Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

Kehidupan di dunia adalah “PERSOALAN” yang wajib


dihadapi & diselesaikan.
Untuk menyelesaikan “PERSOALAN” manusia
dibekali dengan “AKAL”, dengan “AKAL” yang
lurus/benar semua persoalan dapat diatasi.
Penggunaan “AKAL” tidak dapat serta merta,
melainkan harus dengan “PERENUNGAN”.
Memaklumi kenyataan yang demikian Tuhan
menurunkan tuntunan/petunjuk hidup yang disebut
“AGAMA”.
Untuk memperoleh “way out” dari persoalan yang
dihadapi, orang-orang yang beriman tinggal menata
hatinya, dengan pengertian mereka mengoptimalkan
kesungguhan dalam menjalankan petunjuk agama.

Untuk mencapai tingkat kesungguhan yang optimal,


kita harus memahami makna-makna :
1. MANUSIA SEBAGAI HAMBA TUHAN
2. MANUSIA SEBAGAI PEMIKUL TANGGUNG JAWAB
3. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BERBUDI
1. Manusia Sebagai Hamba Tuhan
Manusia mengenal Tuhan sudah sejak dahulu, baik
dalam penuturan agama maupun literatur temuan
sejarah.
Diantara temuan itu antara lain ucapan do’a yang
menyebut diri manusia adalah “HAMBA” dari Yang
Maha Pencipta.
Pengertian “HAMBA” secara mendasar adalah
“BUDAK”, yaitu orang yang kebebasannya diserahkan
kepada Tuan yang memiliki dia.

Apa saja yang diperbuat oleh budak harus sesuai


dengan “ketentuan” dan “perkenan” dari Tuannya.

Begitu juga dengan orang yang beriman, dia akan


patuh terhadap aturan dan berupaya mendapat
perkenan-Nya.
Ketika seseorang mencapai tingkat keimanan yang
cukup, dia akan merasakan bahwa mengikuti aturan
Tuhan itu terasa nikmat (sejahtera lahir & batin).

Sebagai hamba yang baik, manusia tentu akan


menaruh perhatian yang tinggi terhadap petunjuk
Tuhan, namun, banyak manusia yang masih
mengedepankan “NAFSU” dalam menggunakan
akalnya.

Seharusnya manusia wajib mengedepankan


“WAHYU” dalam menjalani kehidupan.
1. Manusia Sebagai Pemikul
Tanggung Jawab
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT, menerangkan bahwa
amanah (tanggungjawab) kehidupan pernah
ditawarkan kepada ciptaan-Nya yang lain seperti
bumi, langit, dan gunung. Tetapi mereka menolak
karena merasa tidak mampu dan khawatir berkhianat.
Akan tetapi manusia bahkan menyanggupinya
(Al-Ahzab:72)
Karena kesanggupannya, Allah menobatkan manusia
sebagai “KHALIFAH” di muka bumi (Al-Baqarah:30)

Apa yang ada di langit dan bumi dipasrahkan pada


manusia untuk mengelolanya, dan kelak akan
dimintai pertanggungjawaban (Al-Qiyaamah:36)
APA YANG HARUS
DIPERTANGGUNGJAWABKAN MANUSIA

KEPEMIMPINANNYA
?
Yang harus dipertanggungjawabkan oleh manusia kelak
adalah dalam mengelola
kehidupan dunia, baik secara fisik maupun non fisik.
Secara fisik, manusia harus menjaga kelestarian alam,
mengoptimalkan produktifitas & daya guna produknya
bagi kesejahteraan manusia dan makhluk lain.
Secara non fisik, manusia wajib menjaga akhlaknya
sendiri dan berjuang menegakkan kebaikan dan
mencegah adanya upaya perusakan.
1. Manusia Sebagai Makhluk
Berbudi
Manusia adalah makhluk sosial, tidak ada manusia
yang hidup sempurna dengan menyendiri.
Manusia dalam tatanan yang sempurna adalah
manusia yang mengenal satu sama lain, saling
memenuhi dan saling menguntungkan.
Orang yang kehadirannya bermanfaat dan
membahagiakan orang lain disebut “MANUSIA
BERBUDI”
Orang yang berguna bagi kehidupan disebut
GUNAWAN (Gundul dan Menawan)
Semua perbuatan baiknya dilakukan semata-mata
untuk dinilai Tuhan, tidak mengharapkan pujian dari
sesama manusia / timbal balik berupa materi
(GUNDUL dari Pamrih)
Ibarat orang bersedekah, memberi tanpa diiringi
ucapan yang menyakitkan (MENAWAN pada
perbuatan)

Anda mungkin juga menyukai