Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Definisi
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh. Pembuangan dapat melalui urine
ataupun feses. Eliminasi alvi atau defekasi adalah pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa
feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Defekasi
1. Usia
Pada usia bayi control defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia lanjut kontrol defekasi
menurun.
2. Diet
Makanan berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang masuk ke dalam tubuh
juga memenharuhi proses defekasi.
3. Intake cairan
Intake cairan yang kurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras, disebabkan karena absorpsi
cairan yang meningkat
4. Psikologis
Keadaan cemas, takut, dan marah akan meningkatkan peristaltik, sehingga menyebabkan diare
5. Pengobatan
Pengobatan juga dapat mempengaruhi proses defekasi, seperti penggunaan laksatif atau antasida yang
terlalu sering. Kedua jenis obat tersebut dapat melunakkan feses dan meningkatkan peristaltik usus.
Penggunaan lama menyebabkan usus besar kehilangan tonus ototnya dan menjadi kurang responsive
terhadap stimulasi yang diberikan oleh laksatif.
6. Gaya hidup
Kebiasaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secara teratur, fasilitas buang air besar, dan
kebiasaan menahan buang air besar.
7. Nyeri
Adanya nyeri dapat mempengaruhi kemampuan atau keinginan untuk defekasi seperti pada kasus
hemoroid dan episiotomi
II. Patofisiologi
Ileus

Impaksi fekal

Suara bising usus tidak terdengar atau melemah

Gangguan eliminasi alvi fekal : konstipasi

Uraian :
Ileus dapat ditandai dengan adanya Impaksi fekal yaitu massa feses yang keras dilipatan rectum yang
diakibatkan oleh retensi dan akumulasi material feses yang berkepanjangan dan mengakibatkan suara
bising usus tidak terdengar atau lemah,

III. Etiologi
a. Konstipasi
Biasanya disebabkan oleh pola defekasi tidak teratur, penggunaan laksatif yang lama, stress psikologis,
obat-obatan, kurang aktivitas, usia.
b. Ileus
Menurunnya pergerakan pada saluran pencernaan yang menyebabkan penumpukan atau penyumbatan
zat makanan
c. Diare
Diare disebabkan karena stress fisik, obat-obatan, alergi, penyakit kolon, dan iritasi usus.
d. Impaksi fekal
Massa feses yang keras dilipatan rectum yang diakibatkan oleh retensi dan akumulasi material feses
yang berkepanjangan. Biasanya disebabkan oleh konstipasi, intake cairan yang berkurang, kurang
aktivitas, diet rendah serat, dan kelemahan tonus otot.
e. Kembung
Disebabkan karena konstipasi, penggunaan obat-obatan (barbiturat, penurunan ansietas, penurunan
aktivitas intestinal), mengonsumsi makanan yang banyak mengandung gas.
f. Hemorroid
Disebabkan karena konstipasi, peregangan saat defekasi, kehamilan, dan obesitas.
IV. Manifestasi Klinis
a. Konstipasi
a. Adanya feses yang keras
b. Defekasi kurang dari tiga kali seminggu
c. Menurunnya bising usus
d. Adanya keluhan pada rectum
e. Nyeri saat mengejan dan defekasi
f. Adanya perasaan masih ada sisa feses setelah defekasi
b. Diare
a. Adanya pengeluaran feses cair
b. Frekuensi lebih dari 3x sehari
c. Nyeri/kram abdomen
d. Bising usus meningkat
c. Inkontinensia alvi
a. Pengeluaran feses yang tidak dikehendaki.
V. Pengkajian Fokus
1. Riwayat keperawatan
a. Pola defekasi: Frekuensi, perubahan pola
b. Perilaku defekasi: Penggunaan laksatif, cara mempertahankan pola.
c. Deskripsi feses: Warna, bau, konsistensi, jumlah, unsure abnormal dalam feses (adanya darah,
lendir)
d. Diet: Makanan yang mempengaruhi defekasi, makanan yang biasa dimakan, makanan yang
dihindari, dan pola makan yang teratur atau tidak.
e. Cairan: Jumlah dan jenis minuman/hari.
f. Aktivitas: Kegiatan sehari-hari.
g. Kegiatan yang spesifik.
h. Penggunaan medikasi: obat-obatan yang mempengaruhi defekasi.
i. Stress: Stres berkepanjangan atau pendek, koping untuk menghadapi atau bagaimana menerima.
j. Pembedahan/penyakit menetap.
2. Pemeriksaan fisik
a. Abdomen: Distensi, simetris, gerakan peristaltik, adanya massa pada perut, tenderness.
b. Rektum dan anus: Tanda-tanda inflamasi, perubahan warna, lesi, fistula, hemorrhoid, adanya
massa, tenderness.
VI. Masalah Keperawatan
1. Konstipasi
Gangguan eliminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dan keras melalui usus besar.
2. Diare
Merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko sering mengalami pengeluaran feses
dalam bentuk cair.
3. Inkontinensia alvi
Hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui spinter anus akibat
kerusakan fungsi spinter atau persarafan di daerah anus.
VII. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kolonoskopi

VIII. Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan eliminasi alvi: konstipasi (aktual/resiko)
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Imobalisasi
b. Menurunnya aktivitas fisik.
c. Ileus
d. Stress.
e. Kurang privasi.
f. Menurunnya mobilitas intestinal.
g. Perubahan atau pembatasan diet
Kemungkinan data yang ditemukan:
a. Menurunnya bising usus.
b. Mual.
c. Nyeri abdomen.
d. Adanya massa pada abdomen bagian kiri bawah.
e. Perubahan konsistensi feses, frekuensi buang air besar.
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:
a. Anemia.
b. Hipotiroidisme.
c. Dialisa ginjal.
d. Pembedahan abdomen.
e. Paralisis.
f. Cedera spinal cord.
g. Imobilisasi yang lama.
2. Gangguan eliminasi: diare
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Inflamasi, iritasi, dan malabsorpsi.
b. Pola makan yang salah.
c. Perubahan proses pencernaan.
d. Efek samping pengobatan
Kemungkinan data yang ditemukan:
a. Feses berbentuk cair
b. Meningkatnya frekuensi BAB
c. Meningkatnya peristaltik usus
d. Menurunnya nafsu makan
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :
a. Peradangan usus besar
b. Pembedahan saluran pencernaan bawah
c. Gastritis/enteritis
3. Gangguan eliminasi alvi: inkontinensia
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Menurunnya tingkat kesadaran.
b. Gangguan spinter anus.
c. Gangguan neuromuskuler.
Kemungkinan data yang ditemukan:
a. Tidak terkontrolnya pengeluaran feses.
b. Baju yang kotor oleh feses.
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:
a. Injuri spinal cord (susmsum tulang belakang).
b. Pembedahan usus.
c. Pembedahan ginekologi.
d. Stroke.
e. Trauma pada daerah pelvis.
f. Usia tua.
IX. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan : gangguan eliminasi alvi (konstipasi)
Tujuan yang diharapkan:
a. Pasien kembali ke pola normal dari fungsi usus besar.
b. Terjadi perubahan pola hidup untuk menurunkan faktor penyebab konstipasi.

INTERVENSI RASIONAL
1. Identifikasi faktor-faktor yang mungkin 1. berbagai faktor yang menyebabkan
berpengaruh terhadap konstipasi pasien. konstipasi, seperti ileus, menahan BAB
2. Kaji keadaan bising usus pasien yang lama, obstruksi usus
3. Observasi adanya massa pada abdomen 2. peristaltik yang lambat menyebabkan
bagian kiri bawah konstipasi karena penyerapan air di usus
4. Anjurkan pada pasien untuk minum air lebih banyak
hangat 2 liter/hari, atau dalam batas toleransi 3. penumpukan feses dapat diidentifikasi
pasien adanya massa pada rectum atau kolon
5. Berikan pendidikan kesehatan tentang desenden
kebiasaan diet, pola eliminasi fekal, cairan 4. minum yang cukup diharapkan dapat
dan makanan yang mengandung gas, serta meningkatkan konstitensi feses.
aktivitas. 5. Mencegah atau menghindari terjadinya
konstipasi

2. Diagnosa keperawatan: gangguan eliminasi (diare)


Tujuan yang diharapkan:
a. Pasien kembali BAB ke pola normal
b. Keadaan feses berbentuk dan lebih keras

INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor/kaji kembali konsistensi, 1. Dasar memonitor kondisi.
warna, bau feses, pergerakan usus, cek
berat badan setiap hari.
2. Monitor dan cek elektrolit, intake dan
output cairan. 2. Mengkaji status dehidrasi.
3. Kolaborasi dengan dokter pemberian
cairan IV, oral, dan makanan lunak. 3. Mengurangi kerja usus.
4. Berikan antidiare, tingkatkan intake
cairan.
5. Cek kulit bagian perineal dan jaga dari 4. Mempertahankan status hidrasi.
gangguan integritas. 5. Frekuensi buang air besar yang
meningkat menyebabkan iritasi kulit
6. Kolaborasi dengan ahli diet tentang diet sekitar anus.
rendah serat dan lunak. 6. Menurunkan stimulasi usus besar.
7. Hindari stres dan lakukan istirahat
cukup. 7. Stress meningkatkan stimulasi usus
8. Berikan pendidikan kesehatan tentang: besar.
 Cairan 8. Meningkatkan pengetahuan dan
 Diet mencegah diare

 Obat-obatan
 Perubahan gaya hidup

3. Diagnosa keperawatan: gangguan eliminasi (inkontinensia)


Tujuan yang diharapkan:
a. Pasien dapat mengontrol pengeluaran feses.
b. Pasien kembali pada pola eliminasi normal.
INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan penyebab inkontinensia. 1. Memberikan data dasar untuk
memberikan asuhan keperawatan.
2. Kaji penurunan masalah ADL yang 2. Pasien terganggu ADL karena takut
berhubungan dengan masalah buang air besar.
inkontinensia.
3. Kaji jumlah dan karakteristik 3. Menentukan pola inkontinensia.
inkontinensia. 4. Membantu mengontrol buang air besar.
4. Atur pola makan dan sampai berapa
lama terjadinya buang air besar. 5. Menguatkan otot dasar pelvis.
5. Lakukan latihan otot panggul. 6. Mengontrol frekuensi buang air besar
6. Berikan pengobatan dengan kolaborasi
dengan dokter.

X. Daftar Pustaka

Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2015). PENGANTAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA Edisi 2 Buku 2.
Jakarta: Salemba Medika.
Tarwoto, & Wartonah. (2015). KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DAN PROSES KEPERAWATAN Edisi 5.
Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai