca
persalinan (D.0076), menyusui tidak efektif b.d ketidakadekuatan refleks
menghisap bayi d.d kurang terpapar informasi tentang metode menyusui (D.0029),
hipotermia b.d terpapar suhu lingkungan rendah d.d kulit bayi teraba dingin
(D.0131), risiko gangguan perlekatan b.d penghalang fisik (baby warmer) d.d bayi
berada di ruangan perina (D.0127).
2. Intervensi dalam membuat rencana keperawatan disesuaikan dengan situasi dan
kondisi klien serta kondisi lingkungan.
3. Impelemtasi tindakan keperawatan pada klien disesuaikan dengan rencana
keperawatan yang sebelumnya tersusun dan sesuaikan dengan konsidi klien pada
pelaksanaan, tidak semua tindakan dapat tercapai karena keterbatan waktu.
4. Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses yang berfungsi untuk menilai
hasil tindakan keperawatan dan rencana keperawatan sebagai tolak ukur dan
evaluasi dilakukan merupakan evaluasi diri jangka pendek, sedangkan tujuan
jangka panjang belum dapat teratasi karena membutuhkan waktu yang cukup
lama.evaluasi yang didaptkan pada klien. Masalah sudah teratasi dan klien
sudah pulang.

B. SARAN

1. Bagi Rumah Sakit


Dapat menambah dan mengebangkan ilmu yang sudah ada serta meningkatkan
mutu pelayanan kesehtan khususnya untuk memberikan asuhan keperawatan pada
pasien post partum normal dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman.
2. Bagi Klien
Agar selalu memperhatikan serta tidak melakukan hal – hal yang menyingpang
dari petunjuk dokter atau perawat. Bila dirumah harus dapat melakukan perawatan
diri dan bertambah pengetahuan tentang post partum normal.
3. Bagi penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset, khususnya studi
kasus tentang pelaksaan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman post partum normal.

DAFTAR PUSTAKA
Lenggu, Y. M. (2019). Asuhan Keperawatan Post Partum Normal Hari Ketiga Pada Ny. IF
Dengan G2p2a0 Diwilayah Kerja Puskesmas Bakunase Kota Kupang (Doctoral
dissertation, Poltekkes Kemenkes Kupang).

Manuaba. 2012. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : Buku Kedokteran


EGC. Mochtar, Rustam. 2013. Sinopsis Obstetri. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan


Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria
Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan


Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai