Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN PENYAKIT/KASUS BEDAH

OLEH :
Ida Ayu Putu Trisna Dewi

(P07120014006)

Ni Kadek Susanti

(P07120014014)

Putu Pratiwi Putri Artadi

(P07120014028)

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN
2015/2016

KATA PENGANTAR
Izinkanlah penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi
atas Waranugraha Beliaulah penulis bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu.
Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih pihak-pihak yang sudah membantu baik
bantuan fisik maupun batin.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah yang penulis buat ini jauh dari kesempurnaan
baik dalam cara penulisannya, pemilihan katanya atau dalam penyusunannya. Maka dari itu,
penulis sangat memohon pada para pembaca agar memberikan kritik-kritik yang positif dan
bisa memperbaiki kekurangan dalam makalah ini.

Oktober 2015

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................................ 1
1.4 Manfaat...................................................................................................... 2

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi Pembedahan............................................................................ 3
2.2 Proses Keperawatan dalam Fase Bedah Preoperatif.................................
2.3 Proses Keperawatan di Tahap Bedah Intraoperatif...................................
2.4 Proses Keperawatan dalam Perawatan Pascaoperatif...............................

BAB III

PENUTUP
3.1 Simpulan....................................................................................................
3.2 Saran..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asuhan keperawatan perioperatif adalah perawatan yang diberikan sebelum
(praoperasi), selama (intraoperasi), dan setelah operasi (pascaoperasi). Ini terjadi di
rumah sakit, di pusat bedah yang ada di rumah sakit, di pusat-pusat bedah yang berdiri
sendiri atau di kantor-kantor penyedia layanan kesehatan.
Seorang perawat perlu mempraktikkan tindakan asepsis bedah yang ketat, benar-benar
peduli terhadap dokumentasi, dan menekankan keselamatan klien dalam semua tahap
perawatan.
Perawat telah membuat kontribusi yang signifikan dalam menunjukkan manfaat
pendidikan dan persiapan perioperatif dan mempromosikan hasil yang positif pada klien
setelah operasi.

Tersedia juga pengetahuan berbasis bukti yang signifikan untuk

intervensi perawatan luka yang tepat. Penelitian keperawatan telah memberikan


kontribusi terhadap pengetahuan kita tentang karakteristik penyembuhan luka dan jenis
aplikasi yang paling mungkin dimanfaatkan.
Dalam pengaturan ruang operasi, pengetahuan perawatan telah meningkatkan
standar untuk pengendalian infeksi dan keselamatan klien. Misalnya, sekarang perawat di
ruang bedah sudah dapat melakukan teknik cuci tangan, keterampilan lain seperti tanpa
menggunakan sikat sebagai hasil penelitian yang menunjukkan kemanjuran antiseptik
tangan berbahan dasar alkohol dalam mengurangi bakteri pada kulit. Praktik berbasis
bukti di ruang bedah meningkatkan kualitas pelayanan untuk klien bedah dan pada
akhirnya meningkatkan hasil akhir klien.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4

Bagaimana klasifikasi pembedahan?


Bagaimana proses keperawatan dalam fase bedah preoperatif?
Bagaimana proses keperawatan di tahap bedah intraoperatif?
Bagaimana proses keperawatan dalam perawatan pascaoperatif?

1.3 Tujuan
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.4 Manfaat

Untuk mengetahui klasifikasi pembedahan.


Untuk mengetahui proses keperawatan dalam fase bedah preoperatif.
Untuk mengetahui proses keperawatan di tahap bedah intraoperatif.
Untuk mengetahui proses keperawatan dalam perawatan pascaoperatif.
1

1.4.1
1.4.2

Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi bedah.


Mahasiswa dapat mengetahui proses keperawatan dalam fase bedah

1.4.3
1.4.4

preoperatif.
Mahasiswa dapat mengetahui proses keperawatan di tahap bedah intraoperatif.
Mahasiswa dapat mengetahui proses keperawatan dalam perawatan
pascaoperatif.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi Pembedahan
Jenis-jenis prosedur bedah diklasifikasikan menurut keseriusan, urgensi dan tujuan.
Beberapa prosedur dapat tergabung ke dalam lebih dari satu klasifikasi. Misalnya,
operasi pengangkatan noda bekas luka adalah minor dalam keseriusan, elektif di urgensi
dan rekonstruksi di tujuan. Seringnya pembagian kelas-kelas tersebut tumpang tindih.
Prosedur yang mendesak juga penting dalam tingkat keseriusannya. Kadang-kadang
operasi yang sama dilakukan untuk alasan yang berbeda pada klien yang berbeda.
Klasifikasi menunjukkan kepada perawat tingkat perawatan yang dibutuhkan oleh klien.
Tipe
Keseriusan
Mayor

Deskripsi

Contoh

Menyangkut tindakan rekonstruksi yang Bypass

arteri

koroner,

luas atau perubahan di dalam bagian reseksi kolon, pengangkatan


tubuh; memiliki risiko besar terhadap laring, reseksi lobus paru
Minor

kehidupan
Menyangkut

perubahan inimal dalam Ekstraksi

katarak,

bedah

bagian tubuh; sering digunakan untuk plastik wajah, ekstraksi gigi


mengoreksi deformitas; termasuk risiko
minimal

dibanding

dengan

prosedur

mayor
Kedaruratan
Elektif

Dilakukan atas kebutuhan dasar klien; Bunionektomi,


tidak terlalu esensial dan tidak selalu plastik
penting untuk kesehatan

Mendesak

bedah

wajah,

hernia,

perbaikan
rekonstruksi

payudara
Penting untuk kesehatan klien, sering Pemotongan tumor kanker,
dilakukan

untuk

mencegah

masalah pengangkatan

tambahan lainnya menjadi berkembang empedu


(misalnya:

kerusakan

jaringan

atau batu

kantung

disebabkan

empedu,

oleh

perbaikan

kegagalan fungsi organ); tetapi tidak vaskular dari arteri yang


Darurat

darurat
tersumbat
Harus diselesaikan dengan segera untuk Memperbaiki
menyelamatkan

jiwa

mempertahankan fungsi bagian tubuh

atau yang

usus buntu
berlubang,

memperbaiki luka amputasi,


3

mengontrol

hemoragi

internal
Tujuan
Diagnostik

Pembedahan

eksplorasi

memungkinkan

penyedia

yang Eksplorasi
layanan (insisi

ke

kesehatan untuk menegakkan diagnosis; peritoneal


biasanya

termasuk

laparatomi
dalam
untuk

ruang
melihat

pengangkatan organ abdominal), biopsi

jaringan untuk pemeriksaan diagnostik massa payudara


Ablatif

selanjutnya
Eksisi atau pengangkatan bagian tubuh Amputasi,

Paliatif

yang terserang penyakit


Menghilangkan
atau

pengangkatan

usus buntu, kolesistektomi


mengurangi Kolostomi,
debrimen

intensitas gejala penyakit; tidak akan (pembersihan)

jaringan

menyembuhkan
nekrotik, reseksi akar saraf
Rekonstruktif / Pemulihan fungsi atau penampilan atas Fiksasi internal dari fraktur,
restoratif
Prosedur
transplantasi
Konstruktif

kosmetika

jarngan yang trauma atau yang tidak perbaikan bekas luka


berfungsi
Pengangkatan organ dan/atau jaringan
dari seseorang dengan kematian otak
yang berat untuk ditransplantasikan
kepada orang lain
Memulihkan
fungsi
hilang
atau
mengurangi sebagai hasil dari kelainan
bawaan lahir
Dilakukan
untuk
penampilan seseorang

Transplantasi
jantung, atau hati

ginjal,

Memperbaiki palatum yang


terbelah,
merapatkan
kerusakan septum arterial di
jantung
meningkatkan Blefaroplasti
untuk
mengoreksi kelainan bentuk
kelopak mata, rinoplasti
untuk mengubah bentuk
hidung

American Society of Anesthesiologists (ASA) atau Asosiasi Ahli Anastesi Amerika


memberikan klasifikasi yang didasarkan pada kondisi fisiologis klien tergantung pada
prosedur pembedahan yang diusulkan. Anestesi menciptakan risiko, bahkan pada klien
yang sehat; namun pada klien tertentu berisiko lebih tinggi, termasuk pada mereka yang
kehabisan volume atau bagi mereka yang memiliki fungsi jantung yang payah. ASA
status fisik kelas 1 dan 2 serta status stabil kelas 3 sekarang telah diterima untuk operasi
rawat jalan. Sedangkan kelas 4 dan 5 memerlukan operasi rawat inap.
Kelas
P1

Deskripsi
Klien yang sehat dan normal

Karakteristik
Tidak ada gangguan fisiologis, biologis, dan
4

P2

organic
Klien dengan penyakit sistemik Penyakit kardiovaskular dengan pembatasan

P3

yang ringan
minimal dalam aktivitasnya
Klien dengan penyakit sistemik Hipertensi, obesitas, diabetes mellitus

P4

yang berat
Klien dengan penyakit sistemik Penyakit

kardiovaskular

atau

paru

yang

yang berat dan mengancam membatasi aktivitas; diabetes berat dengan


kehidupan

komplikasi

sistemik, riwayat

miokardium

infark, angina pektoris, hipertensi yang tidak


P5

terkontrol
Moribund, klien yang tidak Disfungsi jantung yang berat, ginjal, hati, atau
diharapkan

P6

untuk

selamat endokrin

tanpa operasi
Klien yang dinyatakan telah Klien bisa jadi memiliki kegagalan fungsi
mati otak yang mana organnya yang
telah

luas

yang

sudah

ditangani

untuk

diangkat

untuk mengoptimalkan aliran darah ke jantung dan

kepentingan donasi

organ lainnya (misalnya: penggantian cairan


yang kuat dan pengobatan tekanan darah)

2.2 Proses Keperawatan dalam Fase Bedah Preoperatif


2.2.1 Pengkajian
Tujuan dari pengkajian klien sebelum operasi adalah untuk menetapkan fungsi
normal klien perioperatif untuk mencegah dan meminimalkan kemungkinan
komplikasi pascaoperasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan
pengkajian yaitu:
Pemeriksaan fisik fokus pada riwayat klien dan rencana pembedahan
Pengkajian faktor-faktor risiko bedah pada klien
Pengalaman bedah klien sebelumnya
Sumber koping pada klien
Hasil dari pemeriksaan diagnostik praoperasi
2.2.2 Diagnosis Keperawatan
Kelompokkan pola dalam mendefinisikan karakteristik yang dikumpulkan selama
pengkajian untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan untuk klien bedah.
Faktor-faktor yang terkait untuk setiap diagnosis unutk membangun arah
perawatan yang akan diberikan selama satu atau semua fase bedah. Berikut adalah
beberapa diagnosis keperawatan umum yang relevan dengan klien yang menjalani
operasi:
Tidak efektif bersihan jalan napas
Ansietas
Ketakutan
Risiko untuk kurangnya volume cairan
Risiko untuk cedera posisi perioperatif
Kurang pengetahuan (spesifik)
Gangguan mobilitas fisik
Mual
Nyeri akut
Pemulihan bedah yang tertunda
2.2.3 Perencanaan
Perencanaan yang sukses membutuhkan keterlibatan klien dan keluarga dalam
menetapkan rencana perawatan. Keterlibatan klien lebih awal ketika
mengembangkan perawatan bedah meminimalkan risiko dan komplikasi
pascaoperasi bedah.
Jadi, dalam perencanaan ini sebaiknya:
Libatkan klien dan keluarga dalam instruksi praoperatif
Sediakan terapi yang bertujuan untuk meminimalkan rasa takut klien
terhadap pembedahan
Rencanakan terapi untuk mengurangi risiko pembedahan
Konsultasikan kepada profesi kesehatan lainnya
2.2.4
Implementasi
a) Informed Consent
6

Operasi tidak dapat dilakukan secara legal atau etik sampai klien memahami
kebutuuhan prosedur, langkah-langkah yang terlibat, risiko, hasil yang
diharapkan, dan pengibatan alternatif. Merupakan tanggung jawab ahli bedah
untuk menjelaskan prosedur dan menyediakan informed consent. Setelah klien
melengkapi formulir persetujuan, tempatkan dalam catatan medis. Dokumen
tersebut dibawa ke ruang operasi bersama klien.
b) Promosi Kesehatan
Kegiatan promosi kesehatan selama fase praoperasi fokus pada pemeliharaan
kesehatan, pencegahan komplikasi, dan dukungan rehabilitasi yang mungkin
dibutuhkan pascaoperasi.
c) Perawatan Akut
Kegiatan perawatan akut dalam tahap praoperasi fokus pada intervensi secara
fisik mempersiapkan klien untuk bedah.
d) Persiapan Fisik
Tingkat persiapan fisik sebelum operasi tergantung pasa status kesehatan klien,
operasi yang direnccanakan dan preferensi dokter bedah. Persiapan ini
meliputi:
Penatalaksanaan cairan normal dan keseimbangan elektrolit
Pengurangan risiko infeksi luka bedah
Pencegahan inkontinensia bowel dan kandung kemih
Persiapan pada Hari Pembedahan
Perawat menyelesaikan beberapa prosedur rutin sebelum mengirimkan klien untuk
operasi.

Kebersihan
Langkah-langkah dasar kebersihan memberikan kenyamanan tambahan
sebelum operasi. Jika klien yang dirawat di rumah sakit tidak mau mandi
lengkap, maka mandi parsial dapat menyegarkan dan menghilangkan
sekresi yang mengganggu.
Rambut dan kosmetik
Untuk menghindari cedera, minta klien untuk tidak menggunakan jepit
rambut atau klip sebelum berangkat operasi karena jepit rambut dan klip
dapat menjadi sumber listrik dan menyebabkan luka bakar dikarenakan
elektrokauter yg digunakan selama operasi. Lepaskan juga lensa kontak,
bulu mata palsu dan riasan mata.
Melepas protesa
Semua jenis perangkat palsu sangat mudah hilang atau rusak selama
operasi. Jadi klien perlu melepas semua protesa, termasuk gigi palsu parsial
atau lengkap, kaki palsu, mata buatan, dan alat bantu dengar.
Nilai keamanan
Jika klien mempunyai barang berharga, berikan semua kepada anggota
keluarga atau simpan untuk diamankan.
Mempersiapkan usus dan kandung kemih
7

2.2.5

Beberapa klien membutuhkan enema atau katartik di pagi hari sebelum


operasi untuk memastikan usus kosong. Jika demikian, berikan setidaknya
1 jam sebelum klien akan pergi, berikan waktu bagi kllien untuk defekasi
tanpa terburu-buru dan buang air kecil sebelum ke ruang operasi dan
sebelum memberikan obat preoperasi. Kandung kemih yang kosong
mengurangi rasa tidak nyaman selama prosedur dan mengurangi risiko
inkontinensia selama operasi.
Tanda-tanda vital
Operator anestesi menggunakan nilai-nilai satu set tanda vital final
preoperatif klien yang diukur perawat sebagai dasar untuk tanda-tanda vital
intraoperatif. Jika tanda-tanda vital praoperasi tidak normal, pembedahan
mungkin perlu ditunda.
Dokumentasi
Sebelum klien pergi ke ruang operasi, periksa isi laporan medis untuk
memastikan bahwa hasil laboratorium dan formulir persetujuan telah
tersedia. Periksa juga catatan perawat adalah catatan yang terkini.
Melakukan prosedur khusus
Beberapa klien memerlukan pemasangan infus IV atau tabung nasogastrik
sebelum berangkat untuk operasi atau di tempat praoperasi.
Pemberian obat praoperasi
Pemberian obat praoperasi bertujuan untuk mengurangi kecemasan klien,
sejumlah anestesi umum diperlukan, risiko mual dan muntah-muntah dan
aspirasi resultan serta sekresi saluran pernafasan.
Sensistivitas lateks/alergi
Ketika insiden dan prevalensi sensistivitas lateks dan alergi meningkat,
kebutuhan untuk mengenali sumber potensi lateks sangat penting. Jika
memang diperlukan, akomodasikan tempat khusus alergi lateks dan klien
menggunakan barang bebas lateks selama periode perioperatif dan
pemulihan.
Mengurangi kemungkinan salah tempat dan prosedur bedah yang salah
Tiga prinsip protokol meliputi verivikasi praoperasi yang memastikan
semua dokumen relevan dan studi tersedia sebelum memulai prosedur dan
konsisten dengan harapan klien; menandai lokasi operasi dengan tinta untuk
menandai perbedaan kiri dan kanan, struktur ganda, dan tingkatan spina;
serta waktu istirahat tepat sebelum memulai prosedur untuk verivikasi
terakhir dari klien yang benar, prosedur, tempat dan setiap implan.

Evaluasi
Evaluasi pengetahuan klien terhadap prosedur bedah dan perawatan
pascaoperasi yang direncanakan
Minta klien menunjukkan latihan pascaoperasi
Amati perilaku atau ekspresi nonverbal akan kecemasan atau ketakutan
Tanyakan apakah harapan klien sudah terpenuhi

2.3 Proses Keperawatan di Tahap Bedah Intraoperatif


2.3.1

Pengkajian
Dalam PSCU, lakukan pengkajian berfokus pada praoperasi untutk
memverifikasi bahwa klien siap untuk operasi dan rencana perawatan
intraoperative. Karena klien tidak akan mampu berbicara sendiri selagi di bawah
anestesi umum, pengkajian praoperasi di dalam ruang operasi adalah penting
untuk keselamatan klien. Telaah kembali rencana perawatan intraoperative.
Perhatikan kenyamanan psikologis klien selama pengkajian ini.

2.3.2

Diagnosis Keperawatan
Tinjau diagnosis keperawatan praoperasional, dan modifikasi
mengindividualisasikan rencana perawatan di ruang operasi.

untuk

2.3.3

Perencanaan
Tujuan dan hasil. Hasil ynag berpusat pada klien dari tahap praoperasi. Sebagai
contoh, tujuan adalah untuk menjaga integritas kulit. Hasil yang diharapkan
meliputi;
a) Klien akan memiliki kulit yang utuh dan tidak menunjukkan tanda-tanda
kemerahan.
b) Klien akan bebas dari luka bakar di dasar alas.

2.3.4

Implementasi
Fokus utama dari asuhan intraoperative adalah untuk mencegah cedera dan
komplikasi berhubungan dengananestesi, operasi, posisi, dan komplikasi
berhubungan dengan anestesi, operasi, opsisi, dan penggunaan peralatan. Perawat
perioperative adalah pembela klien selama operasi dan melindungi martabat dan
hak-hak klien setiap saat.
Perawatan Akut
a) Persiapan fisik. Setelah mengamankan klien di meja kamar operasi, pasang
perangkat monitor untuk klien sebelum operasi. Klien yang menerima
anestesi umum dan regional mendapatkan pemantauan EKG kontinu.
Tempatkan elektroda pada dan kaki untuk merekam aktivitas listrik jantung.
Sebuah monitor di kamar operasi menampilkan aktivitas listrik jantung.
Oksimetri pulsasi memonitor saturasi oksigen. Pasang alas pada kauterisasi
listrik pada kulit.
b) Terapkan stoking antiemboli (misalnya stoking elastis) atau stoking kompresi
sekuensial intraoperative (terutama untuk kasus-kasus yang berdurasi lama)
atau pascaoperasi sesuai dengan kebijakan instidusi. Dokumentasikan
perangkat aplikasi, pengisian kembali kapiler, dan toleransi klien terhadap
prosedur. Untuk operasi ekstremitas, nilai denyut perifer distal di lokasi
operasi. Ukur suhu secara kontinu melalui kandung kemih, kerongkongan,
atau rectum.

c) Pengenalan Anestesi. Klien yang menjalani prosedur bedah menerima satu


tempat dari empat tipe anestesi, yaitu : umum, regional, local, atau sedasi
sadar.
d) Anestesi Umum. Agen anestesi modern lebih mudah untuk pemulihan dan
memungkinkan klien untuk sembuh dengan efek negative yang lebih sedikit.
Anestesi umum menghasilkan imobilisasi, klien yang tenang dan tak bergerak
dan tidak ingat prosedur bedah. Amnesia klien bertindak sebagai alat
pelindung dari peristiwa yang tidak menyenangkan terhadap prosedur.
Penyedia anestesi umum dengan rute IV dan inhalasi melalui tiga fase
anestesi, yaitu : induksi, pemeliharaan, dan munculnya. Pembedahan yang
membutuhkan anestesi umum melibatkan prosedur mayor dengan manipulasi
jaringan yang luas. Induksi meliputi pemberian obat anestesi dan intubasi
andotrakeal. Tahap pemeliharaan meliputi posisi klien, persiapan untuk insisi,
dan prosedur pembedahan itu sendiri. Tingkat anestesi yang tepat terjaga
selama fase ini. Selama tiga fase, anestesi mengalami penurunan dank lien
mulai terbangun. Karena waktu paruh pendek obat ini, sadar klien sering
terjadi di ruang operasi. Durasi anestesi bergatung pada lamanya operasi.
Risiko terbesar dari anestesi umum adalah efek samping dari agen anestesi
termasuk depresi kardiovaskular atau iritabilitas, depresi pernapasan, serta
kerusakan hati dan ginjal.
e) Anestesi Regional. Induksi anestesi regional menghasilkan hilangnya sensasi di
daerah tubuh. Metode induksi, seperti tulang belakang, epidural, atau block saraf
perifer memengaruhi porsi jalur sensorik yang dibius. Tidak ada kehilangan
kesadaran yang terjadi akibat anestesi regional, tetapi klien sering mengantuk.
Operator anestesi memberikan anestesi regional dengan infiltrasi dan aplikasi
lokal. Risiko dapat terjadi pada anestesi infiltrasi, terutama dalam kasus anestesi
spinal. Karena tingkat anestesi bisa meningkat, yang berarti bahwa agen anestesi
bergerak ke atas di tulang belakang, hal ini mungkin akan mempengaruhi
pernapasan. Perpindahan anestesi ini tergantung pada jenis obat, jumlah, dan
posisi klien.
f) Anestesi local. Anestesi local melibatkan hliangnya sensasi di tempat yang
diinginkan (misalnya bagian kulit yang tumbuh atau kornea mata). Agen obat
bius (misalnya lidocaine) menghambat konduksi saraf samapai obat tersebut
berdifusi ke dalam sirkulasi. Agen disuntikkan secara local atau dioleskan. Klien
mengalami kehilangan dalam sensasi nyeri da sentuhan serta aktivitas motoric
dan otonom (misalnya mengosongkan kandung kemih). Local anestesi umum
dilakuakan untuk prosedur minor dalam operasi rawat jalan. Penyedia perawatan
kesehatan sering masuk ke daerah operasi dengan memberikan anestesi local
untuk mempromosikan nyeri pascaoperasi.
g) Sedasi Sadar. Sedasi sadar secara rutin digunakan untuk prosedur yang tidak
memerlukan anestesi lengkap melainkan tingkat kesadaran yang ditekan. Seorang
klien di bawah sedasi sadar independen harus mempertahankan jalan napas yang
paten dan ventilisasi yang memadai dan mampu merespons dengan tepat terhadap
10

rangsangan verbal atau stimulus taktil ringan (rothrock, 2007). Sedatif IV yang
bekerja singkat, seperti midazolam (Versed) diberikan.
h) Posisi Klien Bedah. Selama anestasi umum, tenaga perawat dan dokter beah
sering tidak memposisikan klien sampai tahap relaksasi lengkap. Pendekatan
bedah biasanya menentukan pilihan posisi. Idealnya posisi klien menyediakan
akses yang baik untuk lokasi yang akan dioperasi, mempertahankan fungsi
sirkulasi dan pernapasan yang memadai, dan menjamin keamanan klien dan
integritas kulit. Posisi tidak boleh merusak struktur neuromuscular.
i) Dokumentasi Asuhan Keperawatan Intraoperaif. Selama fase intraoperatif,
lanjutkan rencana perawatan praoperasi. Sebagai contoh, ikuti asepsis ketat untuk
meminimalkan risiko infeksi luka bedah.Sepanajnag prosedur operasi, pastikan
catatan kegiatan perawatan klien dan prosedur yang dilakukan oleh personel
kamar operasi telah akurat. Dokumentasi perawatan intraoperative memeberikan
data yang berguna periode pascaoperasi klien.
2.3.5

Evaluasi
Evaluasi intervensi dilakukan selama fase intraoperative selama prosedur bedah.
Terus pantau tanda vital serta asupan dan keluaran. Ukur suhu tubuh klien selama
dan pada penyelesaian prosedur. Periksa kulit di bawah landasan alas dan di
daerah di mana posisi tertekan. Untuk klien yang tidak mendapat anestesi umum,
tanyakan dengan sering kepada merakatentang rasa sakit, mati rasa, suhu ruangan
yang dirasakan, dan kenyamanan secara kesuluruhan. Berikan informasi yang
terkini kepada anggota keluarga di ruang tunggu.

11

2.4 Proses Keperawatan dalam Perawatan Pascaoperatif


2.4.1 Pengkajian
Setelah pengkajian pada kedatangan klien untuk pemulihan, ukur tanda-tanda
vital dan observasi lainnya setidaknya setiap 15 menit atau lebih sering,
tergantung pada kondisi klien dan kebijakan unit. Pengkajian ini biasanya
berlanjut sampai klien keluar dari PACU. Ketika kondisi klien stabil, frekuensi
pengkajian biasanya akan berkurang menjadi satu kali per shift sampai klien
keluar. Dokumentasi secara maksimal hasil pengkajian termasuk tanda vital,
tingkat kesadara, kondisi balutan dan drainase, tingkat kenyamanan, status cairan
IV, dan pengukuran keluaran urine. Selain itu yang sangat perlu dikaji pada klien
pascaoperatif yaitu :

Jalan napas dan pernapasan


Kaji patensi jalan napas, kedalaman ventilasi, simetri gerakan dinding dada,
suara napas, dan warna mukosa.

Sirkulasi
Klien beresiko mengalami komplikasi kardiovaskuler yang disebabkan oleh
hilangnya darah actual atau potensial dari tempat pembedahan, efeksamping
dari anastesi, ketidakseimbangan elektrolit, dan depresi mekanisme yang
mengatur sirkulasi normal. Pengkajian yang teliti terhadap denyut dan irama
jantung, bersama dengn tekanan darah, mengungkapkan status
kardiovaskuler klien. Monitor tanda vital setiap 15 menit selamaa tahap
pemulihan.

Kontrol suhu
Monitor suhu dengan teliti dibagian perawatan akut. Karena suhu tinggi
mungkin merupakan indikasi pertama infeksi, evaluasi klien untuk potensi
sumber infeksi, termasuk lokasi IV (jika ada), sayatan/luka bedah, serta
saluran pernapasan dan saluran kemih.

Keseimbangan cairan dan elektrolit


kaji status hidrasi dan pantau fungsi jantung dan saraf untuk tanda-tanda
perubahan elektrolit.

Fungsi neurologi
Kaji reflek pupil dan muntah, cengkraman tangan, dan gerakan kaki.

Integritas kulit dan kondisi luka

12

Di dalam PCAU, kaji kondisi kulit klien, titik-titik ruam, petekie, lecet atau
luka bakar. Setelah operasi hamper semua luka bedah diperban untuk
melindungi lokasi luka dan mengumpulkan drainase. Perhatikan jumlah,
warna, baud an konsistensi drainase di perban.

Fungsi perkemihan
Raba perut bagian bawah tepat diatas simfisis pubis untuk mengkaji distensi
kandung kemih. Jika klien terpasang kateter urine, harus ada aliran urine
terus-menerus sebanyak 30-50 ml/jam pada orang dewasa. Perawat harus
mengamati warna urine.

Fungsi gastrointestinal
Inspeksi abdomen untuk memeriksa perut kembung yang mungkin
disebabkan oleh akumulasi gas. Auskultasi perut secara rutin untuk
mendeteksi suara usus kembali normal,5-30 bunyi keras permenit pada
masing-masing kuadran menunjukkan gerak paristaltik yang telah kembali.
Jika selang nasogastrik ada ditempatnya, kaji kepatenan selang, warna, dan
jumlah drainase lambung.

Kenyamanan
Kaji skala nyeri klien, mengevaluasi respon terhadap analgesic dan objektif
dokumen keparahan nyeri. keluarga

Harapan klien
Kaji harapan klien dan terhadap pemulihan dan kemajuan yang dirasaakan
dalam fase pemulihan.

2.4.2

Diagnosis keperawatan
Tentukan status dari diagnosis keperawatan praoperasi melalui pembagian
pengkajian data baru pascaoperasi dan mengidentifikasi diagnosis baru yang
relevan. Identivikasi faktor-faktor resiko baru yang mengarah ke identifikasi
diagnosis keperawatan tambahan. Pertimbangkan juga kebutuhan keluarga klien
ketika membuat diagnosis.

2.4.3

Perencanaan
Karena sifat kritis periode pascaoperasi langsung, rencana keperawatan di
PACU melibatkan pemantauan dan pengkajian erat klien untuk memastikan
kembalinya ke fungsi fisiologis yang stabil. Instruksi dokter bedah pascaoperasi
juga menjadi pedoman. Instruksi pasca operasi yang khas meliputi :

Pantau tanda vital dan pengkajian yang


khusus dengan sering.
13

Jenis cairan IV dan kecepatan infus

Penerusan obat sebelum operasi sebagai


kondisi yang memungkinkan (beberapa
obat oral akan dikonvensikan ke rute IV
dengan menyesuaikan disis yang tepat)

Cairan dan makanan yang diperbolehkan


lewat mulut.

Tingkat
aktivitas
klien
diperbolehkan untuk dilanjutkan

Posisi klien yang harus dipertahankan


untuk dilanjutkan

Posisi klien yang harus dipertahankan


sementara ditempat tidur

Masukan dan keluaran

Laboratorium tes dan foto sinar-x

Arahan khusus (misalnya drain bedah


untuk diisap, irigasi tabung, dan
penggantian balutan.

yang

Tujuan dan hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut :

2.4.4

Tanda-tanda vital klien kembali seperti fase preoperative.

Saluran napas klien paten dan respirasi tidak dibantu

Suhu klien kembali ke awal dan tetap stabil.

Cairan dan elektrolit klien tetap seimbang

Klien kembali ketingkat aktivitas sebelumnya.

Implementasi
a. Promosi kesehatan
1) Memelihara fungsi pernapasan
Ketika klien bangun dari anastesi, bantu mereka untuk mempertahankan
kepatenan jalan napas. Posisikan klien di satu sisi dengan wajah ke bawah dan
14

leher sedikit direntangkan untuk nmemfasilitasi gerakan maju dari lidah dan
aliran sekresi lendir keluar dari mulut. Sebuah handuk kecil yang dilipat dapat
mendukung kepala. Teknik posisi lain untuk mempromosikan jalan napas
paten adalah kepala tempat tidur yang agak tinggi dan leher klien agak sedikit
di nrentangkan, dengan kepala menghadap ke samping.
2) Mencegah komplikasi sirkulasi
Langkah=langkah berikut mempromosikan aliran balik vena normal dan
sirkulasi aliran darah :

Dorong klien untuk melakukan latihan kaki nsetidaknya setiap jam saat
terjaga.

Pasang stoking elastis antiemboli atau perangkat kompresi berurutan


seperti yang diperintahkan oleh penyedia layanan kesehatan. Lepaskan
stoking setiap 8 jam, dan berhenti selama 1 jam.

Dorong ambulansi awal

Hindari posisi klien yang mengganggu aliran darah ke kaki.

Berikan obat antikoagulan seperti yang diperintahkan.

Promosikan asupan cairan oral atau intravena yang cukup.

3) Mencapai istirahat dan kenyamanan


Nyeri pada klien meningkat setelah operasi setelah efek anastesi berkurang.
Hal ini umum untuk memberikan analgesic opioid segera setelah operasi.
Dosis awal analgesic biasanya diberikan melalui infuse IV di PACU dan di
titrasi untuk kenyamanan klien.
b. Perawatan akut
1) Pengaturan suhu tubuh
Pengaturan suhu penting pada periode pasca operasi . klien sering menggigil
setelah operasi. Menggigil tidak selalu merupakan tanda hipotermia melainkan
efekng dari agen anastesitertentu. Berikan meperidin (Demol) sedikit demi
sedikit untuk mengurangi mggigil seperti yang di tentukan oleh penyedia layan
kesehatan.
2) Memelihara fungsi neurologi
Orientasi terhadap lingkungan penting untuk mempertahankan status mental
klien.
3) Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
15

Satu-satunya sumber asupan can klien segera setelah pembedahan adalah


melalui kateter IV.
4) Meningkatkan eliminasi usus normal dan gizi yang adekuat
Langkah-langka berikut mempromosikan kembali eliminasi normal :

Pertahankan kemajuan secara bertahap dalam asupan makanan.

Promosikan ambulansi dan olahraga.

Atur asupan cairan yang memadai.

Promosikan asupan makanan yang cukup dengan merangsang selera


makan klien.

Berikan suplemen serat, pelunak tinja, dan supositoria rectal sesuai


yang diperintahkan.

Sediakan makanan ketika klien beristirahat dan bebas dari rasa sakit.

5) Mempromosikan eliminasi urine


Langkah-langkah mempromosikan eliminasi urine normal :

Bantu klien dengan asumsi posisi normal selama BAK.

Periksa kebutuhan klien untuk BAK dengan sering.

Kaji distensi kandung kemih.

Monitor asupan dan keluaran.

6) Mempromosikan penyembuhan luka


Waktu kritis untuk penyembuhan luka adalah 24 samapai 72 jam setelah
operasi, setelah itu luka dapat tertutup. Jika luka menjadi terinfeksi, biasanya
terjadi 3 sampai 6 harisetelah operasi. Sebuah luka bedah bersih biasanya tidak
kembali meregang terhadap tegangan normal selama 15 20 hari setelah
operasi. Gunakan teknik aseptic selama penggantian perban dan perawatan
luka.
7) Mempertahankan/meningkatkan konsep diri
Langkah-langkah berikut ini membantu mempertahankan konsep diri klien :

Sediakan privasi selama penggantian perban atau pemeriksaan luka.

Jaga kebersihan klien.


16

Cegah perangkat drainase meluap.

Jaga lingkungan yang menyenangkan

Tawarkan kesempatan bagi klien untuk mendiskusikan perasaan


tentang penampilan.

Tawarkan keluarga kesempatan


mempromosika konsep diri klien.

untuk

membahas

cara

untuk

8) Pemulihan dan perawatan yang berkelanjutan


Selama periode pasca operasi, perawat, klien dan keluarga bekerja untuk
mempersiapkan klien untuk keluar. Pendidikan tentang perawatan luka, tingkat
aktivitas, diet, pengobatan dan jenis operasi yang spesifik adalah proses yang
berkelanjutan di seluruh rumah sakit.
2.4.5 Evaluasi
Keefektifan evaluasi keperawatan berdasarkan hasil yang diharapkan yang dibuat
setelah operasi. Dalam semua ruang lingkup bedah, konsultasikan dengan klien
dan keluarga untuk mengumpulkan data evaluasi. Bagian dari evaluasi adalah
menentukan sejauh mana klien dan keluarga mempelajari langkah-langkah
perawatan diri.

17

Contoh Fiktif Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit/Kasus Bedah


PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan di Ruang Janger RSUD Badung pada Selasa, 6 Oktober 2015
pukul 09.00 WITA di kamar 01 bed 3. Pengkajian dilakukan dengan menggunakan
metode observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik dengan sumber data dari pasien,
keluarga pasien dan rekam medis pasien (No. RM: 194319).
A. Identitas Pasien
Nama

An. K

Umur

14 tahun

Jenis Kelamin

Laki-laki

Status Perkawinan:

Belum menikah

Agama

Hindu

Suku/Bangsa

Bali/Indonesia

Pekerjaan

Pelajar

Pendidikan
Alamat

:
:

SMP

Jl. Blubuh Sari VII, Dalung

Diagnosa Medis :

CF Femur Dextra

Sumber biaya

JKBM

Identitas Penanggung
Nama

Tn. M

Umur

49 tahun

Jenis Kelamin

Laki-laki

Status Perkawinan:

Sudah menikah

Agama

Hindu

Suku/Bangsa

Bali/Indonesia

Pekerjaan

Pegawai Swasta

Pendidikan

S1
18

Alamat

Jl. Blubuh Sari VII, Dalung

Hubungan dengan pasien :

Ayah

B. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
a. Alasan masuk rumah sakit
Pasien dibawa ke UGD RSUD Badung karena mengeluh nyeri pada
kaki kanan dan tidak bisa digerakkan sejak 1 hari sebelumnya.
b. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan dan tidak bisa digerakan.
c. Kronologi keluhan
Sebelum dirawat di RSUD Badung, pasien terjatuh saat bermain voli.
Kemudian, keluarga pasien membawa pasien ke tukang pijat
tradisional di dekat rumahnya. Namun sampai satu hari berikutnya
pasien masih mengeluh sakit di kaki kanannya dan tidak bisa
digerakkan. Kemudian pasien dibawa ke UGD RSUD Badung pada
tanggal 5 Oktober pukul 23.30 WITA. Setelah diperiksa dan
dianamnesa oleh dokter di UGD RSUD Badung, pasien disarankan
untuk dirawat inap di ruang Janger. Kemudian pasien dirawat di kamar
01 bed 3, adapun terapi yang didapatkan pasien adalah

IVFD NaCl 0,9%

20 tetes/menit

Paracetamol Tablet

3 x 500mg

Asam Folat Tablet 1 mg

2 x II tablet

2. Riwayat kesehatan masa lalu


a. Riwayat alergi
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memiliki alergi obat ataupun
makanan dan minuman tertentu.
b. Riwayat kecelakaan
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak pernah mengalami
kecelakaan sebelumnya.
c. Riwayat dirawat di rumah sakit

19

Keluarga pasien mengatakan pasien tidak pernah dirawat di rumah


sakit sebelumnya.
d. Riwayat pemakaian obat
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memakai obat apapun
sebelum ke rumah sakit.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memiliki penyakit khusus yang
diturunkan dari keluarganya.
C. Data Bio-psiko-sosial-spiritual
1. Bernafas
Saat pengkajian pasien mengatakan pasien tidak mengalami kesulitan dalam
bernafas.
2. Makan dan Minum
Saat pengkajian, pasien mengatakan tidak mengalami kesulitan dalan makan
dan minum dan pasien sudah makan 1x di pagi hari.
3. Eliminasi
Saat pengkajian, pasien mengatakan pasien sempat BAK 1x di pagi hari
dengan dibantu berjalan oleh keluarga.
4. Gerak dan Aktivitas
-

Kemampuan ADL : Saat pengkajian, pasien mengatakan pasien


mampu melakukan aktivitas seperti makan dan minum, sedangkan
toiletting dibantu

Kemampuan mobilisasi : Saat pengkajian, pasien mengatakan pasien


mampu bergerak sedikit di atas tempat tidur, selebihnya dibantu oleh
keluarga

5. Istirahat dan Tidur


Saat pengkajian, pasien mengatakan tidak kesulitan untuk tidur dan pasien
menyatakan mau beristirahat.
6. Rasa Nyaman
Saat pengkajian, pasien mengatakan merasa tidak nyaman karena merasa
nyeri di kakinya.
7. Rasa Aman
20

Saat pengkajian, pasien mengatakan merasa cukup aman karena ditunggui oleh
keluarganya.
8. Pengaturan Suhu Tubuh
Saat pengkajian, pasien mengatakan tubuhnya agak panas.
9. Pemeliharaan Kesehatan Diri
Saat pengkajian, pasien mengatakan pasien mandi 1x sehari dengan dibantu
oleh keluarga.
10. Komunikasi dan Sosialisasi
Saat pengkajian, pasien mengatakan pasien mampu berkomunikasi dengan
baik.
11. Melaksanakan Ibadah
Saat pengkajian, pasien mengatakan pasien selalu berdoa di dalam hati.
12. Prestasi
Saat pengkajian, pasien mengatakan pasien mempunyai prestasi yang baik di
kelas dan selalu masuk ranking 10 besar.
13. Rekreasi
Saat pengkajian, pasien mengatakan pasien terhibur dengan musik dan
perbincangan dengan keluarganya.
14. Belajar
Saat pengkajian, pasien mengatakan pasien perlahan-lahan mengerti prosedur
perawatan di rumah sakit.
D. Pengkajian fisik
1. Keadaan Umum
Kesan umum : Lemas
Kesadaran
: Compos mentis
GCS
: 15 E4V5M6
Bentuk tubuh : Tegak
Warna kulit : Sawo matang
2. Gejala Kardinal
TD
: 120/80 mmHg
Suhu : 37,5 0 C
Nadi : 84 x/mnt
RR
: 20 x/mnt
21

3. Keadaan Fisik
a. Kepala : kebersihan cukup, rambut tersebar merata, suhu kulit hangat,
nyeri tekan-, lesi-, benjolanb. Mata : kedua mata simetris, reflek mata+, sekret-, udim-, penglihatan
baik
c. Hidung : kebersihan hidung cukup, penciuman baik, sekret-, lesi-,
nyeri tekand. Telinga : kebersihan cukup, pendengaran baik, kedua telinga simetris,
nyeri tekan-, lesie. Mulut dan gigi : kebersihan baik, mukosa bibir lembab, pembesaran
tonsil-, rahang simetris, pendarahan gusif. Leher : pembesaran kelenjar tiroid-, nyeri tekan-, benjolan-, bendungan
vena jugularis-, kebersihan cukup
g. Thorax : bentuk simetris, nafas tambahan-, sesak-, nyeri tekanh. Abdomen : umbilikus tepat di tengah, kebersihan cukup, nyeri tekan-,
bising usus 5x/menit, pembesaran abdomeni. Ekstremitas
i. Atas : kedua tangan simetris, terpasang infus di tangan kanan,
lesi-, nyeri tekan-, kuku cukup bersihii. Bawah : nyeri tekan di kaki kanan, kaki kanan tidak dapat
digerakkan, hasil rontgen terdapat CF Femur dextra
j. Genetalia : jenis kelamin laki-laki
E. Pemeriksaan Penunjang

Hasil pemeriksaan radiologi


Hasil rontgen menyatakan terdapat close fractur femur dextra
Hasil Laboratorium (14-11-2011)
Pemeriksaan
Hb
RBC
HCT

Hasil
10 g/dL
3.46 x 106 /uL
28.6 %

Normal
11.7 17.3
3.80 5.90
35.0 52.0

22

PRE OPERASI
DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Analisa Data
No.

Hari/Tgl/Jam

Data Fokus

1.

Selasa,
6
Oktober 2015
pukul 09.00
WITA

DS
:
Klien
mengatakan
kaki
kanan nya sakit sekali,
P: Nyeri bertambah
ketika kaki digerakan,
nyeri berkurang saat
diimobilisasi,
Q: Nyeri seperti diiris,
R: area femur,
S: 8 ,
T: Saat digerakan
sampai
selesai
diimobilisasi

DO: - px terlihat
meringis
menahan
nyeri,
merintih,
bengkak, px. rontgen
fraktur femur dextra,
RR: 22 x/mnt ,
TD: 120/80 mmHg,
S:
o
37,5 C ,N: 84 x/mnt
Selasa,
6 DS:
Pasien
Oktober 2015 mengatakan
kaki
pukul 09.00 kanan
tidak
bisa
WITA
digerakan .
DO:
dalam
pemeriksaan
didapatkan
hasil
adanya
fungsialesa,
deformitas,
Px.
Radiologi diperoleh
hasil fraktur femur
dextra,
sudah

Data Standar

Masalah
Keperawatan

Pasien
tidak Nyeri Akut
meringis,

Pasien
tidak
mengeluh nyeri
atau
nyeri
dapat dikontrol

Pasien
tidak Kelemahan
terlihat lemas
fisik

Pasien
dapat
menggerakkan
kakinya

23

terpasang spalk.
B. Analisa Masalah
1. P : Nyeri Akut
E : Diskontinuitas tulang
S : Pasien mengeluh sakit di kaki kanannya
Proses terjadinya: cedera jaringan kulit dan tulang yang terjadi pada pasien
menyebabkan diskontinuitas tulang yang mana saat proses inflmasinya menekan
ujung saraf bebas sehingga menimbulkan rasa nyeri.
Akibat: menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu kenyamanan pasien
2. P : Kelemahan fisik
E : Kerusakan muskuloskeletal
S : Pasien mengeluh kaki kanannya tidak bisa digerakkan
Proses terjadinya : diskontinuitas merupakan kerusakan muskuloskeletal yang
mempersempit ruang gerak sehingga pasien mengalami kelemahan fisik
Akibat : kelemahan fisik membuat pasien kesulitan bergerak dan perlu dibantu
untuk bergerak
C. Rumusan Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas tulang ditandai dengan pasien
mengeluh sakit di kaki kanannya dan terlihat meringis
2. Kelemahan fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal ditandai dengan
pasien mengeluh kaki kanannya tidak bisa digerakkan dan terlihat lemas

INTERVENSI
No
.

Hari/Tgl/Jam

Diagnosa
Kep

Tujuan

Intervensi

Rasional

1.

Selasa,
6
Oktober 2015
pukul 09.00
WITA

Nyeri akut
berhubunga
n
dengan
diskontinuit
as
tulang
ditandai

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawat
an selama
1x
24

- Lakukan
pengkajian
nyeri yg komprehensif
meliputi
lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi,
kualitas,
intenistas/keparahan,

- Untuk
dapat
menentukan
intervensi yang
sesuai

24

dengan
pasien
mengeluh
sakit di kaki
kanannya
dan terlihat
meringis

2.

Selasa,
6
Oktober 2015
pukul 09.00
WITA

Kelemahan
fisik
berhubunga
n
dengan
kerusakan
muskuloske
letal
ditandai
dengan
pasien
mengeluh
kaki
kanannya
tidak bisa
digerakkan
dan terlihat
lemas

pasien
mampu
memperta
hankan
tingkat
nyeri pd
skala
3,
dengan
kriteria
hasil sbb:
- Pasien
tidak
mering
is
- Pasien
dapat
mengo
ntrol
nyeri
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawat
an selama
1x24 jam
kelemahan
fisik dapat
teratasi
dengan
criteria
hasil:
kelemahan
fisik tidak
terjadi

faktor presipitasi nyeri


- Ajarkan
teknik
relaksasi dan distraksi

- Agar
pasien
dapat
mengontrol rasa
nyerinya

- Kolaborasi pemberian
obat

- Untuk
mempercepat
proses
penyembuhan
pasien

Kaji
kemampuan
beraktivitas pasien

- Untuk
dapat
merencanakan
intervensi yang
sesuai

Tingkatkan
partisipasi
pasien
dalam
melakukan
aktivitas sehari-hari
yang
dapat
ditoleransi

- Untuk
mencegah
kelemahan yang
berlebihan

IMPLEMENTASI
No. Hari/Tgl/Jam No. Implementasi

Evaluasi formatif

Paraf
25

Dx

EVALUASI
No. Hari/Tgl/Jam

No. Evaluasi sumatif


Dx
1

Paraf

S
O
A
P

S
O
A
P

26

INTRAOPERASI
DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Analisa Data
No.

Hari/Tgl/Jam

1.

Data Fokus

Data Standar

Masalah
Keperawatan
Risiko syok

DS
DO

B. Analisa Masalah
P : risiko syok
E : perdarahan akibat pembedahan
S:
Proses terjadinya:
Akibat:
C. Rumusan Diagnosa
Risiko syok berhubungan dengan perdarahan akibat pembedahan
INTERVENSI
No
.
1.

Hari/Tgl/Jam

Diagnosa
Kep

Tujuan

Risiko syok Setelah


berhubunga dilakukan
n dengan tindakan
keperawatan
perdarahan
selama
akibat
operasi 1x2
pembedaha jam
diharapkan
n
syock
hipovolomic
tidak terjadi
dengan
kriteria hasil:
- Tidak
ada

Intervensi

Rasional
-

- Monitor
perdarahan
pada

daerah

pembedahan
setelah
dilakukan insisi.

- Ingatkan
operator

dan

asiasten

bila

terjadi
perdarahan
hebat

- Monitor

vital

sign tiap 5 menit


27

tanda tanda - Monitor cairan


syock
yang melewati
hipovolemik
DC katheter
(cyanosis)
- Memberikan
- TTV
cairan RL untuk
dalam batas
resusitasi cairan
normal (TD: - Memonitor tanda120/80tanda
syock
140/100,
hipovolemik
Nadi 60-90).
IMPLEMENTASI
No. Hari/Tgl/Jam No.
Dx

Implementasi

Evaluasi formatif

Paraf

EVALUASI
No.

Hari/Tgl/Jam

No.
Dx
1

Evaluasi sumatif

Paraf

S
O
A
P

28

POSTOPERASI
DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Analisa Data
No.

Hari/Tgl/Jam

1.

Data Fokus

Data Standar

Masalah
Keperawatan
Risiko cedera
akibat
posisi
perioperatif

DS: DO:
Pasien hanya tiduran
saat dipindahkan, kaki
belum
dapat
digerakan, kaki kanan
terdapat luka post
operasi
pasien
dipindahkan
ke
ruangan
dengan
brankar.

B. Analisa Masalah
P : risiko cedera akibat posisi perioperatif
E : proses pemindahan dari brankar
S:
Proses terjadinya:
Akibat:
C. Rumusan Diagnosa
Risiko cedera akibat posisi perioperatif
INTERVENSI
No
.
1.

Hari/Tgl/Jam

Diagnosa
Kep

Tujuan

Risiko
cedera
akibat
posisi
perioperatif

Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
diharapkan

Intervensi
-

Perhatikan posisi
pasien
dan
dekatkan bed di
samping pasien
Kolaborasi

Rasional
- Untuk
mencegah
risiko cedera
- Untuk
mempermudah
29

resiko cedera
tidak terjadi.
Dengan
kriteria hasil:
- Tidak terjadi
abserasi kulit
karena
pemindahan
pasien.

dengan
2-3
perawat yang ada
Memberikan pen
yangga di tempat
tidur pasien

memindahkan
pasien
- Untuk menjaga
keamanan
pasien di atas
tempat tidur.

- Pasien dapat
dipindahkan
dengan aman
dan nyaman.
IMPLEMENTASI
No. Hari/Tgl/Jam No.
Dx

Implementasi

Evaluasi formatif

Paraf

EVALUASI
No.

Hari/Tgl/Jam

No.
Dx
1

Evaluasi sumatif

Paraf

S
O
A
P

30

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Jenis-jenis prosedur bedah diklasifikasikan menurut keseriusan, urgensi dan tujuan.
Beberapa prosedur dapat tergabung ke dalam lebih dari satu klasifikasi. Misalnya,
operasi pengangkatan noda bekas luka adalah minor dalam keseriusan, elektif di urgensi
dan rekonstruksi di tujuan. American Society of Anesthesiologists (ASA) atau Asosiasi
Ahli Anastesi Amerika memberikan klasifikasi yang didasarkan pada kondisi fisiologis
klien tergantung pada prosedur pembedahan yang diusulkan. Klasifikasi menunjukkan
kepada perawat tingkat perawatan yang dibutuhkan oleh klien. Proses Keperawatan
dalam kasus bedah ada tiga tahap yaitu Fase Bedah Preoperatif, Tahap Bedah
Intraoperatif dan Perawatan Pascaoperatif
3.2 Saran
Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan saran-saran kepada berbagai
pihak, yaitu:
1. Kepada staf pengajar, agar lebih banyak memberikan materi tentang Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Penyakit/Kasus Bedah.
2. Kepada mahasiswa, diharapkan tulisan ini dapat dijadikan motivasi untuk lebih
mendalami materi tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Penyakit/Kasus
Bedah.

31

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.Aziz Alimul. 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Potter, Patricia A., Anne Griffin Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Edisi 7 Buku 3.
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai