OLEH :
Ida Ayu Putu Trisna Dewi
(P07120014006)
Ni Kadek Susanti
(P07120014014)
(P07120014028)
KATA PENGANTAR
Izinkanlah penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi
atas Waranugraha Beliaulah penulis bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu.
Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih pihak-pihak yang sudah membantu baik
bantuan fisik maupun batin.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah yang penulis buat ini jauh dari kesempurnaan
baik dalam cara penulisannya, pemilihan katanya atau dalam penyusunannya. Maka dari itu,
penulis sangat memohon pada para pembaca agar memberikan kritik-kritik yang positif dan
bisa memperbaiki kekurangan dalam makalah ini.
Oktober 2015
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................................ 1
1.4 Manfaat...................................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi Pembedahan............................................................................ 3
2.2 Proses Keperawatan dalam Fase Bedah Preoperatif.................................
2.3 Proses Keperawatan di Tahap Bedah Intraoperatif...................................
2.4 Proses Keperawatan dalam Perawatan Pascaoperatif...............................
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan....................................................................................................
3.2 Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asuhan keperawatan perioperatif adalah perawatan yang diberikan sebelum
(praoperasi), selama (intraoperasi), dan setelah operasi (pascaoperasi). Ini terjadi di
rumah sakit, di pusat bedah yang ada di rumah sakit, di pusat-pusat bedah yang berdiri
sendiri atau di kantor-kantor penyedia layanan kesehatan.
Seorang perawat perlu mempraktikkan tindakan asepsis bedah yang ketat, benar-benar
peduli terhadap dokumentasi, dan menekankan keselamatan klien dalam semua tahap
perawatan.
Perawat telah membuat kontribusi yang signifikan dalam menunjukkan manfaat
pendidikan dan persiapan perioperatif dan mempromosikan hasil yang positif pada klien
setelah operasi.
1.3 Tujuan
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.4 Manfaat
1.4.1
1.4.2
1.4.3
1.4.4
preoperatif.
Mahasiswa dapat mengetahui proses keperawatan di tahap bedah intraoperatif.
Mahasiswa dapat mengetahui proses keperawatan dalam perawatan
pascaoperatif.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi Pembedahan
Jenis-jenis prosedur bedah diklasifikasikan menurut keseriusan, urgensi dan tujuan.
Beberapa prosedur dapat tergabung ke dalam lebih dari satu klasifikasi. Misalnya,
operasi pengangkatan noda bekas luka adalah minor dalam keseriusan, elektif di urgensi
dan rekonstruksi di tujuan. Seringnya pembagian kelas-kelas tersebut tumpang tindih.
Prosedur yang mendesak juga penting dalam tingkat keseriusannya. Kadang-kadang
operasi yang sama dilakukan untuk alasan yang berbeda pada klien yang berbeda.
Klasifikasi menunjukkan kepada perawat tingkat perawatan yang dibutuhkan oleh klien.
Tipe
Keseriusan
Mayor
Deskripsi
Contoh
arteri
koroner,
kehidupan
Menyangkut
katarak,
bedah
dibanding
dengan
prosedur
mayor
Kedaruratan
Elektif
Mendesak
bedah
wajah,
hernia,
perbaikan
rekonstruksi
payudara
Penting untuk kesehatan klien, sering Pemotongan tumor kanker,
dilakukan
untuk
mencegah
masalah pengangkatan
kerusakan
jaringan
atau batu
kantung
disebabkan
empedu,
oleh
perbaikan
darurat
tersumbat
Harus diselesaikan dengan segera untuk Memperbaiki
menyelamatkan
jiwa
atau yang
usus buntu
berlubang,
mengontrol
hemoragi
internal
Tujuan
Diagnostik
Pembedahan
eksplorasi
memungkinkan
penyedia
yang Eksplorasi
layanan (insisi
ke
termasuk
laparatomi
dalam
untuk
ruang
melihat
selanjutnya
Eksisi atau pengangkatan bagian tubuh Amputasi,
Paliatif
pengangkatan
jaringan
menyembuhkan
nekrotik, reseksi akar saraf
Rekonstruktif / Pemulihan fungsi atau penampilan atas Fiksasi internal dari fraktur,
restoratif
Prosedur
transplantasi
Konstruktif
kosmetika
Transplantasi
jantung, atau hati
ginjal,
Deskripsi
Klien yang sehat dan normal
Karakteristik
Tidak ada gangguan fisiologis, biologis, dan
4
P2
organic
Klien dengan penyakit sistemik Penyakit kardiovaskular dengan pembatasan
P3
yang ringan
minimal dalam aktivitasnya
Klien dengan penyakit sistemik Hipertensi, obesitas, diabetes mellitus
P4
yang berat
Klien dengan penyakit sistemik Penyakit
kardiovaskular
atau
paru
yang
komplikasi
sistemik, riwayat
miokardium
terkontrol
Moribund, klien yang tidak Disfungsi jantung yang berat, ginjal, hati, atau
diharapkan
P6
untuk
selamat endokrin
tanpa operasi
Klien yang dinyatakan telah Klien bisa jadi memiliki kegagalan fungsi
mati otak yang mana organnya yang
telah
luas
yang
sudah
ditangani
untuk
diangkat
kepentingan donasi
Operasi tidak dapat dilakukan secara legal atau etik sampai klien memahami
kebutuuhan prosedur, langkah-langkah yang terlibat, risiko, hasil yang
diharapkan, dan pengibatan alternatif. Merupakan tanggung jawab ahli bedah
untuk menjelaskan prosedur dan menyediakan informed consent. Setelah klien
melengkapi formulir persetujuan, tempatkan dalam catatan medis. Dokumen
tersebut dibawa ke ruang operasi bersama klien.
b) Promosi Kesehatan
Kegiatan promosi kesehatan selama fase praoperasi fokus pada pemeliharaan
kesehatan, pencegahan komplikasi, dan dukungan rehabilitasi yang mungkin
dibutuhkan pascaoperasi.
c) Perawatan Akut
Kegiatan perawatan akut dalam tahap praoperasi fokus pada intervensi secara
fisik mempersiapkan klien untuk bedah.
d) Persiapan Fisik
Tingkat persiapan fisik sebelum operasi tergantung pasa status kesehatan klien,
operasi yang direnccanakan dan preferensi dokter bedah. Persiapan ini
meliputi:
Penatalaksanaan cairan normal dan keseimbangan elektrolit
Pengurangan risiko infeksi luka bedah
Pencegahan inkontinensia bowel dan kandung kemih
Persiapan pada Hari Pembedahan
Perawat menyelesaikan beberapa prosedur rutin sebelum mengirimkan klien untuk
operasi.
Kebersihan
Langkah-langkah dasar kebersihan memberikan kenyamanan tambahan
sebelum operasi. Jika klien yang dirawat di rumah sakit tidak mau mandi
lengkap, maka mandi parsial dapat menyegarkan dan menghilangkan
sekresi yang mengganggu.
Rambut dan kosmetik
Untuk menghindari cedera, minta klien untuk tidak menggunakan jepit
rambut atau klip sebelum berangkat operasi karena jepit rambut dan klip
dapat menjadi sumber listrik dan menyebabkan luka bakar dikarenakan
elektrokauter yg digunakan selama operasi. Lepaskan juga lensa kontak,
bulu mata palsu dan riasan mata.
Melepas protesa
Semua jenis perangkat palsu sangat mudah hilang atau rusak selama
operasi. Jadi klien perlu melepas semua protesa, termasuk gigi palsu parsial
atau lengkap, kaki palsu, mata buatan, dan alat bantu dengar.
Nilai keamanan
Jika klien mempunyai barang berharga, berikan semua kepada anggota
keluarga atau simpan untuk diamankan.
Mempersiapkan usus dan kandung kemih
7
2.2.5
Evaluasi
Evaluasi pengetahuan klien terhadap prosedur bedah dan perawatan
pascaoperasi yang direncanakan
Minta klien menunjukkan latihan pascaoperasi
Amati perilaku atau ekspresi nonverbal akan kecemasan atau ketakutan
Tanyakan apakah harapan klien sudah terpenuhi
Pengkajian
Dalam PSCU, lakukan pengkajian berfokus pada praoperasi untutk
memverifikasi bahwa klien siap untuk operasi dan rencana perawatan
intraoperative. Karena klien tidak akan mampu berbicara sendiri selagi di bawah
anestesi umum, pengkajian praoperasi di dalam ruang operasi adalah penting
untuk keselamatan klien. Telaah kembali rencana perawatan intraoperative.
Perhatikan kenyamanan psikologis klien selama pengkajian ini.
2.3.2
Diagnosis Keperawatan
Tinjau diagnosis keperawatan praoperasional, dan modifikasi
mengindividualisasikan rencana perawatan di ruang operasi.
untuk
2.3.3
Perencanaan
Tujuan dan hasil. Hasil ynag berpusat pada klien dari tahap praoperasi. Sebagai
contoh, tujuan adalah untuk menjaga integritas kulit. Hasil yang diharapkan
meliputi;
a) Klien akan memiliki kulit yang utuh dan tidak menunjukkan tanda-tanda
kemerahan.
b) Klien akan bebas dari luka bakar di dasar alas.
2.3.4
Implementasi
Fokus utama dari asuhan intraoperative adalah untuk mencegah cedera dan
komplikasi berhubungan dengananestesi, operasi, posisi, dan komplikasi
berhubungan dengan anestesi, operasi, opsisi, dan penggunaan peralatan. Perawat
perioperative adalah pembela klien selama operasi dan melindungi martabat dan
hak-hak klien setiap saat.
Perawatan Akut
a) Persiapan fisik. Setelah mengamankan klien di meja kamar operasi, pasang
perangkat monitor untuk klien sebelum operasi. Klien yang menerima
anestesi umum dan regional mendapatkan pemantauan EKG kontinu.
Tempatkan elektroda pada dan kaki untuk merekam aktivitas listrik jantung.
Sebuah monitor di kamar operasi menampilkan aktivitas listrik jantung.
Oksimetri pulsasi memonitor saturasi oksigen. Pasang alas pada kauterisasi
listrik pada kulit.
b) Terapkan stoking antiemboli (misalnya stoking elastis) atau stoking kompresi
sekuensial intraoperative (terutama untuk kasus-kasus yang berdurasi lama)
atau pascaoperasi sesuai dengan kebijakan instidusi. Dokumentasikan
perangkat aplikasi, pengisian kembali kapiler, dan toleransi klien terhadap
prosedur. Untuk operasi ekstremitas, nilai denyut perifer distal di lokasi
operasi. Ukur suhu secara kontinu melalui kandung kemih, kerongkongan,
atau rectum.
rangsangan verbal atau stimulus taktil ringan (rothrock, 2007). Sedatif IV yang
bekerja singkat, seperti midazolam (Versed) diberikan.
h) Posisi Klien Bedah. Selama anestasi umum, tenaga perawat dan dokter beah
sering tidak memposisikan klien sampai tahap relaksasi lengkap. Pendekatan
bedah biasanya menentukan pilihan posisi. Idealnya posisi klien menyediakan
akses yang baik untuk lokasi yang akan dioperasi, mempertahankan fungsi
sirkulasi dan pernapasan yang memadai, dan menjamin keamanan klien dan
integritas kulit. Posisi tidak boleh merusak struktur neuromuscular.
i) Dokumentasi Asuhan Keperawatan Intraoperaif. Selama fase intraoperatif,
lanjutkan rencana perawatan praoperasi. Sebagai contoh, ikuti asepsis ketat untuk
meminimalkan risiko infeksi luka bedah.Sepanajnag prosedur operasi, pastikan
catatan kegiatan perawatan klien dan prosedur yang dilakukan oleh personel
kamar operasi telah akurat. Dokumentasi perawatan intraoperative memeberikan
data yang berguna periode pascaoperasi klien.
2.3.5
Evaluasi
Evaluasi intervensi dilakukan selama fase intraoperative selama prosedur bedah.
Terus pantau tanda vital serta asupan dan keluaran. Ukur suhu tubuh klien selama
dan pada penyelesaian prosedur. Periksa kulit di bawah landasan alas dan di
daerah di mana posisi tertekan. Untuk klien yang tidak mendapat anestesi umum,
tanyakan dengan sering kepada merakatentang rasa sakit, mati rasa, suhu ruangan
yang dirasakan, dan kenyamanan secara kesuluruhan. Berikan informasi yang
terkini kepada anggota keluarga di ruang tunggu.
11
Sirkulasi
Klien beresiko mengalami komplikasi kardiovaskuler yang disebabkan oleh
hilangnya darah actual atau potensial dari tempat pembedahan, efeksamping
dari anastesi, ketidakseimbangan elektrolit, dan depresi mekanisme yang
mengatur sirkulasi normal. Pengkajian yang teliti terhadap denyut dan irama
jantung, bersama dengn tekanan darah, mengungkapkan status
kardiovaskuler klien. Monitor tanda vital setiap 15 menit selamaa tahap
pemulihan.
Kontrol suhu
Monitor suhu dengan teliti dibagian perawatan akut. Karena suhu tinggi
mungkin merupakan indikasi pertama infeksi, evaluasi klien untuk potensi
sumber infeksi, termasuk lokasi IV (jika ada), sayatan/luka bedah, serta
saluran pernapasan dan saluran kemih.
Fungsi neurologi
Kaji reflek pupil dan muntah, cengkraman tangan, dan gerakan kaki.
12
Di dalam PCAU, kaji kondisi kulit klien, titik-titik ruam, petekie, lecet atau
luka bakar. Setelah operasi hamper semua luka bedah diperban untuk
melindungi lokasi luka dan mengumpulkan drainase. Perhatikan jumlah,
warna, baud an konsistensi drainase di perban.
Fungsi perkemihan
Raba perut bagian bawah tepat diatas simfisis pubis untuk mengkaji distensi
kandung kemih. Jika klien terpasang kateter urine, harus ada aliran urine
terus-menerus sebanyak 30-50 ml/jam pada orang dewasa. Perawat harus
mengamati warna urine.
Fungsi gastrointestinal
Inspeksi abdomen untuk memeriksa perut kembung yang mungkin
disebabkan oleh akumulasi gas. Auskultasi perut secara rutin untuk
mendeteksi suara usus kembali normal,5-30 bunyi keras permenit pada
masing-masing kuadran menunjukkan gerak paristaltik yang telah kembali.
Jika selang nasogastrik ada ditempatnya, kaji kepatenan selang, warna, dan
jumlah drainase lambung.
Kenyamanan
Kaji skala nyeri klien, mengevaluasi respon terhadap analgesic dan objektif
dokumen keparahan nyeri. keluarga
Harapan klien
Kaji harapan klien dan terhadap pemulihan dan kemajuan yang dirasaakan
dalam fase pemulihan.
2.4.2
Diagnosis keperawatan
Tentukan status dari diagnosis keperawatan praoperasi melalui pembagian
pengkajian data baru pascaoperasi dan mengidentifikasi diagnosis baru yang
relevan. Identivikasi faktor-faktor resiko baru yang mengarah ke identifikasi
diagnosis keperawatan tambahan. Pertimbangkan juga kebutuhan keluarga klien
ketika membuat diagnosis.
2.4.3
Perencanaan
Karena sifat kritis periode pascaoperasi langsung, rencana keperawatan di
PACU melibatkan pemantauan dan pengkajian erat klien untuk memastikan
kembalinya ke fungsi fisiologis yang stabil. Instruksi dokter bedah pascaoperasi
juga menjadi pedoman. Instruksi pasca operasi yang khas meliputi :
Tingkat
aktivitas
klien
diperbolehkan untuk dilanjutkan
yang
2.4.4
Implementasi
a. Promosi kesehatan
1) Memelihara fungsi pernapasan
Ketika klien bangun dari anastesi, bantu mereka untuk mempertahankan
kepatenan jalan napas. Posisikan klien di satu sisi dengan wajah ke bawah dan
14
leher sedikit direntangkan untuk nmemfasilitasi gerakan maju dari lidah dan
aliran sekresi lendir keluar dari mulut. Sebuah handuk kecil yang dilipat dapat
mendukung kepala. Teknik posisi lain untuk mempromosikan jalan napas
paten adalah kepala tempat tidur yang agak tinggi dan leher klien agak sedikit
di nrentangkan, dengan kepala menghadap ke samping.
2) Mencegah komplikasi sirkulasi
Langkah=langkah berikut mempromosikan aliran balik vena normal dan
sirkulasi aliran darah :
Dorong klien untuk melakukan latihan kaki nsetidaknya setiap jam saat
terjaga.
Sediakan makanan ketika klien beristirahat dan bebas dari rasa sakit.
untuk
membahas
cara
untuk
17
An. K
Umur
14 tahun
Jenis Kelamin
Laki-laki
Status Perkawinan:
Belum menikah
Agama
Hindu
Suku/Bangsa
Bali/Indonesia
Pekerjaan
Pelajar
Pendidikan
Alamat
:
:
SMP
Diagnosa Medis :
CF Femur Dextra
Sumber biaya
JKBM
Identitas Penanggung
Nama
Tn. M
Umur
49 tahun
Jenis Kelamin
Laki-laki
Status Perkawinan:
Sudah menikah
Agama
Hindu
Suku/Bangsa
Bali/Indonesia
Pekerjaan
Pegawai Swasta
Pendidikan
S1
18
Alamat
Ayah
B. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
a. Alasan masuk rumah sakit
Pasien dibawa ke UGD RSUD Badung karena mengeluh nyeri pada
kaki kanan dan tidak bisa digerakkan sejak 1 hari sebelumnya.
b. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan dan tidak bisa digerakan.
c. Kronologi keluhan
Sebelum dirawat di RSUD Badung, pasien terjatuh saat bermain voli.
Kemudian, keluarga pasien membawa pasien ke tukang pijat
tradisional di dekat rumahnya. Namun sampai satu hari berikutnya
pasien masih mengeluh sakit di kaki kanannya dan tidak bisa
digerakkan. Kemudian pasien dibawa ke UGD RSUD Badung pada
tanggal 5 Oktober pukul 23.30 WITA. Setelah diperiksa dan
dianamnesa oleh dokter di UGD RSUD Badung, pasien disarankan
untuk dirawat inap di ruang Janger. Kemudian pasien dirawat di kamar
01 bed 3, adapun terapi yang didapatkan pasien adalah
20 tetes/menit
Paracetamol Tablet
3 x 500mg
2 x II tablet
19
Saat pengkajian, pasien mengatakan merasa cukup aman karena ditunggui oleh
keluarganya.
8. Pengaturan Suhu Tubuh
Saat pengkajian, pasien mengatakan tubuhnya agak panas.
9. Pemeliharaan Kesehatan Diri
Saat pengkajian, pasien mengatakan pasien mandi 1x sehari dengan dibantu
oleh keluarga.
10. Komunikasi dan Sosialisasi
Saat pengkajian, pasien mengatakan pasien mampu berkomunikasi dengan
baik.
11. Melaksanakan Ibadah
Saat pengkajian, pasien mengatakan pasien selalu berdoa di dalam hati.
12. Prestasi
Saat pengkajian, pasien mengatakan pasien mempunyai prestasi yang baik di
kelas dan selalu masuk ranking 10 besar.
13. Rekreasi
Saat pengkajian, pasien mengatakan pasien terhibur dengan musik dan
perbincangan dengan keluarganya.
14. Belajar
Saat pengkajian, pasien mengatakan pasien perlahan-lahan mengerti prosedur
perawatan di rumah sakit.
D. Pengkajian fisik
1. Keadaan Umum
Kesan umum : Lemas
Kesadaran
: Compos mentis
GCS
: 15 E4V5M6
Bentuk tubuh : Tegak
Warna kulit : Sawo matang
2. Gejala Kardinal
TD
: 120/80 mmHg
Suhu : 37,5 0 C
Nadi : 84 x/mnt
RR
: 20 x/mnt
21
3. Keadaan Fisik
a. Kepala : kebersihan cukup, rambut tersebar merata, suhu kulit hangat,
nyeri tekan-, lesi-, benjolanb. Mata : kedua mata simetris, reflek mata+, sekret-, udim-, penglihatan
baik
c. Hidung : kebersihan hidung cukup, penciuman baik, sekret-, lesi-,
nyeri tekand. Telinga : kebersihan cukup, pendengaran baik, kedua telinga simetris,
nyeri tekan-, lesie. Mulut dan gigi : kebersihan baik, mukosa bibir lembab, pembesaran
tonsil-, rahang simetris, pendarahan gusif. Leher : pembesaran kelenjar tiroid-, nyeri tekan-, benjolan-, bendungan
vena jugularis-, kebersihan cukup
g. Thorax : bentuk simetris, nafas tambahan-, sesak-, nyeri tekanh. Abdomen : umbilikus tepat di tengah, kebersihan cukup, nyeri tekan-,
bising usus 5x/menit, pembesaran abdomeni. Ekstremitas
i. Atas : kedua tangan simetris, terpasang infus di tangan kanan,
lesi-, nyeri tekan-, kuku cukup bersihii. Bawah : nyeri tekan di kaki kanan, kaki kanan tidak dapat
digerakkan, hasil rontgen terdapat CF Femur dextra
j. Genetalia : jenis kelamin laki-laki
E. Pemeriksaan Penunjang
Hasil
10 g/dL
3.46 x 106 /uL
28.6 %
Normal
11.7 17.3
3.80 5.90
35.0 52.0
22
PRE OPERASI
DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Analisa Data
No.
Hari/Tgl/Jam
Data Fokus
1.
Selasa,
6
Oktober 2015
pukul 09.00
WITA
DS
:
Klien
mengatakan
kaki
kanan nya sakit sekali,
P: Nyeri bertambah
ketika kaki digerakan,
nyeri berkurang saat
diimobilisasi,
Q: Nyeri seperti diiris,
R: area femur,
S: 8 ,
T: Saat digerakan
sampai
selesai
diimobilisasi
DO: - px terlihat
meringis
menahan
nyeri,
merintih,
bengkak, px. rontgen
fraktur femur dextra,
RR: 22 x/mnt ,
TD: 120/80 mmHg,
S:
o
37,5 C ,N: 84 x/mnt
Selasa,
6 DS:
Pasien
Oktober 2015 mengatakan
kaki
pukul 09.00 kanan
tidak
bisa
WITA
digerakan .
DO:
dalam
pemeriksaan
didapatkan
hasil
adanya
fungsialesa,
deformitas,
Px.
Radiologi diperoleh
hasil fraktur femur
dextra,
sudah
Data Standar
Masalah
Keperawatan
Pasien
tidak Nyeri Akut
meringis,
Pasien
tidak
mengeluh nyeri
atau
nyeri
dapat dikontrol
Pasien
tidak Kelemahan
terlihat lemas
fisik
Pasien
dapat
menggerakkan
kakinya
23
terpasang spalk.
B. Analisa Masalah
1. P : Nyeri Akut
E : Diskontinuitas tulang
S : Pasien mengeluh sakit di kaki kanannya
Proses terjadinya: cedera jaringan kulit dan tulang yang terjadi pada pasien
menyebabkan diskontinuitas tulang yang mana saat proses inflmasinya menekan
ujung saraf bebas sehingga menimbulkan rasa nyeri.
Akibat: menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu kenyamanan pasien
2. P : Kelemahan fisik
E : Kerusakan muskuloskeletal
S : Pasien mengeluh kaki kanannya tidak bisa digerakkan
Proses terjadinya : diskontinuitas merupakan kerusakan muskuloskeletal yang
mempersempit ruang gerak sehingga pasien mengalami kelemahan fisik
Akibat : kelemahan fisik membuat pasien kesulitan bergerak dan perlu dibantu
untuk bergerak
C. Rumusan Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas tulang ditandai dengan pasien
mengeluh sakit di kaki kanannya dan terlihat meringis
2. Kelemahan fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal ditandai dengan
pasien mengeluh kaki kanannya tidak bisa digerakkan dan terlihat lemas
INTERVENSI
No
.
Hari/Tgl/Jam
Diagnosa
Kep
Tujuan
Intervensi
Rasional
1.
Selasa,
6
Oktober 2015
pukul 09.00
WITA
Nyeri akut
berhubunga
n
dengan
diskontinuit
as
tulang
ditandai
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawat
an selama
1x
24
- Lakukan
pengkajian
nyeri yg komprehensif
meliputi
lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi,
kualitas,
intenistas/keparahan,
- Untuk
dapat
menentukan
intervensi yang
sesuai
24
dengan
pasien
mengeluh
sakit di kaki
kanannya
dan terlihat
meringis
2.
Selasa,
6
Oktober 2015
pukul 09.00
WITA
Kelemahan
fisik
berhubunga
n
dengan
kerusakan
muskuloske
letal
ditandai
dengan
pasien
mengeluh
kaki
kanannya
tidak bisa
digerakkan
dan terlihat
lemas
pasien
mampu
memperta
hankan
tingkat
nyeri pd
skala
3,
dengan
kriteria
hasil sbb:
- Pasien
tidak
mering
is
- Pasien
dapat
mengo
ntrol
nyeri
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawat
an selama
1x24 jam
kelemahan
fisik dapat
teratasi
dengan
criteria
hasil:
kelemahan
fisik tidak
terjadi
- Agar
pasien
dapat
mengontrol rasa
nyerinya
- Kolaborasi pemberian
obat
- Untuk
mempercepat
proses
penyembuhan
pasien
Kaji
kemampuan
beraktivitas pasien
- Untuk
dapat
merencanakan
intervensi yang
sesuai
Tingkatkan
partisipasi
pasien
dalam
melakukan
aktivitas sehari-hari
yang
dapat
ditoleransi
- Untuk
mencegah
kelemahan yang
berlebihan
IMPLEMENTASI
No. Hari/Tgl/Jam No. Implementasi
Evaluasi formatif
Paraf
25
Dx
EVALUASI
No. Hari/Tgl/Jam
Paraf
S
O
A
P
S
O
A
P
26
INTRAOPERASI
DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Analisa Data
No.
Hari/Tgl/Jam
1.
Data Fokus
Data Standar
Masalah
Keperawatan
Risiko syok
DS
DO
B. Analisa Masalah
P : risiko syok
E : perdarahan akibat pembedahan
S:
Proses terjadinya:
Akibat:
C. Rumusan Diagnosa
Risiko syok berhubungan dengan perdarahan akibat pembedahan
INTERVENSI
No
.
1.
Hari/Tgl/Jam
Diagnosa
Kep
Tujuan
Intervensi
Rasional
-
- Monitor
perdarahan
pada
daerah
pembedahan
setelah
dilakukan insisi.
- Ingatkan
operator
dan
asiasten
bila
terjadi
perdarahan
hebat
- Monitor
vital
Implementasi
Evaluasi formatif
Paraf
EVALUASI
No.
Hari/Tgl/Jam
No.
Dx
1
Evaluasi sumatif
Paraf
S
O
A
P
28
POSTOPERASI
DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Analisa Data
No.
Hari/Tgl/Jam
1.
Data Fokus
Data Standar
Masalah
Keperawatan
Risiko cedera
akibat
posisi
perioperatif
DS: DO:
Pasien hanya tiduran
saat dipindahkan, kaki
belum
dapat
digerakan, kaki kanan
terdapat luka post
operasi
pasien
dipindahkan
ke
ruangan
dengan
brankar.
B. Analisa Masalah
P : risiko cedera akibat posisi perioperatif
E : proses pemindahan dari brankar
S:
Proses terjadinya:
Akibat:
C. Rumusan Diagnosa
Risiko cedera akibat posisi perioperatif
INTERVENSI
No
.
1.
Hari/Tgl/Jam
Diagnosa
Kep
Tujuan
Risiko
cedera
akibat
posisi
perioperatif
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
diharapkan
Intervensi
-
Perhatikan posisi
pasien
dan
dekatkan bed di
samping pasien
Kolaborasi
Rasional
- Untuk
mencegah
risiko cedera
- Untuk
mempermudah
29
resiko cedera
tidak terjadi.
Dengan
kriteria hasil:
- Tidak terjadi
abserasi kulit
karena
pemindahan
pasien.
dengan
2-3
perawat yang ada
Memberikan pen
yangga di tempat
tidur pasien
memindahkan
pasien
- Untuk menjaga
keamanan
pasien di atas
tempat tidur.
- Pasien dapat
dipindahkan
dengan aman
dan nyaman.
IMPLEMENTASI
No. Hari/Tgl/Jam No.
Dx
Implementasi
Evaluasi formatif
Paraf
EVALUASI
No.
Hari/Tgl/Jam
No.
Dx
1
Evaluasi sumatif
Paraf
S
O
A
P
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Jenis-jenis prosedur bedah diklasifikasikan menurut keseriusan, urgensi dan tujuan.
Beberapa prosedur dapat tergabung ke dalam lebih dari satu klasifikasi. Misalnya,
operasi pengangkatan noda bekas luka adalah minor dalam keseriusan, elektif di urgensi
dan rekonstruksi di tujuan. American Society of Anesthesiologists (ASA) atau Asosiasi
Ahli Anastesi Amerika memberikan klasifikasi yang didasarkan pada kondisi fisiologis
klien tergantung pada prosedur pembedahan yang diusulkan. Klasifikasi menunjukkan
kepada perawat tingkat perawatan yang dibutuhkan oleh klien. Proses Keperawatan
dalam kasus bedah ada tiga tahap yaitu Fase Bedah Preoperatif, Tahap Bedah
Intraoperatif dan Perawatan Pascaoperatif
3.2 Saran
Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan saran-saran kepada berbagai
pihak, yaitu:
1. Kepada staf pengajar, agar lebih banyak memberikan materi tentang Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Penyakit/Kasus Bedah.
2. Kepada mahasiswa, diharapkan tulisan ini dapat dijadikan motivasi untuk lebih
mendalami materi tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Penyakit/Kasus
Bedah.
31
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.Aziz Alimul. 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Potter, Patricia A., Anne Griffin Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Edisi 7 Buku 3.
Jakarta: Salemba Medika.