Oleh:
Ni Wayan Krisma Andiani
(P07120014063)
Tingkat II.2 D III Keperawatan
Defekasi di permudah oleh fleksi otot femur dan posisi jongkok. Gas
yang di hasikan dalam proses pencernaan normalnya 7-10 liter/24 jam.
Jenis gas yang terbanyak adalah CO, metana, HS, O dan nitrogen.
Fases terdiri atas 75% air dan 2,5% materi padat. Fases normal berwarna
kuning kecoklatan karena pengaruh dari mikroorganisme. Konsistensinya
lembek namun bebentuk.
2) Faktor Eliminasi Fekal
1. Usia
Perubahan dalam tahapan perkembangan dalam mempengaruhi
status eliminasi terjadi disepanjang kehidupan. Seorang bayi memiliki
lambung yang kecil dan lebih sedikit menyekresi enzim pencernaan.
Beberapa makanan, seperti zat pati yang kompleks, ditoleransi dengan
buruk. Bayi tidak mampu mengontrol defekasi karana kurangnya
perkembangan neuromuskolar. Perkembangan ini biasanya tidak terjadi
sampai 2 sampai 3 tahun. Pertumbuhan usus besar terjadi sangat pesat
selama masa remaja. Sekresi HCL meningkat khususnya pada anak lakilaki. Anak remaja biasanya mengkonsumsi makana dalam jumlah lebih
besar. Sistem GI pada lansia sering mengalami perubahan sehingga
merusak proses pencernaan dan eliminasi. Beberapa lansia mungkin tidak
lagi memiliki gigi sehingga mereka tidak mampu mengunyah makanan
dengan baik. Makanan yang memasuki saluran GI hanya dikunyah
sebagian dan tidak dapat dicerna karena jumlah enzim pencernaan
didalam saliva dan volume asam lambung menurun seiring dengan
proseas penuaan. Ketidakmampuan untuk mencerna makanan yang
mengandung lemak mencerminkan terjadinya kehilangan enzim limpase.
Hasil penelitian (Ross, 1990 dalam Potter dan Perry, 2006)
menyatakan 91% lansia yang berusia rata-rata 76 tahun yang dirawat di
rumah sakit mengalami diare atau konstipasi.
Selain itu gerakan peristaltic usus menurun seiring dengan
peningkatan usia dan melambatnya pengosongan esofagus yang
menyebabkan tidak nyaman pada epigaster abdomen.
Lansia juga kehilangan tonus otot pada otot dasar perineum dan
sfingter anus sehingga mengalami kesulitan mengontrol pengeluaran
feses. Beberapa lansia kurang menyadari kebutuhan defekasi akibat
melambatnya impuls saraf sehingga cenderung mengalami konstipasi.
2. Diet
Asupan
makanan
setiap
hari
secara
teratur
membantu
peristaltic
dan
menimbulkan
reflex
defekasi.
Dengan
yang
tidak
adekuat
atau
gangguan
yang
5. Faktor Psikologis
Cemas akut/kronik, marah, takut, depresi dan emosional dapat
meningkatkan
motilitas
isi
usus
atau
sekresi
mucus
sehingga
eliminasi
pribadi
mempengaruhi
fungsi
usus.
9. Nyeri
Dalam kondisi normal, kegiatan defekasi tidak menimbulkan nyeri.
Namun, pada sejumlah kondisi, termasukhemoroid, bedah rectum, fistula
rectum, bedah abdomen, dan melahirkan anak dapat menimbulkan rasa
tidak nyaman ketika defekasi. Pada kondisi-kondisi seperti ini, klien
seringkali mensupresi keinginanya untuk berdefekasi guna menghindari
rasa nyeri yang mungkin akan timbul. Konstipasi merupakan masalah
umum pada klien yang merasa nyeri selama defekasi.
10. Kehamilan
12. Obat-obatan
Obat-obatan untuk meningkatkan defekasi telah tersedia . laksatif
dan katartik melunakkan feses dan meningkatkan peristaltic. Walaupun
sama, kerja laksatif lebih ringan dari pada katartik. Apabila digunakan
dengan benar , laktasif dan katartik mempertahankan pola eliminasi
normal dengan aman. Namun, penggunaan katartik dalam jangka waktu
lama menyebabkan usus besar kehilangan tonus ototnya dan menjadi
kurang responsive terhadap stimulasi yang diberikan oleh laksatif .
penggunaan laksatif yang berlebihan juga dapat menyebabkan dehidrasi
bermanfaat
dalam
mengobati
gangguan
usus,
yakni
pemeriksaan
menggunakan
barium
menimbulkan
dilakukan.
Klien
yang
mengalami
kegagalan
dalam
2. Impaksi Feses
Impaksi feses adalah akumulasi atau pengumpulan feses keras dan
mengendap di dalam rectum merupakan akibat dari konstipasi yang tidak
diatasi dapat menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan atau
konstipasi yang terus-menerus.
Tanda impaksi feses yang jelas adalah ketidakmampuan untuk
mengeluarkan feses beberapa hari, walaupun terdapat keinginan berulang
untuk defekasi. Impaksi ditandai oleh perasaan nyata pada rectal, abdomen
3. Diare
Diare adalah peningkatan frekuensi defekasi dan peningkatan jumlah
feses dengan konsistensi cair dan tidak berlemak. Diare adalah gejala
gangguan yang memengaruhi proses pencernaan, absorpsi dan sekresi di
dalam saluran GI. Meningkatnya pergerakan GI sehingga aliran feses
terlalu cepat keluar melalui GI bawah (usus halus dan kolon) sehingga
absorpsi air sedikit. Iritasi di dalam kolon dapat menyebabkan peningkatan
sekresi lendir. Akibatnya feses tinggi air dan mengandung elektrolit
sehingga klien tidap dapat mengontrol keinginan defekasi.
Diare ditandai warna feses menjadi coklat terang sampai kuning atau
hijau, kram perut dan dorongan kuat untuk defekasi, nausea (dengan atau
tanpa vomiting), rasa nyeri, panas pada anus (akibat pengeluaran feses
diare yang berulang memaparkan kulit perineum dan bokong pada materi
usus yang mengiritasi).
Kehilangan cairan kolon yang berlebihan dapat menyebabkan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit serta asam basa yang serius,
terutama pada bayi dan lansia rentan terhadap komplikasi terkait.
Penyebab Diare :
1) MO spesifik atau toksin (infeksi usus akibat streptokokus atau
stafilokokus enteritis) inflamasi mukosa usus, peningkatan sekresi
lendir di kolon.
2) Perubahan gaya hidup seperti stress emosional (ansietas)
peningkatan rangsangan saraf parasimpatis, peningkatan motilitas
usus, menurunkan waktu transit feses di usus dan meningkatkan
sekresi mucus
inflamasi
dan
iritasi
mukosa,
antacid
dalam
4. Inkontinensia Feses
Inkontinensia feses adalah ketidakmampuan mengontrol keluarnya
feses dan gas dari anus atau defekasi yang tidak didasadari. Kondisi ini
seringkali berhubungan dengan neurologis, mental atau perubahan
emosional. Kondisi fisik seperti injuri korteks serebral, injuri tulang
belakang, kerusakan saraf rectum dan sfingter anus, orang dengan fecal
impaksi.
5. Flatulen
Saat gas terakumulasi di dalam lumen usus, dinding usus meregang
dan berdistensi (flatulen). Flatulen adalah penyebab umum abdomen
menjadi penuh, terasa nyeri dank ram. Flatus adalah akumulasi gas di
dalam traktus GI. Dalam kondisi normal, gas dalam usus keluar melalui
mulut (bersendawa) atau melalui anus (flatus). Namun jika ada penurunan
motilitas usus akibat penggunaan opiate, agens anestesi umum, bedah
abdomen atau imobilisasi, flatulen dapat menyebabkan distensi abdomen
dan menimbulkan nyeri yang sangat menusuk.
Ada 3 sumber penyebab flatulen yaitu menelan udara, aksi bakteri di
usus besar dan difusi dari darah. Menelan udara dapat terjadi akibat
kecemasan, makan dan minum terlalu cepat, penggunaan sedotan minum
yang salah, mencerna terlalu banyak minuman yang mengan bikarbonat,
mengunyah permen karet, menghisap permen dan merokok. Sedangkan
produksi udara oleh bakteri di usus besar dikeluarkan melalui anus. Kirakira 7-10 liter gas diproduksi setiap hari tetapi hanya 0,6 liter yang
dikeluarkan (flatus). Sering flatus dapat diakibatkan oleh iritasi usus yang
menyebabkan peningkatan pergerakan kolon. Makanan mengandung tinggi
gas seperti kol, bawang merah dan buncis.
6. Distention
Distention adalah akumulasi dari flatus yang berlebihan atau isi usus
yang padat, yang menyebabkan distensi abdomen. Keluhan klien adalah
perut penuh, tidak nyaman mengeluarkan flatus dan feses serta gelisah.
defekasi
Impaksi yang dapat diraba
Defekasi yang kurang lampias
2. Diare
Mayor (mungkin ada, satu atau lebih)
Fesef lunak dan/atau cair
Peningkatan frekuensi defekasi (lebih dari rtiga kali sehari)
Minor (mungkin ada)
Urgensi
Kram atau nyeri abdomen
Frekuensi bising usus mningkat
Keenceran atau volume feses meningkat
C. Pohon Masalah
Bakteri, virus,
parasit
Masuk dalam
saluran cerna
Berkembang biak
di usus
Reaksi pertahanan
Pertahanan tubuh
menurun
Kurangnya asupan
Pola makan
Pengaruh
Penyakit
cairan dan
terganggu
medikasi
makanan
obat
Gangguan
eliminasi fekal
Diare
Konstipasi
Inkontinensia
defekasi
D. Pemeriksaan Diagnostik
E. Penatalaksanaan Medis
1. Pemberian cairan
2. Menolong BAB dengan menggunakan pispot
3. Memberikan huknah rendah
Kurangnya
asupan cairan
F. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat keperawatan
a. Pola defekasi : frekuensi, pernah berubah
b. Perilaku defekasi : penggunaan laksatif, cara mempertahankan pola.
c. Deskripsi feses : warna, bau, dan tekstur.
d. Diet : makanamempengaruhi defekasi, makanan yang biasa dimakan,
e.
f.
g.
h.
makanan yang dihindari, dan pola makan yang teratur atau tidak.
Cairan : jumlah dan jenis minuman/hari
Aktivitas : kegiatan sehari-hari
Kegiatan yang spesifik.
Sters : stres berkepanjangan atau pendek, koping untuk menghadapi atau
bagaimana menerima.
i. Pembedahan/penyakit menetap.
2. Pengkajian fisik
Perawat melakukan pengkajian fisik sistem dan fungsi tubuh yang
kemungkinan dipengaruhi oleh adanya masalah eleminasi. Ada beberapa
pemeriksaan fisik pada seorang klien yaitu :
a. Mulut: inspeksi gigi, lidah, dan gusi klien.
b. Abdomen: perawat menginspeksi keempat kuadaran abdomen untuk
melihat warna, bentuk, kesimetrisan, dan warna kulit..
c. Rektum: perawat menginspeksi daerah sekitar anus untuk melihat adanya
lesi, perubahan warna, inflamasi dan hemoroid.
3. Karakteristik feses
a. Warna yang normal: kuning (bayi), cokelat (dewasa)
b. Bau yang normal: menyengat yang dipengaruhi oleh tipe makanan
c. Konsistensi yang normal: lunak, berbentuk
d. Frekuensi yang normal:
Bayi 4-6 kali sehari ( jika mengonsumsi ASI) atau 1-3 kali sehari
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Analisis kandungan feses : untuk mengetahui kondisi patologis seperti :
tumor, perdarahan dan infeksi.
b. Tes Guaiak : pemeriksaan darah samar di feses yang mengitung jumlah
darah mikroskopik di dalam feses.
Batasan karakteristik
Nyeri abdomen
Nyeri tekan abdomen dengan
pada
mental,
inkontinensia
tubuh
Borborigmi
di dalam rektum
Psikologis
Depresi
Stres emosi
Konfusi mental
Garam besi
Penyalahgunaan laksatif
Agens antiinflamasi
Nonsteroid
Opiat
Penotiazid
Sedatif
Simpatomimetik
Farmakologis
Antasida mengandung aluminium
Antikolinergik
Antikonvulsan
Antidepresan
Agens antilipemik
Garam bismuth
Kalsium karbonat
Penyekat saluran kalsium
Diuretik
Mekanis
Ketidakseimbangan elektrolit.
Hemoroid
Penyakit Hirschsprung.
Gangguan neurologis
Obesitas
Rektokel
Tumor
Fisiologis
gastrointestinal
Dehidrasi
2. Diare
Batasan karakteristik
Nyeri abdomen
Sedikitnya tiga kali defekasi
Kram
Bising usus hiperaktif
Radiasi
Toksin
Melakukan perjalanan
Selang makan
perhari
Ada dorongan
Ansietas
Situasional
Fisiologis
Proses infeksi
Inflamasi
Iritasi
Malabsorpsi
Parasit
3. Inkontinensia defekasi
Definisi
Perubahan pada kebiasaan defekasi normal yang dikarakteristikkan dengan
pasase feses involunter.
Batasan karakteristik
Rembesan konstan feses lunak
Bau fekal
Warna fekal di tempat tidur
Warna vekal pada pakaian
Ketidakmampuan menunda defekasi
Ketidakmampuan untuk mengenali dorongan defekasi
Tidak perhatian terhadap dorongan defekasi
Mengenali fekal penuh tetapi tetapi menyatakan tidak mampu
H. Intervensi Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
iagnosa
T Keperaw
anggal
atan
M
K
enyesuai onstipasi
kan
dengan
pelaksan
aan
ari/
M
enyesuai iare
kan
dengan
pelaksan
aan
eliminasi fekal
adekuat
lunak
3.Berikan makanan
3.Menurunkan
pasien normal
tinggi serat dan
konstipasi
dengan kriteria
hindari makanan
hasil:
Mempertahankan
yang banyak
bentuk feses
mengandung gas
bagian gizi
4.Meningkatkan
ketidaknyamana 4.Bantu klien dalam
pergerakan usus
n dan konstipasi
melakukan aktivitas
Feses lunak dan
Setelah
kembali warna,
kondisi
diberikan asuhan
konsistensi, bau
keperawatan
feses, pergerakan
diharapkan feses
hari
pasien berbentuk
2.Evaluasi
intake
2.Untuk mengetahui
dan
lembek
makanan
yang
penyebab diare
dengan
kriteria
masuk
hasil:
3.Ajarkan
tehnik
3.Stress dapat
Feses berbentuk,
menurunkan
stres
meningkatkan
BAB
sehari
stimulus bowel
sekali- tiga hari
4.Monitor
dan
cek
4.Mengkaji status
Menjaga daerah
elektrolit,
intake
dan
dehidrasi
sekitar
rektal
output
cairan
dari iritasi
Tidak mengalami
5.Instruksikan
pasien
5.Menurunkan stimulasi
diare
untuk
makan,
bowel
makanan
rendah
serat
6.Kolaborasi dalam
6.Mengurangi kerja
pemberianan cairan
usus
IV dan oral
M
enyesuai
kan
dengan
pelaksan
aan
In
kontinens
ia
defekasi
7.kolaborasi pemberian
7.Mempertahankan
obat antidiare
status hidrasi
1.Tentukan
penyebab 1. Memberikan data
Setelah
inkontinensia
dasar untuk
diberikan asuhan
pemberian asuhan
keperawatan
keperawatan
selama ...x 24 jam
2.Kaji jumlah dan
2. Menentukan pola
diharapkan pasien
karakteristik
inkontinensia
dapat mengontrol
inkontinensia
rasional
pengeluaran feses
3.Atur pola makan dan 3. Membantu
dan pola eliminasi
sampai berapa lama
mengontrol BAB
norma,
dengan
terjadi BAB
kriteria hasil:
4.Lakukan bowel
4. Membantu
Defekasi lunak,
trening dengan
mengontrol BAB
feses berbentuk
kolaborasi
Penurunan
fisioterapi
insiden
5.Lakukan latiahan otot 5. Mengutkan otot
inkontinensia
panggul
pelvis
usus
6.Berikan pengobatan 6. Mengontrol
Fungsi
dengan kolaborasi
frekuensi BAB
gastrointestinal
dokter
adekuat
Status
nutrisi
makanan
dan
minuman
adekuat
I. Referensi
Nanda.2012-2014.Panduan
Klasifikasi. Jakarta: EGC.
Diagnosa
Keperawatan
Definisi
dan
Potter, Patricia A., Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses Dan Praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.