Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN LEUKIMIA DI RUANG IRNA IIIA


RSUD KOTA MATARAM
TAHUN 2020

(Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Tahap Profesi


Stase Keperawatan Anak)

Oleh :

LINDA ANANDA HUMAIRAH


NIM.042.STYJ.20

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PRODI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI
MATARAM
TA 2020-2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan anak dengan Leukimia di ruang IRNA
IIIA RSUD Kota Mataram tahun 2020

Nama : Linda Ananda Humairah

Asuhan keperawatan ini telah di setujui dan disahkan pada

Hari :

Tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
LEUKIMIA

I. KONSEP TEORI LEUKIMIA PADA ANAK


A. Definisi
Leukemia adalah penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum sum
tulang yang di tandai oleh proliferasi sel-sel yang abnormal dalam darah tepi
(Muthia dkk, 2012)
Leukemia limfositik akut (LLA) adalah proliferasi maligna limfoblas dalam
sumsung tulang yang disebabkan oleh sel inti tunggal yang dapat bersifat
sistematik (Smelrzer et sl, 2008).
Leukemia limfositik akut merupakan penyakit keganasan sel-sel darah yang
berasal dari sum-sum tulang dan ditandai dengan proliferasi maligna sel leukosit
immaturea, pada darah tapi terlihat adanya pertumbuhan sel-sel yang abnormal
(Friehlig et al, 2015). Sel leukosit dalam darah penderita leukemia berproliferasi
secara tidak teratur dan menyebabkan perubahan fungsi menjadi tidak normal
sehingga mengganggu fungsi sel normal lain (Permono, 2012).
B. Etiologi
Penyebab yang pasti untuk LLA ini belum diketahui, akan tetapi terdapat
faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu : (Sibuea,2009)
1. Faktor genetik : virus tertntu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen
(Tcell Leukimia-Lhympoma virus/HLTV)
2. Radiasi
3. Obat–obat imunosupresi, obat-obat kardiogenik seperti diet hylstilbestrol
4. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
5. Kelainan kromoson missal nya pada down sindrom leukemia biasanya
mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia
tidak diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran radiasi dan bahan kimia
tertentu (misalnya benzena) dan pemakain obat anti kanker, meningalkan
resoko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetic tertentu
(misalnya down sindrom dan sindrom fanconi), juga lebih peka terhadap
leukemia
C. Patofisiologi
Leukemia adalah jenis gangguan pada sistem hematopoitek yang terkait
dengan sum-sum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak terkendalinya
proliferasi dari leukemia dan prosedurnya. Sejumlah besar sel pertama
menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum tulang limfosit di
dalam limfenodi) dan menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut ke organ
yang lebih besar (splenomegaly, hepatomegaly). Proliferasi dari satu jenis sel
sering mengganggu produksi normal sel hematopetik lainya dan mengarah ke
pengembangan / pembelahan sel yang cepat dan ke sitopenia (Friehling et al,2015).
Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu
sehingga akan menimbulkan anemia dan trombositopenia, sistem retikuloendotelial
akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah
mengalami infeksi, manifestasi akan teanpak padagambar gagalnya bone marrow
dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolism,
depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada penurunan leukosit, eritrosit,
factor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan, dan adanya infiltrasi pada
eksra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, linfe, dan nyeri
persendian (Friehling et al, 2015)
Istilah HL-A (Human n Leucocyte Lotus-A) antigen terhadap jaringan telah
ditetapkan (WHO). Sistem HL-A individu ini diturunkan menurut hokum genetik,
sehingga adanya peranan faktor ras dan keluarga dalam etiologi leukemia tidak
dapat diabaikan. Prosesnya meliputi : normalnya tulang marrow diganti dengan
tumor yang malignan, imaturnya sel blast (David, 2015).
Sel-sel leukemia menyusup ke dalm sumsum tulang, mengganti unsur-unsur
sel yang normal. Akibatnya timbul anemia dan dihasilkan eritrosit dalam jumlah
yang tidak mencukupi. Timbulnya perdarahan akibat menurunya jumlah trombosit
yang bersirkulasi. Inflasi juga terjadi lebih sering karena berkurangnya jumlah
leukosit. Penyusupan sel-sel leukemia ke dalam semua orgna-organ vital
menimbulkan hepatomegaly, splenomegaly dan lomfadenopati. Timbul disfungsi
sum-sum tulang, menyebabkan turunya jumlah eritrosit, neutrophil dan trombosit.
Sel-sel leukemia menyusipi limfonodus, limfa, hati, tulang dan susunan saraf
pusat (David,2015).
Disemua tipe leukemia sel yang beproliferasi dapat menekan produksi dan elemen
di darah yang menyusup sumsum tulang dengan berlomba-lomba untuk
menghilangkan sel normal yang berfungsi sebagai nutrisi untuk metabolisme.
Tanda dan gejala dari leukemia merupakan hasil dari filtrasi sumsum tulang,
dengan 3 manifesatsi yaitu anemia dan penurunan RBC, infeksi dari neutropenia,
dan pendarahan karena produksi platelet yang menurun. Invasi sel leukemia yang
berangsur-angsur pada sumsum menimbulkan nyeri.
Ginjal, hati dan kelenjar limfe mengalami pembesaran dan akhirnya
fibrosis, leukemia juga berpengaruh pada SSP dimana terjadinya peningkatan
tekanan intra kranial sehingga menyebabkan nyeri pada kepala, latergi, papil
edema, penurunan kesadaran dan kaku kuduk (Friehling et al, 2015).
Gejala dan tanda aklinis yang paling umum muncul pada LLA yang paling sering
muncul adalah demam (60%) lesu dan mudah lelah (50%), pucat (40%),
manifestasi perdarahan (petekie, purpura) (48%), serta nyeri tulang (23%).
Hepatosplenomegali terjadi kebanyakan penderita tetapi umumnya tidak
menimbulkan keluhan. Pemeriksaan laboratorium menunjukan anemia,
trombositopenia dan neutropenia yang menggambarkan kegagalan sumsum tulang
dalam memproduksi sel-sel tersebut. Dapat juga terjadi eosinophilia relative
(Lanzkowsky, 2011).
D. Pathway
Faktor Endogen : Faktor Eksogen :
- Ras - Sinar X, Radioaktif
- Kelainan kromosom - Bahan kimia, hormon
- Herediter - Ifeksi

Profelasi lokal dari


sel Neoplastik dalam
sumsum tulang

Akut limfa blastik Kurang informasi


leukimia
MK

Kurang pengetahuan
Proliferasi sel darah
putih imatur

Imunosupresi pada Pansitopeni Kemoterapi


sumsum tulang
MK

Nyeri Eritropeni Lekopeni Asam Alopesia


Kronik lambung
Hb Agropulosi MK
tosis Mual Gangguan
Citra tubuh
Suplai O2 MK muntah
dalam darah Infeksi Resiko
MK meningkat infeksi
Pola Nafas Jaringan < O2 Trombositopeni
Tidak Efektif
Splenohep
Kelemahan atomegali Perdarahan

MK MK MK

Defisit Intoleransi Anoreksia, mual Risiko kekurangan


Perawatan Diri aktivitas muntah volume cairan
MK
Nutrisi kurang dari
Kebutuhan tubuh
Sumber : (Nanda, 2015, SDKI, 2016 & 2017)
E. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala awal leukemia dapat termasuk demam, anemia, perdarahan,
kelemahan, nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa pembengkakan. Purpura
merupakan hal yang umum serta hepar dan lien membesar. Jika terdapat
infiltrasi kedalam susunan saraf pusat dapat ditemukan tanda meningitis.
Cairan serebro spinal mengandung protein yang meningkatkan dan glukosa
yang menurun. Tampaknya juga terdapat beberapa hubungan antara leukemia
dan sindrom down (mongolisme) :
1. Pucat.
2. Malaise.
3. Keletihan (letargi).
4. Perdarahan gusi.
5. Mudah memar.
6. Petekia dan ekimosis.
7. Nyeri abdomen yang tidak jelas.
8. Berat badan turun.
9. Iritabilitas.
10. Muntah.
11. Sakit kepala (pusing).
F. Penatalaksanaan
Pengobatan pada anak dengan LLA tergantung pada gejala, umur, kromosom
dan tipe penyakit, pengobatan LLA yang utama adalah kemotrapi terdiri dari 6
fase yaitu:
1. Fase induksi
Terjadinya pengurangan secara lengkap dan pengurangan lebih 50% sel
leukemia pada sumsung tulang yang disebut dengan remisi.
2. Terapi profilatik
Berfungsi untuk mencegah sel leukemia masuk kedalam sistem saraf
pusat.
3. Terapi konsolidasi
Membasmi sisa sel leukemia di ikuti dengan terapi intensifikasi lanjutan
untuk mencegah resistensi sel leukemia.
4. Kemoterapi
Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak semua fase
di gunakan.
5. Radioterapi
Radiotrapi menggunakan sinar berenerfi tinggi untuk membunuh se-sel
leukemia
6. Transplantasi sum-sum tulang
Transplantasi sum-sum tulang dilakukan untuk mengganti sum-sum tulang
yang rusak karena dosis tinggi kemoterapi atau radiasi (penyinaran).
Selain itu transplantasi sum-sum tulang berguna untuk mengganti sel-sel
darah yang rusak karena kanker (NANDA, 2015).
G. Pemeriksaan penunjang
1. Darah tepi
Adanya pensitopenia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan
gambaran darah tepi monoton terdapat sel blast, yang merupakan gejala
patogenamik untuk leukemia.
2. Sum-sum tulang
Dari pemeriksaan sum-sum tulang akan ditemukan gambaran yang
monoton yaitu hanya terdiri dari sel lomfopoetik patologis sedangkan
sistem yang lain terdesak (apanila skunder).
3. Pemeriksaan lain : Biopsi Limpa.
Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000-200.000 / µl) tetapi dalam
bentuk sel blast / sel primitive (NANDA, 2015).
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujua untuk mengumpulkan informasi
atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenal masalah- masalah
kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental sosial dan
lingkungan (Dermawan, 2012:36).

1. Identitas
Leukemia limfosit akut sering terdapat pada anak-anak usia dibawah 15
tahun (85%), puncaknya berada pada usia 2-4 tahun. Rasio lebih sering
terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya pada anak dengan LLA mengeluh nyeri pada tulang-
tulang, mual muntah, tidak nafsu makan dan lemas.
b. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya mengalami demam yang naik turun, gusi berdarah, lemas
dan dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat karena belum mengetahui
tentang penyakit yang diderita.
c. Riwayat penyakit keluarga
Adakah keluarga yang pernah mengalami penyakit LLA karena
merupakan penyakit ginetik (keturunan)
d. Riwayat pada faktor-faktor pencetus
Seperti pada dosis besar, radiasi dan obat-obatan tertentu secara
kronis.
e. Manifestasi dari hasil pemeriksaan
Biasanya di tandai dengan pembesaran sum-sum tulang dengan sel-
sel leukemia yang selanjutnya menekan fungsi sum-sum tulang,
sehingga menyebabkan gejala seperti dibawah ini.
1) Anemia
Ditandai dengan penurunan berat badan, kelelahan, pucat,
malaise, kelemahan, dan anoreksia
2) Trombositopenia
Ditandai dengan perdarahan gusi, mudah memar, dan petekie.
3) Netropenia
Ditandai dengan demam tanpa adanya infeksi, berkeringat di
malam hari (Nursalam dkk, 2008:100).
3. Pemeriksaan fisik
Didapati adanya pembesaran dari kelenjar getah bening (limfadenopati),
pembesaran limpa (splenomegali), dan pembesaran hati (splenomegali),
dan pembesaran hati (hepatomegali). Pada pasien dengan LLA precursor
sel-T dapat ditemukan adanya dispnoe dan pembesaran vena kava karena
adanya supresi dari kelenjar getah bening di mediastinum yang mengalami
pembesaran . sekitar 5% kasus akan melibatkan sistem saraf pusat dan
dapat ditemukan adanya peningkatan tekanan intracranial (sakit kepala,
muntah, papil edema) atau paralisis saraf kranialis (terutama VI dan VII)
(Roganovic, 2013).
4. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk menegakkan diagnose, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium
yaitu:
a. Darah tepi : adanya pensitopenia, limfositosis yang kadang-kadang
menyebabkan gambaran darah tepi monoton terdapat sel belst, yang
merupakan gejala patogonomik untuk leukemia.
b. Sum-sum tulang : dari pemeriksaan sum-sum tulang akan ditemukan
gambaran yang monoton yaitu hanya terdiri dari sel lomfopoetik
sedangkan sistem yang lain terdesak (apanila skunder)
c. Pemeriksaan lain : biopsy limpa, kimia darah, cairan cerebrospinal dan
sitogenik.
B. Diagnosa
Diagnose keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon
individu, keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan / proses
kehidupan yang actual, potensial yang merupakan dasar untuk memilih
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab
perawat (Dermawan, 2012:58).
Masalah keperawatan yang muncul menurut (NANDA, 2015)
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan pengisian kapiler < 3
detik, akral teraba dingin, warna kulit pucat, nadi perifer menurun atau
tidak teraba.
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan proliferative gastrointestinal dan efek
toksik obat kemoterapi ditandai dengan berat badan menurun menimal
10% di bawah rentang ideal.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedara biologis (infiltrasi
leukosit jaringan sistematik) ditandai dengan tanpak meringis, gelisah,
frekuensi nadi meningkat, mengalami gangguan tidur, sulit tidur dan
proses berfikir terganggu.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan rasa nyaman (nyeri
dan prosedur pemeriksaan/tindakan kemoterapi) ditandai dengan
mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga dan mengeluh pola tidur
berubah.
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kontraktur, kerusakan
integritas struktur tulang, penurunan kekuatan otot (depresi sumsum
tulang) di tandai dengan kekuatan otot menurun, mengeluh sulit
mengerakan ekstermitas.
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampilan , dalam fungsi dan
peran
C. Intertvensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan N N
O I
C C
1 Diagnosa : Tujuan : 1.
Lakukan pengkajian nyeri secara
Nyeri Kronik berhubungan Setelah dilakukan komprehensif termasuk lokasi,
dengan Agen Injury Biologi. intervensi 3x 24 jam, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
diharapkan Nyeri Kronik dan faktor presipitasi.
DS : berkurang dan teratasi. 2.
Observasi reaksi nonverbal dari
1. Laporan secara verbal ketidaknyamanan.
Kriteria Hasil : 3.
Bantu pasien dan keluarga untuk
DO : 1. Mampu mengontrol mencari dan menemukan dukungan.
1. Posisi untuk menahan nyeri (tahu penyebab 4.
Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri. nyeri, mampu mempengaruhi nyeri seperti suhu
2. Tingkah laku berhati- menggunakan tehnik ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
hati. nonfarmakologi untuk 5.
Kurangi faktor presipitasi nyeri.
mengurangi nyeri, 6.
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
3. Gangguan tidur (mata
mencari bantuan). menentukan intervensi.
sayu, tampak capek,
sulit atau gerakan
2. Melaporkan bahwa 7.
Ajarkan tentang teknik non
kacau, menyeringai. nyeri berkurang dengan farmakologi: napas dala, relaksasi,
menggunakan distraksi, kompres hangat/ dingin.
4. Terfokus pada diri
manajemen nyeri. 8.
Berikan analgetik untuk mengurangi
sendiri.
3. Mampu mengenali nyeri nyeri:
5. Fokus (skala, intensitas,
menyempit (penurunan ……...
frekuensi dan tanda
persepsi waktu, nyeri). 9.
Tingkatkan istirahat.
kerusakan proses 4. Menyatakan rasa 10.
Berikan informasi tentang nyeri
berpikir, nyaman setelah nyeri seperti
penurunan interaksi berkurang. penyebab nyeri, berapa lama nyeri
dengan orang akan berkurang dan antisipasi
5. Tanda vital dalam
dan lingkungan).
rentang normal. ketidaknyamanan dari prosedur.
6. Tingkah laku
6. Tidak mengalami 11. Monitor vital
distraksi, contoh : gangguan tidur. sign sebelum dan
jalan-jalan, menemui sesudah pemberian
orang lain dan/atau analgesik pertama kali.
aktivitas, aktivitas
berulang-ulang).
7. Respon autonom
(seperti diaphoresis,
perubahan tekanan
darah, perubahan
nafas, nadi dan
dilatasi pupil).
8. Perubahan autonomic
dalam tonus otot
(mungkin dalam
rentang dari lemah ke
kaku).
9. Tingkah laku
ekspresif (contoh :
gelisah, merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh
kesah).
Perubahan dalam nafsu
makan dan minum.
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

2 Diagnosa : Tujuan : 1. Posisikan pasien untuk


Pola Nafas Tidak Efektif Setelah dilakukan intervensi memaksimalkan ventilasi.
beruhubungan dengan 3x 24 jam, diharapkan Pola
2. Auskultasi suara nafas, catat adanya
Kurangnya Suplai O2 Ke Nafas Kembali Efektif.
Jaringan Otak. suara tambahan.
Kriteria Hasil : 3. Monitor respirasi dan status O2.
DS : 1. Mendemonstrasikan 4. Pertahankan jalan nafas yang paten.
1. Dypnea. batuk efektif dan suara 5. Atur peralatan oksigenasi.
2. Nafas Pendek. nafas yang bersih, tidak 6. Monitor adanya kecemasan pasien
ada sianosis dan dyspneu terhadap oksigenasi.
DO : (mampu mengeluarkan 7. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
1. Penurunan sputum, mampu sesudah dan sebelum, selama, dan
tekanan inspirasi/ bernapas dengan mudah, setelah aktivitas.
ekspirasi. tidak ada pursed lips). 8. Monitor pola pernapasan abnormal.
2. Penurunan 2. Menunjukkan jalan nafas 9. Monitor suhu, warna, dan kelembapan
pertukaran udara per yang paten (klien tidak kulit.
menit. merasa tercekik, irama 10. Monitor sianosis perifer.
3. Menggunakan otot nafas, frekuensi
pernafasan tambahan. pernapasan dalam
4. Orthopnea. rentang normal, tidak
5. Pernafasan pursed-lip. ada suara nafas
6. Tahap abnormal).
ekspirasi berlangsung 3. Tanda-tanda vital dalam
sangat lama. rentang normal (tekanan
7. Penurunan kapasitas darah, nadi, pernafasan).
vital.
8. Respirasi < 11-
24x/menit.
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
3 Diagnosa : Tujuan : 1. Observasi adanya pembatasan
Intolenransi Aktivitas Setelah dilakukan intervensi klien dalam melakukan
berhubungan dengan 3x 24 jam, diharapkan pasien aktivitas.
Kelemahan. mampu beraktivitas dengan
normal. 2. Kaji adanya faktor yang
DS : menyebabkan kelelahan.
1. Melaporkan secara Kriteria Hasil : 3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang
verbal adanya kelelahan 1. Berpartisipasi dalam adekuat.
atau kelemahan. aktivitas fisik tanpa 4. Monitor pasien akan adanya kelelahan
2. Adanya Dyspnue atau disertai peningkatan fisik dan emosi secara berlebihan.
ketidaknyamanan saat tekanan darah, nadi, dan 5. Monitor respon kardiovaskuler terhadap
beraktivitas. RR. aktivitas (tacikardi, disritmia, sesak
2. Mampu melakukan nafas, diaporesis, pucat, perubahan
DO : aktivitas sehari-hari hemodinamik).
1. Respon abnormal dari (ADLS) secara mandiri. 6. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/
tekanan darah atau nadi 3. Keseimbangan aktivitas istirahat pasien.
terhadap aktifitas. dan istirahat. 7. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi
2. Perubahan ECG : medik dalam merencanakan program
aritmia, iskemia. terapi yang tepat.
8. Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan.
9. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan sosial.
10. Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan.
Bantu untuk mendapatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda krek.
12. Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai.
13. Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang.
14. Bantu pasien/ keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas.

15. Sediakan penguatan positif bagi yang


aktif beraktivitas.
16. Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan.
11. Monitor respon fisik, emosi, sosial,
dan spiritual.
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

4 Diagnosa : Tujuan : 1. Monitor kebutuhan Klien untuk alat-alat


Defisit Perawatan Diri Setelah dilakukan intervensi bantu untuk kebersihan diri, berpakaian,
berhubungan dengan 3x 24 jam, diharapkan Defisit berhias, yoileting, dan makan.
Kelemahan. Perawatan Diri pasien 2. Sediakan bantuan sampai Klien mampu
teratasi.
DS : secara utuh untuk melakukan self-care.
1. Laporan secara verbal. Kriteria Hasil : 3. Ajarkan Klien/ Keluarga untuk
1. Klien terbebas dari baun mendorong kemandirian, untuk
DO : badan. memberikan bantuan hanya jika pasien
1. Perhatikan Hign pasien. tidak mampu untuk melakukannya.
2. Menyatakan kenyamanan.
3. Dapat melakukan ADLS 4. Berikan aktivitas rutin sehari-hari sesuai
dengan bantuan. kemampuan.
5. Dorong Klien untuk melakukan
aktivitas sehari-hari yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki.
6. Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

5 Diagnosa : Tujuan : 1. Pertahankan teknik aseptif.


Resiko Infeksi Setelah dilakukan intervensi 2. Batasi pengunjung bila perlu.
berhubungan dengan 3x 24 jam, diharapkan Defisit
Pertahanan Sekunder Perawatn Diri pasien teratasi. 3. Cuci tangan setiap sebelum dan
Inadekuat (penurunan Hb). sesudah tindakan keperawatan.
Kriteria Hasil : 4. Gunakan baju, sarung tangan
Faktor-faktor resiko : 1. Klien bebas dari tanda sebagaialat pelindung.
1. Prosedur Infasif. dan gejala infeksi. 5. Ganti letak IV perifer dan diressing
2. Kerusakan jaringan dan 2. Menunjukkan sesuai dengan petunjuk umum.
peningkatan paparan kemampuan untuk 6. Gunakan kateter intermiten untuk
lingkungan. mencegah timbulnya menurunkan infeksi kandung kencing.
3. Malnutrisi. infeksi. 7. Tingkatkan intake nutrisi.
4. Peningkatan paparan 3. Jumlah leukosit dalam 8. Berikan terapi antibiotik.
lingkungan patogen. batas normal. 9. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
5. Imonusupresi. 4. Menunjukkan perilaku dan lokal.
6. Tidak hidup sehat.
10. Pertahankan teknik isolasi k/p.
5. Status imun,
adekuat pertahankan gastrointestinal, 11. Inspeksi kulit dan membran mukosa
sekunder genitouria dalam batas terhadap kemerahan, panas, drainase.
(penurunan Hb, normal. 12. Monitor adanya luka.
Leukopenia, penekanan 13. Dorong masukan cairan.
respon inflamasi).
7. Penyakit kronik. 14. Dorong istirahat.
8. Imunosupresi. 15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi.
9. Malnutrisi.
16. Kaji suhu badan pada pasien neutropenia
10. Pertahanan primer
setiap 4 jam
tidak adekuat
(kerusakan kulit,
trauma jaringan,
gangguan peristaltik).
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

6 Diagnosa : Tujuan : 1. Timbang popok/pembalut jika diperlukan.


Resiko Kurang Volume Setelah dilakukan intervensi 2. Pertahankan catatan intake dan output
Cairan berhubungan dengan 3x 24 jam, diharapkan
yang akurat.
Kehilangan Berlebihan Volume cairan terpenuhi.
(muntah, perdarahan, diare), 3. Monitor status hidrasi (kelembaban
penurunan pemasukan cairan Kriteria Hasil : membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
(mual, anoreksia). 1. Mempertahankan urine darah ortostatik
output sesuai dengan ), jika diperlukan.
Faktor Risiko :
usia dan BB, BJ urine 4. Monitor vital sign.
1. Kehilangan volume
cairan aktif. normal, HT normal. 5. Monitor masukan makanan / cairan dan
2. Kurang pengetahuan. 2. Tekanan darah, nadi, hitung intake kalori harian.
3. Penyimpangan yang suhu tubuh dalam batas 6. Kolaborasikan pemberian cairan IV.
mempengaruhi normal. 7. Monitor status nutrisi.
absorbs cairan. 3. Tidak ada tanda-tanda 8. Berikan cairan IV pada suhu ruangan.
4. Penyimpangan dehidrasi, Elastisitas 9. Dorong masukan oral.
yang turgor kulit baik, 10. Berikan penggantian nesogatrik sesuai
mempengaruhi
membran mukosa output.
akses cairan.
5. Penyimpangan lembab, tidak ada rasa 11. Dorong keluarga untuk
yang haus yang berlebihan. membantu pasien makan.
mempengaruhi 12. Tawarkan snack (jus buah, buah segar).
asupan cairan.
13. Kolaborasi dengan dokter.
6. Kehilangan bertebihan
melalui rute normal 14. Atur kemungkinan tranfusi.
(mis, diare). 15. Persiapan untuk tranfusi.
7. Usia lanjut.
8. Berat badan ekstrem.
9. Faktor yang
mempengaruhi
kebutuhan cairan
(mis, status
hipermetabolik).
10. Kegagalan
fungsi
regulator.
11. Kehilangan cairan
melalul rute
abnormal (mis, slang
menetap).
12. Agens farmasutikal
(mis., diuretik).
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

7 Diagnosa : Tujuan : 1. Kaji Intake dan Output Klien.


Nutrisi Kurang dari Setelah dilakukan intervensi 2. Tingkatkan intake makan melalui :
Kebutuhan berhubungan 3x 24 jam, diharapkan
dengan Anoreksia pemenuhan nutrisi klien a) Kurangi gangguan dari luar.
terpenuhi. b) Sajikan makanan dalam kondisi
DS : hangat.
1. Laporan adanya sedikit Kriteria Hasil : c) Selingi makan dengan minum.
aktivitas atau tidak ada 1. Pemenuhan nutrisi Klien d) Jaga kebersihan mulut Klien.
aktivitas. terpenuhi. e) Berikan makan sedikit tapi sering.
2. BB klien meningkat
DO : 3. Kolaborasi dengan ahli
3. IMT 18,5
1. BB 20 % di atas ideal gizi diet dan makanan
4. Tidak terjadi mual dan
untuk tinggi dan muntah. yang disukai bila ada.
kerangka tubuh ideal. 4. Kaji adanya alergi Klien terhadap
5. Nafsu makan klien
2. Konsentrasi meningkat. makanan.
intake makanan pada 6. Porsi makan Klien habis. 5. Memberikan makan sedikit tapi sering
menjelang malam. kepada Klien.
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

8 Diagnosa : Tujuan : 1. Kaji secara verbal dan non verbal respon


Gangguan Citra Tubuh Setelah dilakukan intervensi klien terhadap tubuhnya.
berhubungan dengan 3x 24 jam, diharapkan 2. Monitor frekuensi mengkritik dirinya.
Alopesia. Gangguan Citra Tubuh
teratasi. 3. Jelaskan tentang pengobatan,
Faktor Yang Berhubungan: perawatan, kemajuan dan
1) Biofisik, Kognitif. Kriteria Hasil : prognosis penyakit.
1) Body image positif. 4. Dorong klien mengungkapkan
2) Budaya, 2) Mampu mengidentifikasi perasaannya.
Tahap perkembangan. kekuatan personal. 5. Identifikasi arti pengurangan melalui
3) Penyakit, Cedera. 3) Mendiskripsikan secara pemakaian alat bantu.
4) Perseptual, faktual perubahan fungsi 6. Fasilitasi kontak dengan individu lain
Psikososial, Spiritual. tubuh. dalam kelompok kecil.
5) Pembedahan, Trauma. 4) Mempertahankan
6) Terapi penyakit. interaksi sosial.
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

9 Diagnosa : Tujuan : 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan


Kurang Pengetahuan Setelah dilakukan intervensi keluarga.
berhubungan dengan Kurang 3x 24 jam, diharapkan 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
Informasi. mengetahui tentang proses
bagaimana hal ini berhubungan dengan
penyakit.
Data Subjektif : anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
Menyatakan secara verbal Kriteria Hasil : yepat.
adanya masalah. 1. Pasien dan keluarga 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
menyatakan pemahaman muncul pada penyakit, dengan cara yang
Data Objektif : tepat.
tentang penyakit,
Ketidak akuratan mengikuti
instruksi, perilaku tidak kondisi, prognosis, dan 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara
sesuai. program pengobatan. yang tepat.
2. Pasien dan keluarga 5. Identifikasi kemungkinan penyebab,
mampu melaksanakan dengan cara yang tepat.
prosedur yang dijelaskan 6. Sediakan informasi pada pasien tentang
secara benar. kondisi, dengan cara yang tepat.
3. Pasien dan keluarga 7. Sediakan bagi keluarga informasi tentang
mampu menjelaskan kemajuan pasien dengan cara yang tepat.
kembali apa yang 8. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.
dijelaskan perawat/ tim 9. Dukung pasien untuk mengeksplorasi
kesehatan lainnya. atau mendapatkan second opinion dengan
cara yang tepat atau diindikasikan.
10. Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat.

D. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif daro rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun
dan ditunjukan pada nursing oders untuk membantu klien mencapai tujuan
yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi
koping. Terdapat 3 tahap dalam tindakan keperawatan, yaitu persiapan,
perencanaan, dan dokumentasi (Nursalam, 2009).
Kegiatan implementasi pada klien dengan leukimia adalah membantunya
mencapai kebutuhan dasar seperti :
1. Melakukan pengkajian keperawatan secara komprehensif untuk
mengidentifikasi masalah baru atau memantau status dan masalah yang ada
pada klien.
2. Melakukan penyuluhan untuk membantu klien memperoleh pengetahuan
baru mengenai kesehatan dan penyakit mereka sendiri atau penatalaksanaan
penyimpangan.
3. Membantu klien dalam membuat keputusan tentang perawatan
kesehatannya.
4. Berkonsultasi dan rujuk dengan tim kesehatan profesional lainnya agar
memperoleh arahan yang tepat dan benar.
5. Memberikan tindakan perawatan spesifik untuk menghilangkan,
mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan pada klien.
6. Membantu klien dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.
E. Evaluasi
Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnos keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaanya
sudah berhasil dicapai. Meskipun tahapp evaluasi diletakkan pada akhir proses
keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses
keperawatan (Dermawan, 2012).

1. Evaluasi Formatif
Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada
saat setelah dilakukan tindakan keperawatan. Ditulis pada catatan
perawatan, dilakukan setiap selesai melakukan tindakan keperawatan.
2. Evaluasi Sumatif SOAP
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan
sesuai waktu pada tujuan, ditulis pada catatan perkembangan.

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. (2015). Cancer in children.


Diperolehdarihttp://www.cancer.
org/cancer/cancerinchildren/detailedguide/cancer-in-children-cancer.

David, G., 2015. Acute lymphoblastic leukemia. The pharmacogenomics journal,


hlm.77–89

Damayanti, T K. (2016).Gambaran Strategi Koping Anak Dengan Leukemia


Limfostik Akut Dalam Menjalani Terapi Pengobatan.(Fakultas Kedokteran
Universits Udayana).

Dermawan, D. (2012). Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.

Friehling, E., Ritchey, K., David. G., &amp; Bleyer, A., 2015. Acute lymphoblastic
leukemia 20th ed. B. E. Kliegman MR, Stanton B, ed., Nelson Textbook of
Pediatrics, hlm. 2437-2442.

Kozier, (2011), fundamental keperawatan (konsep, proses, danpraktik), Jakarta:


EGC.

Nanda Nic-Noc. Edisi Revisi Jilid 2. Asuhan Keperawatan Keperawatan Praktis


(2015). Jogja : Media Action.

Nursalam; Susilaningrum, R. &amp; Utami, S. (2008). Asuhan Keperawtan Bayi dan


Anak (Untuk Perawatan dan Anak), Jakarta: SalembaMedika.

Permono B., &amp; Ugrasena IDG. Leukemia akut. 2012.Dalam : Permono B,


Sutaryo, Ugrasena IDG, Windiastuti E, Abdulsalam M, penyunting. Buku
Ajar Hemato-OnkologiAnak. Jakarta: IkatandokterAnak Indonesia. hlm. 236-
247.

Anda mungkin juga menyukai