Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. bahwa penulis telah
menyelesaikan Makalah Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan dengan
membahas mengenai Indikator Mutu.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah
ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga
kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan,
khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. i


Daftar Isi .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................. 2
C. Manfaat ............................................................................................... 2
BAB II ISI
A. Pengertian ............................................................................................ 3
B. Ukuran Indikator Mutu ........................................................................ 5
C. Indikator Mutu di Keperawatan ........................................................... 7
D. Definisi Kecemasan ............................................................................ 12
E. Faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan ................................... 13
F. Angka kecemasan ................................................................................ 15
G. Contoh Kasus Perhitungan Indikator Kecemasan ................................ 16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 18
B. Saran .................................................................................................... 18
Daftar Pustaka .................................................................................................. 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan manusia yang
amat penting untuk segera diwujudkan sebagai upaya peningkatan kualitas
hidup dalam masyarakat. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
Di tengah krisis multidimensi yang melanda di beberapa daerah, terdapat
banyak masalah terjadi yang membuat masyarakat kebingungan untuk
memajukan bangsa ini. Satu per satu masalah muncul, mulai dari bencana
alam sampai penyebaran wabah penyakit. Isu yang paling mengancam saat ini
adalah masalah kesehatan nasional. Masalah kesehatan nasional yang dihadapi
bangsa kita sekarang adalah penyebaran wabah penyakit, pelayanan kesehatan
yang buruk, serta kurangnya biaya pengadaan fasilitas kesehatan padahal
kesehatan nasional merupakan fondasi penting dalam memajukan bangsa ini
dari keterpurukan. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah sistem pelayanan
kesehatan Indonesia sudah memadai dalam menangani masalah kesehatan
Indonesia.
Salah satu tujuan dari pembangunan kesehatan di Indonesia adalah upaya
memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan. Pelayanan berkualitas ini harus
dapat dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan
swasta, sehingga diharapkan masyarakat akan lebih berminat untuk
memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan mulai dari tingkat puskesmas,
rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya. Rumah sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan masyarakat yang padat modal, padat teknologi
dan padat karya yang dalam pekerjaan sehari-harinya melibatkan sumber daya
manusia dengan berbagai keahlian. Jangkauan dan kualitas pelayanan
kesehatan sangat bergantung pada kapasitas dan kualitas tenaga di institusi
pelayanan kesehatan.

1
Kualitas pelayanan rumah sakit dapat diketahui dari penampilan
profesional personil rumah sakit, efisiensi dan efektivitas pelayanan serta
kepuasan pasien. Kepuasan pasien ditentukan oleh keseluruhan pelayanan
seperti pelayanan admisi, dokter, perawat, makanan, obat-obatan, sarana dan
peralatan, fasilitas dan lingkungan fisik rumah sakit. Untuk mengukur mutu
pelayanan kesehatan diperlukan suatu indikator tertentu yang perlu dipenuhi
oleh setiap institusi pelayanan kesehatan agar dapat menjalankan pelayanan
secara optimal.

B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas makalah ini bertujuan untuk mengetahui
indikator mutu pelayanan kesehatan khususnya kecemasan sehingga kita dapat
melakukan tindakan sesuai protap dan ketentuan yg berlaku.

C. Manfaat
Adapun manfaat penulisan dari makalah tentang indikator mutu pelayanan
kesehatan adalah:
1. Untuk mengetahui apa saja indikator pelayanan kesehatan yang ada di
institusi kesehatan terutama rumah sakit.
2. Dapat mengoptimalkan kinerja pelayan kesehatan.
3. Mengetahui aspek apa saja yang berhubungan dengan mutu pelayanan
kesehatan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. Pengertian Mutu
Mutu adalah keseluruhan karakteristik barang atau jasa yang
menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan konsumen,
baik kebutuhan yang dinyatakan maupun kebutuhan yang tersirat. Menurut
beberapa pakar, definisi terhadap mutu adalah sebagai berikut:
a. Mutu adalah “Fitness for Use”, atau kesesuaian dengan tujuan atau
manfaatnya (J.M.Juran).
b. Mutu adalah kesesuaian terhadap kebutuhan yang meliputi
availability, delivery, reliability, maintainability dan cost effectiveness
(Philip B. Crosby).
c. Mutu harus bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang dan
mendatang (Deming, 1982)
Dalam pelaksanaan konsep mutu, mutu dipengaruhi oleh beberapa
faktor-faktor yang fundamental yang dikenal dengan 9M, yakni men,
money, materials, machines and menchanization, modern information
methods, markets, management, motivation dan Mounting Product
Requirement.
Berdasarkan penelitian Zeithaml, Berry dan Parasuraman dimensi
mutu secara umum yang diterapkan pada perusahaan jasa dikelompokkan
menjadi:
a. Realibility (keandalan) yakni berkaitan dengan kemampuan
perusahaan untuk memberikan layanan yang akurat dan konsisten
dengan yang telah dijanjikan.
b. Responsiveness (daya tanggap) yaitu kesediaan dan kemampuan
karyawan untuk membantu pelanggan, merespon permintaan, dan
menyediakan pelayanan yang cepat dan tepat.

3
c. Assurance (jaminan) mencakup pengetahuan dan keramah-tamahan
karyawan dan kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan
dan keyakinan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya.
d. Empaty (empati); meliputi pemahaman pemberian perhatian secara
individual kepada pelanggan, kemudahan dalam melakukan
komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan dan masalah
pelanggan.
e. Tangible (berwujud); meliputi penampilan fisik dari fasilitas,
peralatan, karyawan dan alat-alat komunikasi.
Dimensi-dimensi mutu pelayanan harus diramu dengan baik,
meskipun hal itu tidak semudah yang dibayangkan. Dapat saja terjadi
kesenjangan antara organisasi dan pelanggan, karena perbedaan persepsi
mereka tentang wujud pelayanan

2. Mutu Pelayanan Kesehatan


Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
tingkat kepuasaan rata-rata dan penyelenggaraannya sesuai dengan standar
dan kode etik profesi. Menurut Kemenkes RI, mutu pelayanan kesehatan
meliputi kinerja yang menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan, tidak saja yang dapat menimbulkan kepuasan bagi pasien sesuai
dengan kepuasan rata-rata penduduk tetapi juga sesuai dengan standar dan
kode etik profesi yang telah ditetapkan. Adapun faktor-faktor yang
menentukan mutu pelayanan kesehatan adalah kelayakan, kesiapan,
kesinambungan, efektivitas, kemanjuran, efisiensi, penghormatan dan
perhatian, keamanan dan ketepatan waktu.
Pandangan terhadap mutu layanan kesehatan memiliki perspektif
yang berbeda bagi setiap komponen, perbedan tersebut dapat terlihat
sebagai berikut:
a. Perspektif Pasien, adalah layanan yang dapat memenuhi kebutuhan
yang dibutuhkan dan diselenggarakan dengan sopan, tepat waktu dan
tanggap.

4
b. Perspektif Pemberi Layanan Kesehatan (provider), adalah
ketersediaan peralatan, prosedur kerja, kebebasan profesi dalam setiap
melakukan layanan kesehatan sesuai dengan teknologi kesehatan
mutakhir dan bagaimana keluaran (outcome) atau hasil layanan
kesehatan itu.
c. Perspektif Penyandang Dana, adalah suatu layanan yang efisien dan
efektif.
d. Perspektif Pemilik Sarana Layanan Kesehatan, adalah layanan yang
menghasilkan pendapatan yang mampu menutupi biaya operasional
dan pemeliharaan dengan tarif pelayanan masih terjangkau.
e. Perspektif Administrator Layanan Kesehatan, adalah layanan yang
bermutu jika mampu menyusun prioritas dan dapat menyediakan apa
yang menjadi kebutuhan dan harapan pasien/masyarakat.

3. Indikator Mutu Pelayanan Kesehatan


Indikator adalah suatu perangkat yang dapat digunakan dalam
pemantauan suatu proses tertentu. Indikator dalam layanan kesehatan
adalah suatu ukuran penatalaksanaan pasien atau keluaran dari layanan
kesehatan Indikator dibuat untuk memantau bagian kritis dari layanan
kesehatan.
Indikator mutu adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk
mengukur terpenuhi atau tidaknya suatu standar yang telah ditetapkan.
Indikator mutu dibuat mengikuti dengan standar mutu yang telah
ditetapkan oleh suatu organisasi, termasuk organisasi pelayanan kesehatan.

B. Ukuran Indikator Mutu


Menurut Donabedian, pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur
dengan menggunakan tiga variabel:
1. Standar Input (struktur) yaitu segala sumber daya yang diperlukan untuk
melakukan pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas,
peralatan, bahan, teknologi, organisasi, informasi, dan lain-lain.
Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang

5
bermutu pula. Hubungan struktur dengan mutu pelayanan kesehatan
adalah dalam perencanaan dan penggerakan pelaksanaan pelayanan
kesehatan.
2. Standar Proses menentukan kegiatan apa yang harus dilakukan agar
standar pelayanan kesehatan dapat dicapai. Proses akan menjelaskan apa
yang dikerjakan, untuk siapa, siapa yang mengerjakan, kapan dan
bagaimana standar layanan kesehatan dapat dicapai.
3. Standar keluaran (Outcome) adalah hasil layanan kesehatan yang telah
dilaksanakan sesuai standar layanan kesehatan dan ini sangat penting.
Kriteria outcome yang umum digunakan antara lain :
a. Kepuasan pasien
b. Pengetahuan pasien
c. Fungsi pasien
d. Indikator kesembuhan, kematian, komplikas
Tabel 1
Ukuran Indikator Mutu

Struktur Proses Keluaran

 SDM  Anamnesis  Tingkat kepatuhan


 Perbekalan  Pemeriksaan meningkat
 Peralatan fisik  Tingkat kesembuhan
 Bahan  Pemeriksaan meningkat
 Fasilitas penunjang  Tingkat kematian
 Kebijaksana medis menurun
an  Peresepan  Tingkat kesakitan
 Standar obat menurun
 Merujuk  Tingkat kecacatan
pasien menurun
 Tingkat kepuasan
pasien meningkat

Untuk setiap standar pelayanan kesehatan dapat dibuat beberapa kriteria


atau indikator. Kelompok jaminan mutu pelayanan kesehatan harus memilih
indikator yang terbaik dan mudah digunakan untuk menunjukkan pencapaian
standar pelayanan kesehatan dan mudah digunakan.

6
C. Indikator Mutu di Keperawatan
1. Keselamatan pasien
Indikator ini meliputi pasien aman dari kejadian jatuh, dekubitus,
kesalahan pemberian obat dan cidera akibat restrain.
a. Dekubitus
Dekubitus adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
gangguan integritas kulit. Hal ini terjadi akibat tekanan, gesekan dan
atau kombinasi di daerah kulit dan jaringan di bawahnya. Komplikasi
dekubitus dibagi menjadi empat tingkat, yaitu :
1) Derajat I
Tekanan yang dapat diamati berkaitan dengan perubahan
keutuhan kulit yang merupakan indikator sebagai pembanding
daerah berkedakatan atau berseberangan pada tubuh meliputi
perubahan satu atau lebih yaitu suhu kulit dingin atau hangat,
konsistensi jaringan baik, sensasi nyeri, gatal, kemerahan serta luka
tampak sebagai kemerahan menetap pada pigmen kulit terang
sedangkan pada kulit yang gelap dekubitus terlihat berwarna
menetap merah, biru atau keunguan.
2) Derajat II
Sebagian ketebalan kulit hilang yang meliputi epidermis,
dermis atau keduanya. Luka permukaan dan secara klinis sebagai
suatu abrasi, blister atau lobang dangkal.
3) Derajat III
Hilangnya secara penuh ketebalan kulit meliputi kerusakan atau
nekrosis dari jaringan subkutan yang dapat meluas ke bagian
bawah tetapi tidak melewati fasia. Adanya luka secara klinis
sebagai lubang dalam dengan atau tanpa mengikis jaringan yang
ada di sebelahnya.
4) Derajat IV
Hilangnya secara penuh ketebalan kulit dengan kerusakan yang
luas, nekrosis jaringan atau kerusakan otot, tulang atau struktur
pendukung (seperti tendon atau kapsul sendi). Rongga dan saluran

7
sinus juga dapat dikaitkan dengan luka tekan derajat IV.
Perhitungan angka dekubitus adalah sebagai berikut :
Jumlah dekubitus
x 100%
Jumlah pasien beresiko terjadi dekubitus

b. Kesalahan dalam pemberian obat


Kesalahan dalam pemberian obat oleh perawat terjadi jika perawat
melakukan kesalahan dalam prinsip 6 benar dalam pemberian obat,
yaitu benar pasien, benar obat, benar waktu pemberian, benar dosis
obat, benar cara pemberian dan benar dokumentasi. Kejadian
kesalahan pengobatan pasien yang dirawat inap dapat mengakibatkan
keadaan fatal atau kematian. Kejadian nyaris cedera pada pasien.
Kejadian ini sebagai tanda bahwa adanya kekurangan dalam sistem
pengobatan pasien dan mengakibatkan kegagalan dalam keamanan
pasien. Perhitungan angka kesalahan pemberian obat adalah sebagai
berikut :
Jumlah kejadian tidak diharapkan dalam pemberian obat
x 100%
Jumlah pasien pada hari tersebut

c. Pasien jatuh
Pasien jatuh adalah peristiwa jatuhnya pasien dari tempat tidur ke
lantai atau tempat lainnya yang lebih rendah pada saat istirahat
maupun saat pasien terjaga yang tidak disebabkan oleh penyakit
stroke, epilepsy, seizure, bahaya karena terlalu banyak aktivitas.
Angka kejadian pasien jatuh adalah presentasi jumlah insidensi pasien
jatuh dari tempat tidur yang terjadi di sarana kesehatan pada periode
waktu tertentu setiap bulan. Perhitungan pasien jatuh adalah sebagai
berikut :
Jumlah pasien jatuh
x 100%
Jumlah pasien yang beresiko jatuh

8
d. Restrain
Restrain adalah alat bantu yang digunakan untuk mobilisasi,
terutama untuk pasien bingung atau disorientasi. Restrain hanya
digunakan bila metode lain sudah tidak efektif. Perhitungan restrain
adalah sebagai berikut :
Jumlah pasien dengan cidera akibat restrain
x 100%
Jumlah pasien yang dipasang restrain

2. Perawatan diri
Kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan dasar manusia
yang harus terpenuhi agar tidak timbul masalah lain sebagai akibat dari
tidak terpenuhinya kebutuhan kebersihan dan perawatan diri, misalnya
kulit, rasa tidak nyaman, infeksi saluran kemih dan lain-lain. Kebutuhan
kebersihan diri tidak selalu dapat dilakukan secara mandiri, penyebabnya
antara lain keadaan sakit. Sakit adalah keadaan abnormal dimana fungsi
fisik, emosional, intelektual, perkembangan, sosial atau spiritual menurun
atau berubah dibandingkan dengan keadaan individu sebelumnya. System
keperawatan adalah system yang membantu pasien memenuhi kebutuhan
kebersihan diri. Cara yang dilakukan perawat untuk membantu memenuhi
kebersihan diri pasien meliputi melakukan tindakan kebersihan diri untuk
pasien, membimbing pasien melakukan sebagian perawatan, memberikan
informasi dan sumber-sumber di komunitas, memberikan dukungan dan
anjuran, memberikan lingkungan yang kondusif dan mengajarkan pasien
yaitu berupa pengetahuan dan keterampilan. Perhitungan untuk perawatan
diri adalah sebagai berikut :

Jumlah pasien yang terpenuhi kebersihan dan merawat diri/bulan


x 100%
Jumlah pasien dirawat dengan ketergantungan total dan partial care

3. Kepuasan pasien
Tingginya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan
tercapai bila terpenuhinya kebutuhan pasien atau keluarga terhadap
pelayanan yang diharapkan. Pelayanan keperawatan sebagai pemberi jasa

9
pelayanan kesehatan sehingga kepuasan merupakan tujuan utama dalam
memberikan pelayanan yang berkualitas. Kepuasan merupakan bagian
yang penting dan hal tersebut akan terwujud bila ada komitmen,
presistensi dan determinasi mulai dari top manajer perawatan dan staf.
Tingkat kepuasan pasien berdasarkan skala dikaitkan dengan efisiensi,
efektivitas, biaya dan perilaku terdiri dari :
a. Kelengkapan dan ketepatan informasi
Informasi dinyatakan lengkap bila pasien diberikan informasi
tentang :
1) Orientasi berupa petugas, ruangan dan fasilitas
2) Hak dan kewajiban pasien
3) Validasi, klarifikasi, fasilitas penyakit dan pengobatan
4) Rencana tindakan keperawatan
b. Penurunan kecemasan
Menurunya tingkat kecemasan setelah dilakukan intervensi
keperawatan :
1) Dapat tidur
2) Tenang
3) Mampu beraktivitas sesuai kondisi
4) Mampu berkomunikasi
c. Perawat trampil professional
Perawat dalam melakukan praktik keperawatan :
1) perawat terampil
2) Cepat membuat keputusan
3) Bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan
4) Perawat mau memberikan penjelasan
5) Cepat tanggap
d. Pasien merasa nyaman
Suatu kondisi dimana pasien terpenuhi kebersihan diri dan bebas
dari rasa nyeri
e. Terhindar dari bahaya

10
Suatu kondisi dimana pasien terhindar daru bahaya seperti
dekubitus, kesalahan dari pemberian obat dan jatuh.
f. Privacy terjaga
Suatu keadaan dimana perawat dapat melakukan tindakan seperti
melindungi pasien dan menjaga kerahasiaan pasien.
g. Perawat ramah dan empati
Suatu keadaan dimana perawat peduli terhadap masalah pasien
serta memberikan pelayanan dengan penampilan menarik, selalu siap
menolong dan melayani pasien, mau mendengarkan keluhan pasien,
berkomunikasi dengan baik, sopan dan menghargai. Perhitungan untuk
kepuasan pasien adalah sebagai berikut :
Jumlah pasien yang menyatakan puas terhadap yankep
x 100%
Jumlah pasien yang dilakukan survey pada periode tertentu

4. Kecemasan
Cemas adalah perasaan was-was atau tidak nyaman seakan-akan
terjadi suatu yang dirasakan sebagai ancaman. Kejadian cemas dapat
mempengaruhi status kesehatan pasien karena dapat menyebabkan
ketidaknyamanan, bertambahnya hari rawat dana pasien dapat mencederai
diri, orang lain dan lingkungan. Angka kejadian pasien cemas adalah
presentasi jumah prevalensi pasien cemas yang dirawat di sarana
kesehatan selama periode waktu tertentu setiap bulan. Perhitungan angka
kecemasan adalah sebagai berikut:
Jumlah pasien cemas
x 100%
Jumlah pasien yang dirawat inap

5. Kenyamanan
Rasa nyaman adalah bebas dari rasa nyeri atau nyeri terkontrol. Nyeri
dapat disebabkan oleh satu atau lebih penyebab atau bahkan tidak
diketahui penyebabnya. Pentingnya memahami bahwa nyeri akan ada
ketika seseorang mengatakan nyeri itu dialaminya. Nyeri bisa
mempengaruhi system tubuh manusia, psikososial, ekonomi dan spiritual,

11
menyebabkan suatu kondisi bertambah parah. Perhitungan kenyamanan
adalah sebagai berikut :
Jumlah pasien dengan nyeri terkontrol
x 100%
Jumlah pasien yang terdokumentasi nyeri per periode waktu tertentu

6. Pengetahuan
Pengetahuan ini berkaitan dengan pengetahuan pasien tentang
penyakitnya dan discharge planning. Indikator ini menunjukkan
kemungkinan masalah dalam pemberian informasi pengetahuan kepada
pasien di ruang perawatan. Informasi yang diterima oleh pasien berkaitan
dengan kondisi dan perawatan yang diterimanya. Perhitungan pengetahuan
pasien adalah sebagai berikut :
Jumlah pasien yang kurang pengetahuan
x100%
Jumlah pasien yang dirawat dalam periode waktu tertentu

D. Definisi Kecemasan
Kecemasan (Anxiety) adalah keadaan suasana perasaan (mood) yang
ditandai oleh gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran
tentang masa depan (American Psychiatric Association, 1994, dalam Barlow,
2002).
Pada manusia, kecemasan bisa jadi berupa perasaan gelisah yang bersifat
subyektif, sejumlah perilaku (tampak khawatir dan gelisah, resah), atau respon
fisiologis yang bersumber di otak dan tercermin dalam bentuk denyut jantung
yang meningkat dan otot yang menekan.
Wiramihardja (2007), mendefinisikan kecemasan adalah suatu perasaan
yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan atau kehilangan
kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya.
Menurut Asmadi (2008), kecemasan merupakan gejolak emosi seseorang
yang berhubungan dengan sesuatu di luar dirinya dan mekanisme diri yang
digunakan dalam mengatasi permasalahan. Kecemasan adalah pengalaman
yang tidak menyenangkan. Keadaan suasana hati yang ditandai oleh afek
negatif dan gejala ketegangan jasmaniah dimana seseorang mengantisipasi
kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan dimasa yang akan datang

12
dengan perasaaan kawatir. Kecemasan juga bisa berkembang menjadi suatu
gangguan jika menimbulkan ketakutan yang hebat dan menetap pada individu
tersebut (Lubis, 2009). Kecemasan adalah pengalaman yang tidak
menyenangkan. Keadaan suasana hati yang ditandai oleh afek negatif dan
gejala ketegangan jasmaniah dimana seseorang mengantisipasi kemungkinan
datangnya bahaya atau kemalangan dimasa yang akan datang dengan
perasaaan kawatir. Kecemasan mungkin melibatkan perasaan, perilaku, dan
respon fisiologis (Eysenck, 1967, dalam Durand dan Barlow, 2006)
Kecemasan adalah tanggapan dari sebuah ancaman, nyata ataupun khayal.
Individu mengalami kecemasan karena adanya ketidakpastian dimasa
mendatang. Misalnya, seseorang yang menghadapi masalah penting dan
belum mendapat penyelesaian yang pasti. Kecemasan juga bisa berkembang
menjadi suatu gangguan jika menimbulkan ketakutan yang hebat dan menetap
pada individu tersebut (Lubis, 2009).

E. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan


Menurut Long (1996) kecemasan yang terjadi akan direspon secara
spesifik dan berbeda oleh setiap individu. Hal ini dipengaruhi oleh banyak
faktor yaitu:
1. Perkembangan Kepribadian (Personality Development)
Perkembangan kepribadian seseorang dimulai sejak usia bayi hingga 18
tahun dan tergantung dari pendidikan orang tua (psiko-eduktif) di rumah,
pendidikan di sekolah dan pengaruh sosialnya serta pengalaman-
pengalaman dalam kehidupannya. Seseorang menjadi pencemas terutama
akibat proses kata lain "Parental example" daripada "Parental genes”.
2. Maturasional
Tingkat maturasi individu akan mempengaruhi tingkat kecemasan. Pada
bayi tingkat kecemasan lebih disebabkan oleh perpisahan, lingkungan atau
orang yang tidak kenal dan perubahan hubungan dalam kelompok sebaya.
Kecemasan pada kelompok remaja lebih banyak disebabkan oleh
perkembangan seksual. Pada dewasa berhubungan dengan ancaman

13
konsep diri, sedangkan pada lansia kecemasan berhubungan dengan
kehilangan fungsi.
3. Tingkat Pengetahuan
Individu yang tingkat pengetahuannya lebih tinggi akan mempunyai
koping yang lebih adaptif terhadap kecemasan daripada individu yang
tingkat pengetahuannya lebih rendah.
4. Karakteristik Stimulus
Karakteristik yang terdiri dari:
a. Intensitas Strossor
Intensitas stimulus yang semakin besar maka semakin besar pula
kemungkinan respon yang nyata akan terjadi. Stimuluis hebat akan
menimbulkan lebih banyak respon yang nyata daripada stimulus yang
timbul secara perlahan. Stimulus yang timbulnya perlahan selalu
memberi waktu bagi seseorang untuk mengembangkan koping.
b. Lama Stressor
Stressor yang menetap dapat menghabiskan energi seseorang dan
akhirnya, akan melemahkan sumber koping yang ada.
c. Jumlah Stressor
Stressor yang ada akan lebih meningkatkan kecemasan pada individu
daripada stimulus yang lebih kecil.
d. Karakteristik Individu
Karakteristik individu terdiri dari :
1) Makna Stressor Bagi Individu
Makna, stressor bagi individu merupakan suatu faktor utama, yang
mempengaruhi respon stress. Stressor yang dipandang secara
negative mempunyai kemungkinan besar untuk meningkatkan
cemas.
2) Sumber yang dapat dimanfaatkan dan respon koping
Seseorang yang telah mempunyai ketrampilan dalam menggunakan
koping dapat memilih tindakan yang akan memudahkan adaptasi
stressor dimasa lampau akan mempunyai ketrampilan koping yang
lebih baik dan dapat menangani secara efektif bila krisis terjadi.

14
3) Status kesehatan Indidvidu
Jika status kesehatan buruk, energi yang digunakan untuk menangani
stimulus lingkungan kurang, akan dapat mempengaruhi respon
terhadap stressor. Khususnya nutrisi yang kurang akan menjadikan
seseorang mempunyai resiko yang tinggi berespon secara
maladaptive.

F. Angka Kecemasan

Topik Indikator Identifikasi kecemasan pasien

Rasional Kejadian cemas dapat mempengaruhi status kesehatan pasien


karena dapat menyebabkan ketidaknyamanan, bertambahnya
hari rawat dan pasien dapat mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.

Formula Angka Kejadian Cemas pada Ruang Rawat Umum =


Jumlah pasien cemas x 100%

Jumlah pasien yang dirawat

Angka Kejadian Cemas pada Ruang Rawat Psikiatri =


Jumlah pasien cemas 3 x 24 jam x 100%

Jumlah pasien yang dirawat dlm waktu 3x24 jam

Definisi Cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau tidak nyaman


operasional seakan-akan terjadi suatu yang dirasakan sebagai ancaman.

Angka Kejadian Pasien Cemas adalah presentasi jumlah


prevalensi pasien cemas (dari rata-rata identifikasi aspek:
materi pendidikan/penyuluhan kepada pasien yang
diberikan diulang/review oleh pasien, materi
pendidikan/penyuluhan direview kembali oleh perawat dan
dilakukan tanya jawab, informasi yang cukup diberikan
untuk mengurangi cemas) yang dirawat di sarana
kesehatan selama periode waktu tertentu setiap bulan.

Numerator Jumlah pasien cemas adalah total/jumlah pasien cemas


bedasarkan hasil identifikasi pasien cemas (dari rata-rata

15
(Pembilang) identifikasi aspek : materi pendidikan/ penyuluhan kepada
pasien yang diberikan diulang/review oleh pasien, materi
pendidikan/ penyuluhan direview kembali oleh perawat dan
dilakukan tanya jawab, informasi yang cukup diberikan untuk
mengurangi cemas) yang dirawat disarana kesehatan selama
waktu tertentu setiap bulan

Denumerator Jumlah pasien yang dirawat adalah total/ jumlah pasien


dirawat di sarana kesehatan selama periode waktu tertentu
setiap bulan.

G. Contoh Kasus perhitungan indikator kecemasan


1. Di rumah sakit Bunda terdapat pasien yang rawat inap sebanyak 30 orang,
dan yang merasa hawatir takut terjadi sesuatu terhadap kondisinya
sebanyak 5 orang, dan terdapat juga pasien yang merasa was-was
sebanyak 20 orang. Hitunglah indikator kecemasan:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑐𝑒𝑚𝑎𝑠
= 𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑎𝑝
25
= 𝑋 100%
30
= 0,83 𝑋 100%
= 83%

2. Pada saat rawat inap pasien sering mengalami rasa hawatir akan
kesehatannya, pasien yang hawatir sebanyak 37 orang dan jumlah rata-rata
dari pasien yang rawat inap sebanyak 50 orang. Hitung indikator
kecemasan:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑐𝑒𝑚𝑎𝑠
= 𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑎𝑝
37
= 50 x100%

= 0,74 𝑥100%
= 74 %

16
3. Salah satu rumah sakit memiliki kapasitas rawat inap sebanyak 70 Bed
kemudian yang terisi sebanyak 58 Bed, setiap pasien memiliki keluhan
masing-masing, 36 pasien mengeluh hawatir akan terjadi sesuatu terhadap
dirinya, dan 7 pasien hawatir karna sudah lebih dari 3 hari dirawat inap.
Hitung indikator kecemasan pasien:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑐𝑒𝑚𝑎𝑠
= 𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑎𝑝
43
= 𝑥 100%
58
= 0,86 𝑥 100%
= 86 %

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Indikator mutu adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk mengukur
terpenuhi atau tidaknya suatu standar yang telah ditetapkan. Indikator mutu
dibuat mengikuti dengan standar mutu yang telah ditetapkan oleh suatu
organisasi, termasuk organisasi pelayanan kesehatan. Macam-macam
indikator mutu terbagi menjadi 2, yaitu indikator persyaratan minimal yang
terdiri dari indikator masukan, indikator lingkungan dan indikator proses; dan
indikator penampilan minimal yang disebut juga dengan indikator keluaran.
Ukuran indikator mutu dapat dilihat dari 3 aspek yaitu, struktur, proses dan
keluarannya. Kriteria indikator mutu terdiri dari Achievable, Measurable,
Observable, Understandabe dan Reasonable. Indikator mutu di pelayanan
kesehatan seperti rumah sakit ataupun keperawatan memiliki kompleksitas
yang mengikuti bentuk pelayanan yang diberikannya.

B. Saran
1. Dibutuhkan analisis standar terlebih dahulu ketika menentukan indikator
apa yang akan digunakan.
2. Indikator mutu dapat dicapai jika terdapat sinergisitas tenaga kerjanya,
sehingga perlu ada analisis lebih lanjut.

18
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul. 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Pustaka Sinar
harapan.
Hadi, Irwan. 2016. Manajemen Keselamatan Pasien. Yogyakarta: Deepublish.
Jalal, Abdul. 2007. Hubungan Mutu Pelayanan Keperawatan dengan Kepuasan
Pasien di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/5/jtptunimus-gdl-s1-2008-abduljalal-
223-1-abstrak.pdf (diakses pada tanggal 6 Mei 2014 pukul 15.30).
Pohan, Imbalo S. 2006. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan : Dasar dasar
Pengertian dan Penerapan. Jakarta : ECG.

19

Anda mungkin juga menyukai