Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN NUTRISI

LENI HAFIATUN H

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN NUTRISI

A. Pengertian
Nutrisi adalah proses tersedianya energi dan bahan kimia dari
makanan yang penting untuk pembentukan, pemeliharaan dan penggantian sel
tubuh (Harnanto dan Rahayu, 2016).
Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan
zat lain yang terkandung, aksi reaksi dan keseimbangan yang berhubungan
dengan kesehatan dan penyakit (Wartonah, 2010).
Nutrisi adalah zat-zat yang terdapat dalam makanan baik yang berasal
dari zat kimia organik atau anorganik yang diperlukan oleh tubuh agar tubuh
dapat berfungsi dengan baik. Pemenuhan kebutuhan nutrisi tidak hanya untuk
menghilangkan rasa lapar namun juga mempunyai banyak fungsi. Fungsi
umum dari nutrisi yaitu sebagai sumber energi, mengganti sel-sel yang rusak,
memelihara jaringan tubuh, mempertahankan vitalitas tubuh dan lain
sebagainya. Pemenuhan kebutuhan nutrisi perlu diperhatikan juga zat gizi atau
nutriennya (Asmadi, 2012).
B. Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi
1. Fisiologis
a. Intake nutrient
1) Kemampuan mendapat dan mengolah makanan
2) Pengetahuan
3) Gangguan menelan
4) Perasaan tidak nyaman setelah makan
5) Anoreksia
6) Nausea dan vomitus
7) Intake kalori dan lemak yang berlebih
b. Kemampuan mencerna nutrient
1) Obstruksi saluran cerna
2) Malabsorbsi nutrient
3) DM
2. Kebutuhan metabolisme
a. Pertumbuhan
b. Stres
c. Kondisi yang meningkatkan BMR (latihan,hipertyroid)
d. Kanker
3. Gaya hidup dan kebiasaan
Kebiasaan makan yang baik perlu diterapkan pada usia toddler
4. Kebudayaan dan kepercayaan
Kebudayaan orang asia lebih memilih padi sebagai makanan pokok
5. Sumber ekonomi
Tinggal sendiri, Seseorang yang hidup sendirian sering tidak
mempedulikan tugas memasak untuk menyediakan makanannya.
6. Kelemahan fisik
Contohnya atritis atau cedera serebrovaskular (CVA) yang
menyebabkan kesulitan untuk berbelanja dan masak. Mereka tidak mampu
merencanakan dan menyediakan makanannya sendiri.
7. Kehilangan
Terutama terlihat pada pria lansia yang tidak pernah memasak
untuk mereka sendiri. Mereka biasanya tidak memahami nilai suatu
makanan yang gizinya seimbang.
8. Depresi
Menyebabkan kehilangan nafsu makan. Mereka tidak mau bersusah
payah berbelanja, memasak atau memakan makanannya.
9. Pendapatan yang rendah
Ketidakmampuan untuk membeli makanan yang cermat untuk
meningkatkan pengonsumsian makanan yang bergizi.
10. Penyakit saluran pencernaan
Termasuk sakit gigi, ulkus
11. Obat
Pada lansia yang mendapat lebih banyak obat dibandingkan
kelompok usia lain yang lebih muda ini berakibat buruk terhadap nutrisi
lansia. Pengobatan akan mengakibatkan kemunduran nutrisi yang semakin
jauh.
C. Patofisiologi
Tubuh manusia mempunyai kebutuhan esensial terhadap nutrisi,
meskipun tubuh dapat bertahan tanpa makanan lebih lama dari pada cairan.
Kebutuhan nutrisi mungkin tidak terpenuhi pada manusia dalam berbagai usia.
Proses metabolik tubuh mengontrol pencernaan, megeluarkan produk sampah,
dan menyimpan zat makanan. Mencerna dan menyimpan zat makanan
merupakan hal yang penting dalam memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh (Potter
dan Perry, 2005). Nutrisi merupakan bagian dari komponen yang penting dalam
menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan dimana
hal ini menjadi kebutuhan tumbuh kembang selama proses pertumbuhan dan
perkembangan. Kebutuhan zat gizi yang diperlukan antara lain: karbohidrat,
lemak, mineral, vitamin, dan air (Hidayat dalam Indriyani 2013).
Pathway
Pola makan tidak teratur, tidak nafsu makan, mual, muntah

Berkurangnya pemasukan Berlebihnya pemasukan


makanan makanan

Kekosongan lambung Zat makanan tersimpan di jaringan


adipose dipakai sebagai energi
Erosi pada lambung (gesekan)
Energi berlebih masuk ke dalam
tubuh
Produksi HCL meningkat
Berat tubuh meningkat

Asam lambung refleks


Ketidakseimbangan nutrisi lebih
dari kebutuhan tubuh
Intake makanan tidak adekuat

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
D. Manifestasi klinis
Tanda Dan Gejala
1) Gigi tidak lengkap dan ompong
2) Nafsu makan menurun
3) Lesu
4) Tidak semangat
5) BB kurang / lebih dari normal
6) Perut terasa kembung
7) Sukar menelan
8) Mual muntah
9) Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita
rasa manis, asin, asam, dan pahit.
10) Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.
11) Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
12) Gerakan usus atau gerak peristaltik lemah dan biasanya menimbulkan
konstipasi.
13) Penyerapan makanan di usus menurun
E. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mengetahui adanya
perubahan nutrisi adalah sebagai berikut :
1. Kadar total limfosit
2. Albumin serum
3. Zat besi
4. Transferin serum
5. Kreatinin
6. Hemoglobin
7. Hematokrit
8. Keseimbangan nitrogen
9. Tes antigen kulit
Hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan resiko status
nutrisi buruk meliputi penurunan hemoglobin dan hematokrit, penurunan nilai
limfosit, penurunan albumin serum < 3.5 gr/dl, dan peningkatan/ penurunan
kadar kolesterol.
F. Penatalaksanaan
1) Nutrisi oral
Nutrisi oral adalah pemberian nutrien kepada tubuh secara alami
lewat mulut. nutrisi oral merupakan tindakan yang umumnya dilakukan di
bawah pengawasan ahli gizi. Namun dengan semakin kompleksnya
suplemen gizi yang ada di samping sejumlah suplemen juga hanya dapat
diperoleh dengan resep dokter seperti suplemen imunonutrisi, maka nutrisi
oral dengan suplemen gizi klinik atau kerjasama yang baik antar dokter dan
ahli gizi.
2) Nutrisi enteral
Metode pemberian makanan alternative untuk memastikan
kecukupan nutrisi meliputi metode enteral (melalui system pencernaan).
Nutrisi enteral juga disebut sebagai nutrisi enteral total (TEN) diberikan
apabila klien tidak mampu menelan makanan atau mengalami gangguan
pada saluran pencernaan atas dan transport makanan ke usus halus
terganggu. Pemberian makanan lewat enteral diberikan melalui slang
nasogastrik dan slang pemberian makan berukuran kecil atau melalui slang
gastrostomi atau yeyunostomi.
3) Nutrisi parenteral
Nutrisi parenteral (PN), juga disebut sebagai nutrisi parenteral
total (TPN) atau hiperalimentasi intravena (IVH), diberikan jika saluran
gastrointestinal tidak berfungsi karena terdapat gangguan dalam kontinuitas
fungsinya atau karena kemampuan penyerapannya terganggu. Nutrisi
parenteral diberikan secara intravena seperti melalui kateter vena sentral ke
vena kava superior. Makanan parenteral adalah larutan dekstrosa, air,
lemak, protein, elektrolit, vitamin, dan unsure renik, semuanya ini
memberikan semua kalori yang dibutuhkan. Karena larutan TPN bersifat
hipertonik larutan hanya dimasukkan ke vena sentral yang beraliran tinggi,
tempat larutan dilarutkan oleh darah klien. (Kozier, 2011, hlm.784-801).
G. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, No. RM, dan
tanggal MRS.
b. Keluhan Utama
Pada pasien dengan gangguan nutrisi biasanya merasakan
anoreksia, mual dan muntah, BB menurun, diare kadang – kadang
disertai nyeri perut, kramotot, gangguan tidur/istirahat, sering haus,
pusing-pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme pada wanita dan
masalah impoten pada pria.
c. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan pengalaman klien saat
ini yang membentuk suatu kronologi dari terjadinya etiologi hingga
klien mengalami keluhan yang dirasakan.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit menahun seperti DM atau penyakit
lainnya. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-
obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
1) Alergi
2) Imunisasi
3) Kebiasaan/Pola hidup
4) Obat yang pernah digunakan
e. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluarga merupakan penyakit yang pernah dialami
atau sedang dialami keluarga, baik penyakit yang sama dengan
keluhan klien atau pun penyakit lain. Dari genogram keluarga biasanya
terdapat salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit yang
sama.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan fisik: apatis, lesu.
2) Berat badan: obesitas, kurus.
3) Otot: flaksia, tonus kurang, tidak mampu bekerja.
4) Sistem saraf: rasa terbakar, reflek menurun.
5) Fungsi gastrointestinal: anoreksia, konstipasi, diare, pembesaran
liver.
6) Kardiovaskuler: denyut nadi lebih dari 100 kali/menit, irama
abnormal, tekanan darah rendah/tinggi.
7) Rambut: kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah/patah-
patah.
8) Kulit: kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak disubkutan tidak ada.
9) Bibir: kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membrane
mukosa pucat.
10) Gusi: perdarahan, peradangan.
11) Lidah: edema, hiperemasis.
12) Gigi: karies, nyeri, kotor.
13) Mata: konjungtiva pucat, kering, exotalmus, tanda-tanda infeksi.
14) Kuku: mudah patah.
g. Laboratorium
1) Albumin (N :3,5 - 5 mg/100ml)
2) Transferin (N :170-25 mg/100 ml)
3) Hb
(N: Laki-laki : 14-18 mg%, Wanita: 12-16 mg%)
4) BUN (N: 10-20 mg/100ml)
5) Ekskresi kreatinin untuk 24 jam
(N : Laki-Lak1: 0,6-1,3 Mg/100 Ml, Wanita: 0,5-1,0 Mg/ 100 Ml)
2. Diagnosa keperawatan
1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
2) Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang berlebihan
3. Intervensi keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
keperawatan
1. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen nutrisi (1100)
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan
kebutuhan tubuh selama 3 x 24 jam di 1. Tentukan status gizi pasien
b/d dapatkan dengan dan kemapuan untuk
ketidakmampuan memenuhi kebutuhan gizi
mengabsorbsi kriteria hasil:
2. Instruksikan pasien
nutrien Status nutrisi (1004) mengenai kebutuhan nutrisi

1. Asupan gizi 3. Tentukan jumlah kalori dan


jenis nutrisi yang
2. Asupan makanan dibutuhkan untuk
3. Asupan cairan memenuhi persyaratan gizi

4. Energi 4. Atur diet yang diperlukan

5. Rasio berat badan 5. Monitor kalori dan asupan


atau tinggi badan makanan

6. Hidrasi

2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Konseling nutrisi (5246)


nutrisi lebih dari tindakan keperawatan 1. Bina hubungan terapeutik
kebutuhan tubuh selama 3 x 24 jam di berdasarkan rasa percaya
b/d intake yang dapatkan dengan dan saling menghormati
berlebihan 2. Tentukan lama konseling
kriteria hasil: 3. Kaji asupan makanan dan
Status nutrisi: Asupan kebiasaan makan pasien
nutrisi (1009) 4. Fasilitasi untuk
mengidentifikasi perilaku
1. Asupan kalori makan yang harus diubah
5. Bantu pasien menyatakan
2. Asupan protein perasaan dan
3. Asupan karbohidrat keperduliannya mengenai
pencapaian tujuan
4. Asupan serat

5. Asupan vitamin

6. Asupan mineral

7. Asupan kalsium

7. Implementasi
Suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah
disusun secara matang dan terperinci untuk mencapai tujuan.
8. Evaluasi
Langkah proses keperawatan yang kemungkinan perawat untuk
menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan
kondisi klien.
Metode soap:
S: Subjektif
Catatan ini berhubungan dengan ekspresi dan sudut pandang pasien.
O: Objektif
Data ini bukti gejala klinis pasien yang diperoleh dari observasi.
A: Assesment
Menganalisa dan mengikuti perkembangan pasien dengan
menjamin suatu perubahan baru.
P: Planing
Rencana tindakan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Harnanto, A. M. dan S. Rahayu. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan:


Kebutuhan Dasar Manusia II. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan
http://bppsdmk.kemkes.go.id/
Asmadi, 2012. Tekkik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika https://books.google.co.id
Tarwanto, Wartonah. 2010. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan edisi
3. Salemba:Medika. 
Indriyani, W. 2013. Studi Kasus Asuhan Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi
Kurang dari Kebutuhan Tubuh pada An. S dengan Febris Typhoid Rumah
Sakit Panti Waluyo Surakarta. Program Studi DIII keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu kesehatan Kusuma Husada Surakarta
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/11/01-gdl-wiwinindri-
518-1-wiwinin-8.pdf

Anda mungkin juga menyukai