PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau
feses. Eliminasi fekal adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh berupa feses.
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rectum atau yang juga disebut bowel
movement. Frekuensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dan banyaknya feses
juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam
kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi
sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.
Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh yang
normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan
bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa
faktor, pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang berbeda. Klien sering
meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi yang normal.
Keadaan sakit dapat menghindari mereka sesuai dengan program yang teratur. Mereka
menjadi tidak mempunyai kemampuan fisik untuk menggunakan fasilitas toilet yang
normal.
Lingkungan rumah bisa menghadirkan hambatan untuk klien dengan perubahan
mobilitas, perubahan kebutuhan peralatan kamar mandi. Untuk menangani masalah
eliminasi klien, perawata harus mengerti proses eliminasi yang normal dan faktor-faktor
yang mempengaruhi eliminasi. Eliminasi produk sisa pencernaan yang teratur merupakan
aspek penting untuk fungsi normal tubuh. Perubahan eliminasi dapat menyebabkan
masalah pada sistem gastrointestinal dan sistem tubuh lainnya.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan eliminasi fekal.
C. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat mengetahi apa saja
hal-hal yang terkait dengan eliminasi fekal.
1
D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. COVER
2. KATA PENGANTAR
3. DAFTAR ISI
4. BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Tujuan Penulisan
c. Manfaat Penulisan
d. Sistematika Penulisan
5. BAB II TINJUAN TEORI ELIMINASI FEKAL
a. Pengertian
b. Etiologi
c. Tanda dan Gejala
d. Karakteristik
e. Anatomi fisiologi
f. Patofisiologi
g. Klasifikasi
h. Penatalaksanaan
6. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ELIMINASI FEKAL
a. Pengkajian
b. Diagnosa
c. Intervensi
d. Implementasi
e. Evaluasi
7. BAB IV PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
8. DAFTAR PUSTAKA
2
BAB II
TINJAUAN TEORI ELIMINASI FEKAL
1. Konsep Dasar Teoritis
A. Definisi
Eliminasi fekal atau disebut juga defekasi merupakan feses normal tubuh yang
penting bagi kesehatan untuk mengeluarkan sampah dari tubuh. Sampah yang
dikeluarkan ini disebut feses atau stool (harnawati,2008).
Eliminasi fekal adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup membuang kotoran
atau tinja yang padat atau setengah padat yang berasal dari sistem pencernaan makhluk
hidup. ( Wartonah, 2004)
Eliminasi fekal adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa
feses yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus (Tarwoto, 2004).
Menurut saya eliminasi fekal adalah pengeluaran, penghilangan, penyingkiran dan
proses pembuangan sisa metabolisme tubuh berupa feses melalui anus.
B.Etiologi
a. pola diet tidak ade kuat/tidak sempurna
b. Cairan
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan cairan yang
adekuat ataupun pengeluaran (cth:urine,muntah) yang berlebihan untuk beberapa
alasan,tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ia lewat disepanjang
colon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal, menghasilkan feses yang
keras. Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairan memperlambat perjalanan chyme
disepanjang intestinal, sehingga meningkatkan reabsorbsi cairan dari chyme.
3
c. Meningkatnya stress psikologi
Pada pasien immobilisasi atau bedrest akan terjadi penurunan gerak perilstatic dan dapat
menyebabkan melambatnya feses menuju rectum dalam waktu lama dan terjadi reabsorbsi
cairan feses sehingga feses mengeras.
e. Obat-obatan
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengaruh terhadap eliminasi yang
normal. Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang besar darin tranquilizer
tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberian morphin dan codein, menyebabkan
konstipasi. Beberapa obat secara langsung mempengaruhi eliminasi. Laxative adalah obat
yang merangsang aktivitas usus dan memudahkan eliminasi feses. Obat-obat ini
melunakkan feses,mempermudah defekasi.
f. Usia
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tetapi juga pengontrolannya. Anak-
anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai sistem neuromuskular berkembang,
biasanya antara umur 2-3 tahun.orang dewasa juga mengalami perubahan pengalaman
yangb dapat mempengaruhi proses pengosongan lambung. Diantaranya adalah atony
(berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot-otot polos colon yang dapat berakibat
pada melambatnya perilstatik dan mengerasnya (mengering) feses, dan menurunnya tonus
dari otot-otot perut yang juga menurunkan tekanan selama proses pengosongan lambung.
Beberapa orang dewasa juga mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus spinkter
ani yang dapat berdampak pada proses defekasi.
4
1) Menurunnya frekuensi BAB
2) Pengeluaran feses yang sulit, keras dan mengejan
3) Nyeri rektum
b. Impaction
1) Tidak BAB
2) Anoreksia
3) Kembung/kram
4) Nyeri rektum
c. Diare
1) BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk
2) Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat
3) Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan meningkatkan
sekresi mukosa.
d. Inkontinensia Fekal
1) Tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus
2) BAB encer dan jumlahnya banyak
3) Gangguan fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan
tumorr spingter anal eksternal
e. Flatulens
1) Menumpuknya gas pada lumen intestinal
2) Dinding usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram
3) Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus)
f. Hemoroid
1) Pembengkakan vena pada dinding rectum
2) Perdarahan jika dinding pembuluh darah vena meregang
3) Merasa panas dan gatal jika terjadi inflamasi
4) Nyeri
5
D.Karakteristik
Adapun karakteristik eliminasi fekal yaitu sebagai berikut:
E.Anatomi Fisiologi
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum, sedangkan fisiologi defekasi
adalah mekanisme perjalanan makanan hingga akhirnya keluar menjadi feses melalui anus
dalam proses defekasi.
Berikut ini akan dibahas secara singkat organ-organ yang berperan dalam sistem
pencernaan beserta fungsinya:
1. Mulut
6
Proses pertama dalam sistem pencernaan berlangsung di mulut. Makanan akan
dipotong, diiris, dan dirobek dengan bantuan gigi. Makanan yang masuk ke mulut
dipotong menjadi bagian yang lebih kecil agar mudah di telan dan untuk memperluas
permukaan makanan yang akan terkena enzim. Setelah makanan dipotong menjadi
bagian yang lebih kecil, maka selanjutnya makanan akan diteruskan ke faring dengan
bantuan lidah.
2. Faring
Faring adalah rongga dibelakang tenggorokan yang berfungsi dalam sistem pencernaan
dan pernafasan. Dalam sistem pencernaan, faring berfungsi sebagai penghubung antara
mulut dan esofagus.
3. Esofagus
Esofagus adalah saluran berotot yang relatif lurus yang terbentang antara faring dan
lambung. Pada saat menelan, makanan akan dipicu oleh gelombang peristaltik yang
akan mendorong bolus menelusuri esofagus dan masuk ke lambung.
4. Lambung
Lambung adalah organ yang terletak antara esofagus dan usus halus. Di dalam lambung
makanan yang masuk akan disimpan lalu disalurkan ke usus halus. Sebelum makanan
masuk ke usus halus, makanan terlebih dahulu akan dihaluskan dan dicampurkan
kembali sehingga menjadi campuran cairan kental yang biasa disebut dengan kimus.
Lambung menyalurkan kimus ke usus halus sesuai dengan kapasitas usus halus dalam
mencerna dan menyerap makanan dan biasanya satu porsi makanan menghabiskan
waktu dalam hitungan menit.
5. Usus halus
Usus halus adalah tempat sebagian besar pencernaan dan penyerapan berlangsung.
6. Usus besar
Usus besar adalah organ pengering dan penyimpan makanan. Kolon mengekstrasi H2O
dan garam dari isi lumennya untuk membentuk masa padat yang disebut feses. Fungsi
utama usus besar adalah untuk menyimpan feses sebelum defekasi. Kolon terdiri dari 7
bagian, yaitu sekum, kolon asendens, kolon transversal, kolon desendens, kolon
sigmoid,sekum, rektum dan anus.
7. Rektum dan Anus
Rektum pada orang dewasa biasanya memiliki panjang 10 – 15 cm sedangkan saluran
anus memiliki panjang 2,5 – 3 cm. Di dalam rektum terdapat lipatan-lipatan yang dapat
meluas secara vertical. Setiap lipatan vertikal berisi sebuah vena dan arteri. Diyakini
7
bahwa lipatan ini membantu menahan feses di dalam rektum. Jika vena mengalami
distensi seperti yang dapat terjadi jika terdapat tekanan berulang. Saluran anus diikat
oleh otot sfingter internal dan eksternal. Sfingter internal berada dibawah kontrol
involunter dan dipersarafi oleh sistem saraf otonom, sedangkan sfingter eksternal
berada di bawah kontrol volunter dan dipersarafi ooleh sistem saraf somatik.
Fisiologi Defekasi
Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang mempunyai
kebiasaan teratur akan merasa kebutuhan membung air besar kira-kira pada waktu yang
sama setiap hari. Hal ini disebabkan oleh refleks gastro-kolika yang biasanya bekerja
sesudah makan pagi. Setelah makanan ini mencapai lambung dan setelah pencernaan
dimulai maka peristaltik di dalam usus terangsang, merambat ke kolon, dan sisa
makanan dari hari kemarinnya, yang waktu malam mencapai sekum mulai bergerak. Isi
kolon pelvis masuk ke dalam rektum, serentak peristaltik keras terjadi di dalam kolon
dan terjadi perasaan di daerah perineum. Tekanan intra-abdominal bertambah dengan
penutupan glottis dan kontraksi diafragma dan otot abdominal, sfinkter anus mengendor
dan kerjanya berakhir (Pearce, 2002).
Proses defekasi terbagi menjadi dua macam reflex yaitu:
1. Reflex defekasi intrinsic
Reflex ini berawal dari fases yang masuk ke rectum ehingga terjadi distensi rectum,
yang kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus mesentrikus dan terjadilah
gerakan peristaltic. Setelah fases sampai anus, secara sistematis sfingter interna
relaksasi, maka terjadilah defekasi.
8
sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk
defekasi.
Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu reflex defekasi instrinsik.
Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi suatu
signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk memulai gelombang peristaltik
pada kolon desenden, kolonsigmoid, dan didalam rektum. Gelombang ini menekan feses
kearah anus. Begitu gelombang peristaltik mendekati anus, spingter anal interna tidak
menutup dan bila spingter eksternal tenang maka feses keluar.
Refleks defekasi kedua yaitu parasimpatis. Ketika serat saraf dalam rektum
dirangsang, signal diteruskan ke spinal cord (sakral 2 – 4) dan kemudian kembali ke
kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum. Sinyal-sinyal parasimpatis ini meningkatkan
gelombang peristaltik, melemaskan spingter anus internal dan meningkatkan refleks
defekasi instrinsik. Spingter anus individu duduk ditoilet atau bedpan, spingter anus
eksternal tenang dengan sendirinya.
Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diaphragma yang akan
meningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator ani pada dasar
panggul yang menggerakkan feses melalui saluran anus. Defekasi normal dipermudah
dengan refleksi paha yang meningkatkan tekanan di dalam perut dan posisi duduk yang
meningkatkan tekanan kebawah kearah rektum. Jika refleks defekasi diabaikan atau jika
defekasi dihambat secara sengaja dengan mengkontraksikan muskulus spingter eksternal,
maka rasa terdesak untuk defekasi secara berulang dapat menghasilkan rektum meluas
untuk menampung kumpulan feses. Cairan feses di absorpsi sehingga feses menjadi
keras dan terjadi konstipasi.
G.Klasifikasi
1. Konstipasi
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai
dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan mengejang. BAB yang keras dapat
menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih
lama, sehingga banyak air diserap.
Kemungkinan penyebab:
9
a. Kebiasaan BAB tidak teratur, seperti sibuk, bermain, pindah tempat, dan lain-lain.
b.Diet tidak sempurna/adekuat : kurang serat (daging, telur), tidak ada gigi, makanan
lemak dan cairan kurang.
c.Meningkatnya stress psikologik. Kurang olahraga / aktifitas : berbaring lama.
d.Obat-obatan : kodein, morfin, anti kolinergik, zat besi. Penggunaan obat
pencahar/laksatif menyebabkan tonus otot intestinal kurang sehingga refleks BAB
hilang.
e.Usia, peristaltik menurun dan otot-otot elastisitas perut menurun sehingga
menimbulkan konstipasi.
f.Penyakit-penyakit : Obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada spinal cord dan
tumor.
2. Diare
Diare merupakan buang air besar (BAB) sering dengan cairan dan feses yang tidak
berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam
kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa.
Akibatnya feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan menahan
buang air besar (BAB).
Kemungkinan penyebab:
a. mengabsorbsi atau inflamansi proses infeksi
b. peningkatan peristaltik karena peningkatan metabolisme
c. efek tindakan pembedahan usus
d. efek penggunaan obat
e. stres psikologis
3. Inkontinensia fecal
Yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB encer
dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan gangguan fungsi spingter anal,
penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal eksternal. Pada
situasi tertentu secara mental pasien sadar akan kebutuhan BAB tapi tidak sadar
secara fisik. Kebutuhan dasar pasien tergantung pada perawat.
Kemungkinan penyebab:
a. gangguan sfingter rektal akibat cedera anus,pembedahan,dll
10
b. disfensi rektum berlebihan
c. kurangnya kontrol sfingter akibat cedera medula spinalis,dll
d. kerusakan kognitif
4. Flatulens
Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan distended,
merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau
anus (flatus). Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus adalah pemecahan
makanan oleh bakteri yang menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang
menghasilkan CO2. Makanan penghasil gas seperti bawang dan kembang kol.
5. Hemoroid
Yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa internal atau eksternal).
Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal jantung dan penyakit hati
menahun. Perdarahan dapat terjadi dengan mudah jika dinding pembuluh darah
teregang. Jika terjadi infla-masi dan pengerasan, maka pasien merasa panas dan gatal.
Kadang-kadang BAB dilupakan oleh pasien, karena saat BAB menimbulkan nyeri.
Akibatnya pasien mengalami konstipasi.
H.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medik
1. Pemberian cairan
2. Diatetik
Pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan tujuan penyembuhan
dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
Memberikan asi.
Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral
dan makanan yang bersih.
3. Obat-obatan
Pemberian cairan, pada klien Diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan
keadaan umum:
a. Cairan per oral.
11
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral berupa cairan
yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6
bulan dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/l dapat dibuat
sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan
garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa
kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.
b. Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan
atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur
dan berat badannya.
Penatalaksanaan Keperawatan
A.Pemeriksaan laboratorium.
1. Pemeriksaan tinja.
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup,
bila memungkinkan.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
B. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit
secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.
2.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas pasien : Nama, tempat tanggal lahir, alamat, jenis kelamin dan lain-lain
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : Pasien mengatakan nyeri pada perut, sulit BAK, demam
b. Riwayat kesehatan sekarang : Pasien mengatakan demam susah BAK, nyeri pada
perut
3. Pemeriksaan fisik
a. Abdomen
Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi bladder, pembesaran ginjal,
nyeri tekan, tenderness, bising usus.
b. Genetalia wanita
Inflamasi, nodul, lesi, adanya sekret dari meatus, keadaan atropi jaringan vagina.
c. Genetalia laki-laki
Kebersihan, adanya lesi, tenderness, adanya pembesaran skrotum.
12
4. Nursing history
13
4. jarang menunjukan - Dukung peningkatan asupan
5. tidak pernah menunjukan cairan
Hasil yang diharapkan : 4 dan 5 - Anjurkan diet tinggi serat
Dengan kriteria dengan tepat
1. mempertahankan bentuk - Berikan pendidikan
feses kesehatan untuk meningkatkan
2. bebas dari ketidak nyamanan pengetahuan
dan konstipasi - Kolaborasikan dengan tenaga
kesehatan lainnya
14
BAB III
FORMAT PENGKAJIAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama Pasien : Ny.R
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Pendidikan : SMA/Sederajat
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
6. Status Perkawinan : Kawin
7. Suku : Jawa/Indonesia
8. Alamat : Palebon, bogor
9. No. Telp : 085233567890
10. Nama Penanggung Jawab : Tn.J
11. Alamat Penanggung Jawab : Palebon, bogor
II. RIWAYAT KESEHATAN
A. Keluhan Utama
Pasien datang ke rumah sakit dengan keadaan lemah, lesuh dan mengatakan susah
BAB
B. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan susah BAB dan selalu mengedan bila sedang BAB
C. Riwayat Kesehatan Lalu
Pasien mengatakan bahwa dia tidak perah mengalami sakit seperti ini sebelumnya
D. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan ada anggota keluarga pasien yang mengalami penyakit yang sama
Genogram
15
E. Riwayat Kebiasaan Sehari – hari
1. Nutrisi
a. Di Rumah
Pasien makan 3x sehari, minum 7-8 gelas per hari dan tidak ada mual dan muntah
b. Di Rumah Sakit
Pasien makan 3x sehari dengan menu makanan bubur, minum 5-6 gelas perhari,
tidak ada mual dan muntah
2. Eliminasi ( BAB, BAK )
a. Di Rumah
Pasien BAB 1x sehari, berwarna kuning, tidak ada keluhan sakit BAB.
Pasien BAK 3x sehari berwana kuning terang, tidak ada keluhan saat BAK,
kebiasaan BAB dan BAK ditoilet
b. Di Rumah Sakit
Pasien belum BAB sejak dirawat dan pasien terakhir BAB dengan konsistensi
keras dan kering, pasien mengedan saat BAB
Pasien BAK 4x sehari warna kuning sedikit pekat, BAB dan BAK ditoilet
3. Aktivitas / Activity Daily Living (ADL)
a. Di Rumah
Pasien mengatakan melakukan aktivitas sendiri dan jarang melakukan olahraga
b. Di Rumah Sakit
Pasien mengatakan aktivitas dibantu keluarga
4. Istirahat dan Tidur
a. Di Rumah
Pasien mengatakan tidurnya cukup, tidak teratur. Tidur di siang hari selama 2 jam
dan di malam hari 7-8 jam
b. Di Rumah Sakit
Pasien mengatakan tidur 5-4 jam, karena merasa tidak nyaman
16
IV. PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE
1. Keadaan Umum : Lemah
2. Tingkat Kesadaran : Compos mentis
3. Ekspresi : Meringis
4. Penampilan : Kurang rapi
5. Tanda – tanda Vital
Tekanan Darah :100/80 mmhg Pulse : 80 x/menit
Frekuensi Pernafasan : 24 x/menit Temperatur : 37°C
A. Kepala
Inspeksi
Rambut
Jumlah : Banyak
Distribusi : Merata
Tekstur : Halus
Kebersihan : Bersih
Palpasi
Kulit Kepala
Lesi : Tidak ada lesi
Tlg. Tengkorak
Kontur : Normal
Ukuran : Normal
Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
Wajah
Inspeksi
Kesimetrisan : Simetris
Ekspresi : Meringis
Kulit
Inspeksi
Warna : Kuning langsat
Lesi : Tidak ada lesi
Mata
Inspeksi
Kelopak Mata : Simetris
Konjungtiva : Pucat
17
Sclera : Putih bersih
Kedudukan Bola Mata: Simetris kiri dan kanan
Pergerakan Bola Mata : Normal
Reaksi Pupil : Mengecil apabila terkena cahaya
Alis Mata : Simetris kiri dan kanan
Ketajaman Penglihatan: Normal
Telinga
Inspeksi
Struktur Luar : Simetris kiri dan kanan
Bagian Dalam : Ada secret
Tes Pendengaran
- Weber :-
-Rinne :-
Hidung
Inspeksi
StrukturLuar : Simetris kiri dan kanan
Apakah Pasien bernafas
Dengan cuping hidung: Tidak menggunakan cuping hidung
Sinus : Tidak ada nyeri tekan
Struktur Dalam
- Warna : Merah muda
- Konka : Normal
- Septum : Tidak terdapat septum
Mulut
Inspeksi
Bibir : Sedikit Kering
Gigi : Normal
Gusi : Tidak ada peradangan
Paring
- Warna : Merah muda
- Eksudat : Tidak terdapat eksudat
Lidah
- Warna : Merah muda
- Lesi : T idak ada lesi
- Gerakan : Dapat bergerak 4 arah
Tes Pengecapan : Normal
18
Inspeksi
Bentuk : Normal
Ukuran : Simetris
Retraksi Inspiratory : Ada
Rate : 26x/menit
Irama : Teratur
Kedalaman : Normal
Palpasi
Fraktur Iga : Tidak ada
Hematum : Tidak ada
EkspansiThorak : Tidak simetris
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler
C. Abdomen
Inspeksi
Warna : Kuning Langsat
Kontur : Distensi abdomen
Simetri : Simetris
Auskultasi
Bising usus : 9x/menit
Bruits / Desiran
- Aorta :-
- A. Renalis :-
Perkusi
Batas Hepar : Peka
Lambung : Tympani
Limpa : Tidak terdapat pembesaran
KandungKemih : Tidak ada nyeri tekan
Palpasi
Setiap kuadran : Tidak ada nyeri
Kandung Empedu : Tidak terdapat pembesaran
Hepar : Tidak terdapat pembesaran
Limpa : Tidak ada pembesaran
Ginjal : Tidak ada nyeri tekan
Kandung Kemih : Tidak terdapat nyeri tekan
D. Anus
Inspeksi
Scar : Tidak terdapat luka/lecet
19
Kemerahan : Tidak terdapat kemerahan
Lesi : Tidak terdapat lesi
Jamur : Tidak terdapat jamur
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. LABORATORIUM
2. RONGENT
20
ANALISA DATA
Data Subjetif :
- Penurunan motilitas Konstipasi
- Pasien mengatakan susah BAB
gastrointestinal
- Pasien mengatakan mengedan
saat Bab
- Pasien mengatakan BAB kurang - Kelemahan otot
dari dua kali seminggu abdomen
- Pasien mengatakan belum BAB
sejak dirawat
Data Objektif:
- Feses keras
- Pasien tampak lemah
- Tampak bising usus 9 x/menit
- Perut terlihat distensi abdomen
- Teraba massa pada rektal
21
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Konstipasi b.d
Penurunan 05-06-2018 06-06-18
motilitas
gastrointestinal
dan Kelemahan
pada otot
abdomen
22
23
Perencanaan
24
5=Tidak terganggu 5. Berikan pendidikan pada pasien
kesehatan untuk 5. Meningkatkan pengetahuan
Kriteria hasil:
meningkatkan tentang nutrisi dan cairan
1. Pola eliminasi 1/2/3/4/5 pengetahuan pasien
6. Kolaborasikan dengan
2. Kontrol gerakan usus 6. Untuk mengambil suatu
tenaga kesehatan lainnya
1/2/3/4/5 tindakan yang akan
diberikan pada perawatan
3. Warna feses 1/2/3/4/5 pasien
5. Kemudahan BAB
1/2/3/4/5
25
IMPLEMENTASI ( Perawatan Hari Pertama )
26
mengatakan
belum BAB sejak
dirawat
O:
- Feses keras
- Pasien tampak
lemah
- Tampak bising
usus 9 x/menit
- Perut terlihat
distensi abdomen
- Teraba massa
pada rektal
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
27
NAMA PASIEN : Ny.R UMUR : 52 Tahun
O:
28
1. Feses tampak
lembut
2. Pasien sudah
tampak segar
3. Bising usus 6 kali
per menit
4. Perut tidak terlihat
distensi abdomen
5. Sudah tidak ada
massa pada rektal
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
29
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Eliminasi fekal adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh berupa bowel
(feses). Faktor yang mempengaruhi eleminasi fecal yaitu, usia, diet, asupan Cairan,
aktivitas Fisik, faktor Psikologis, kebiasaan pribadi, Posisi Selama Defekasi, Nyeri,
Kehamilan, Pembedahan dan Anestesia, Obat-obatan, Pemeriksaan Diagnostik. Dengan
kita mengetahui faktor-faktor tersebut akan mempermudah saat kita melakukan asuhan
keperawatan.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran agar kita dapat mengetahui
segala sesuatu yang berhubungan dengan eliminasi fekal
30
DAFTAR PUSTAKA
Kozier, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7 Volume 2. Jakarta: EGC.
M. Wilkinson, Judith dan R.A, Nancy. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9.
Jakarta: EGC
Doenges, M,E., Moorhouse, M.F ., & Murr, A.C. (2013). Nursing Diagnosis Manual
Planning, Individualizing and Documenting Client Care. 4 th Ed.Philadelphia: F.A.
Davis Company.
Herdman, T.H., & Kamitsuru,S. (2014). Nursing Diagnosis Definitions and Classification
2015-2017. 10 th Ed. Oxford: Wiley Blackwell.
Kyle, G. (2011). Risk assesment and management tools for constipation. British Journal of
Community Nursing, 16(5),224-230.
Marples,G. (2011). Diagnosis and management of slow transit constipation in adults. Nursing
standard, 26(8), 41-48.
Newfleld, S. A., Hinz, M. D.,Tlley, D. S., Sridaromont, K.L., Meramba, P.J. (2012).Cox’s
Clinical Applications of Nursing Diagnosis Adult, Child, Women’S,Mental Health,
Gerontic, and Home Health Considerations.6 th Ed. Philadelphia: F.A Davis Company
31
32