Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN

Laporan Pendahuluan Askep Pada Pasien dengan Gangguan


Pemenuhan Kebutuhan Dasar Nutrisi di Ruang Mawar
di Rumah Sakit Widya Dharma Husada Tangerang

OLEH :
PUTRI AISYAH
(211030230227)

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2021
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Nutrisi adalah ilmu gizi dan bagaimana tubuh menggunakan zat gizi dalam
makanan. Nutrisi memiliki dampak besar dalam kesejahteraan, perilaku, dan
lingkungan manusia (Roshdahl & Caroline Bunker, 2014). Nutrisi adalah
komponen vital bagi keberadaan manusia. Asupan nutrisi yang adekuat penting
untuk kelangsungan hidup sistem tubuh (Muralitharan & Ian, 2015).
Nutrisi merupakan zat-zat gizi dan zat lainnya yang memiliki hubungan
dengan kesehatan dan penyakit, termasuk segala proses dalam tubuh manusia
untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan
menggunakannya untuk aktivitas-aktivitas penting di dalam tubuhnhya serta
mengeluarkan sisanya. Istilah lain dari nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu
tentang makanan (Tarwoto & Wartonah, 2015). Nutrisi merupakan proses
pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan
menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh (Hidayat & Uliyah
2015).
B. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi
Menurut Alimul (2015), faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisiadalah
sebagai berikut:
a. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat
mempengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam memahami
kebutuhan gizi.
b. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi
dapat memengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa daerah,
tempe merupakan sumber protein yang paling murah, tidak dijadikan bahan
makanan yang layak untuk dimakan karena masyarakat menganggap bahwa
mengonsumsi makanan tersebut dapat merendahkan derajat mereka.
c. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan
tertentu juga dapat memengaruhi status gizi. Misalnya di beberapa daerah,
terdapat larangan makan pisang dan papaya bagi para gadis remaja.
Padahal, makanan tersebut merupakan sumber vitamin yang sangat baik.
Ada pula larangan makan ikan bagi anak-anak karena ikan dianggap dapat
mengakibatkan cacingan, padahal ikan merupakan sumber protein yang
sangat baik bagi anak-anak.
d. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat
mengakibatkan kekurangan variasi makanan, sehinggat tubuh tidak
memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup. Kesukaan dapat
mengakibatkan merosotnya gizi pada remaja bila nilai gizinya tidak sesuai
dengan yang diharapkan.
e. Ekonomi
Status ekonomi dapat memengaruhi peruahan status gizi karena penyediaan
makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit. Oleh karena
itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian yang tinggi biasanya mampu
mencukupi kebutuhan gizi keluarganya dibandingkan masyarakat dengan
kondisi perekonomian rendah.
f. Penyakit
Beberapa penyakit tertentu dapat menyebabkan kekurangan nutrisi.
C. Tanda dan Gejala
Seseorang yang mengalami gangguan nutrisi mengalami beberapa tanda dan
gejala antara lain (Herdman dan Kamitsuru, 2015):
a. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
1) 20% atau lebih berat badan berada di bawah rentang ideal
2) Bising usus hiperaktif
3) Cepat kenyang setelah makan
4) Diare
5) Gangguan sensasi rasa
6) Kehilangan rambut secara berlebihan
7) Kelemahan otot pengunyah dan untuk menelan
8) Ketidakmampuan memakan makanan
9) Kurang informasi
10) Kurang minat pada makanan
11) Nyeri abdomen
12) Sariawan rongga mulut
b. Gangguan menelan
1) Muntah sebelum menelan
2) Ngiler
3) Tersedak sebelum makan
4) Waktu menelan lama dengan konsumsi yang tidak adekuat
5) Menolak makan
c. Berat badan berlebih
1) BMI > 25 kg/m²
d. Kekurangan volume cairan
1) Haus
2) Kulit kering
3) Membran mukosa kering
4) Peningkatan frekuensi nadi
5) Peningkatan suhu tubuh
6) Penurunan berat badan tiba-tiba
7) Penurunan tekanan darah
D. Pathway
Kebutuhan metabolisme
untuk pertumbuhan
Penyakit saluran pencernaan Status kesehatan menurun Gaya hidup dan kebiasaan

Erosi mukosa lambung Kelemahan otot Kebiasaan Peningkatan


menelan mengkonsumsi intake nutrisi
makanan yang tidak
sehat
Menurunnya tonus
dan peristaltik Kebutuhan
Gangguan menelan
energi meningkat
lambung makanan Kelebihan zat
didalam tubuh yang
Refluksi duodenum tidak dibutuhkan
ke lambung Mudah lapar
Asupan nutrisi
tidak terpenuhi
Penyerapan di
Mual dalam tubuh Nafsu makan
tidak sempurna meningkat
Penurunan
Muntah berat badan
Sering makan

Resiko ketidakseimbangan
nutrisi: lebih dari kebutuhan Peningkatan
Ketidakseimbangan nutrisi: tubuh berat badan
kurang dari kebutuhan tubuh

Ketidakseimbangan nutrisi: lebih


dari kebutuhan tubuh
E. Manifestasi Klinis
Ada beberapa tanda dan gejala pada ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi
secara umum, diantaranya:
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
a. Kram dan nyeri abdomen
b. Nafsu makan menurun
c. Berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal
d. Kerapuhan kapiler
e. Diare
f. Kehilangan makan gangguan sensasi rasa
g. Bising usus hiperaktif
h. Tonus otot menurun
i. Mual dan muntah
j. Cepat kenyang
k. Sariawan rongga mulut
l. Sukar menelan
2. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
a. Disfungsi pola makan
b. Nafsu makan berlebih
c. Aktivitas monoton
d. Lipatan otot trisep >25cm pada wanita, >15cm pada pria
e. Berat badan 20% diatas tinggi dari kerangkan tubuh ideal
F. Penatalaksanaan Medis
1. Nutrisi Enteral
Metode pemberian makanan alternatif untuk memastikan kecukupan nutrisi
meliputi metode enteral (melalui sistem pencernaan). Nutrisi enteral juga
disebut sebagai nutrisi enteral total (TEN) diberikan apabila klien tidak
mampu menelan makanan atau mengalami gangguan pada saluran
pencernaan atas dan transport makanan ke usus halus terganggu. Pemberian
makanan lewat enteral diberikan melalui selang nasogastrik dan selang
pemberian makan berukuran kecil atau melalui selang gastrostomi atau
yeyunostomi.
2. Nutrisi Parenteral
Nutrisi parenteral (PN), juga disebut sebagai nutrisi parenteral total (TPN)
atau hiperalimentasi intravena (IVH), diberikan jika saluran
gastroinstestinal tidak berfungsi karena terdapat gangguan dalam
kontinuitas fungsinya atau karena kemampuan penyerapannya terganggu.
Nutrisi parenteral diberikan secara intravena seperti melalui kateter vena
sentral ke vena kava superior. Makanan parenteral adalah larutan dekstrosa,
air, lemak, protein, elektrolit, vitamin, dan unsur renik, semuanya ini
memberikan semua kalori yang dibutuhkan. Karena larutan TPN bersifat
hipertonik larutan hanya dimasukkan ke vena sentral yang beraliran tinggi,
tempat larutan dilarutkan oleh darah klien (Kozier, 2011).
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi
seperti:
a. Rontgen
b. USG
c. Laboratorium
BAB II
TINJAUAN TEORI KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
Status gizi seseorang (pasien) dengan gangguan status nutrisi dapat dikaji
dengan menggunakan pedoman A-B-C-D
A : Pengukuran antropometrik (antropometric measurements)
B : Data biomedis (biomedical data)
C : Tanda-tanda klinis status nutrisi (clinical signs)
D : Diet (dietary)
1. Pengukuran antropometrik
Pengukuran antropometrik terdiri atas pengukuran tinggi badan, berat
badan, tebal lipatan kulit, dan lingkar tubuh di beberapa area, misalnya
kepala, dada, dan lengan. Hasil dari pengukuran antropometrik dapat
digunakan untuk mengetahui apakah pasien mengalami kelebihan nutrisi
atau kekurangan nutrisi.
2. Data biomedis
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan data biomedis antara lain
kadar total limfosit, albumin serum, zat besi, transferrin serum, kreatinin,
hemoglobin, hematokrit, keseimbangan nitrogen, dan tes antigen kulit.
3. Tanda-tanda klinis status nutrisi
Tanda-tanda klinis status gizi dapat dilihat antara lain dari pemeriksaan
fisik. Cara fisik penderita defisiensi nutrisi anatra lain berat badan
menurun, lemah, lesu, dehidrasi, dan pertumbuhan terhambat.
Ciri fisik orang dengan status gizi normal antara lain adalah sebagi berikut.
a. Berat badan ideal
b. Rambut bercahaya, kuat, tidak kering, dan tidak mengalami kebotakan
karena usia
c. Daerag di bawah mata tidak berwarna gelap
d. Kulit lembut dan sedikit lembab
e. Mata cerah, tidak terasa perih, dan tidak terlihat adanya penonjolan
pembuluh darah
f. Konjungtiva mata berwarna merah muda
g. Bibir lembab, berwarna merah muda, dan tidak mengalami
pembengkakan
h. Lidah lembab dan berwarna merah gelap
i. Gusi lembab, berwarna merah muda, dan tidak mengalami
pembengkakan
j. Gigi tidak berlubang
4. Diet
Untuk mengetahui riwayat diet seseorang, perawat dapat melakukan
wawancara atau kuisioner untuk mengetahui status gizi, kesehatan, sosial-
ekonomi dan budaya atau kebiasaan orang tersebut yang berpengaruh
terhadap status nutrisinya. Bagian yang perlu diketahui dari wawancara
atau kuisioner ini antara lain riwayat makanan, kemampuan makan,
pengetahuan tentang nutrisi, dan tingkat aktivitas.
Berdasarkan riwayat makanan, perawat dapat mengetahui antara lain pola
makan, tipe makanan yang dihindari atau diabaikan, makanan yang disukai,
pengetahuan tentang nutrisi, dan obat-obatan yang pernah di konsumsi.
Dalam hal kemampuan makan, yang perlu diperhatikan antara lain
kemampuan mengunyah, menelan, dan makan sendiri tanpa bantuan orang
lain.
B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang berhubungan dengan masalah kebutuhan nutrisi
adalah:
1. Kekurangan nutrisi, berhubungan dengan:
a. Penurunan asupan oral
b. Peningkatan kebutuhan kalori
c. Ketidaknyamanan pada mulut
d. Kesulitan mencerna secara berkelanjutan akibat infeksi, luka bakar,
atau kanker
e. Penurunan napsu makan
f. Kesulitan mengunyah
g. Penurunan absorpsi nutrisi
h. Muntah, anoreksia, dan gangguan digesti
i. Depresi, stress, dan isolasi local
2. Kelebihan nutrisi, berhubungan dengan:
a. Perubahan pada indra pengecapan dan penciuman
b. Perubahan pola kenyang akibat efek obat (misalnya kortikosteroid,
antihistamin, dan estrogen) serta radiasi
c. Penurunan pola aktivitas dan gaya hidup
d. Penurunan kebutuhan metabolik
C. Perencanaan Keperawatan
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
Tujuan perawatan untuk gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan adalah:
a. Meningkatkan napsu makan
b. Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi
c. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral

Rencana tindakan yang dapat dilakukan untuk gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan secara umum adalah:

a. Menjelaskan peran penting nutrisi yang adekuat


b. Mengidentifikasi defisiensi nutrisi dalam asupan sehari-hari
c. Mengkaji tanda vital dan bising usus
d. Memonitor kadar glukosa, elektrolit, albumin, dan hemoglobin
e. Melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan napsu makan antara
lain:
a) Menyajikan makanan kesukaan pasien
b) Membersihkan mulut pasien agar bau dan rasa yang tidak sedap
dapat berkurang
c) Menghilangkan bau dan pemandangan yang tidak sedap dari area
makan untuk mengurangi rasa mual
d) Menurunkan stres psikologis
e) Menciptakan lingkungan yang sesuai dan nyaman saat makan
2. Gangguan kelebihan nutrisi
Rencana tindakan yang dapat dilakukan untuk gangguan kelebihan nutrisi
secara umum adalah:
a. Menjelaskan alasan peningkatan asupan pada kondisi defisit
pengecapan atau penciuman
b. Mendiskusikan pengaruh olahraga terhadap pengaturan berat badam
serta menginstruksikan pasien untuk memperbanyak aktivitas guna
membakar kalori
c. Meningkatkan kesadaran pasien tentang berbagai tindakan yang dapat
menyebabkan peningkatan asupan makanan, contohnya dengan
membuat buku harian diet untuk mengetahui pola makan pasien yang
mempengaruhi asupan makanannya
d. Mengajarkan teknik modifikasi perilaku untuk mengurangi asupan
kalori, misalnya mengurangi makanan berlemak, meminum satu gelas
air sebelum makan, serta makan dengan perlahan dan mengunyah
makanan hingga sempurna
D. Tindakan Keperawatan
1. Pemberian nutrisi melalui oral
Pemberian nutrisi melalui oral dapat dilakukan pada pasien yang tidak
mampu memenuhi kebutuhan nutrisinya sendiri dengan cara membantu
memberikan nutrisi melalui oral (mulut). Tindakan ini dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dan membangkitkan selera makan
pasien.
2. Pemberian nutrisi melalui pipa penduga/lambung atau NGT
Pemberian nutrisi melalui pipa penduga/lambung dilakukan pada pasien
yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral, misalnya karena
sulit menelan. Oleh karena diberikan melalui pipa penduga, nutrisi yang
diberikan adalah nutrisi dalam bentuk cair.
Prosedur kerja pemberian nutrisi melalui pipa penduga adalah sebagai
berikut:
a. Alat dan bahan
1) Pipa penduga dalam tempatnya
2) Corong
3) Spuit 20 cc
4) Pengalas
5) Bengkok
6) Plester, gunting
7) Makanan dalam bentuk cair
8) Air matang
9) Obat
10) Stetoskop
11) Klem
12) Vaseline
b. Prosedur kerja
1) Cuci tangan sebelum memulai tindakan
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien
3) Atur posisi pasien dengan posisi semi-Fowler
4) Bersihkan daerah hidung
5) Pasang pengalas di bagian dada
6) Letakkan bengkok di dekat pasien
7) Tentukan letak pipa penduga dengan cara mengukur panjang pipa
dari epigastrium sampai hidung, kemudian dibengkokan ke telinga
dan beri tanda batasnya
8) Berikan vaselin atau pelican pada ujung pipa dan klem pangkal pipa
tersebut
9) Masukkan pipa melalui hidung secara perlahan-lahan sambil
menganjurkan pasien untuk menelannya
10) Pastikan bahwa pipa sudah masuk ke lambung dengan cara sebagai
berikut. Masukkan udara dengan spuit melalui pipa penduga dan
dengarkan dengan stetoskop. Jika di bagian lambung terdengar
bunyi, berate pipa sudah masuk ke dalam lambung. Setelah itu,
keluarkan udara yang ada di dalam sebanyak jumlah yang
dimasukkan
11) Lakukan tindakan pemberian makanan dengan cara pertama-tama
pasanglah corong atau spuit pada pangkal pipa
12) Tuangkan air matang sekitar 15 cc melalui bagian pinggir corong
13) Masukkan makanan dalam bentuk cair. Lalu, masukkan obat-obatan
dan beri pasien minuman. Setelah selesai, klem kembali pipa
penduga
14) Catat hasil atau respon pasien selama pemberian makan
15) Cuci tangan setelah melakukan tindakan
3. Pemberian nutrisi melalui parenteral
Pemberian nutrisi melalui parenteral dilakukan pada pasien yang tidak
dapat menerima makanan melalui oral atau pipa nasogastrik. Nutrisi ini
diberikan berupa cairan infus yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui
darah vena, baik secara sentral (untuk nutrisi parenteral total) maupun vena
perifer (untuk nutrisi parenteral parsial).
Nutrisi parenteral parsial diberikan melalui intravena untuk memenuhi
sebagian kebutuhan nutrisi harian pasien bagi pasien masih dapat
menggunakan saluran pencernaan. Cairan yang diberikan umumnya dalam
bentuk dextrose atau cairan asam amino.
Nutrisi parenteral total diberikan melalui intravena ketika kebutuhan nutrisi
sepenuhnya diberikan melalui cairan infus karena saluran pencernaan
pasien tidak dapat digunakan. Cairan yang dapat digunakan adalah
Triofusin E 1000 (mengandung karbohidrat), Pan Amin G (mengandung
asam amino), dan intralipid (mengandung lemak).
E. Evaluasi Keperawatan
Keberhasilan asuhan keperawatan dapat dilihat dari hal-hal berikut.
1. Perubahan napsu makan
Pasien mengalami gangguan kekurangan nutrisi akan menunjukkan
peningkatan napsu makan, sedangkan pasien yang mengalami kelebihan
nutrisi akan menunjukkan kemampuan untuk mengendalikan napsu makan.
2. Kebutuhan gizi terpenuhi
Hal ini dilihat dari tidak ada tanda-tanda kekurangan atau kelebihan berat
badan.
3. Nutrisi dapat dipertahankan melalui oral atau parenteral
Hal ini menunjukkan adanya proses pencernaan makanan yang adekuat.
BAB III
PENELITIAN TERKAIT

Gastroinstestinal Stromal Tumor


Evi Christina Lingga', Arif Faisal²
Jurnal Radiologi Indonesia. Volume 1 Nomor 3, Januari 2016
https://pdfs.semanticscholar.org/a28d/ff9755404253ad72fd1faf20bf59a59d
44ee.pdf

GIST merupakan tumor mesenkimal gastrointestinal bersel


kumparan dan atau epiteloid yang mengekspresikan reseptor tyrosine kinase
growth factor, atau disebut juga reseptor KIT atau CD117 reseptor factor
stem cell. Ekspresi ini memungkinkan tidak terkontrolnya pertumbuhan
tumor dan resisten terhadap apoptosis. Sifat ini membedakan GIST dari
leiomyoma, leiomiosarkoma, schwannoma yang tidak mengekspresikan
protein KIT. GIST yang merupakan tumor mesenkimal yang secara absolut
jarang ditemukan. Insidensi GIST sulit diestimasi karena inkontensi
diagnosis sebelumnya. Mungkin terdapat 1.000-2.000 kasus baru per tahun
di Amerika Serikat. Insidensinya pada pria dan wanita saat ini dianggap
sama, sebelumnya Sebagian artikel menyebutkan bahwa insidensi pada pria
lebih tinggi. Dapat terjadi pada semua umur, tetapi paling sering terjadi pada
usia 60-80 tahun. Pada tumor ini tidak ada rasial maupun predileksi
geografis.

Secara klinis tidak tampak gejala yang khas dari tumor ini. Biasanya
penderita mengeluh rasa tidak enak pada bagian perut. Kadang-kadang
dapat disertai dengan perdarahan pada saluran cerna berupa hematemesis
maupun melena. Gejala ini biasanya timbul sebagai manifestasi dari ulserasi
dan perdarahan. Pada Sebagian kasus dapat dijumpai masa yang palpable
pada abdomen. Teraba massa di abdomen kiri atas didapatkan pada kasus
ini, menunjukkan lokasi gaster. GIST di gaster biasanya timbul dengan
gejala yang samar-samar, termasuk nyeri abdomen, anoreksia, penurunan
berat badan atau perdarahan gastrointestinal, dan mungkin ditemukan dan
dibiopsi pada saat endoskopi digestif bagian atas. Pada pasien ini ditemukan
juga gejala-gejala klinis yang tidak khas seperti mual, muntah, tidak selera
makan, mengalami penurunan berat badan, lemas, hematemesis dan melena
sehingga diagnosis yang muncul pun bervariasi mulai dari hematemesis dan
melena e.c, varises esofagus, suspek awal sirosis hepatis, gastritis erosive .

IMPLEMENTASI

Tindakan terapi GIST bila tidak terdapat penyakit metastatik,


dilakukan eksisi total yang menawarkan harapan sembuh paling besar.
Tidak seperti karsinoma lainnya, reseksi GIST tidak memerlukan eksisi luas
pada usus. Namun, meskipun dilakukan reseksi total dengan tepi bersih,
tingkat rekurensi tetap tinggi, rekurensi pada hepar atau mesenterium terjadi
pada 40-90% pasien yang menjalani pembedahan kuratif.

Terapi radiasi dan kemoterapi standar tidak berhasil mengatasi


penyakit ini. Tidak seperti jenis kanker yang lebih sering dijumpai, seperti
di payudara, paru dan kolon, di mana perkembangan tumor memerlukan
mutase multiple dari beberapa gen, GIST terjadi karenat erjadinya mutase
pada satu gen kit saja, pada kromosom 4.

KESIMPULAN

Dilaporkan kasus GIST pada seorang laki-laki umur 61 tahun,


gejala klinis hematemesis dan melena. Pasien berulang kali masuk RS,
tetapi diagnosis definitif ditegakkan dalam waktu relatif lama (sekitar 8
bulan).
Pemeriksaan diagnostik saat pertama masuk tidak tepat sasaran
sesuai klinis. Pemeriksaan OMD dilakukan terakhir setelah ada kecurigaan
pada pemeriksaan USG kedua CT scan abdomen. Hasil pemeriksaan barium
meal menunjukkan filling defect yang luas, permukaan ireguler sehingga
lumen gaster menjadi sempit. Hasil pemeriksaan CT scan pada kasus ini
tidak khas untuk GIST di gaster, karena tanpa injeksi bahan kontras maupun
marker oral. Hasil pemeriksaan histopatologi paska-operatif adalah
gastrointestinal stromal tumor low grade malignancy.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A. Aziz. (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Edisi


2. Buku 2. Jakarta: SalembaMedika.

Herdman, T. H, & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi &


Klasifikasi 2015-2017 edisi 10. Jakarta: EGC.

Hidayat, A.A & Musrifatul U. (2015). Pengantar Kebutuhan dasar Manusia.


Jakarta: SalembaMedika.

Kozier, Barbara. (2011). Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses,


dan praktik edisi 7. Jakarta: EGC.

Nair, Muralitharan, et all. (2015). Dasar-dasar Patofisiologi Terapan Panduan


Penting untuk Mahasiswa Keperawatan & Kesehatan. Jakarta:
BumiMedika.

Rosdahl, C.B, et all. (2014). Buku Ajar Keperawatan Dasar Edisi 10. Jakarta:
EGC.

Tarwoto & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses


Keperawatan. Jakarta: SalembaMedika.
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

Laporan Asuhan Keperawatan pada Klien Tn. S dengan


Gastro Intestinal Stromal Tumor di Ruang Mawar di
Rumah Sakit Widya Dharma Husada Tangerang

OLEH :
PUTRI AISYAH
(211030230227)

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2021
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Uraian Kasus
Tn. S diantar oleh istrinya datang ke rumah sakit tanggal 21 Oktober 2021 jam
10.00 WIB. Dari poli pasien dipindahkan ke ruang rawat inap di ruang Mawar.
Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan mual muntah, klien mengatakan
nafsu makan menurun, BAB (+), Flatus (+), BAK tidak keluar, pasien
mengatakan nyeri pada daerah abdomen, dengan skala nyeri 5. Iritasi kulit,
tampak kemerahan kurang lebih diameter 20x10cm. Pasien terlihat lemas,
pasien terlihat meringis kesakitan, pasien terlihat gelisah.
Hasil pemeriksaan fisik sebagai berikut:
K/U : Lemah
TD : 90/70 mmHg
Nadi : 104/menit
Suhu : 37 ℃
RR : 24 x/menit
BB sebelum sakit : 65 kg, BB sesudah sakit : 48 kg
TB : 160 cm
B. Pengkajian

Jam :15.00 WIB


Pengkajian tgl : 22 Oktober 2020 NO. RM : 01189378
Tanggal MRS : 22 Oktober 2020 Dx. Masuk : Gastro Intestinal
Ruang/Kelas : Mawar / II Stromal Tumor (GIST)
Dokter yang merawat : dr. M .Sp.Pd

Nama : Tn. S Jenis Kelamin : Laki-laki


Ide

Umur
Keluhan utama : :Mual
39 Tahun
dan Muntah 4x/ hari Status Perkawinan : Kawin
Riwayat

Riwayat penyakit saat ini : Pasien di antar oleh istrinya datang ke rumah sakit
tanggal 21 Oktober 2021 jam 10.00 WIB. Dari poli
Pemeriksaan Fisik
Sakit dan
Keadaan Umum:  baik  sedang  lemah
Kesadaran: Compos Mentis
Tanda vital: TD: 90/70 mmHg Nadi: 104 x/mnt Suhu : 37 ºC RR:
24x/mnt

Pola nafas irama: Teratur Tidak teratur


Jenis  Dispnoe  Kusmaul  Ceyne StokesLain-lain:
Pernafasan

Suara nafas:  vesikuler  Stridor  Wheezing  Ronchi Lain-


lain:
Sesak nafas  Ya Tidak
Batuk  Ya  Tidak

Masalah:

Irama jantung:  Reguler  Ireguler


S1/S2 tunggal Ya Tidak
Kardiovaskuler

Nyeri dada:  Ya  Tidak


Bunyi jantung: Normal  Murmur  Gallop lain-lain
CRT: < 3 dt > 3 dt
Akral:  Hangat  Panas  Dingin kering Dingin basah

Masalah:

GCS Eye: 4 Verbal: 5 Motorik: 6 Total: 15

Refleks fisiologis:  patella  triceps  biceps lain-lain:


Persyarafan

Refleks patologis:  babinsky  budzinsky  kernig lain-lain:


Lain-lain:
Istirahat / tidur: ±5 jam/hari Gangguan tidur: -

Masalah:
Penglihatan (mata)
Pupil :  Isokor  Anisokor  Lain-lain:
Sclera/Konjungtiva :  Anemis  Ikterus  Lain-lain:
Lain-lain :
Penginderaan

Pendengaran/Telinga :
Gangguan pendengaran :  Ya  Tidak Jelaskan:
Lain-lain :
Penciuman (Hidung)
Bentuk : Normal  Tidak Jelaskan:
Gangguan Penciuman :  Ya  Tidak Jelaskan:
Lain-lain

Masalah:

Kebersihan:  Bersih  Kotor


Urin: Jumlah: ± 1000 cc/hr Warna: kuning Bau: khas amoniak
Alat bantu (kateter, dan lain-lain): kateter
Perkemihan

Kandung kencing: Membesar  Ya  Tidak


Nyeri tekan  Ya Tidak
Gangguan:  Anuria  Oliguri  Retensi
 Nokturia  Inkontinensia Lain-lain:

Masalah: -
Nafsu makan:  Baik  Menurun Frekuensi: 3x/hari
Porsi makan:  Habis  Tidak Ket: Habis ½ porsi, mual dan muntah
Diet :
Minum : ±350 cc/hari Jenis: air mineral
Mulut dan Tenggorokan
Mulut:  Bersih  Kotor  Berbau
Mukosa  Lembab  Kering  Stomatitis
Tenggorokan  Nyeri telan  Kesulitan menelan
Pencernaan

 Pembesaran tonsil  Lain-lain: tidak ada


Abdomen  Tegang  Kembung  Ascites Nyeri tekan
Peristaltik 18x/mnt
Pembesaran hepar  Ya  Tidak
Pembesaran lien  Ya  Tidak
Buang air besar 1x/hari Teratur:  Ya  Tidak
Konsistensi lembek Bau: khas Warna: kuning kehitaman
Lain-lain: tidak ada

Masalah: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

Kemampuan pergerakan sendi:  Bebas  Terbatas


Kekuatan otot: 5 5
5 5
Muskuloskeletal/ Integumen

Kulit
Warna kulit:  Ikterus  Sianotik  Kemerahan  Pucat  Hiperpigmentasi
Turgor:  Baik  Sedang  Jelek
Odema: Ada  Tidak ada Lokasi
Luka  Ada  Tidak ada Lokasi
Tanda infeksi luka  Ada  Tidak ada Yang ditemukan :
kalor/dolor/tumor/Nyeri/Fungsiolesa
Lain-lain : tidak ada

Masalah:
Pembesaran Tyroid  Ya  Tidak
Hiperglikemia  Ya  Tidak Hipoglikemia  Ya  Tidak
Endokrin Luka gangren  Ya  Tidak Pus  Ya  Tidak

Masalah:
Personal Higiene

Mandi : 2x sehari Sikat gigi : 2x sehari


Keramas : tiap 2 hari Memotong kuku: seminggu 1x
Ganti pakaian : 1-2x sehari

Masalah:

Orang yang paling dekat: Istri


Psiko-sosio-spiritual

Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar: Baik


Kegiatan ibadah: Keluarga mengatakan bahwa klien tak pernah lupa untuk sholat 5
waktu
Lain-lain :

Masalah:
Laboratorium

Hasil Ukuran Rentang Normal Interprestasi


WBC 13,5 103/ul 4,8 – 10,8 Tinggi

NE% 81,2 % 43,0 – 65,0 Tinggi


Ly% 7,5 % 20,5 – 45,3 Rendah

Mo % 4,6 % 2,0 - 8,0 Normal


Eo % 0-1 % 1-6 Normal

BA% 0-0 % 0 -1 Normal


RBC 5,54 106/ul 3,7 – 8,5 Normal

HGB 13,4 g/dl 12 - 18 Normal


HCT 41,6 % 47 -75 Rendah
Pemeriksaan penunjang

MCV 75,1 fL 80 -99 Rendah


MCH 24,2 fL 27-31 Rendah

MCHC 32,2 Pg 33-37 Rendah


RDW 19,9 fL 35 -47 Rendah

PLT 641 10 150 -450 Tinngi


MPV 7,9 fL 5,3-8,7 Normal

PCT 0,509 fL 0,06-0,45 Normal


PDW 16,1 fL 11,5-17,5 Normal

TP 5,54 gr/dl 6,40 – 8,30 Rendah

Alb 1,61 gr/dl 3,50- 5,00 Rendah


BUN- 68,5 mg/dl 7,0-18,0 Tinggi

Cre- 3,53 mg/dl 0,60 – 1,30 Tinggi


Glu 383 Mg/dl

Na 126 mmol/L 136-145 Normal


K 3,85 mmol/L 3,10 -5,0 Normal

Cl 98 Mmol/L 98-107 Normal


Tidak ada pemeriksaan

Radiologi/USG, dll

1. Diet perjejustomi TKTP


2. Perawatan stoma

3. Infus Ka ENmg3 : D 10 %: Amiparen : 20 tetes per menit


Terapi:

2 : 1 : 1

4. Injeksi Terfacef : 1 gr / 24 jam →


5. Injeksi Remopain : k/p →
C. Data Fokus

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


- Klien mengatakan mual - Klien terlihat lemah
- Klien mengatakan nafsu makan - Klien terlihat gelisah
menurun - Klien terlihat meringis kesakitan
- Klien mengatakan tidak bisa - Klien terlihat memegang
BAK abdomen
- Klien mengatakan nyeri pada area - Iritasi kulit, tampak kemerahan
abdomen kurang lebih diameter 20x10cm
- Klien mengatakan sulit tidur - K/U : Lemah
- Skala nyeri 5
- BB sebelum sakit : 65kg, BB
sesudah sakit : 48kg
- Hasil pemeriksaan TTV
didapatkan hasil:
- TD : 90/70 mmHg
- N : 104 x/menit
- RR : 24 x/menit
- S : 37℃

D. Analisa Data

NO. DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI


1. DS = Defisit Nutrisi Ketidakmampuan
- Klien mengatakan nafsu (D.0019) mencerna
makan menurun makanan
- Klien mengatakan BB
sebelum sakit 65 kg
DO =
- Klien terlihat lemah
- Makan cair TKTP 1500
cc / hari, menghabiskan +/-
200 cc / 8 jam.
- Pemeriksaan TTV
didapatkan hasil:
K/U : lemah
TD : 90/70 mmHg
N : 104 x/menit
RR : 24 x/menit
S :37℃
- TB : 160 cm
- BB sebelum sakit 65 kg
- BB sesudah sakit 48 kg
BB Normal = TB-100
(160-100 = 60 kg)
Penurunan BB ≥ 10%

2. DS = Retensi Urin Blok Spingter


- Klien mengatakan tidak (D.0050)
bisa BAK
DO =
- Klien terlihat gelisah
- Pemeriksaan TTV
didapatkan hasil:
K/U : lemah
TD : 90/70 mmHg
N : 104 x/menit
RR : 24 x/menit
S :37℃
3. DS = Gangguan Rasa Gejala Penyakit
- Klien mengatakan nyeri Nyaman
pada area abdomen (D.0074)
- Klien mengatakan nyeri
seperti di tusuk-tusuk dan
terus menerus
- Klien mengatakan mual
- Klien mengatakan sulit
tidur
DO =
- Klien terlihat meringis
- Klien terlihat memegang
abdomen
- Hasil pemeriksaan Nyeri:
P : nyeri abdomen
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : hanya di abdomen
S : skala 5
T : terus menerus

E. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
ditandai dengan penurunan bb ≥ 10% nafsu makan menurun
2. Retensi urin berhubungan dengan blok spingter ditandai dengan tidak bisa
BAK
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit ditandai
dengan nyeri pada area abdomen, terasa mual
F. Rencana Keperawatan
Nama Pasien : Tn. S Nama Mahasiswa : Putri Aisyah
Ruang : Mawar / II NPM : 211030230227
No.M.R. : 01189378

No TGL & DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


D JAM KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
X
1. 22 Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi - Untuk mengetahui
Oktobe berhubungan tindakan keperawatan Observasi status nutrisi
- Untuk mengetahui
r 2020 dengan 3x24 jam diharapkan 1. Identifikasi status
asupan makanan
ketidakmampuan defisit nutrisi dapat nutrisi - Untuk mengetahui
berat badan
mencerna makanan teratasi, dengan 2. Monitor asupan
kembali normal
ditandai dengan kriteria hasil: makanan - Untuk mengetahui
hasil pemeriksaan
penurunan bb ≥ 1. Porsi makanan 3. Monitor berat
laboratorium
10% nafsu makan yang dihabiskan badan - Untuk mengetahui
tidak adanya
menuru meningkat (5) 4. Monitor hasil
konstipasi
2. Nyeri abdomen pemeriksaan - Untuk mengetahui
jumlah kalori dan
menurun (5) laboratorium
jenis nutrien
3. Berat badan indeks Terapeutik
masa tubuh (IMT) 5. Berikan makanan
membaik (5) tinggi serat untuk
4. Frekuensi makan mencegah
membaik (5) konstipasi
5. Nafsu makan 6. Berikan makanan
membaik (5) tinggi kalori dan
tinggi protein
(L.03030) Edukasi
7. Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
Kolaborasi
8. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu
2. 22 Retensi urin Setelah dilakukan Kateterisasi Urine - Untuk mengetahui
Oktobe berhubungan tindakan keperawatan Observasi kondisi pasien
r 2020 dengan blok selama 3x24 jam 1. Periksa kondisi - Untuk mengetahui
spingter ditandai diharapkan retensi pasien alat yang dipakai
dengan tidak bisa urin dapat teratasi, Terapeutik saat tindakan
BAK dengan kriteria hasil: 2. Siapkan peralatan, - Untuk mencegah
1. Sensasi berkemih bahan-bahan dan terjadinya infeksi
meningkat (5) ruangan tindakan - Untuk mengetahui
2. Anuria menurun 3. Siapkan pasien: waktu
(5) bebaskan pakaian pemasangan
3. Frekuensi BAK bawah dan kateter
membaik (5) posisikan supine - Untuk mengetahui
4. Karakteristik urine 4. Pasang sarung tujuan dan
membaik (5) tangan prosedur
5. Bersihkan daerah pemasangan
(L.04034) perineal dengan kateter
NaCl/Aquades - Untuk
6. Lakukan insersi mengurangi rasa
kateter urin dengan sakit saat insersi
menerapkan selang kateter
prinsip aseptik
7. Sambungkan
kateter urin dengan
urine bag
8. Isi balon dengan
NaCl 0,9%
9. Fiksasi selang
kateter diatas
simpisis/di paha
10. Pastikan kantung
urin ditempatkan
lebih rendah dari
kandung kemih
11. Berikan label
waktu pemasangan
Edukasi
12. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemasangan
kateter urin
13. Anjurkan menarik
napas saat insersi
selang kateter
3. 22 Gangguan rasa Setelah dilakukan Manajemen Nyeri - Untuk
Oktobe nyaman tindakan keperawatan Observasi mengetahui
r 2020 berhubungan selama 3x24 jam 1. Identifikasi karakteristik,
dengan gejala diharapkan gangguan karakteristik, kualitas,
penyakit ditandai rasa nyaman teratasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
dengan nyeri pada dengan kriteria hasil: intensitas nyeri - Untuk
area abdomen, 1. Gelisah menurun 2. Identifikasi skala mengurangi rasa
terasa mual (5) nyeri nyeri
2. Keluhan sulit tidur 3. Monitor efek - Untuk
menurun (5) samping mengetahui
3. Rasa mual penggunaan keberhasilan dari
menurun (5) analgetik terapi
4. Rasa lelah Terapeutik komplementer
menurun (5) 4. Berikan teknik non - Untuk
5. Rasa merintih farmakologis mengetahui efek
kesakitan menurun untuk mengurangi samping yang
(5) rasa nyeri timbul
6. Pola tidur 5. Kontrol - Untuk
membaik (5) lingkungan yang mengetahui
(L.08064) memperberat rasa penyebab dan
nyeri pemicu nyeri
6. Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi
7. Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
8. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
9. Anjurkan monitor
nyeri secara
mandiri
10. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
11. Ajarkan Teknik
non farmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
12. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu

G. Catatan Perkembangan
Nama Klien : Tn. s
Diagnosis Medis : Gastro Intestinal Stromal Tumor (GIST)
Ruang Rawat : Mawar / II
No No HARI/TANGGAL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
. DX TINDAKAN
KEPERAWATAN
1. 1 22 Oktober 2020 11.00 Manajemen Nutrisi
Observasi
1. Mengidentifikasi status
nutrisi
2. Memonitor asupan
makanan
3. Memonitor berat badan
4. Memonitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
5. Memberikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
6. Memberikan makanan
tinggi kalori dan tinggi
protein
Edukasi
7. Menganjurkan posisi
duduk, jika mampu
Kolaborasi
8. Berkolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan jika
perlu
2. 2 22 Oktober 2020 12.00 Kateterisasi Urine
Observasi
1. Memeriksa kondisi
pasien
Terapeutik
2. Menyiapkan peralatan,
bahan-bahan dan
ruangan Tindakan
3. Menyiapkan pasien:
bebaskan pakaian bawah
dan posisikan supine
4. Memasang sarung
tangan
5. Membersihkan daerah
perineal dengan
NaCl/Aquades
6. Melakukan insersi
kateter urin dengan
menerapkan prinsip
aseptic
7. Menyambungkan kateter
urin dengan urine bag
8. Mengisi balon dengan
NaCl 0,9%
9. Memfiksasi selang
kateter diatas simpisis/di
paha
10. Memastikan kantung
urin ditempatkan lebih
rendah dari kandung
kemih
11. Memberikan label waktu
pemasangan
Edukasi
12. Menjelaskan tujuan dan
prosedur pemasangan
kateter urin
13. Menganjurkan menarik
napas saat insersi selang
kateter
3. 3 22 Oktober 2020 13.00 Manajemen Nyeri
Observasi
1. Mengidentifikasi
karakteristik, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
2. Mengidentifikasi skala
nyeri
3. Memonitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
4. Memberikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
5. Mengontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
6. Memfasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi
7. Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
8. Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
9. Menganjurkan monitor
nyeri secara mandiri
10. Menganjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
11. Mengajarkan Teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
12. Berkolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai