2018
Butu, Albertina
Univesitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/8186
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
1
SKRIPSI
Oleh
Albertina Butu
141101070
FAKULTAS KEPERAWATAN
2018
ii
iii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
skripsi ini dengan judul “Hubungan Intensitas Nyeri Dengan Strategi Manajemen
Nyeri Pada Pasien Fraktur Post Operasi ORIF di RSUP H. Adam Malik Medan”
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. oleh karena itu dalam
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep., Ns, M.Kep., selaku Wakil Dekan I Fakultas
3. Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep., M.Kep., Sp.KMB selaku Wakil Dekan II
4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kep., M.Kep., Sp.Mat Wakil Dekan III
iv
6. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Dosen Pembimbing akademik yang telah
7. Ibu Rika Endah Nurhidayah, S.Kp., M.Pd selaku Dosen penguji I yang telah
8. Ibu Nunung Febriany Sitepu, S.Kep, Ns, MNS selaku Dosen penguji II telah
10. Teristimewa kepada kedua orang tua saya yang tercinta dan terkasih
Almarhum bapa Marselus Butu, Mama Andriana Iyai, yang selalu memberi
kasih sayang yang begitu besar, mencukupi semua kebutuhan saya baik materi
dan nonmateri, yang telah membimbing dengan sabar dan yang selalu
kelancaran dan kemudahan setiap urusan saya. Dan semua keluaga yang
11. Yang terkhusus buat Teman-teman stambuk 2014, Magda, polin, boky, dessy,
selly, mina, nitha, yusuf, neles, esau, paska, miel, henda, niko, Juga teman
dan motivasinya.
12. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menempuh
pendidikan.
sangat mengharapkan adanya saran yang bersifat membangun untuk perbaikan yang
lebih baik dimasa yang akan datang. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.
Penulis
Albertina Butu
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... I
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS .................................................. iii
PRAKATA .......................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix
ABSTRAK .......................................................................................................... xi
viii
LAMPIRAN
1. Lampiran 1. Lembar Penjelasan Penelitian
2. Lampiran 2. Formulir Persetujuan Menjadi Partisipan
3. Lampiran 3. Panduan Wawancara
4. Lampiran 4. Dummy table ( KDD dan FIELD NOTE )
5. Lampiran 5. Surat uji validasi pertanyaan wawancara
6. Lampiran 6. Surat izin penelitian
7. Lampiran 7. Surat komite etik
8. Lampiran 8. Surat penerimaan dan selesai penelitian
9. Lampiran 9. Daftar Riwayat Hidup
10. Lampiran 10. Taksasi Dana Penelitian
11. Lampiran 11. Lembar Bukti Konsultasi
12. Lampiran 12. Jadwal Tentative Penelitian
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Daftar Gambar
halaman
xi
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Fraktur merupakan istilah dari hilangnya tulang, tulang rawan, baik yang
bersifat total maupun sebagian, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Fraktur adalah patah tulang yang disebkan oleh trauma atau tenaga fisik. (Noor,
2016). Fraktur adalah terputusnya kontiniuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan
atau penarikan. Pada keadaan fraktur, jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh
dimana akan terjadi edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi
sendi, ruptur tendon, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah. jadi Fraktur
lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap
Disamping itu, akhir kejadian trauma tinggi dan dianggap meningkat selam
menyumbang sekitar 1,3 juta korban setiap tahun. Dalam statistik WHO (2007),
Indonesia ada di urutan ke-1 terbanyak, yaitu 37.438 kematian atau sekitar 16,2 bila
di-estimasi per 100.000 penduduk. Hal ini menunjukkan bahwa kasus fraktur di
Indonesia pun semakin meningkat, Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2007 didapatkan sekitar 2.700 orang mengalami insiden
fraktur, 56% penderita mengalami kecacatan fisik, 24% mengalami kematian, 15%
terhadap adanya kejadian fraktur. Salah satu prosedur pembedahan yang sering
dilakukan pada kasus fraktur adalah (ORIF, Open Reduction Internal Fixation)
(Brunner & Suddarth, 2002). Sedangkan Menurut (Depkes, 1995) ORIF adalah suatu
tindakan untuk melihat fraktur langsung dengan tehnik pembedahan yang mencakup
didalamnya pemasangan pen, skrup, logam atau protesa untuk memobilisasi fraktur
selama penyembuhan.
mengalami nyeri akan berdampak pada aktivitas sehari-hari dan istirahat serta
tidurnya (Potter dan Perry, 2005). Nyeri yang parah dan serangan mendadak bila
pupil melebar, diaphoresis dan sekresi adrenal medula. Dalam situasi tertentu dapat
pula terjadi penurunan tekanan darah yang akan mengakibatkan timbulnya syok
(Barbara. C, 1996). Nyeri fraktur merupakan nyeri akut dan nyeri tersebut dapat
tekanan darah dan nadi, dilatasi pupil, penurunan atau peningkatan frekuensi nafas
nyeri bisa timbul hampir pada setiap area fraktur. Bila tidak diatasi dapat
penyembuhan dan dapat meningkatkan angka kematian, untuk itu perlu penanganan
yang lebih efektif untuk meminimalkan nyeri yang dialami oleh pasien.
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan
individu. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah
menggunakan respon fisiologi tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Pengukuran subjektif
nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai alat pengukur nyeri seperti
visual analog, skala nyeri numerik, skala nyeri deskriptif atau skala nyeri Wong-
efektif. Manajemen nyeri yang diberikan harus dapat memenuhi kebutuhan pasien
salah satunya yaitu kebutuhan rasa nyaman. Secara garis besar ada dua manajemen
untuk mengatasi nyeri yaitu farmalogi dengan non farmaologi, manajemen nyeri
relaksasi nafas dalam sangat efetif dalam menurunan nyeri pasca operasi (Brunner &
nyeri dan respon nyeri berada antara satu orang dengan orang lain (McGuire, 2006)
fraktur telah menjadi perhatian kesehatan masyarakat, oleh karena itu studi pada
populasi ini sangat penting. Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai hubungan intensitas nyeri dengan strategi manajemen nyeri pada pasien
Berdasarkan latar belakang diatas ,maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah Hubungan intensitas nyeri dengan strategi manajemen nyeri pada pasien
2 . Bagaimana strategi manajemen nyeri pada pasien fraktur post operasi Orif?
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
Malik.
b. Mengetahui strategi manajemen nyeri pada pasien fraktur post –operasi orif di RS
Adam Malik.
a. Pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan tambahan penelitian bagi
mahasiswa dalam proses belajar dan bahan dasar terkait pembelajaran tentang
intesitas nyeri dengan strategi manajemen nyeri pada pasien fraktur post-operasi
orif.
b. Pelayanan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat informasi dan tambahan penelitian bagi perawat dalam
manajemen nyeri pada pasien fraktur post-operasi Orif dalam memudahkan perawat
c. Penelitian keperawatan
Hasil penelitian ini menjadi awal dan diharapkan dipergunakan untuk penelitian
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Rasjad (1998 dalam Muttaqin 2008) fraktur adalah hilangnya kontuinitas
tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian. Fraktur dikenal
dengan istilah patah tulang. Biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan, sudut, tenaga, kedaan tulang, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi tersebut lengkap atau tidak lengkap. Pada
oleh rudapaksa (Mansjoer et al, 2000). Sedangkan menurut (Linda juall C, 2009)
dalam buku Nursing Care plans and Dokumentation menyebutkan bahwa fraktur
adalah komunitas tulang yang disebabkan tekanan dari luar yang dating lebih besar
pada titik terjadinya kekerasan kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang
ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan kekerasan akibat tarikan otot
fraktur adalah :
2. Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh
dari daerah fraktur, trauma tersebut misalnya, jatuh dengan tangan ekstensi
dengan kekuatan yang besar dan tulang tidak mampu menahan trauma
yang telah menjadi lemah karena tumor atau proses patologis lainnya. Tulang
sering kali menunjukan penurunan densitas. penyebab yang paling sering dari
fraktur- fraktur semacam ini adalah tumor, baik tumor primer maupun tumor
metastasis.
3. Fraktur stress, terjadi karena adanya trauma yang terus-menerus pada suatu
tempat.
Menurut Rockwood (dalam Muttaqin 2008) fraktur secara radiologis terbagi atas:
Fraktur tertutup (simple fracture). Fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus
hubungan dengan dunia luar, fraktur terbuka ( compound fracture ). Fraktur terbuka
adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan duni luar melalui luka pada kulit.
Jenis-jenis fraktur yang sangat umum digunakan adaah : simple fracture (fraktur
tulang ain), greenstick fracture (salah satu tuang patah, sedangkan sisi lainnya
menembus kulit sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan/ tidak
mempunyai hubungan dengan duni luar melalui luka pada kulit dan jaringan
jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam), atau from without
(dari luar).
1. Fraktur tranversal. Fraktur trenversal adalah fraktur yang garis patahnya tegak
lurus terhadapa sumbuh panjang tulang. Pada fraktur fraktur semacam ini,
tempatnya semulah. Segmen- segemn itu akan stabil dan biasanya dikontrol
2. Fraktur oblik. Fraktur oblik adalah fraktur yang garis patahnya membenuk sudut
3. Fraktur spiral. Fraktur spiral spiral timbul akibat torsi pada ekstermitas. Fraktur-
fraktur ini khas cedera main ski ketika ujung ski terbenam pada tumpukan salju
dan ski terputar sampai tulang patah. Hal yang menarik adalah jenis fraktur
rendah energi ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak. Fraktur
terputusnya keutuhan jaringan tempat adanya lebih dari dua fragmen tulang.
5. Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pada suatu tulang yang
ini sulit ditangani. Biasanya satu ujung yang tidak memilki pembuluh darah
melalui pembedahan.
6. Fraktur impaksi atau fraktur kompresi. Fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang
dua tulang menumbuk tulang ketiga yang ada diantaranya, seperti satu vertebra
dengan dua vertebra lainnya. Fraktur pada korpus vertebra ini dapat didiagnosis
vertikal dan sedikit membentuk sudut pada satu atau beberapa vertebra. Pada
cukup berat. Seperti pada fraktur pelvis, klien dapat secara cepat menjadi syok
tekanan darah dan pernapasan secara akurat dan berukang dalam 24 sampai 48
jam pertama setelah cedera. Ileus dan retensi juga dapat terjadi pada cedera ini.
Nyeri post operasi adalah nyeri yang dirasakan akibat dari hasil pembedahan.
Kejadian, intensitas, dan durasi nyeri post operasi berbeda-beda dari pasien ke pasien,
dari operasi ke operasi, dan dari rumah sakit ke rumah sakit yang lain. Lokasi
pembedahan mempunyai efek yang sangat penting yang hanya dapat dirasakan oleh
pasien yang mengalami nyeri post operasi (Suza, 2007). Nyeri post operasi
merupakan nyeri akut yang dapat diakibatkan oleh trauma, bedah atau inflamasi,
seperti saat sakit kepala, sakit gigi, tertusuk jarum, terbakar, nyeri otot, nyeri saat
melahirkan, nyeri sesudah tindakan pembedahan, dan yang lainnya. Nyeri akut
terkadang disertai oleh aktivitas system saraf simpatis yang akan memperlihatkan
denyut jantung, diaphoresis dan dilatasi pupil. Klien yang mengalami nyeri akut akan
Reduksi terbuka adalah tindakan reduksi dan melakukan kesejajaran tulang yang
patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi atau pemajanan tulang yang patah.
Fiksasi interna adalah stabilisasi tulang yang sudah patah yang telah direduksi dengan
skrup, plat, paku dan pin logam. Maka, dapat ditarik kesimpulan Open Reduksi
Internal Fiksasi (ORIF) adalah sebuah prosedur bedah medis, yang tindakannya
mengacu pada operasi terbuka untuk mengatur tulang, seperti yang diperlukan untuk
beberapa patah tulang, fiksasi internal mengacu pada fiksasi sekrup dan piring untuk
a. Reduksi Terbuka
Insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan sepanjang
bidang anatomi menuju tempat yang mengalami fraktur. Fraktur diperiksa dan diteliti.
Fragmen yang telah mati dilakukan irigasi dari luka. Fraktur direposisi agar
dipertahankan dengan alat ortopedik berupa: pin, skrup, plate, dan paku (Wim de
Jong,m, 2000).
1). Keuntungan
dengan tulang yang patah menjadi lebih cepat, rawat inap lebih singkat, dapat lebih
2). Kerugian
Menurut Curton (1983 dalam Aziz, 2008) Nyeri merupakan suatu mekanisme
produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak, dan menyebabkan individu
tersebut bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri. Sesuai dengan penjelasan The
Interntional Association for the Study of Pain (1979 dalam Potter Perry, 2009) nyeri
pengalaman emosional yang dikaitkan dengan kerusakan jaringan baik aktual atau
Pengertian tentang sudah didefinisikan dari beberapa parah ahli tetapi dapat
diketahui bahwa satu definisi yang paling relevan bagi perawat bahwa nyeri adalah
segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja
dan menjelaskan nyeri secara akurat yang mereka alami dan berfungsi sebagai dasar
tersebut. Mekanisme timbulnya nyeri terjadi karena adanya empat proses, yaitu:
persepsi (perception) (McGuire & Sheilder, 1993; Turk & Flor, 1999). Dari keempat
1. Transduksi
Transduksi merupakan proses dari stimulus nyeri diubah ke bentuk yang dapat
diakses oleh otak (Turk & Flor, 1999). Proses transduksi dimulai ketika ada
nosiseptor yaitu reseptor yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri teraktivasi.
Aktivasi reseptor ini merupakan sebagai bentuk respon terhadap stimulus yang datang
distimulasi oleh berbagai stimulus, seperti faktor biologis, mekanis, listrik, thermal,
2. Transmisi
melalui sistem saraf ke area otak. Proses transmisi dapat melibatkan saraf aferen yang
terbentuk dari serat saraf berdiameter kecil ke sedang serta berdiameter besar (Davis,
2003). Saraf aferen akan ber-axon pada dorsal horn di spinalis. Selanjutnya transmisi
ini dilanjutkan melalui sistem contra lateral spina lthalamic melalui ventral lateral
Kontrol nyeri (pain control) dapat dilakukan selama proses kedua ini yaitu
3. Modulasi
nosiseptor tersebut (Turk & Flor, 1999). Proses modulasi melibatkan sistem neural
yang komplek. Ketika impuls nyeri sampai di pusat saraf, transmisi impuls nyeri ini
akan dikontrol oleh sistem saraf pusat dan mentransmisikan impuls nyeri ini kebagian
lain dari sistem saraf seperti bagian cortex. Selanjutnya impuls nyeri ini akan
4. Persepsi
Persepsi merupakan proses yang subjective (Turk & Flor, 1999). Proses persepsi
ini tidak hanya berkaitan dengan proses fisiologis atau proses anatomis saja (McGuire
& Sheider, 1993) akan tetapi juga meliputi cognition (pengenalan) dan memory
(mengingat) (Davis, 2003). Oleh karena itu, faktor psikologis, emosional, dan
pengalaman nyeri tersebut. Proses persepsi ini jugalah yang menjadikan nyeri
dan nyeri kronis. Nyeri akut adalah nyeri akut yang terjadi dalam waktu atau durasi 1
detik sampai dengan kurang dari enam bulan, sedangkan nyeri kronis adalah nyeri
yang terjadi dalam waktu lebih dari enam bulan. Nyeri akut dapat dipandang sebagai
nyeri yang terbatas dan bermamfaat untuk mengidentifikasi adanya cedera atau
penyakit pada tubuh. Nyeri akut biasaya menghilang dengan sendirinya dengan atau
tanpa tindakan setelah keruakan jaringan penyembuhan (Tamsuri, 2007). Nyeri ini
biasanya diakibatkan oleh trauma, bedah, atau inflamasi. Hampir setiap individu
gigi, tertusuk jarum, terbakar, nyeri otot, nyeri saat melahirkan, nyeri sesudah
Nyeri ini menimbulkan kelelahan mental dan fisik (Tamsuri,2007). Pada individu
yang mengalami nyeri kronis timbul suatu perasaan tidak aman karena iya tidak
pernah tau apa yang ia rasakan dari hari ke hari. Gejala nyeri kronis meliputi
keletihan, insomnia, anoreksia, penurunan berat badan, depresi, putus asa, dan
emosi, dan gangguan fungsi fisik dan sosial (Potter & Perry, 2005).
menjadi enam jenis yaitu : nyeri superficial, nyeri somatic dalam, nyeri visceral, nyeri
a. Nyeri superfisial biasanya timbul akibat stimulasi kulit seperti pada laserasi,
b. Nyeri somatik dalam (deep somatic pain) adalah nyeri yang terjadi pada otat
tulang serta struktur penyokong lainnya, umumnya nyeri bersifat tumpul dan
c. Nyeri viresal adalah nyeri yng disebabkan oleh kerusakan organ internal.
Nyeri dapat bersifat difusi dan dapat menyebar keberbagai arah. Durasi
bervariasi tetapi biasanya berlangsung lebih lama dai pada nyeri supervisial.
Nyeri dapat terasa tajam,tumpul atau unik tergantung organ yang terlibat.
d. Nyeri sebar (radiasi) adalah sensasi nyeri yang meluas dari sensasi asal ke
e. Nyeri fantom adalah nyeri khusus yang dirasakan klien yang mengalami
amputasi. Nyeri oleh klien dipersepsikan berada pada organ yang telah
f. Nyeri alih (reffered pain) adalah nyeri yang timbul akibat adanya nyeri
tempat dan lokasi. Nyeri jenis ini dapat timbul karena masukknya neuron
sensori dari organ yang menglami nyeri kedalam medulla spinalis dengan
adanya kerusakan (aktual atau potensial) organ. Nyeri neurogenik adalah nyeri akibat
gangguan neuron,misalnya pada neuralgia terjadi secara akut mau pun kronis. Nyeri
Teori kontrol Gerbang (Gate Control Theory) oleh Melzack dan Wall (1965
dalam Potter & Perry, 2009) menjelaskan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau
dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini
menjelaskan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan
impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Proses dimana terjadi interaksi
antara stimulus nyeri dan sensasi lain dan stimulasi serabut yang mengirim sensasi
tidak nyeri memblok atau menurunkan transmisi impuls nyeri melalui sirkuit gerbang
Nyeri memiliki beberapa komponen yaitu emosional dan kognitif serta sensasi
secara fisik (Potter & Perry, 2009). Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan
dan kognitif dapat berpengaruh terhadap manajemen nyeri. Sebagai contoh: stress,
sirkulasi bervariasi disetiap individu, maka respon terhadap nyeri pun akan berbeda.
Mc Caffery dan Pasero (1999 dalam Prasetyo, 2010) menyatakan bahwa klien
yang paling mengerti dan memahami tentang apa yang dirasakannya saat nyeri
datang. Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi persepsi dan reaksi masing-
masing individu terhadap nyeri. Perawat harus menguasai dan memahami faktor-
faktor tersebut agar dapat memberikan pendekatan yang tepat dalam pengkajian dan
adalah:
1. Usia
anak- anak dan lansia. Perbedaan perkembangan, yang ditemukan di antara kelompok
usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak- anak dan lansia bereaksi terhadap
nyeri (Potter & Perry, 2005). Anak-anak kecil yang belum dapat mengucapkan kata-
mengekspresikan nyeri kepada kedua orang tuanya ataupun pada perawat. Sebagian
mereka takut akan tindakan perawatan yang harus mereka terima nantinya (Prasetyo,
2010). Pada lansia seorang perawat harus melakukan pengkajian lebih rinci ketika
seorang lansia melaporkan adanya nyeri. Seringkali lansia memiliki sumber nyeri
2. Jenis kelamin
Pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam berespon terhadap nyeri.
Beberapa budaya menganggap bahwa perempuan dalam merasakan nyeri tidak lebih
berani dan memilih untuk menangis. Penelitian menyebutkan bahwa hormon seks
pada mamalia berpengaruh terhadap tingkat toleransi terhadap nyeri. Hormon seks
terhadap nyeri. Pada manusia rasa nyeri lebih kompleks, dipengaruhi oleh personal,
3. Kebudayaan
seringkali berasumsi bahwa cara berespon setiap individu dalam masalah nyeri adalah
4. Makna nyeri
Makna nyeri pada seseorang mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang
beradaptasi terhadap nyeri . Seorang wanita yang merasakan nyeri bersalin akan
merasakan nyeri secara berbeda dengan wanita lainnya yang nyeri karena dipukuli
Nyeri yang dirasakan bervariasi dalam intensitas dan tingkat keparahan pada
individu. Nyeri yang dirasakan terasa ringan, sedang, bahkan berat. Dalam kaitannya
6. Perhatian
Perhatian yang meningkat terhadap nyeri akan meningkatkan respon nyeri sedangkan
7. Ansietas (kecemasan)
pasien dapat meningkatkan persepsi nyeri, nyeri juga dapat menimbulkan perasaan
ansietas. Contoh yang dapat dipaparkan adalah seseorang yang menderita kanker
kronis dan merasa takut akan kondisi penyakitnya akan semakin meningkatkan
8. Keletihan
umum pada individu yang menderita penyakit kronik dalam jangka lama. Nyeri
berkurang setelah individu mengalami suatu periode tidur yang lelap (Potter & Perry,
2009).
9. Pengalaman sebelumnya
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri, bukan berarti dengan adanya
pengalaman pasien lebih mudah dalam menghadapi nyeri pada masa yang akan
datang. Seseorang yang terbiasa merasakan nyeri akan lebih siap dan mudah
perlindungan dari keluarga atau teman terdekat. Nyeri memang masih dirasakan
pasien namun kehadiran orang terdekat akan meminimalkan kesepian dan ketakutan
(Prasetyo, 2010).
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua
orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan
tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan teknik ini juga tidak
dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).i
Berupa metode untuk menentukan persepsi pasien atas intensitas nyeri yang
dirasakannya.Pasien akan menemukan nilai nyeri yang dirasakan pada skala bilangan
“0” Tidak ada rasa nyeri dan tidak menganggu “10” Nyeri sangat terburuk yang
pasien rasakan sangat menanganggu. (Robinson, & Lyndon , 2016). Nilai nyeri
dikatakan sebagai berikut 0=tidak nyeri, skor 1-3= skor nyeri ringan, 4-6=nyeri
sedang,skor 7-9=nyeri berat dan skor 10=nyeri sangat berat. Keandalan dari BPI
menunjukkan bahwa Intensitas nyeri Cronbach adalah 0,94 dan Cronbach's Alfa
berbagai keluhan dan gejala. Keluhan dan gejala yang sering dikemukakan adalah
nyeri, demam, takikardia, sesak nafas, mual, muntah, dan memburuknya keadaan
Menurut Benedetti (1990), nyeri yang hebat menstimulasi reaksi stress yang
secara merugikan mempengaruhi sistem jantung dan imun. Ketika impuls nyeri
Iskemia pada tempat yang sakit rnenyebabkan stimulasi lebih jauh dari reseptor nyeri.
Bila impuls yang menyakitkan ini menjalar secara sentral, aktivitas simpatis
Penelitian telah menunjukkan bahwa insufisiensi kardiovaskular terjadi tiga kali lebih
sering dan insiden infeksi lima kali lebih besar pada individu dcngan kontrol nyeri
Intensitas Nyeri pada Pasien Post operasi Open Reduction Internal Fixation
(ORIF)
dapat terlihat demikian juga jaringan disekitarnya. Pada perdarahan jaringan lunak
diantara fragmen tulang dapat terlibat kerusakan pembuluh darah dan persyarafan.
otopedi nyeri mungkin sangat berat, edema, hematoma dan spasme otot merupakan
penyebab nyeri yang dirasakan. Beberapa pasien mengatakan bahwa nyerinya lebih
2.3 Konsep
ditoleransi" pernah dianggap sebagai tujuan manajemen rasa sakit. Namun pasien,
bahkan yang telah menggambarkan penghilang rasa sakit karena cukup sering
melaporkan tidur terganggu dan ditandai dengan tertekan karena sakit. Mengingat
efek berbahaya dari rasa sakit dan pengelolaan nyeri yang kuat, tujuan untuk hanya
membuat rasa sakit yang dapat ditoleransi dengan tujuan menghilangkan rasa sakit.
(Smeltzer & Bare, 1995) Terdapat berbagai tindakan yang dapat dilakukan seorang
perkembangan nyeri. Pada kasus nyeri sedang sampai berat tindakan non
farmakologis sebagai menjadi suatu pelengkap yang efektif untuk mengatasi nyeri
dalam kolaborasi dengan dokter atau pemberi keperawatan lainnya dan pasien
(narkotik), nonopiat/ obat AINS (anti inflamasi nonsteroid), obat-obat adjuvans atau
koanalgesik. Analgesik opiat mencakup derivat opium, seperti morfin dan kodein.
menimbulkan sedikit rasa kantuk pada awalnya ketika pertama kali menurun. Opiat
juga menimbulkan mual, muntah, konstipasi, dan depresi pernapasan serta harus
pada daerah luka dan menurunkan tingkat mediator inflamasi yang dihasilkan di
daerah luka. (Berman, et al. 2009). Analgesik adjuvans adalah obat yang
dikembangkan untuk tujuan selain penghilang nyeri tetapi obat ini dapat mengurangi
nyeri kronis tipe tertentu selain melakukan kerja primernya. Sedatif ringan atau obat
menyakitkan, kecemasan, stres, dan ketegangan sehingga klien dapat tidur nyenyak.
Antidepresan digunakan untuk mengatasi depresi dan gangguan alam perasaan yang
Intervensi nyeri secara non farmakologis memiliki resiko yang sangat rendah.
secaraobat obatan mungkin cara efektif untuk menghilangkam nyeri (Brunner &
Suddarth, 2001).
persepsi klien tentang nyeri,mengubah perilaku nyeri, dan member rasa pengendalian
yang lebih besar sedangkan agen angens nyeri bertujuan member rasa
menghilangkan nyeri. Masase, kompres dingin dan panas, dan stimulasi saraf elektrik
persepsi nyeri. Salah satu pemikiran adalah bahwa cara ini menyebabkan pelepasan
endorfin, sehingga memblok transmisi stimulus nyeri. Teori gate kontol Universitas
saraf sensorik A-beta yang lebih besar dan lebih cepat. Proses ini menurunkan
transmisi nyeri melalui serabut C dan delta-A berdiameter kecil. Gerbang sinaps
menutup transmisi impuls nyeri (Potter & Perry, 2005). Masase adalah stimulasi
kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase
tidak secara spesifik menstimulasi reseptor tidak nyeri pada bagian yang sama seperti
reseptor nyeri tetapi dapat mempunyai dampak melalui sistem kontrol desenden.
Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena menyebabkan relaksasi otot
Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada
punggung dan bahu. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena masase
membuat relaksasi otot. (Brunner & Suddarth, 2001). Slow-stroke back massage
adalah tindakan masase punggung dengan usapan yang perlahan selama 3- 10 menit
sebanyak 60 kali usapan permenit (Potter & Perry, 2005). Masase punggung ini dapat
melakukan gosokan penggung pasien dengan lembut. Pesan yang dihasilkan akan
delta-A dan serabut C, maka akan membuka sistem pertahanan disepanjang urat saraf
dan klien mempersepsikan nyeri.Alur saraf desenden melepaskan opiat endogen yaitu
pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh. (Potter & Perry, 2005).
Kompres hangat dan dingin pada tubuh bertujuan untuk meningkatkan perbaikan
fisiologis suhu jaringan, ukuran pembuluh darah, tekanan darah kapiler, area
permukaan kapiler, area permukaan kapiler untuk pertukaran cairan dan elektrolit,
Kompres dingin adalah salah satu teknik dari stimulasi kulit yang dilakukan untuk
persepsi nyeri. Kompers dingin dapat menghilangkan nyeri dan meningkatkan proses
nyeri. Apabila klien merasa baal, maka es harus diangkat (Potter & Perry, 2005).
nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi.
Baik terapi es maupun terapi panas harus digunakan dengan hati-hati dan dipantau
dengan cermat untuk menghindari cedera kulit (Smeltzer & Bare, 2002).
non-invasif,merupakan metode yang aman untuk mengurangi nyeri baik akut maupun
dijalankan oleh baterai dengan elektroda yang dipasang pada kulit untuk
TENS dapat digunakan baik untuk nyeri akut maupun nyeri kronis (Smeltzer & Bare,
2002).
4. Distraksi
sehingga stimulus nyeri yang dirasakan oleh pasien berkurang. Peredaan nyeri secara
sensori yang digunakan dan minat individu dalam stimulasi,oleh karena itu stimulus
cara cara yang humor atau cara yang disukai klien akan menjadi teknik
memberikan hasil yang sangat efektif dalam upaya mengurangi nyeri post
kontrol desenden yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan
5. Teknik relaksasi
Relaksasi adalah suatu tinndakan untuk membebaskan mental dan fisik dari
(Prasetyo, 2010). Menurut Potter & Perry (2005), teknik relaksasi memberikan
individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi
pada nyeri.
serta penurunan ketegangan otot (Prasetyo, 2010). Contoh tindakan relaksasi yang
dapat digunakan untuk menurunkan nyeri adalah nafas dalam dan relaksasi otot.
sebagai berikut :
1) Nafas dalam
Pasien menarik nafas dalam dan mengisi paru- paru dengan udara, Kemudian
perlahan lahan udara dihembuskan sambil membiarkan tubuh menjadi kendor dan
merasakan betapa nyamannya hal tersebut, Setelah itu mengulang langlah ke-4 dan
yang lain.
2) Relaksasi progresif
Saat klien dapat relaksasi penuh, maka persepsi nyeri berkurang dan rasa cemas
Cara latihan progresis menurut steward (1996 dalam Rabi’al (2009) adalah:
Kontraksikan masing masing otot dalam 10 kali hitungan kemudian lemaskan, Lalu
latuhan diruangan yang tenang dengan posisi duduk atau sambil berbaring nyaman.
ketegangan otot yang menunjang nyeri. Hampir semua orang dengan nyeri kronis
mendapatkan manfaat dari metode relaksasi. Periode relaksasi yang teratur dapat
membantu untuk melawan keletihan dan ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri
kesembuhan secara fisik dan mental, kelebihan dari teknik ini yaitu ketika pasien
mencapai relaksasi penuh maka persepsi nyeri berkurang, sehingga sangat efektif
apabila tehnik distraksi dan relaksasi digunakan untuk menangani masalah nyeri pada
6. Imajinasi terbimbing
menyengat atau cahaya sangat terang perlu dipertimbangkan agar tidak menggangu
tersebut dapat digunakan pada latihan berikutnya (Potter & Perry, 2005). Dengan
menyebabkan tubuh rileks dan nyaman, setiap kali nafas dihembuskan membawa
pergi nyeri dan ketengan.imajinasi terbimbing dapat berfungsi hanya pada beberapa
yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu. Sebagai contoh,
imajinasi terbimbing untuk relaksasi dan meredakan nyeri dapat terdiri atas
menggabungkan napas berirama lambat dengan suatu bayangan mental relaksasi dan
7. Hipnosis
Hipnoterapi adalah terapi yang dilakukan terhadap klien yang berada dalam
kondisi hypnosis. Kata hypnosis berasal dari kata yunani,yaitu hypnos yang berarti
kondisi, seperti kebiasaan buruk, cemas stress yang berhubungan dengan penyakit
akut maupun kronis, manajemen rasa sakit dan nyeri, serta pengembangan pribadi
mengurangi ketakutan dan stress karena individu berkonsentrai hanya pada satu
pikiran (Potter & Perry, 2005) Hipnosis efektif dalam meredakan nyeri atau
menurunkan jumlah analgesik yang dibutuhkan pada nyeri akut dan kronis.
Bare, 2002) .
Alat ukur strategi manajemen Nyeri berupa SPMQ (Short portable mental status
seseorang. SPMQ hasil dari alat ukur ini dapat dijelaskan bahwa strategi manajemen
nyeri yang lebih tinggi dikaitkan secara siknifikan dengan intensitas nyeri yang lebih
intensitas nyeri yang diraskan pasien semakin besar. Mengingat efek berbahaya dari
rasa sakit dan pengelolaan nyeri yang kuat, tujuan untuk hanya membuat rasa sakit
yang dapat ditoleransi dengan tujuan menghilangkan rasa sakit. Strategi pengelolaan
1995). dikembangkan oleh para peneliti. pasien menilai kepuasaan mereka dengan
manajemen nyeri yang dilakukan oleh dokter dan perawat SPMQ ini terdiri dari lima
timbangan dengan item terdiri dari 19 delapan dari dokter,dan sebelas lagi dari
perawat diatur dengan skor 1-5,: 1) Sangat tidak puas, 2) Tidak puas 3) Sedikit puas
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
terhadap bagaimana intensitas nyeri dengan strategi manajemen nyeri pada pasien
Menurut The Interntional Association for the Study of Pain (1979 dalam Potter
Perry, 2009) didefinisikan sebagai perasaan sensori dan emosional yang tidak
bias terjadi.
Intensitas nyeri adalah gambaran seberapa parah nyeri yang dirasakan individu.
Skala intensitas nyeri meliputi tidak nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri berat dan
nyeri sangat berat (Hariyanto, 2015). Nyeri adalah alasan paling umum untuk mencari
Mengingat efek berbahaya dari rasa sakit dan pengelolaan nyeri yang kuat, tujuan
untuk hanya membuat rasa sakit yang dapat ditoleransi dengan tujuan menghilangkan
mengukur pengalaman nyeri termasuk intensitas nyeri dan nyeri gangguan selama
37
tiga hari pertama masuk rumah sakit. Intensitas nyeri dinilai selama 24 jam terakhir;
Rasa sakit saat ini, sakit paling parah, paling tidak sakit, dan rasa sakit rata-rata.
Interferensi rasa sakit terdiri dari aktivitas umum, mood, bekerja, berjalan,
berhubungan dengan orang lain, tidur, dan kenikmatan hidup Menurut (Deya, 2017)
nyeri dengan intensitas nyeri. Hubungan strategi manajemen nyeri dengan intensitas
nyeri merupakan hubungan dua arah yaitu : pasien atau metode sehingga dapat
rendah menunjukkan intensitas nyeri yang berat. Sementara itu, pasien dengan
intensitas nyeri yang berat biasanya lebih memiliki kemampuan untuk mencari cara
atau metode untuk mengurangi nyerinya. Sedangkan pasien dengan intensitas nyeri
yang ringan dan sedang kurang memiliki kemampuan untuk mencari cara atau
dibawah ini :
3. 2 Definisi Operasional
operasional
nyeri dan 10
menunjukkan
nyeri sangat
berat
penilaian dari
1-3 Nyeri
ringan
4-6 Nyeri
sedang
7-9 Nyeri
berat
10
menunjukkan
nyeri sangat
berat
manajemen nyeri.
2. Hipotesa null yaitu tidak terdapat hubungan intensitas nyeri terhadapat strategi
manajemen nyeri.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1.Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan peneliti adalah deskriptif korelasi yaitu untuk
pada penderita fraktur post operasi ORIF di RSU H. Adam Malik Medan.
4.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien fraktur post operasi ORIF di
RSUP H. Adam Malik Medan. Berdasarkan survei awal jumlah populasi berjumlah
30 orang.
yaitu apabila jumlah populasi <100 responden, maka semua dijadikan sampel.
Apabila populasi >100 responden maka dapat diambil 10%-15% atau 20%-25%.
Pada penelitian ini jumlah populasi pasien fraktur post operasi ORIF sebanyak 30
orang dan jumlah tersebut <100 responden. Maka, jumlah sampel pada penelitian ini
berjumlah 30 orang.
42
probability sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling.
Pengambilan jumlah sampel dilakukan dengan cara total sampling yaitu teknik
pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi (Sugiyono,
2007). Adapun kriteria inklusi yang ditentukan dalam penelitian ini yaitu :
ini adalah rumah sakit pendidikan yang memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah
sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Penelitian ini dilakukan bulan oktober
4.3.Pertimbangan etik
unuversitas sumatera utara dan dari direktur RSUP H. Adam Malik. Menurut
nursalam (2003) Ada beberapa pertimbangan etik yang diperhatikan pada penelitian
untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian
responden pada lembar pengumpulan data,tetapi akan memberikan kode pilihan pada
kerahasiaan informasi responden dan kelompok atau tertentu yang dilaporkan sebagai
hasil penelitian.
pedoman observasi, dan kuesionern (sugiyono, 2010). Intrumen dalam penelitian ini
adalah kuesioner yang terdiri dari data demografi, SPMQ (Short portable mental
seseorang. SPMQ dikembangkan oleh para peneliti. pasien menilai kepuasaan mereka
dengan manajemen nyeri yang dilakukan oleh dokter dan perawat SPMQ ini terdiri
dari lima timbangan : 1) Sangat tidak puas, 2) Tidak puas 3) Sedikit puas 4) Puas 5)
Sangat puas.penafsiran didasarkan pada nilai rata rata Penafsiran didasarkan pada
nilai rata-rata dan dikategorikan menjadi lima tingkat. Semakin tinggi skor maka
Berupa metode untuk menentukan persepsi pasien atas intensitas nyeri yang
dirasakannya. Pasien akan menemukan nilai nyeri yang dirasakan pada skala
bilangan “0” Tidak ada rasa nyeri dan tidak menganggu “10” Nyeri sangat terburuk
yang pasien rasakan sangat menanganggu. (Robinson, & Lyndon , 2016). Nilai nyeri
dikatakan sebagai berikut 0=tidak nyeri, skor 1-3= skor nyeri ringan, 4-6=nyeri
sedang,skor 7-9=nyeri berat dan skor 10=nyeri sangat berat. Keandalan dari BPI
menunjukkan bahwa Intensitas nyeri Cronbach adalah 0,94 dan Cronbach's Alfa
4.6.1. Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan
kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai
validitas yang tinggi (Arikunto, 2010). Valid berarti intrumen tresebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono,2010). Uji validitas
instrumen ini telah di ajukan kepada dosen Departemen Medikal Bedah dengan hasil
validasi bernilai 1.
Uji validitas dilakukan dengan melihat nilai Corrected Item – Total Correlation,
sedangkan uji reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai crombachs Alpha masing-
masing instrumen.
Dalam uji validitas dengan menggunakan nilai Corrected Item – Total Correlation,
jika r hitung > r tabel dan nilai positif maka butir atau pertanyaan atau indikator
tersebut dinyatakan valid. Jika r hitung < r tabel maka butir atau pertanyaan atau
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 responden, sehingga nilai R
pertanyaan adalah sebesar 0,361 (R tabel pada n = 30 dan taraf signifikan 0,05). ),
sehingga seluruh item pertanyaan dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai
4.6.2 Reabilitas
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh
mana hasil pengukuran ini tetap asa,bila dilakukan penelitian dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama,dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmojo,
2012).
dinyatakan reliabel jika memiliki nilai crombac’s alpha > 0,6 (Ghozali, 2006).
Berikut ini adalah ahsil uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian yang akan
crombachs alpha sebesar 0,933, oleh karena nilai crombachs alpha telah melebih 0,6
bagian penelitian RSUP H. Adam Malik Medan. Setelah mendapat izin dari kepala
ruangan, peneliti akan menentukan calon responden yang sesuai dengan kriteria yang
peneliti menjelaskan kepada calon responden mengenai tujuan, manfaat, dan prosedur
persetujuan (informed consent) untuk ikut serta dalam penelitian yang akan
strategi manajemen nyeri, dan lembar intensitas nyeri. Peneliti meminta responden
untuk mengisi kuesioner data demografi, kuesioner strategi manajemen nyeri dan
lembar intensitas nyeri. Waktu yang diperlukan 15-20 menit, bila ada pernyataan
yang tidak jelas dapat langsung menjelaskan kepada responden dengan tidak
dan perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut serta memastikan bahwa semua
jawaban telah di isi sesuai petunjuk. Kedua coding, yaitu mengubah data berbentuk
kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan tertentu dengan memberi kode
komputer. Keempat cleaning, yaitu pengecekan ulang dan pembersihan data dari
komputerisasi.
Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Statistik univariat adalah suatu prosedur untuk menganalisa data dari suatu
variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian. Pada penelitian
ini analisa data dengan metode statistik univarat akan digunakan untuk menganalisa
data variabel independen dan variabel dependen serta data demografi meliputi usia,
jenis kelamin, pendidikan terakhir, status pernikahan, pekerjaan, diagnosa medis, dan
Data demografi dalam analisis ini akan menghasilkan distribusi frekuensi dan
persentase dari tiap variabel. Untuk data numerik digunakan nilai rata-rata (mean),
dengan strategi manajemen nyeri. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Uji korelasi Product Moment Pearson (Pearson’s). Uji chi esquare test ini
digunakan jika mememenuhi syarat yaitu, data terdistribusi normal. Jika ditemukan
data tidak terdistribusi normal maka diupayakan data menjadi normal, jika tetap
menggunakan Spearman (Dahlan, 2008). Uji chi esquare test digunakan untuk
mengetahui hubungan antara variable strategi manajemen nyeri dan intensitas nyeri.
BAB V
Pada bab ini menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai
hubungan intensita nyeri dengan trategi manajemen nyeri pada pasien post operasi
ORIF RSUP H. Adam Malik Medan. Pengumpulan data dilakukan terhadap 30 orang
responden yaitu pasien Post operasi ORIF di ruang rawat inap Rindu B RSUP H.
Adam Malik Medan pada tanggal 31 Juni 2018 sampai tanggal 1 Juli 2018.
responden, strategi manajemen nyeri, intensitas nyeri, dan hubungan intensitas nyeri
dengan strategi manajemen nyeri pada penderita post operasi ORIF di RSUP H.
Karakteristik Responden F %
Umur
12-16 tahun 3 10,0
17-25 tahun 5 16.7
26-35 tahun 10 33,3
36-45 tahun 5 16,7
46-55 tahun 4 13,3
56-65 tahun 3 10,0
Jenis kelamin
Laki-laki 20 66,7
Perempuan 10 33,3
Agama
Islam 24 80,0
Hindu 1 3,3
Katolik 3 10,0
Lain lain( kristen) 2 6,7
Pendidikan terakhir
SMP 10 33,3
SMA 8 26,7
D3 4 13,3
S1 8 26,7
Pekerjaan
Pegawai swasta 2 6,7
Pegawai negeri 1 3,3
Wiraswasta 14 46,7
Tidak bekerja 3 10,0
Lain-lain 10 33,3
Status Pernikahan
Belum menikah 8 26,7
Menikah 22 73,3
Penelitian ini menunjukkan strategi manajemen nyeri dengan rata rata skor strategi
manajemen nyeri 2,97 (SD=0,183). Nilai mean, standar deviasi, min dan max strategi
Medan (n=30)
manajemen
nyeri
Tabel 5.1.3 Distribusi frekuensi dan persentase strategi manajemen nyeri pada
nyeri berat dengan nilai rata-rata skor intensitas nyeri 2,73 (SD=0,450). Nilai
mean, standar deviasi, min dan max intensitas nyeri pada penderita kanker dapat
Tabel 5.4 Intensitas nyeri pada pasien fraktur post operasi ORIF di RSUP H.
Adam Malik
mengalami nyeri berat yaitu 22 (73,3%) dan nyeri sedang 8 ( 26,7%). Distribusi
frekuensi dan persentase intensitas nyeri dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase intensitas nyeri pada pasien fraktur
Intensitas Nyeri f %
5.1.4 Hubungan intensitas nyeri dengan strategi manajemen nyeri pada pasien
strategi manajemen nyeri dengan intensitas nyeri, terlebih dahulu dilakukan uji
Berdasarkan hasil uji, didapat bahwa variabel strategi manajemen nyeri tidak
Dengan hasil ini, maka uji yang dilakukan untuk menganalisa kedua variabel
intensitas nyeri pada pasien post operasi ORIF di RSUP H. Adam Malik Medan
dengan nilai p=0,556 dan hasil kekuatan korelasi -0,112 yang artinya terdapat
arah hubungan negatif (-) dengan interpretasi yang sangat lemah antara strategi
manajemen nyeri dengan intensitas nyeri. Ini berarti bahwa pasien dengan tingkat
strategi manajemen nyeri sedang menunjukkan intensitas nyeri yang ringan dan
sebaliknya apabila tingkat strategi manajemen nyeri kurang maka intensitas nyeri
semakin berat. Hubungan strategi manajemen nyeri dengan intensitas nyeri pada
Tabel 5.6 Hubungan strategi manajemen nyeri dengan intensitas nyeri pada pasien
Variabel Korelasi
Nyeri
5.1.4 Hubungan Intensitas nyeri dengan strategi manajemen nyeri oleh pasien,
dengan strategi manajemen nyeri yang dilakukan oleh pasien, dokter dan perawat
Berdasarkan hasil uji korelasi di atas, diperoleh bebrapa hasil sebagai berikut :
Nilai signifikan korelasi antara intensitas nyeri dan strategi manajemen nyeri
oleh pasien adalah sebesar 0,041 dengan koefisien korelasi sebesar 0,375.
Oleh karena nilai signifikan yang diperoleh < 0,05 maka disimpulkan bahwa
Nilai signifikan korelasi antara intensitas nyeri dan strategi manajemen nyeri
oleh dokter adalah sebesar 0,014 dengan koefisien korelasi sebesar 0,445.
Oleh karena nilai signifikan yang diperoleh < 0,05 maka disimpulkan bahwa
Nilai signifikan korelasi antara intensitas nyeri dan strategi manajemen nyeri
oleh perawat adalah sebesar 0,003 dengan koefisien korelasi sebesar 0,517.
Oleh karena nilai signifikan yang diperoleh < 0,05 maka disimpulkan bahwa
5.2 Pembahasan
Manajemen nyeri dan hubungan antara strategi manajemen nyeri pada penderita
bahwa strategi manajemen nyeri pada pasien fraktur di RSUP H. Adam Malik
posisi tubuh, membelai atau mengusap bagian tubuh atau massage. Hal ini sejalan
dengan penelitian terdapat berbagai tindakan yang dilakukan untuk mengurangi rasa
seperti, berdoa, relaksasi, distraksi, dan massage, pada kasus nyeri sampai berat
tindakan non farmakologis menjadi suatu pelengkap yang efektif untuk mengatasi
Hal ini dapat terjadi dikarenakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi,
salah satunya adalah usia (LeMone, 2016). Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan bahwa mayoritas usia responden berada pada kelompok usia 26-35 tahun
yaitu 10 (33,3%). Menurut Black, joyce M & jane hokanson hawks (2014)
menjelaskan bahwa usia dapat mengubah persepsi nyeri dan pengalaman nyeri
terdapat beberapa variasi dalam batas nyeri yang dikaitkan dengan kronologis usia,
individu dewasa tidak melaporkan adanya nyeri karena takut bahwa hal tersebut
mengindikasikan diagnosis yang buruk, nyeri juga dapat berarti kelemahan kegagalan
menjelaskan bahwa rentang usia tersebut termasuk ke dalam masa dewasa madya.
Dimana pada usia tersebut seseorang telah memiliki pengalaman. Pengalaman dapat
Mayoritas responden pada penelitian ini berjenis kelamin laki laki yaitu 20
orang (66,7%) Menurut Black (2014) jenis kelamin merupakan faktor signifikan
dalam meresponden nyeri, pria lebih jarang merespon nyeri dibanding wanita.
pengalaman dalam menangani nyeri yang dirasakan pasien. . Pengetahuan yang baik
Berdasarkan Status pernikahan, lebih dari dua pertiga responden yaitu 22 orang
(73,3%) sudah menikah. Kozier (2009) mengatakan orang yang memiliki individu
nyeri nonfarmakologik yang efektif untuk menurunkan intensitas nyeri adalah dengan
mengalihkan perhatian individu terhadap hal yang lain (Potter & Perry, 2006).
Interaksi dengan keluarga terdekat dapat mengalihkan perhatian pasien dari nyeri
Dari hasil penelitian yang didapat, mayoritas responden merasakan nyeri berat
dengan angka 7-9 dengan skor (73.3%). Sedangkan nyeri sedang responden
menggambarkan tingkat nyeri 4-6 dengan skor (26,7%). Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa skor rata-rata intensitas pada pada pasien fraktur post ORIF di
RSUP H. Adam Malik Medan sebesar 2.73 (SD= 0,450). Hal ini dikarenakan
berdasarkan jawaban responden bahwa nyeri yang dirasakan timbul akibat pengaruh
analgesik yang sudah hilang. Menurut Walsh dalam Harnawatiaj (2008) pada pasien
post operasi seringkali mengalami nyeri hebat meskipun tersedia obat-obat analgesik
yang efektif, namun nyeri pasca bedah tidak dapat diatasi dengan baik, sekitar 50%
Hampir semua pasien fraktur femur dilakukan tindakan pembedahan atau sering
dikenal dengan Open Reduction Internal Fixation (ORIF). Lama waktu pemulihan
pasien post operasi normalnya terjadi hanya dalam satu sampai dua jam (Pooter &
Perry, 2005). Menurut Mulyono (2008) pemulihan pasien post operasi membutuhkan
waktu rata-rata 72,45 menit, sehingga pasien akan merasakan nyeri yang hebat rata-
rata pada dua jam pertama sesudah operasi karena pengaruh obat anastesi sudah
dirasakan akibat dari pergerakan. Diagnosa yang mungkin timbul pada klien yang
kebutuhan hidup sehari hari), gangguan berjalan,resiko gangguan intekkritas kulit dan
cemas terhadap proses penyembuhan (Brinner & suddart, 2004; Dochterman. 2004;
doengoes. 2000)
5.2.3 Hubungan intensitas nyeri dengan strategi manjemen nyeri pada pasien fraktur
yang kuat antara intensitas nyeri dengan strategi manajemen nyeri. Arah korelasi
negatif r= -0.112 dengan p=0.556 artinya ketika pasien dengan strategi manajemen
nyeri yang baik akan menunjukkan intensitas nyeri yang ringan dan sebaliknya pasien
dengan strategi manajemen nyeri yang kurang akan menunjukkan intensitas nyeri
yang berat. Berdasarkan penelitian ini mayoritas responden memiliki nyeri berat.
Menurut Mulyono (2008) pemulihan pasien post operasi membutuhkan waktu rata-
rata 72,45 menit, sehingga pasien akan merasakan nyeri yang hebat rata-rata pada
dua jam pertama sesudah operasi karena pengaruh obat anastesi sudah hilang, dan
pasien sudah keluar dari kamar sadar. Untuk mengurangi rasa nyeri tersebut maka
distraksi, dan massage, pada kasus nyeri sampai berat tindakan non farmakologis
menjadi suatu pelengkap yang efektif untuk mengatasi nyeri (parasetyo, 2010).
BAB VI
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data, dapat diambil kesimpulan dan saran
mengenai hubungan intensitas nyeri dengan strategi manajemen nyeri pada pasien
6.1 Kesimpulan
strategi manajemen nyeri pada tingkat cukup, kemudian diikuti dengan manajemen
nyeri pada tingkat baik. Intensitas nyeri yang ditunjukan karasteristik responden
adalah nyeri berat. Untuk menentukan hubungan kedua variabel, diuji dengan
strategi manajemen nyeri dengan intensitas nyeri. Arah korelasi penelitian ini negatif
atau berlawanan arah dengan kekuatan korelasi yang kuat. Artinya individu yang
memiliki strategi manajemen nyeri yang baik memiliki intensitas nyeri yang berat,
dan sebaliknya, jika responden memiiki strategi manajemen nyeri yang cukup,
6.2 Saran
61
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
intensitas nyeri dengan trategi manajemen nyeri, Dari pasien sendiri strategi
manajemen nyeri yang tertinggi,yaitu menarik nafas dalam, berdoa, perubahan posisi.
Sedangkan dari dokter menunjukkan perhatian dan menanyakan tentang gejala rasa
sakit, dan dari perawat perawat yaitu menilai rasa sakit setelah memberikan obat
analgesik, dan yang nilai terendah yaitu berbicara dengan orang lain untuk
Dari penelitian ini Kuesioner yang digunakan oleh peneliti saat melakukan
penelitian ini dibuat berdasarkan instrument SPOMQ diakomodasi dari Prastika Deya
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2002). Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal.Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Ardinata, D. (2007). Multidimensional Nyeri. Jurnal Keperawatan Rufaidah, 2 (2),
77-81. Sumatera Utara: Jurnal Keperawatan Rufaidah.
Brunner & Suddart. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (ed.8) (vol. 1).
Jakarta: EGC.
Brunner & Suddart. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (ed.8) (vol. 3).
Jakarta: EGC.
Blck, JM. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk Hasil yang
Diharapkan. (Edisi 8). Singapore. Elseiver.
Berman, Audrey et al. (2009). Buku Ajar Praktik. Keperawatan Klinis Kozier & Erb,
EGC, Jakarta.
Dahlan, S.M. (2008). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Davis, M.P. (2003). Cancer Pain. The Cleveland Clinic Foundation. Diunduh 15
November 2016.
Potter, PA, Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik. Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa: Renata.
Komalasari.Jakarta: EGC.
Purba. C A. (2015). Pengendalian Nyeri (pain control) pada pasien kanker kronik di
RSUP H Adam Malik Medan. Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Price, Sylvia Anderson, 2005. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.
Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta: EGC.
Prasetyo, S. N. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Riduwan. (2010). Metode dan teknik menyusun tesis. Bandung : Alfabeta
Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa.
Yasmin asih. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Sulistyo Andarmoyo. 2013. Konsep & proses keperawatan nyeri, Jogjakarta : Ar-
Ruzzs
2017 2018
No. Uraian Kegiatan
Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust
Mengajukan judul penelitian dan
1.
penyusunan Bab 1
2. Menyusun Bab 2
3. Menyusun Bab 3
4. Menyusun Bab 4
Menyerahkan proposal penelitian
5.
6. Sidang proposal penelitian
7. Revisi proposal penelitian
8. Uji validasi instrument
9. Uji etik penelitian
10 Uji reliabilitas instrument
11 Analisis hasil ujian reliabilitas
Revisi instrumen berdasarkan hasil
12
uji
13 Pengumpulan data responden
14 Analisis data
15. Penyusunan laporan
16. Sidang akhir penelitian
17. Perbaikan laporan akhir
18. Penyusunan manuskrip
Penyerahan laporan dan manuskrip
19.
yang telah disetujui pembimbing
Medan, ……………….2018
Peneliti
(Albertina Butu)
NRM :
Nama :
Jenis Kelamian :
Lampiran 3. Tgl. Lahir :
Nama Subyek :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Setelah mendengarkan penjelasan pada halaman I dan 2 mengenai penelitian yang akan
dilakukan oleh :Albertina Butu dengan judul : Hubungan Intensitas nyeri dengan Strategi
Manajemen nyeri pada pasien fraktur post operasi ORIF DI RSUP H. Adam Malik
Medan . informasi tersebut sudah saya pahami dengan baik.
Dengan menandatangani formulir ini saya menyetujui untuk diikutsertakan dalam penelitian
di atas dengan sukarela tanpa paksaan dari pihak manapun. Apabila suatu waktu saya merasa
dirugikan dalam bentuk apapun, saya berhak membatalkan persetujuan ini.
------------------------------------------- ----------------------------------
---------
Tanda Tangan Subyek atau Cap jempol Tanggal
-------------------------------------------
Nama Subyek
------------------------------------------- ----------------------------------
---------
-------------------------------------------
Nama saksi/wali
NAMA PENELITI :
INSTANSI/DEPART. :
NO. HP :
Kode :
Petunjuk pengisian
1. Usia : Tahun
2. Jenis kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan
3. Agama : ( ) Islam ( ) Katolik
( ) Hindu ( ) Lain-lain
4. Pendidikan terakhir : ( ) Tidak sekolah ( ) SMA
( ) SD ( ) D3
( ) SMP ( ) Sarjana
5. Pekerjaan : ( ) Pegawaai Swasta ( ) TNI/POLRI
( ) Pegawai Negeri ( ) Tidak bekerja
( ) Wiraswasta ( ) Lain-lain
6. Status pernikahan : ( ) Belum menikah
( ) Menikah
7. Diagnosa Penyakit :
Berikut ini upaya yang saudara/I lakukan untuk mengurangi nyeri saat menjalani
nyeri berikan tanda check list ( ) Pada setiap tindakan yang yang saudara/I lakukan
pada kolom yang tersedia.
Berikut ini pertanyaan berhubungan dengan strategi manajemen nyeri yang dilakukan
oleh dokter.Berikan tanda check list ( ) Sesuai dengan tingkat kepuasaan saudara/I
terhadap upaya yang dilakukan oleh dokter saat saudara/I menjalani nyeri.
Sangat Sangat
Tidak Sedikit
N0 Perntanyaan tidak puas puas
puas puas
puas
1 Dokter menunjukkan perhatian
dan menanyakan tentang gejala
rasa sakit.
2 Dokter menilaihasil-hasilnya
setelah minum obat analgesik.
3 Dokter memberikan informasi
tentang rasa sakit yang
dirasakan.
4 Dokter memberikan semangat
dan menunjukkan pengertian
dan simpati.
5 Dokter memberikan penjelasan
untuk meringankan rasa cemas.
6 Dokter memberikan nasihat
tentang strategi alternatif untuk
mengurangi rasa sakit.
7 Dokter menganjurkan pasien
untuk meminta pengobatan jika
merasakan sakit.
8 Dokte rmemberikan resep
ketika rasa sakit terjadi.
Berikut ini pertanyaan berhubungan dengan strategi manajemen nyeri yang dilakukan
oleh perawat. Berikan tanda check list ( ) Sesuai dengan tingkat kepuasaan saudara/I
terhadap upaya yang dilakukan oleh perawat saat saudara/I menjalani nyeri.
Sangat
Perntanyaan Tidak Sedikit Sangat
N0 tidak Puas
puas puas puas
puas
1 Perawat menunjukkan perhatian dan
menanyakan tentang gejala rasa sakit.
penilaian secara jujur dan objektif kemudian, Lingkarilah salah satu angka yang
menurut anda menggambarkan tingkat nyeri yang anda rasakan jika 0 dianggap
tidak ada Nyeri, Angka 1-3 Nyeri ringan, Angka 4-6 , Nyeri sedang, Angka 7-9
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Karakteristik Responden F %
Umur
12-16 tahun 3 10,0
17-25 tahun 5 16.7
26-35 tahun 10 33,3
36-45 tahun 5 16,7
46-55 tahun 4 13,3
56-65 tahun 3 10,0
Jenis kelamin
Laki-laki 20 66,7
Perempuan 10 33,3
Agama
Islam 24 80,0
Hindu 1 3,3
Katolik 3 10,0
Lain lain( kristen) 2 6,7
Pendidikan terakhir
SMP 10 33,3
SMA 8 26,7
D3 4 13,3
S1 8 26,7
Pekerjaan
Pegawai swasta 2 6,7
Pegawai negeri 1 3,3
Wiraswasta 14 46,7
Tidak bekerja 3 10,0
Lain-lain 10 33,3
Status Pernikahan
Belum menikah 8 26,7
Menikah 22 73,3
NIM : 141101070
2. Pelaksanaan Penelitian
Harga
Nama Jumlah Total
Satuan
No p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13p14 p15p16 p17 p18 p19 p20 p21 p22 p23 p24 p25 p26 p27 p28 p29 p30 p31
1 4 4 4 3 3 2 3 4 3 4 2 3 4 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 4 5 5 4 4 5
2 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4
3 4 4 4 3 2 3 3 4 3 4 3 2 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 4
4 4 4 1 4 3 2 3 4 3 4 2 3 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 5 4 5
5 3 3 1 3 2 3 3 3 3 3 2 3 5 5 4 4 4 4 4 3 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4
6 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 4 4 5
7 3 3 1 3 2 3 4 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 5 4 4
8 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 1 5 4 5 5 5 4 4 3 4 5 4 4 2 2 2 2 3 3 3
9 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4
10 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 5 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 5
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Cronbach's Alpha Items N of Items
.899 .901 31
Lampiran 9. Master data pasien fraktur post operasi ORIF di RSUP. H Adam Malik Medan
33 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
34 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2
35 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2
36 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
37 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
38 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 2
39 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
40 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
41 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2
42 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2
43 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2
44 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 2 1 2
45 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
46 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
47 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2
48 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2
49 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2
50 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1
51 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
52 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
53 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2
54 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2
55 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2
56 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2
57 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2
58 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
59 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2
60 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
61 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
62 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
63 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2
64 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
65 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2
66 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
67 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
68 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
69 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2
70 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2
71 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2
72 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
73 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1
74 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2
75 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1
76 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2
77 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
78 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
79 2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2
80 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2
81 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 2
82 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2
83 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2
84 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2
85 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
86 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2
87 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2
88 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
89 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
90 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2
91 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2
92 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 2 2
93 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1
94 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 2
95 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1
96 2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
97 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
98 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 2
99 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2
A. IDENTITAS
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Jeniskelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
agama
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
pend terakhir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
status
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
1. manajemennyeri perawat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p11
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p12
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
2. manajemendokter
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
3. manajemenperawat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
p11
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
manajemennyeripasien
N Valid 30
Missing 0
Mean 2.87
Median 3.00
Mode 3
Std. Deviation .346
Variance .120
Range 1
Minimum 2
Maximum 3
Sum 86
Statistics
manajemendokter
N Valid 30
Missing 0
Mean 2.97
Median 3.00
Mode 3
Std. Deviation .183
Variance .033
Range 1
Minimum 2
Maximum 3
Sum 89
Statistics
Manajemenperawat
N Valid 30
Missing 0
Mean 2.97
Median 3.00
Mode 3
Std. Deviation .183
Variance .033
Range 1
Minimum 2
Maximum 3
Sum 89
Statistics
strategimanajemennyeri
N Valid 30
Missing 0
Mean 2.97
Std. Error of Mean .033
Median 3.00
Mode 3
Std. Deviation .183
Variance .033
Range 1
Minimum 2
Maximum 3
Sum 89
strategimanajemennyeri
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
Intensitasnyeri
N Valid 30
Missing 0
Mean 2.73
Std. Error of Mean .082
Median 3.00
Mode 3
Std. Deviation .450
Variance .202
Range 1
Minimum 2
Maximum 3
Sum 82
Intensitasnyeri
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Coefficient
Coefficient
Coefficient
a. Listwise N = 30