Anda di halaman 1dari 6

BAB I

TINJAUAN TEORI

1.1 Tinjauan Medis


1.1.1 Definisi
Eliminasi adalah proses pengeluaran kotoran melalui saluran kencing,
anus, pengeluaran yang efektif perlu untuk memelihara kesehatan dan
kehidupan. ( Capernito, 2000 )
Perubahan eliminasi usus adalah suatu keadaan dimana individu
mengalami disfungsi defekasi mengakibatkan diare, inkontinensia, atau
konstipasi. (Capernito,2000 )
Gangguan Eliminasi BAB adalah Keadaan dimana individu
mengalami statis usus besar yang mengalami eliminasi jarang atau feses keras
atau kering atau individu mengalami statis usus besar yang mengakibatkan
feses cair atau tidak terbentuk.

1.1.2 Etiologi
1) Pola defekasi tidak teratur ( kurang dari 5 x seminggu )
2) Penggunaan laksantif terlalu kecil
3) Stres psikologis naik
4) Kurang aktivitas
5) Usia
6) Diit yang tidak sesuai
7) Konstipasi atau impaksi fekal
8) Hemoroid
9) Pembedahan yang menurunkan kemampuan untuk mengejan
1.1.3 Fisiologi
1) Reflek defekasi intrinsik
Feses masuk rectum

Distensi rectum

Rangsangan fleksus mesentrikus

Terjadi peristaltic di colon asenden, sigmoid dan rectum

Feses terdorong ke anus

Sfingter internal tidak menutup, sfingter eksternal relaksasi

1
2) Reflek defekasi parasimpatis
Feses masuk rectum

Rangsangan saraf rectum

Dibawa ke spinal cord

Kembali ke kolon descenden, sigmoid dan rectum

Intensifkan peristaltic, sfingter internal, intensifkan reflek intrinsic

Defekasi BAB
Kontrasi otot abdominal dan diafragma

Tekanan intra abdomen baik

Menguatkan feses untuk melalui kanal anak

Defekasi
1.1.4 Klasifikasi
1) Konstipasi adalah, gangguan pada eliminasi akibat feses yang kering, keras
yang melewati usus besar.
2) Fecal Imfaction adalah masa yang keras dilipatan rectum akibat retensi dan
akumulasi feses yang berkepanjangan.
3) Inkontinensia alvi adalah hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol
pengeluaran feses dan gas yang melalui sfingter anus akibat kerusakan fungsi
sfingter atau persarafan didaerah anus. Hal ini disebabkan masalah-masalah
kejiwaan.
4) Diare adalah keluarnya feses cair dan menaikkan frekuensi BAB akibat
cepatnya chime melewati usus, sehingga usus besar tidak mempunyai cukup
waktu untuk menyerap air.
5) Hemoroid ( wasir ) adalah pelebaran vena didaerah anus sebagai akibat
peningkatan tekanan darah teresbut.
6) Kembung adalah flatus yang berlebihan di intestinal.

2
1.1.5 Manifestasi Klinis
1) Penurunan bising usus
2) Keluhan rectal penuh
3) Keluhan tekanan pada rectal
4) Perasaan pengosongan tak adekuat
5) Rsa ingin BAB
6) Sakit dibagian rectum
7) Perembesan
8) Spasmodik
9) Nyeri atau kejang abdomen
10) Kadang disertai darah atau mucus
11) Kadang vomitas atau nausea
12) Mengejan atau nyeri waktu defekasi
13) Feses bersifat iritan
14) Feses keluar untuk waktu tertentu
15) Irigasi pada daerah sekitar anus atau bokong
16) Distensi intestinal atau gaster
17) Pemeriksaan fisik : tympani
18) Rasa gatal
19) Rasa nyeri
20) Impaksi dapat teraba

1.1.6 Pemeriksaan Penunjang


1) Feses berbentuk cair
2) Meningkatkan frekuensi buang air besar
3) Meningkatnya peristaltic usus
4) Menurunya nafsu makan

1.1.7 Penatalaksanaan
1) Menganjurkan untuk banyak minum atau cair
2) Mengadakan pola kebiasaan untuk BAB
3) Pemberian katartik atau laksatif ( pencahar ) untuk melunakkan feses sehingga
merangsang peristaltic dan BAB
4) Pemberian enema
5) Pemberian makanan yang adekuat untuk mengurangi resiko eliminasi ( diit
tinggi serat dan sari buah )
6) Memperbanyak kegiatan fisik atau aktivitas

3
1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
1.2.1.1 Anamnesa
1) Kaji batas karakteristik
(1) Pola eliminasi : kebiasaan dan saat ini
(2) Berapa frekuensi yang dipertimbangkan normal ?
(3) Penggunaan laksatif atau enema : jenis : seberapa sering ?
(4) Gejala atau keluhan yang berhubungan
Sakit kepala Haus
Kelemahan Nyeri
Letargi Kram
Anoreksia Penurunan atau penambahan berat
badan
(5) Kesadaran terhadap isyarat defekasi
2) Pengkajian factor-faktor yang berhubungan
(1) Gaya hidup
Tingkat aktivitas
Pekerjaan
Latihan
Nutrisi
Makanan atau minum yang digunakan selama 4 jam
(2) Terapi obat saat ini
Antibiotik Antasida
Steroid Depresan SSP
Besi
(3) Riwayat medical bedah
Keadaan saat ini
Kondisis masa lalu
Riwayat pembedahan ( kolostomi / ileostomi )
(4) Kesadaran tentang isyarat untuk defekas

1.2.1.2 Pemeriksaan Fisik


1) Kaji batas karakteristik
(1) Feses : Coklar, kuning – hijau, hijau, hitam, coklat (warna
lempung), merah
Bau : Normal, busuk
Konstipasi : Lunak, berbentuk lunak, bulky sedikit, kering
Ukuran : Sempit, diameter besar atau kecil, bulat
Komponen : Darah, mucus, pus, parasit, makanan tak dicerna
(2) Kaji factor-faktor4yang berhubungan
(1) Nutrisi
Masukkan makanan : Jenis, jumlah
Masukkan cairan : Jumlah
(2) Pemeriksaan area perianal atau rectal
Hemoroid
Fisura
Kontrol sfingter rectal ( adanya jepital anak, reflek bulbous
kovernosum )
Iritasi
Impaksi
Ada atau tidak adanya feses di rectum

1.2.2 Rencana Asuhan Keperawatan


1.2.2.1 Diagnosa Keperawatan
Gangguan pemenuhan Eliminasi BAB berhubungan dengan :
1) Konstipasi kolonik
2) Proses infeksi disaluran pencernaan
3) Patofisiologi
Defek penyerapan, otot dasar panggul dan mobilitas skunder
penurunan laju metabolisme skunder
Penurunan peristaltic sekunder terhadap hipoksia (jantung, paru)
4) Tindakan yang berhubungan
Efek samping
Efek anesthesia dan manipulasi pembedahan pada peristaltic
Kebiasaan penggunaan laksantif
5) Situasional
Penurunan peristaltic sekunder terhadap imobilisasi
Pola evakuasi tidak teratur
Takut Nyeri
Tidak adekuatnya diit
Dehidrasi
1.2.2.2 Tujuan
Klien dapat terpenuhi kebutuhan eliminasi alvi setelah dilakukan tindakan
keperawatan (selama 2 x 24 jam)
1.2.2.3 Kriteria Hasil :
Individu akan :
1) Mengatakan bahwa nyeri berkurang saat defekasi
2) Membuat kembali pola normal BAB yaitu 1-2 x / hari
3) Mengeluarkan feses lunak atau konsistensi agak berbentuk
4) Menggambarkan aturan5usus terapeutik
5) Menjelaskan rasional untuk intervensi
6) Menghubungkan penyebab-penyebab laksantif

1.2.2.4 Implementasi dan Rasional


1) Masukan cairan yang adekuat (6-10 gelas/hari)
R : Dengan banyak air yang masuk diharapkan feses tidak menjadi
keras
2) Dorong dan bantu ambulasi bila mampu
R : Aktivitas dapat merangsang peristaltic,meningkatkan kembalinya
usus normal
3) Tawarkan pispot atau bed pen jika tidak bisa ke kamar mandi
R : Memudahkan pasien untuk BAB sewaktu-waktu
4) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang diitnya, diit tinggi serat, sari buah
R : Menurunkan resiko konstipasi atau dehidrasi dan melembeknya
Feses
5) Berikan latihan mobilisasi
R : Mungkin diperlukan untuk proses dalam tubuh dan khususnya dalam
system pencernaan

1.2.3 Evaluasi
1) Kebutuhan eliminasi terpenuhi dalam waktu 2 X 24 jam
2) Kelainan feses dapat diketahui
3) Rasa nyaman pasien dapat terpenuhi saat BAB

Anda mungkin juga menyukai