Disusun Oleh :
LOLITA FABIOLA ROHANI
NIM 01.3.20.00452
1
PROPOSAL
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
Disusun Oleh :
LOLITA FABIOLA ROHANI
NIM 01.3.20.00452
2
LEMBAR PENGESAHAN
Proposal Asuhan Keperawatan Komunitas di RT 03 RW 03 Desa Modangan.
Kecamatan Nglegok. Kabupaten Blitar
pada tanggal_ Januari 2021
Mengetahui,
PJMK Keperawatan Komunitas
3
DAFTAR ISI
4
BAB 1
PENDAHULUAN
5
4. Melaksanakan tindakan keperawatan bersama masyarakat untuk mengatasi
masalah kesehatan masyarakat dengan mengikutsertakan lintas program dan
lintas sektoral
5. Melakukan evaluasi Asuhan Keperawatan Komunitas
6. Membuat laporan Asuhan Keperawatan Komunitas dan menyusun rencana
tindak lanjut
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Masyarakat di RT 03 RW 03 Desa Modangan Kecamatan Nglegok
Mendapatkan pelayanan Asuhan Keperawatan Komunitas yang komprehensif
dan membantu meningkatkan derajat kesehatan dan meminimalkan masalah
kesehatan yang dialami oleh masyarakat di di RT 03 RW 03 Desa Modangan
Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar
Bagi Institusi Pendidikan
Merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan Pendidikan Program Studi Ilmu
Keperawatan khususnya di bidang Keperawatan Komunitas serta sebagai suatu
bahan pertimbangan atau acuan dalam pengembangan Model Praktik Klinik
Keperawatan Komunitas selanjutnya dan sebagai salah satu bentuk Tri Dharma
Perguruan Tinggi bagi Institusi.
1.3.2 Bagi Mahasiswa
1. Mendapatkan tambahan pengalaman dengan mengenal berbagai karakteristik
masyarakat yang ada di di RT 03 RW 03 Desa Modangan Kecamatan
Nglegok Kabupaten Blitar
2. Merupakan sarana untuk menerapkan ilmu tentang Asuhan Keperawatan
pada Komunitas yang sudah didapatkan dari bangku perkuliahan.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan laporan praktik askep
komunitas di RT 03 RW 03 Desa Modangan Kecamatan Nglegok Kabupaten
Blitar, yaitu terdiri dari:
1. BAB 1 didalamnya terbagi menjadi 4 yaitu latar belakang, tujuan penulisan,
manfaat dan sistematika penulisan
2. BAB 2 didalamnya terdapat beberapa konsep yaitu konsep dasar keperawatan
komunitas definisi keperawatan komunitas, tujuan keperawatan komunitas,
sasaran keperawatan komunitas, langkah – langkah keperawatan komunitas,
falsafah keperawatan komunitas, proses asuhan keperawatan komunitas,
definisi proses keperawatan komunitas, tujuan dan fungsi keperawatan
komunitas, strategi keperawatan komunitas
6
3. BAB 3 didalamnya meliputi beberapa pembahasan yaitu pengkajian, diagnosa
keperawatan dan perencanaan
BAB 2
7
TINJAUAN PUSTAKA
8
2.1.3 Sasaran Keperawatan Komunitas
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah
kesehatan/perawatan.
1. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat
diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota
keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.
2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga,
anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah
tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan
lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa
anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan
berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang ada
disekitarnya.
3. Kelompok Khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis
kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan
terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:
1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan
dan pertumbuhannya, seperti:
1. Ibu hamil
2. Bayi baru lahir
3. Balita
4. Anak usia sekolah
5. Lanjut Usia
2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
1. Penderita penyakit menular, seperti: TBC, Lepra, AIDS, penyakit kelamin
lainnya.
2. Penderita dengan penyakit tak menular, seperti: penyakit diabetes melitus,
jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.
3) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:
1. Wanita tuna susila
2. Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
9
3. Kelompok-kelompok pekerja tertentu
Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
1. Panti werdha
2. Panti asuhan
3. Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
2.1.4 Strategi Keperawatan Komunitas
Menurut Ayu Komang (2011), strategi keperawatan komunitas yang dapat
dilakukan antara lain proses kelompok, pendidikan kesehatan, kemitraan, dan
pemberdayaan:
1.Proses Kelompok
Proses kelompok menggambarkan proses yang selalu berubah, berkembang,
dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah. Diperlukan
komunikasi, motivasi tim, keragaman tim dalam mengatasi konflik yang
terjadi selama proses kelompok, dan kelompok biasanya menunjukkan minat
dan kebutuhan serta tujuan yang sama. Setiap proses yang terjadi pada
komunitas bertujuan untuk membangkitkan kepekaan diri, menimbulkan
solidaritas dan rasa saling menghargai melalui dukungan yang diberikan
kepada remaja atau kelompok tertentu yang menjadi bagian dari sistem
dukungan sosial yang ada. Sistem dukungan sosial meliputi keluarga,
dukungan religius yang diorganisir masyarakat, seperti masjid dan kelompok
serta per support grup.
2.Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana
perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer materi/teori dari
seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi,
perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam diri individu,
kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan
kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun
WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya; sehingga
produktif secara ekonomi maupun secara sosial. Pendidikan kesehatan
merupakan salah satu kegiatan promosi kesehatan yang dapat dilakukan
kepada masyarakat. Promosi kesehatan merupakan pendidikan kesehatan plus.
Promosi kesehatan menurut ottawa dalam (Ayu Komang, 2011) menyatakan
bahwa proses dukungan kepada masyarakat untuk meningkatkan kontrol
masyarakat dalam mempengaruhi kesehatan masyarakat guna memperkuat
10
tindakan masyarakat dan pengembangan masyarakat. Menetapkan strategi
promosi kesehatan yang dikelompokkan menjadi:
1. Membangun kebijakan berwawasan kesehatan
2. Menciptakan lingkungan yang mendukung
3. Memperkuat tindakan masyarakat
4. Mengembangkan keterampilan individu
5. Reorientasi terhadap pelayanan kesehatan
3. Kemitraan
Kemitraan merupakan suatu bentuk partisipasi aktif dan adanya keterlibatan
semua pihak untuk perubahan kearah sehat komunitas. Kegiatan kemitraan
dapat diselengarakan melalui kemitraan antar program, kemitraan program
dengan sektor, kemitraan sektor dengan sektor, kemitraan sektor dengan
organisasi profesi, organisasi sosial masyarakat, lembaga swadya masyarakat,
media massa, dan swasta. Pada setiap kegiatan kemitraan, diperlukan lobby
dan negosisasi. Indikator keberhasilan dari kegiataan kemitraan dapat
diketahui dari banyaknya mitra terlibat, teknis dan jumlah kegiatan yang
dilakukan, kontribusi mitra, keberlangsungan kemitraan, umlah keiatan atau
produk yan dihasilkan melalui kemitraan serta efektivitas dan efisiensi upaya
yang sudah dilakukan melalui kemitraan yang dapat dilakukan perawat
komunitas dapat diketahui berdasarkan input, indikator proses, dan indikator
output.
4. Pemberdayaan
Pemberdayaan merupakan proses yang dilakukan oleh individu, kelompok
dan komunitas untuk mencapai kemanfaatan dalam kehidupan. Pemberdayaan
merupakan upaya memobilisasi komunitas agar mampu berperan dalam
pengambilan keputusan dan tindakan strategis, juga merupakan upaya
fasilitasi agar masyarakat mengenal masalah yang dihadapi, serta
merencanakan dan melakukan pemecahan masalah dengan memanfaatkan
potensi setempat sesuai kebutuhannya. Perawat komunitas perlu mengetahui
karakteristik komunitas setempat yang akan diberdayakan, termasuk
perbedaan karakteristik dengan cara mengumpulkan pengetahuan, yang
menyangkut informasi komunitas sperti nilai, sikap, demografi,
kepemimpinan, dan sebagainya. Strategi yang dapat dilakukan dalam
memperdayakan komunitas mencakup menumbuhkembangkan potensi yang
ada di masyarakat seoptimal mungkin untuk mengatasi masalah komunitas
dan meningkatkan status kesehatan komunitas, berperinsip meningkatkan
kontribusi masyarakat baik secara fisik maupun non fisik, mengembangkan
11
kegiatan masyarakat melalui penyediaan fasilitas, dan memotivasi dengan
memperkuat kegiatan gotong royong di kalangan masyarakat, bekerja untuk
dan bersama masyarakat.
12
2.2.2 Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas
Tujuan keperawatan komunitas diharapkan individu keluarga, kelompok, dan
masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang
akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan
secara mandiri(self care)
Fungsi keperawatan komunitas
1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien
melalui asuhan keperawatan.
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dibidang kesehatan.
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,
komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan
pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses
penyembuhan
2.2.3 Langkah – langkah Keperawatan Komunitas
1. Pengkajian
Pengkajian asuhan keperawatan komunitas terdiri atas dua bagian utama, yaitu
inti komunitas (core), dan delapan subsistem yang melengkapinya. Inti komunitas
menjelaskan kondisi penduduk yang dijabarkan dalam demografi, vital statistik,
sejarah komunitas, nilai dan keyakinan, serta riwayat komunitas, sedangkan delapan
subsistem lainnya meliputi lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan transportasi,
politik dan pemerintah, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi, ekonomi, dan
rekreasi.
Komponen lingkungan fisik yang dikaji meliputi lingkungan sekolah dan
tempat tinggal yang dapat mempengaruhi kesehatan, batasan wilayah, luas daerah,
denah atau peta wilayah, iklim, jumlah dan kepadatan penduduk, kesehatan
lingkungan, kegiatan penduduk sehari-hari. Lingkungan fisik juga dapat dikaji
melalui wienshield survey.
13
Data yang dikaji dari subsistem layanan kesehatan dan sosial meliputi fasilitas
didalam komunitas dan diluar komunitas. pelayanan kesehatan meliputi ketersediaan
layanan kesehatan, bentuk layanann, jenis layanan, sumber daya, karakteristik
konsumen, statistik, pembayaran waktu pelayanan, kemanfaaatan, keterjangkauan,
keberlangsungan, dan keberterimaan layanann di komunitas. Layanan sosial dapat
meliputi layanan kesling, panti wreda bagi lansia, pusat perbelanjaaan, dan lain-lain
yang merupakan sistem pendukung bagi komunitas dalam menyelesaikan masalah
kesehatan. Pengkajian layanan kesehatan dan sosial juga meliputi kebijakan dari
pemerintahan setempat terhadap kedua layanan tersebut.
Pada subsistem ekonomi dikaji pendapatan penduduk, rata-rata penghasilan,
status pekerjaan, jenis pekerjaan, sumber penghasilan jumlah penduduk miskin,
keberadaan industri, toko/pusat perbelanjaan, dan tempat komunitas bekerja, dan
bantuan dana untuk pemeliharaan kesehatan. Komponen ini mempermudah
komunitas memperoleh bahan makanan, dan sebagainya.
Sementara itu, pada komponen politik dan pemerintahan dikaji situasi politik dan
pemerintahan di komunitas, peraturan dan kebijakan pemerintah daerah terkait
kesehatan komunitas, dan adanya program kesehatan yang ditujukan pada
peningkatan kesehatan komunitas.
Pengkajian subsistem komunikasi meliputi media informasi yang dimanfaatkan,
bagaimana komunikasi yang sering dimanfaatkan masyarakat, orang-orang yang
berpengaruh, keikutsertaan dalam pendidikan kesehatan, bagaimana biasanya
komunikasi memperoleh informasi tentang kesehatan, adakah perkumpulan atau
wadah bagi komunitas sebagai sarana untuk mendapatkan informasi, dari siapa
komunitas memperoleh banyak informasi tentang kesehatan, dan adakah sarana
komunikasi formal dan informal di komunitas.
Komponen pendidikan meliputi status pendidikan masyarakat, ketersediaan dan
keterjangkauan sarana pendidikan, fasilitas pendidikan yang ada dikomunitas, jenis
pendidikan, tingkat pendidikan, dan komunitas yang buta huruf.
Pengkajian subsistem rekreasi diarahkan pada kebiasaan komunitas berekreasi,
aktivitas di luar rumah termasuk dalam mengisi waktu luang dan jenis rekreasi yang
dapat dimanfaatkan oleh komunitas, dan sarana penyakit penyaluran bakat komunitas.
Metode pengumpulan data kaji asuhan keperawatan komunita, antara lain Windshield
survey, informant interview, Observasi partisipasi, dan focus group discussion
(FGD).
a. Windshield survey
Windshield survey dilakukan dengan berjalan-jalan dilakukan dengan
berjalan-jalan di lingkungan komunitas untuk menemukan gambaran tentang
14
kondisi dan situasi yang terjadi di komunitas, lingkungan sekitar komunitas,
dan karakteristik yang ditemui di jalan saat survey dilakukan.
b. Informant interview
Instrumen yang perlu dikembangkan untuk melakukan pengkajian terhadap
masyarakat antara kuisoner, pedoman wawancara, dan pedoman observasi.
Untuk mendapatkan hasil yang akurat dan agar masyarakat membina rasa
percaya dengan perawat diperlukan kontak yang lama dengan komunitas.
Perawat juga harus menyertakan lembar persetujuan (informed consent)
komunitas yang dibubuhi tanda tangan atau cap jempol setiap akan
melakukan tindakan yang membutuhkan persetujuan komunitas. Informed
consent juga mencantumkan jaminan kerahasiaan terhadap isi persetujuan
dan pendapat yang telah disampaikan wawancara dilakukan kepada key
informant atau tokoh yang menguasai program.
c. Observasi partisipasi
Setiap kegiatan kehidupan dikomunitas perlu diobservasi. Kegiatan
observasi dapat dilakukan menggunakan format observasi yang sudah
disiapkan terlebih dahulu, kemudian catat semua yang terjadi, dengan
tambahan penggunaan kamera atau video. Informasi yang penting diperoleh
menyangkut aktivitas dan arti sikap atau tampilan yang ditemukan
dikomunitas. Observasi dilakukan terhadap kepercayaan komunitas, normal,
nilai, kekuatan, dan proses pemecahan masalah di komunitas.
d. Focus group discussion (FGD)
FGD merupakan diskusi kelompok terarah yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi yang mendalam tentang perasaan dan pikiran
mengenai satu topik melalui proses diskusi kelompok, berdasarkan
pengalaman subyektif kelompok sasaran terhadap satu situasi/ produk
tertentu. FGD bertujuan mengumpulkan data mengenai persepsi terhadap
sesuatu dengan menggunakan diskusi yang berfokus sehingga membutuhkan
pedoman wawancara yang berisi pertanyaan terbuka, fasilitator, moderator,
notulen, dan observer.
15
No. Variabel Sub Item Sumber Strategi
variable pertanyaan data
2. Lingkungan fisik
3. Pendidikan
4. Komunikasi
5. Layanan
kesehatan dan
social
6. Keamanan dan
transportasi
7. Ekonomi
8. Politik dan
pemerintah
9. Rekreasi
Selain data primer, data sekunder yang diperoleh melalui laporan/ dokumen
yang sudah dibuat di desa/ kelurahan, puskesmas atau dinas kesehatan.
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan komunitas disusun berdasarkan jenis diagnosis,sebagai
berikut :
1. Diagnosis sejahtera
Diagnosis sejahtera/ Wellness digunakan bila komunitas mempunyai
potensi untuk ditingkatkan, belum ada data maladatif.
2. Diagnosa ancaman (risiko)
Diagnosa risiko digunakan bila belum terdapat paparan masalah kesehatan
tapi sudah ditemukan beberapa data maladatif yang memungkinkan
timbulnya gangguan.
3. Diagnosis Aktual (gangguan)
Ditegakan bila timbul gangguan atau masalah kesehatan dikomunitas yang
didukung oleh beberapa data maladaptif
3. Perencanaan
16
Perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta
rencana tindakan untuk mengatasi masalah yanga ada. Tujuan dirumuskan
untuk mengatasi atau meminimalkan stressor dan intervensi dirancang
berdasarkan tiga tingkat pencegahan (pencegahan primer, sekunder, tersier).
4. Implementasi
Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan
program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah masyarakat.
Sering kali,perencanaan program yang sudah baik tidak diikuti dengan waktu
yang cukup untuk merencanakan implementasi. Implementasi melibatkan
aktivitas tertentu sehingga progam yang ada dapat dilaksanakan, diterima, dan
direvisi jika tidak berjalan. Implementasi keperawatan dilakukan untuk
mengatasi masalah kesehatan komunitas menggunakan strategi proses
kelompok, pendidikan kesehatan, kemitraan (Partnership), dan pemberdayaan
masyarakat (Empowerment). Perawat komunitas menggali dan meningkatkan
potensi komunitas untuk dapat mandiri dalam memelihara kesehatannya.
Tujuan akhir setiap program dimasyarakat adalah melakukan erubahan
masyarakat. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari
anggota masyarakat. Perubahan nilai dan norma dimasyarakat dapat
disebabkan oleh faktor eksternal, seperti adanya undang-undang, stuasi
politik, dan kejadian kritis eksternal masyarakat. Dukungan eksternal ini juga
dapat dijadikan daya pendorong bagi tindakan kelompok untuk melakukan
perubahan perilaku masyarakat. Organisasi eksternal dapatmenggunakan
model social planning dan locality development untuk melakukan perubahan,
menggalakan kemitraan dengan memanfaatkan sumber daya internal dan
sumber daya eksternal.
Perawat komunitas harus mempunyai pengetahuan yang memadai agar dapat
memfasilitasi perubahan dengan baik, termasuk pengetahuan tentang teori dan
model perubahan. Perubahan yang terjadi di masyarakat sebaiknya dimulai
dari tempat individu, keluarga,masyarakat.Ada beberapa model perubahan
(Ervin, 2010), yaitu:
1. Model Perubahan Kurt Lewin
Proses berubah terjadi saat individu,keluarga, dan komunitas tidak lagi
nyaman dengan kondisi yang ada. Model ini terdiri dari:
a. Unfreezing, bila ada perasaan butuh untuk berubah baru implementasi
dilakukan,dengan tujuan membantu komunitas menjadisiap untuk
melakukan perubahan
b. Change, yaitu intervensi mulai diperkenalkan kepada kelompok
17
c. Refreezing, meliputi bagaimana membuat suatu program menjadi
stabil,melalui pemantauan dan evaluasi
2. Strategi Berubah Chin dan Benne
Strategi Berubah ini sangat cocok digunakan oleh perawat komunitasdalam
mengkaji status individu kelompok, dan masyarakat dalam membuat
keputusan untuk berubah. Strategi ini merupakan strategi untuk melakukan
perubahan di komunitas bukan tahap proses berubah.Menurut model ini,
untuk melakukan perubahan diperlakukan strategi perubahan yaitu:
a. Rational Empiris, dikatakan bahwa untuk melakukan perubahan di
komunitasperlu terdapat fakta dan pertimbangan tentang seberapa besar
keuntungan yang diperoleh dengan adanya perubahan tersebut.
Contoh :Adanya kebiasaan merokok yang banyak terjadi di masyarakat,
terutama remaja, diperlukan peran perawat komunitas, untuk
memfasilitasi perubahan dengan memberikan promosi kesehatan bahaya
merokok atau melalui media, seperti poster,leaflet,modul data kejadian
kesakitan dan kematian akibat merokok atau mengajak melihat langsung
kondisi korban akibat merokok. Dengan adanya fakta,diharapkan terjadi
perubahan pada individu
b. Normative Reedukatif, yaitu pertimbangan dengan keselarasan
perubahan dengan norma yang ada dimasyarakat.
c. Power Coercive, Yaitu strategi perubahan yang menggunakan sanksi
baik politik maupun sanksi ekonomi, misalnya sanksi terhadap perokok
yang merokok ditempat umum berupa denda atau kurungan.
3. First Order And Second Order Change
Menurut model inifirst order bertujuan mengubah substansi atau isi didalam
sistem sedangkan second order perubahan ditujukan pada sistemnya. Mengukur
adanya perubahan masyarakat pada tingkat individu, dapat diketahui dari
tingkat kesadaran individu terhadap perubahan bagaimana mengerti tentang
masalah yang dihadapi, tingkat partisipasi individu,dan adanya perubahan
dalam bentuk tingkah laku yang ditampilkan. Adanya role model yang ada
dimasyarakat dapat menjadi pendorong untuk mengubah norma dan praktik
individu dalam perubahan masyarakat.
Pada tingkat masyarakat perubahan difokuskan pada kelompok dan organisasi,
termasuk adanya perubahan kebijakan yang berhubungan dengan masalah yang
terjadi di masyarakat adanya dukungan partisipasi dalam kegiatan masyarakat
serta aktivitas lain yang berhubungan dengan penyelesaian masalah.Perubahan
dimasyarkat dapat dievaluasi melalui pengembangan koalisasi, partisipasi
18
masyarakat dalam dukungan untuk mencapai tujuan, dan perubahan nilai dan
norma yang berlaku dimasyarakat.
Setiap akan melakukan kegiatan dimasyarakat atau implementasi program
sebaiknya dibuat dahulu laporan pendahuluan (LP) kegiatan asuhan keperawatan
komunitas, yang meliputi:
1. Latar Belakang, yang berisi kriteria komunitas, data yang perlu dikaji lebih
lanjut terkait implementasi yang akan dilakukan dan masalah keperawatan
komunitas terkait dengan implementasi saat ini.
2. Proses keperawatan komunitas, yang berisi diagnosis keperawatan
komunitas, tujuan umun, dan tujuan khusus.
3. Implementasi tindakan keperawatan, tindakan keperawatan yang berisi topik
kegiatan, target kegiatan, metode, strategi kegiatan,media dan alat bantu yng
digunakan, waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan pengorganisasian
petugas kesehatan beserta tugas susunan acara, setting tempat acara.
4. Kriteria evaluasi, yang berisi evaluasi struktur, evaluasi proses, dan evaluasi
hasil dengan menyebutkan target presentasi pencapaian hasil yang
diinginkan.
5. Evaluasi
Merupakan tahap akhir proses keperawatan. Evaluasi merupakan sekumpulan
informasi sistematik berkenaan dengan program kerja dan efektifitas dari
serangkaian program yang digunakan masyarakat terkait program kegiatan,
karakteristik dan hasil yang telah dicapai. Program evaluasi dilakukan untuk
memberikan informasi kepada perencana program dan pengambil kebijakan
tentang efektifitas dan efisiensi program. Evaluasi program merupakan
sekumpulan metode dan keterampilan untuk melakukan apakah program
sudah sesuai dengan rencana dan tuntutan masyarakat. Evaluasi digunakan
untuk mengetahui seberapa tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah
intervensi yang dilakukan efektif untuk masyarakat setempat sesuai dengan
kondisi dan situasi masyarakat. Pengukuran efektivitas program di komunitas
dapat dilihat berdasarkan:
1. Pengukuran komunitas sebagai klien. Pengukuran ini dilakukan dengan cara
mengukur kesehatan ibu dan anak, mengukur kesehatan komunitas.
2. Pengukuran komunitas sebagai pengalaman membina hubungan
3. Pengukuran komunitas sebagai sumber.
2.3 KONSEP TEORI COVID 19
2.3.1 Definisi Covid 19
19
Coronavirus atau virus corona merupakan keluarga besar virus yang
menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas ringan hingga sedang,
seperti penyakit flu. Banyak orang terinfeksi virus ini, setidaknya satu kali
dalam hidupnya.
Namun, beberapa jenis virus corona juga bisa menimbulkan penyakit yang
lebih serius, seperti:
1. Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV).
2. Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV).
3. Pneumonia.
Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2
(SARS-CoV2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit
karena infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan
gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga
kematian. (Rizal, 2010)
2.3.2 Cara Virus Corona Menyebar
Karena COVID-19 adalah penyakit baru, banyak aspek mengenai
bagaimana penyebarannya sedang diteliti. Penyakit ini menyebar selama
kontak dekat, seringkali oleh tetesan kecil yang dihasilkan selama batuk,
bersin, atau berbicara. Tetesan ditularkan, dan menyebabkan infeksi baru,
ketika dihirup oleh orang-orang dalam kontak dekat (1 hingga 2 meter, 3
hingga 6 kaki). Mereka diproduksi selama bernafas, namun karena mereka
relatif berat, mereka biasanya jatuh ke tanah atau permukaan. Berbicara
dengan suara keras melepaskan lebih banyak tetesan dari pada
pembicaraan normal. Sebuah penelitian di Singapura menemukan bahwa
batuk yang tidak tertutup dapat menyebabkan tetesan mencapai 4,5 meter
(15 kaki). Sebuah artikel yang diterbitkan pada bulan Maret 2020
berpendapat bahwa saran tentang jarak tetesan mungkin didasarkan pada
penelitian tahun 1930-an yang mengabaikan efek dari udara yang
dihembuskan lembab yang hangat di sekitar tetesan dan bahwa batuk atau
bersin yang tidak terbuka dapat berjalan hingga 8,2 meter (27 kaki) .
Setelah tetesan jatuh ke lantai atau permukaan, mereka masih dapat
menginfeksi orang lain, jika mereka menyentuh permukaan yang
terkontaminasi dan kemudian mata, hidung atau mulut mereka dengan
tangan yang tidak dicuci. Pada permukaan, jumlah virus aktif berkurang
dari waktu ke waktu hingga tidak lagi menyebabkan infeksi. Namun,
secara eksperimental, virus dapat bertahan di berbagai permukaan selama
beberapa waktu, (misalnya tembaga atau kardus selama beberapa jam, dan
20
plastik atau baja selama beberapa hari). Permukaan mudah
didekontaminasi dengan desinfektan rumah tangga yang membunuh virus
di luar tubuh manusia atau di tangan. Khususnya, bagaimanapun
desinfektan atau pemutih tidak boleh ditelan atau disuntikkan sebagai
tindakan perawatan atau pencegahan, karena ini berbahaya atau berpotensi
fatal. Dahak dan air liur membawa sejumlah besar virus. Beberapa
prosedur medis dapat menyebabkan virus ditransmisikan lebih mudah dari
biasanya untuk tetesan kecil seperti itu, yang dikenal sebagai transmisi
udara . Virus ini paling menular selama tiga hari pertama setelah
timbulnya gejala, meskipun penyebaran diketahui terjadi hingga dua hari
sebelum gejala muncul (penularan secara asimptomatik) dan pada tahap
selanjutnya dari penyakit. Beberapa orang telah terinfeksi dan pulih tanpa
menunjukkan gejala, tetapi ketidakpastian tetap dalam hal penularan tanpa
gejala. Meskipun COVID-19 bukan infeksi menular seksual , dicium,
hubungan intim, dan rute oral feses diduga menularkan virus.
21
Infeksi virus Corona atau COVID-19 belum bisa diobati, tetapi ada
beberapa langkah yang dapat dilakukan dokter untuk meredakan gejalanya
dan mencegah penyebaran virus, yaitu:
1. Merujuk penderita COVID-19 yang berat untuk menjalani perawatan
dan karatina di rumah sakit rujukan
2. Memberikan obat pereda demam dan nyeri yang aman dan sesuai
kondisi penderita
3. Menganjurkan penderita COVID-19 untuk melakukan isolasi mandiri
dan istirahat yang cukup
4. Menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak minum air putih
untuk menjaga kadar cairan tubuh
2.3.5 Komplikasi Virus Corona
Pada kasus yang parah, infeksi virus Corona bisa menyebabkan beberapa
komplikasi berikut ini:
1. Pneumonia (infeksi paru-paru)
2. Infeksi sekunder pada organ lain
3. Gagal ginjal
4. Acute cardiac injury
5. Acute respiratory distress syndrome
6. Kematian Pada beberapa orang, penyakit ini dapat berkembang
menjadi pneumonia , kegagalan multi-organ , dan kematian .
Manifestasi neurologis termasuk kejang , stroke , ensefalitis , dan
sindrom Guillain-Barré . Komplikasi yang berhubungan dengan
kardiovaskular mungkin termasuk gagal jantung , aktivitas listrik yang
tidak teratur , pembekuan darah , dan peradangan jantung .
2.3.6 Pencegahan Virus Corona
Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus Corona
atau COVID19. Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik adalah
dengan menghindari faktor-faktor yang bisa menyebabkan Anda terinfeksi
virus ini, yaitu:
1. Terapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak minimal 1- 1,5
meter dari orang lain, dan jangan dulu ke luar rumah kecuali ada
keperluan mendesak.
2. Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian,
termasuk saat pergi berbelanja bahan makanan.
22
3. Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang
mengandung alkohol minimal 60%, terutama setelah beraktivitas di
luar rumah atau di tempat umum.
4. Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.
5. Tingkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat.
6. Hindari kontak dengan penderita COVID-19, orang yang dicurigai
positif terinfeksi virus Corona, atau orang yang sedang sakit demam,
batuk, atau pilek.
7. Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian
buang tisu ke tempat sampah.
8. Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan
lingkungan, termasuk kebersihan rumah.
Untuk orang yang diduga terkena COVID-19 atau termasuk kategori
ODP (orang dalam pemantauan) maupun PDP (pasien dalam
pengawasan), ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar virus
Corona tidak menular ke orang lain, yaitu:
1. Lakukan isolasi mandiri dengan cara tinggal terpisah dari orang lain
untuk sementara waktu. Bila tidak memungkinkan, gunakan kamar
tidur dan kamar mandi yang berbeda dengan yang digunakan orang
lain.
2. Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan.
3. Bila ingin ke rumah sakit saat gejala bertambah berat, sebaiknya
hubungi dulu pihak rumah sakit untuk menjemput.
4. Larang dan cegah orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk Anda
sampai Anda benar-benar sembuh.
5. Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang
sedang sedang sakit.
6. Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta
perlengkapan tidur dengan orang lain.
7. Pakai masker dan sarung tangan bila sedang berada di tempat umum
atau sedang bersama orang lain.
8. Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin,
lalu segera buang tisu ke tempat sampah.
23
2.4 Konsep Teori Hipertensi
2.4.1 Definisi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.
Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2010).
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection
(JIVC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan
diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari
tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna.
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95
– 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan
114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau
lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena
dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik (Smith Tom, 2009).
2.4.2 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO, yaitu:
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg
dan diastolik 91-94 mmHg
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and
Treatment of Hipertension, yaitu:
1. Diastolik
a. < 85 mmHg : Tekanan darah normal
b. 85 – 99 mmHg : Tekanan darah normal tinggi
c. 90 -104 mmHg : Hipertensi ringan
d. 105 – 114 mmHg : Hipertensi sedang
e. >115 mmHg : Hipertensi berat
2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
a. < 140 mmHg : Tekanan darah normal
b. 140 – 159 mmHg : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c. > 160 mmHg : Hipertensi sistolik teriisolasi
24
Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang
mendadak (sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita
hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan
darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi
kelainan organ target (otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah).
1. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera
dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target
akut atau progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg
disertai kerusakan organ target yang progresif dan di perlukan tindakan
penurunan TD yg segera dalam kurun waktu menit/jam.
2. Hipertensi Urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna
tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target
progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ
target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam.
Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam
(penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan
jam sampai hari)
2.4.3 Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik
(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi:
1. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport Na.
2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
3. Stress Lingkungan.
4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Hipertensi Primer
25
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi
seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system
rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas. Ciri lainnya yaitu: umur
(jika umur bertambah maka TD meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih
tinggi dari perempuan), ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih),
kebiasaan hidup (konsumsi garam yang tinggi melebihi dari 30 gr,
kegemukan atau makan berlebihan, stres, merokok, minum alcohol, dan
minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin).
2. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal,
diabetes melitus, stroke.
26
2.4.5 Tanda Dan Gejala
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya
ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien
yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2011) manifestasi klinis beberapa pasien
yang menderita hipertensi yaitu: mengeluh sakit kepala, pusing
lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual muntah, epistaksis,
kesadaran menurun.
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah:
1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg.
2. Sakit kepala
3. Pusing / migraine
4. Rasa berat ditengkuk
5. Penyempitan pembuluh darah
6. Sukar tidur
7. Lemah dan lelah
8. Nokturia
9. Azotemia
10. Sulit bernafas saat beraktivitas
2.4.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu:
1. Pemeriksaan yang segera seperti:
a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari
sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan
factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi /
fungsi ginjal.
c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan
hipertensi).
d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi.
27
f. Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiovaskuler).
g. Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin/serum: untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab).
i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
j. Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi.
k. Steroid urin: Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme.
l. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi
ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola
regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi.
m. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada
area katup, pembesaran jantung.
2. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama):
a. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab,
CAT scan.
e. USG untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis
pasien
28
2.4.7 Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:
1. Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan
berat. Terapi tanpa obat ini meliputi: diet destriksi garam secara moderat
dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr, diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak
jenuh.
2. Penurunan berat badan
3. Penurunan asupan etanol
4. Menghentikan merokok
5. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip
yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-
80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang
disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada
dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling
baik 5 x perminggu
6. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:
a. Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang
secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
b. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi
rileks Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan).
29
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya
sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
7. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah
saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi
agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya
perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli
Hipertensi (Joint National Committee On Detection, Evaluation And
Treatment Of High Blood Pressure, Usa, 2011) menyimpulkan bahwa obat
diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat
digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan
penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
30
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
3.1 Pengkajian
Praktik komunitas ini dilakukan di RW 03 RT 03 Dsn. Modangan kecamatan
Nglegok kabupaten. Blitar pada 15 KK, dengan karakteristik desa sebagai
berikut :
Luas dan Batas wilayah
Luas Wilayah : Rw 03
3.1.1 Data Demografi
Data Jumlah Kepala Keluarga (KK) di RW 04 RT 03 Dsn. Modangan yang
terkaji 15 KK
No Jumlah KK RT I Jumlah %
1 Terkaji 15 15 100
2 Tidak Terkaji 0 0 0
Jumlah 15 15 100
31
jumlah penduduk laki – laki lebih banyak dibanding perempuan yaitu 23 orang 46
%
1. Jumlah Penduduk berdasarkan tingkat usia di RW
03 RT 03 Dsn. Modangan kec. Nglegok. Kab. Blitar, Januari 2021 adalah sebagai
berikut :
No Usia RT 3 Jumlah %
1 < 1 tahun 1 1 2
2 1 - 3 tahun 1 1 2
3 3-5 tahun 3 3 7
4 5 - 11 tahun 4 4 9
5 12-16 tahun 2 2 4
6 17-25 tahun 5 5 12
7 26-35 tahun 3 3 7
8 36-45 tahun 11 11 26
9 46-55 tahun 6 6 14
10 56-65 tahun 6 6 14
11 >66 tahun 0 0 0
Jumlah 42 100
No Pekerjaan RT 3 Jumlah %
1 PNS 1 1 4
2 Pensiun 1 1 4
3 Petani 4 4 16
4 Pekerja pabrik 2 2 8
5 Pedagang 3 3 12
32
No Pekerjaan RT 3 Jumlah %
6 Wiraswasta 8 8 33
7 Swasta 4 4 16
8 Tidak bekerja 1 1 4
Jumlah 24 100
33
Berdasarkan pengkajian didapatkan kondisi kesehatan umum di RW 03 RT 03
paling banyak memiliki tempat berobat keluarga di puskesmas/Dokter yaitu 72
orang
7. Karakteristik Kondisi Kesehatan Umum Berdasarkan Kebiasaan Sebelum Berobat
di RW 03 RT 03
Kebiasaan Sebelum
No RT 3 Jumlah %
Berobat
1 Beli Obat Bebas 13 13 81
2 Jamu 3 3 13
Jumlah 16 100
*Pilihan Lebih dari 1
34
Berdasarkan pengkajian karakteristik Berdasarkan keluhan sakit Dalam 3
Bulan Terakhir di RW 03 RT 03 Dsn. Modangan Kec. Nglegok Kab. Blitar
masyarakat mengalami pusing yaitu 8 orang ( 53%)
10. Karakteristik Kondisi Kesehatan Umum
Berdasarkan Penyakit yang Diderita Dalam 6 Bulan Terakhir di RW 03 RT 03
Dsn. Modangan Kec. Nglegok Kab. Blitar
Penyakit yang Diderita
No Dalam 6 Bulan RT I Jumlah %
Terakhir
1 Hipertensi 8 8 38
2 DM 2 2 9
3 Jantung 1 1 4
4 Asam urat 5 5 23
5 Kolestrol 4 4 19
6 Migrain 1 1 4
Jumlah 21 100
*Pilihan Lebih dari 1
35
Penyakit Menular
No Diderita Dalam <6 RT I Jumlah %
Bulan Terakhir
3 Campak 0 0 0
4 HIV 0 0 0
5 Tidak ada 15 15 100
Jumlah 15 100
*Pilihan Lebih dari 1
36
sebagian besar warga belum mengaplikasikan cara pencegahan penularan penyakit
covid 19 dibuktikan saat dilakukan pengkajian warga tidak memakai masker saat
berinteraksi baik dengan pengkaji maupun dengan lingkungan sekitar misalnya
berinteraksi dengan tetangga dan masih melakukan berpergian serta tidak melakukan
cuci tangan setelah melakuan kegiatan maupun sebelum melakukan kegiatan ata
aktivitas.
16. Karakteristik Kondisi Kesehatan Umum
Berdasarkan pencegahan Covid 19 di RW 03 RT 03 Dsn. Modangan Kec.
Nglegok Kab. Blitar
No Pencegahan covid 19 RT 3 Jumlah %
1 Tahu 8 8 54
2 Belum Tahu 7 7 46
Jumlah 15 KK 100
*Pilihan Lebih dari 1
37
Pemahaman
No RT 3 Jumlah %
penyuluhan covid 19
Jumlah 15 KK 100
*Pilihan Lebih dari 1
38
Perencanaan
2 1 1 33
kehamilan
3 Agama 0 0 0
4 Adat 0 0 0
5 Dll 0 0 0
Jumlah 3 100
Jumlah Ibu
No RT 3 Jumlah %
Hamil
1 Ya (hamil) 0 0 0
2 Tidak Hamil 15 15 100
Jumlah 15 100
Berdasarkan pengkajian yang didapat karakteristik jumlah ibu hamil di RW 03 RT 03
Dsn. Modangan tidak ada ibu yang hamil yaitu sebanyak 15 KK (100%)
39
II 0 0 0 0 0 0 0 0
III 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 0 0 0 0 0 0 0 0
Ibu hamil 2
TM Keluhan
I Nyeri Pusing Mual Muntah Nyeri ngompol Sulit Tidak
punggung perut BAB ada
II 0 0 0 0 0 0 0 0
III 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 0 0 0 0 0 0 0 0
Ibu hamil 3
TM Keluhan
I Nyeri Pusing Mual Muntah Nyeri ngompol Sulit Tidak
punggung perut BAB ada
II 0 0 0 0 0 0 0 0
III 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 0 0 0 0 0 0 0 0
Berdasarkan pengkajian yang didapat karakteristik pada ibu hamil menurut keluhan
ibu hamil di RW 03 RT 03 Dsn. Modangan pada Bulan Januari 2021 tidak ada yang
mengalami keluhan karena tidak ada yang hamil
40
Frekuensi
No Periksa Ibu RT 3 Jumlah %
Hamil
Jumlah 0 0 0
41
No Usia balita RT 3 Jumlah %
6 4-5 th 0 0 0
Jumlah 1 100
Berdasarkan pengkajian yang didapat karakteristik balita berdasarkan usia di
RW 03 RT 03 Dsn. Modangan sebanyak 1 orang (100%) pada usia 0-6 Bulan
42
Berdasarkan pengkajian yang didapat karakteristik pada balita yang
memiliki KMS di RW 03 RT 03 Dsn. Modangan didapatkan hasil balita tidak
memiliki KMS sebanyak 3 balita (75%).
33. Karakteristik Balita Berdasarkan Hasil
Penimbangan Balita di RW 03 RT 03 Dsn. Modangan pada Bulan Januari 2021
Hasil
No Penimbangan RT 3 Jumlah %
Balita
1 Hijau 1 1 100
Diatas Kuning
2 0 0 0
Hijau
Dibawah Titik-
3 0 0 0
Titik
4 Dibawah Merah 0 0 0
Jumlah 1 100
43
36. Karakteristik kesehatan balita berdasarkan usia
dalam memberikan MPASI di RW 03 RT 03 Dsn. Modangan pada Bulan Januari
2021
No MPASI RT 3 Jumlah %
1 0- 6 bulan 1 1 100
2 7-12 bulan 0 0 0
3 > 12 bulan 0 0 0
Jumlah 1 100
Berdasarkan pengkajian yang didapat karakteristik usia dalam memberikan
MPASI di RW 03 RT 03 Dsn. Modangan didapatkan hasil mayoritas hasil kesehatan
balita berdasarkan usia dalam memberikan MPASI yaitu 1 orang (100%).
37. Karakteristik kesehatan balita Berdasarkan ibu
mengetahui MPASI di RW 03 RT 03 Dsn. Modangan pada Bulan Januari 2021
Pengetahuan
No RT 3 Jumlah %
MPASI
1 Tahu 0 0 0
2 Tidak tahu 1 1 100
Jumlah 1 100
Berdasarkan pengkajian yang didapat karakteristik pengetahuan ibu tentang
MPASI MPASI di RW 03 RT 03 Dsn. Modangan didapatkan paling yaitu tidak
tahu sebanyak 1 orang (100%).
44
Kegiatan Remaja
No RT 3 Jumlah %
di Luar Sekolah
4 Lain-lain 0 0 0
Jumlah 4 100
Berdasarkan pengkajian yang didapatkan, karakteristik pada kegiatan remaja
diluar sekolah di RW 03 RT 03 Dsn. Modangan didapatkan hasil paling banyak
remaja melakukan kegiatan olahraga yaitu sebanyak 2 orang ( 50%) dan
keagamaan sebayak 2 orang (50%).
40. Karakteristik Remaja Berdasarkan Penggunaan
Waktu Luang di RW 03 RT 03 Dsn. Modangan pada Bulan Januari 2021
Kegiatan Remaja
No RT 3 Jumlah %
pada waktu luang
1 Musik/ TV 3 3 60
2 Olahraga 1 1 20
3 Rekreasi 0 0 0
4 Keagamaan 1 1 20
5 Lain-lain 0 0 0
Jumlah 5 100
Berdasarkan pengkajian yang didapat karakteristik pada penggunaan waktu
luang remaja di RW 03 RT 03 Dsn. Modangan didapatkan hasil paling banyak
remaja memilih mendengarkan musik atau menonton TV yaitu sebanyak 5 orang
(100 %).
41. Karakteristik Remaja Berdasarkan Kebiasaan
Remaja di RW 03 RT 03 Dsn. Modangan pada Bulan Januari 2021
No Kebiasaan Remaja RT 3 Jumlah %
1 Merokok 4 4 80
2 Alkohol 0 0 0
3 Tidak Ada 1 1 20
4 Lain-lain 0 0 0
Jumlah 5 100
Berdasarkan pengkajian yang didapat karakteristik pada kebiasaan remaja di RW
03 RT 03 Dsn. Modangan didapatkan hasil kebiasaan merokok dengan 4 remaja
(80%)
45
RT
No Keluhan Lansia Jumlah %
3
6 Sulit BAB 0 0 0
7 Mata Kabur 3 3 50
8 Badan lemas 0 0 0
9 Sakit perut 0 0 0
10 Tidak ada 0 0 0
Jumlah 5 100
46
Penggunaan
No Waktu RT 3 Jumlah %
Senggang
1 Berkebun 1 1 25
2 Senam 0 0 0
3 Jalan-jalan 3 3 75
4 Duduk-duduk 0 0 0
5 Lain-lain 0 0 0
Jumlah 4 100
Berdasarkan pengkajian yang didapat karakteristik pada penggunaan waktu
senggang lansia di RW 03 RT 03 Dsn. Modangan aktivitas yang dilakukan
lansia Jalan-jalan 3 lansia (75%)
47
Kepemilikan
No RT 3 Jumlah %
Rumah
3 Sewa 0 0 0
Jumlah 15 100
48
Berdasarkan pengkajian didapatkan perumahan di RW 03 RT 03 Dsn.
Modangan paling banyak memiliki pencahayaan terang yaitu 11 KK (75%)
49
Sumber Air
No RT 3 Jumlah %
Minum
1 PAM 1 1 7
2 Sumur 14 14 93
3 Air mineral 0 0 0
Jumlah 15 100
57. Karakteristik Sumber Air Bersih Berdasarkan Sumber Air Untuk Mandi dan Cuci
di RW 03 RT 03 Dsn. Modangan pada bulan Januari 2021
Sumber Air Untuk
No RT 3 Jml %
Mandi dan Cuci
1 PAM 0 0 0
2 Sumur 15 15 15
3 Air sungai 0 0 0
Jumlah 15 100
Berdasarkan pengkajian didapatkan sumber air bersih di RW 03 RT 03 Dsn.
Modangan semua sumber air untuk mencuci dan mandi sebanyak 15 rumah
(100%)
58. Karakteristik Sumber Air Bersih Berdasarkan Jarak Sumber Air dengan
resapan/septik tank di RW 03 RT 03 Dsn. Modangan pada bulan Januari 2021
Jarak Sumber Air
No dengan RT 3 Jumlah %
resapan/septik tank
1 < 10 m 4 4 27
2 >10 m 11 11 73
Jumlah 15 100
Berdasarkan pengkajian didapatkan sumber air bersih di RW 03 RT 03 Dsn.
Modangan paling banyak memiliki jarak sumber air kurang dari 10 meter yaitu 11
rumah (100%)
50
59. Karakteristik Sumber Air Bersih Berdasarkan Penampungan Air Sementara di
RW 03 RT 03 Dsn. Modangan pada bulan Januari2021
Penampungan Air
No RT 3 Jumlah %
Sementara
1 Bak 5 5 34
2 Ember 2 2 13
3 Gentong 8 8 53
4 Lain-lain 0 0 0
Jumlah 15 100
51
5 Sembarangan 0 0 0
Jumlah 15 100
52
Kebiasaan
No RT 3 Jumlah %
BAB
1 WC 15 15 100
2 Sungai 0 0 0
3 Sembarang 0 0 0
Tempat
Jumlah 15 100
53
Berdasarkan pengkajian didapatkan sistem pembuangan kotoran rumah tangga
di RW 03 RT 03 Dsn. Modangan dari 15 KK paling banyak sebanyak 7 KK
(46%) masih memilih pembuangan air limbah melalui Resapan
Kondisi
No RT 3 Jumlah %
Kandang
1 Terawat 10 10 67
2 Tidak
5 5 33
Terawat
Jumlah 15 100
54
73. Karakteristik Kondisi Kesehatan Umum Berdasarkan Sarana Kesehatan Yang
Paling Terdekt di RW 03 RT 03 Dsn. Modangan pada bulan Januari 2021
Tempat Berobat
No RT 3 Jumlah %
Keluarga
1 Puskesmas/Posyandu 13 13 86
2 Praktek Swasta 2 2 14
3 Balai Pengobatan 0 0 0
Jumlah 45 100
55
DATA ETIOLOGI MASALAH
cara pencegahan penularan
penyakit covid 19
3. Terdapat 46% masyarakat belum
mengetahui sumber penularan
covid 19. Masyarakat sering
keluar rumah tidak memakai
masker di saat aktivitas dari
lingkungan setempat belum ada
penyuluhan.
56
3.3 Perencanaan
Berdasarkan analisa situasi lokasi pelaksanaan Praktik Keperawatan Komunitas, maka saya membuat rencana strategi berdasarkan analisa data
dan pengkajian yang telah didapta sebagai berikut :
38
No Diagnosa Keperawatan TUJUAN Rencana Kegiatan Tanggal Sasaran Tempat Keterangan
Komunitas
2. Defesiensi kesehatan Tujuan Umum: 1. Memberikan penyuluhan di 01 Feb Masyarakat Rumah Penanggung
komunitas berhubungan Meningkatkan RW 03 RT 03 tentang 2021 RW 03 RT 03 warga Jawab:
dengan ketidakcukupan pemanfaatan sarana pentingnya lansia mengikuti Dsn. Lolita Fabiola
sumber daya (pengetahuan kesehatan posyandu Modangan Rohani
kegiatan posyandu lansia
lansia) (D.0110 lansia
Tujuan Khusus: dengan menggunakan media
Setelah dilakukan leaflet.
tindakan keperawatan 2. Memberikan penyuluhan
selama 3 minggu, dimasyarakat tentang pola
diharapkan hidup sehat untuk
1. Masyarakat dapat menghindari penyakit
memanfaatkan hipertensi dengan media
sarana kesehatan leaflet.
posyandu lansia
2. Masyarakat antusias
dalam mengikuti
kegiataan posyandu
39
Intervensi Keperawatan dan Kegiatan yang akan dilakukan
1) Penyuluhan Covid 19
Penanggung Jawab : Lolita Fabiola Rohani
Dalam kegiatan ini, mahasiswa berperan serta mengikuti kegiatan yang
dilakukan dalam Kegiatan penyuluhan kesehatan tentang Covid 19 kepada
masyarakat yang berada di wilayah Dsn. Modangan Rt03/ Rw03
Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar.
1. Memberikan penyuluhan mengenai covid 19 melalui media leaflet
2. Mengajak setiap keluarga untuk dapat menerapkan pencagahan covid
19 melalui memakai masker, mencuci tangan dan menghindari
krumunan
3. Mengajarkan cara mencuci tangan dengan baik
2) Posyandu Lansia
Penanggung Jawab : Lolita Fabiola Rohani
Dalam kegiatan ini, mahasiswa berperan serta mengikuti kegiatan yang
dilakukan dalam Posyandu. Lansia terutama Posyandu lansia yang berada
di wilayah Dsn. Modangan Rt03/ Rw03 Kecamatan Nglegok Kabupaten
Blitar.tentang pentingnya lansia mengikuti kegiatan posyandu lansia
1. Mengajak lansia untuk berpatisipasi dalam program posyandu lansia
dengan memberi motivasi
Materi yang akan disampaikan : Pendidikan kesehatan tentang hipertensi
Waktu Pelaksanaan:
Hari :Senin
Tanggal : 1 Februari 2021
Jenis Kegiatan : Posyandu Lansia
Waktu :15.00s/dSelesa
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, Wahid Iqbal. 2015. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Konsep dan Aplikasi
dalam Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
Mubarak, Wahid Iqbal dkk. 2019. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori dan
Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika
Mubarak, Wahid Iqbal dkk. 2016. Ilmu Keperawatan Komunitas II Konsep dan
Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika
38
LAMPIRAN :
39
40