Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)

A. KONSEP TEORI
1. DEFINISI
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari
2500 gram dibandingkan dengan berat badan seharusnya untuk masa gestasi
bayi < 37 minggu (Marmi dan Rahardjo, 2014). BBLR (kurang dari 2.500
gram)merupakan salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap
kematian perinatal dan neonatal. BBLR di bedakan dalam 2 katagori yaitu
BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 mingggu) atau BBLR
karena intrauterin retardation (IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi berat
bayi kurang untuk usianya (Dep Kes RI, 2010).
2. PATOFISIOLOGI
Ketika hamil tubuh membuat lebih banyak darah untuk berbagi
dengan bayinya. Tubuh mungkin memerlukan darah hingga 30% lebih banyak
dari pada ketika tidak hamil. Ketika tubuhmembutuhkan lebih banyak zat besi
di bandingkan dengan yang telah tersedia, maka dapat berpotensi terjadinya
anemia. Anemia selama kehamilan akibat peningkatan volume darah
merupakan anemia ringan. Anemia yang lebih berat dapat meningkatkan
resiko tinggi anemia pada bayi. Selain itu jika secara siknifikan terjadi anemia
selama 2 trimester pertama, maka beresiko lebih besar untuk memiliki bayi
baru lahir prematur atau berat badan lahir rendah. (Proverawati, 2011)
Dengan janin yang relative berat badannya rendah menyebabkan
morbitas dan kematian yang tinggi pengaruh infeksi hepatitis dalam
kehamilan bersumber dari ganguan fungsi hati dalam mengatur dan
metabolisme tubuh, sehingga aliran nutrisi ke janin dapat tergangu atau
berkurang oleh karena itu pengaruh infeksi hati terhadapat kehamilan dalam
bentuk keguguran atau persalinan prematur dan melahirkan Bayi BBLR
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelaianan faskuler yang
terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau permulaan
persaliana.
3. PATHWAY
4. KLASIFIKASI
Semua bayi yang lahir dengan berat badan sama atau kurang dari 2500 gram
di sebut bayi berat badan lahir redah BBLR ada beberapa klasifikasi dari
BBLR yaitu menurut (buku kedokteran ECG, 2002).
a. Bayi berat badan lahir sangat amat rendah, yaitu bayi yang lahir dengan
berat kurang dari 1000 gram.
b. Bayi berat badan lahir sangat rendah adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 1500 gram.
c. Bayi berat badan cukup rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan
1501-2500 gram.
5. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya BBLR secara umum yaitu bersifat multifaktorial,
sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan
namun penyebab ini terbanyak terjadinya BBLR yaitu kelahiran prematur,
semakin muda usia kehamilan maka semakin besar resiko jangka pendek dan
jangka panjang yang terjadi.
Berikut ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara
umum yaitu sebagai berikut.
a. Faktor genetik atau kromosom
1) Infeksi
2) Bahan toksik
3) Radiasi
4) Faktor nutrisi
5) Isufidiensi atau disfungsi plasenta
b. Faktor lain seperti merokok, peminum alkohol, bekerja berat masa hamil,
plasenta previa, kehamilan ganda, obat-obatan dan sebagainya. (Nuratif,
2015)
6. MANIFESTASI KLINIS
a. Sebelum bayi lahir
1) Pada anemnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus partus
prematures dan lahir mati
2) Pergerakan janin pertama lebih lambat, gerakan janin lebih lambat,
walaupun kehamilannya sudah agak lanjut
3) Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan
4) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut
seharusnya
5) Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion gravidarum atau
perdarahan antepartum
b. Setelah bayi lahir
1) Bayi dengan retradasi pertumbuhan intra uterin
2) Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
3) Bayi small for date sama dengan bayi retradasi pertumbuhan
intrauterine
4) Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuh
c. Tanda dan gejala
1) Berat badan kurang dari 2.500 gram
2) Panjang badan kuranga atau sama dengan 45 cm
3) Lingkar dada kuaranga atau sama dengan 30 cm
4) Lingkar kepala kuarang dari 33 cm
5) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6) Jaringan lemak bawah kulit sedikit
7) Tulang tengkorak lunak atau mudah bergerak
8) Menangis lemah
9) Kulit tipis, merah dan transparan
10) Tonus otot hipotonik
11) Letak kuping menurun
12) Ukuran kepala kecil
13) Masalah dalam pemberian makanan (reflek menelan dan menghisap
berkurang)
14) Anemia
15) Hiperbilirubinemia
16) Suhu tidak stabil (Kulit tipis dan transparan) (Nuratif, 2015)
7. KOMPLIKASI
a. Hipotermi
Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal dan
stabil yaitu: 36ºC–37 ºC segera setelah lahir bayi di hadapkan pada suhu
lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi
pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi selain itu, hipotermi dapat
terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan kesangupan
menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot
yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum
matangnya system saraf pengatur suhu tubuh tanda-tanda hipotermi adalah
menangis lemas, kurang aktif , malas minum, kulit teraba dingin, kulit
mengeras, kemerahan, frekuensi jantung<100x/menit nafas pelan, dalam,
suhu tubuh<35,5ºC
b. Hipoglikemi
Penyelidikan kadar gula darah darah pada 12 jam pertama
menunjukan bahwa hipoglikemi dapat pula terjadi sebanyak 50% pada
bayi premature. Glukosa, merupakan sumber utama energy selama masa
janin, kecepatan glukosa di ambil janin tergantung dari kadar gula darah
ibu karena terputusnya. Hubungan plasenta dengan janin menyebabkan
terhentinnya pemberian glukosa. Bayi aterm dapat kadar glukosa darah
50-60 mg/selama 72 jam pertama. Sedangkan bayi berat badan lahir
rendah dalam kadar 40mg/dL. Hal ini di sebabkan cadangan glikogen
yang belum mencukupi. Hipoglikemi bila kadar gula darah sama dengan
atau kurang dari 20 mg/dL
Tanda-tanda hipoglikemi adalah: gemetar atau tremor, sianosis,
apatis, kejang, tangisan lemas atau melengking kesulitan minum keringat
dingin.
c. Perdarahan intracranial
Perdarahan intracranial dapat terjadi karena trauma lahir. Matriks
germinal epidimal yang kaya pembuluh darah merupakan wilayah yang
sangat rentang terhadap selama minggu pertama kehidupan (Pantiawati,
2010)
Tanda klinis perdarahan intracranial adalah: kegagalan umum
untuk bergerak normal, reflex moro menurun atau tidak ada, tonus otot
menurun, letargi, pucat dan sianosis, apnea.
Menurut Kementrian Kesehatan RI,2011 lebih mudah meninggal
atau mengalami masalah kesehatan yang serius. Berat bayi dan masa
kehamilan menggambarkan resiko, semakin kecil berat bayi dan semakin
mudah masa kehamilan semakin besar resikonya.
d. Sindrom gawat napas
Kesukaran pernapasan pada bayi permatur dapat disebabkan
belum sempurnanya pembentukan membran hialin surfaktan paru yang
merupakan suatu zat yang dapat menurunkan tegangan dinding alveoli
paru. Pertumbuhan surfaktan paru mencapai maksimum pada minggu ke-
35 kehamilan.
Defisiensi surfaktan menyebabkan gangguan kemampuan paru
untuk mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan kembali kolaps setiap
akhir ekspirasi sehinggan untuk pernapasan berikutnya dibutuhkan
tekanan negative intratoraks yang lebih besar yang disertai usaha inspirasi
yang kuat. Tanda klinis sindrom gawat napas yaitu pernapasan cepat,
sianosis perioral, merintih waktu ekspirasi,retraksi substernal dan
intercostal.
Menurut Surani (2011) bayi lebih mudah meninggal atau
mengalami masalah kesehatan yang serius. Berat bayi dan masa
kehamilan menggambarkan risiko, semakin kecil berat bayi dan semakin
muda massa kehamilan semakin besar risikonya. Masalah-masalah BBLR
(Sulani, 2011) antara lain :
1) Asfiksia: BBLR bisa kurang, cukup atau lebih bulan, semuanya
berdampak pada proses adaptasi pernapasan waktu lahir sehingga
mengalami asfiksia lahir. BBLR membutuhkan kecepatan dan
keterampilan resusitasi.
2) Gangguan pernapasan : gangguan napas yang sering terjadi pada
BBLR kurang bulan adalah penyakit membrane hialin, sedangkan
pada BBLR lebih bulan adalah aspirasi mekonium. BBLR yang
mengalami gangguan napas harus segera dirujuk ke fasilitas rujukan
yang lebih tinggi.
3) Hipotermi terjadi karena hanya sedikit lemak tubuh dan sistem
pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang. Metode
kangguru dengan kontak kulit dengan PMK membantu BBLR tetap
hangat.
4) Hipoglikemi karena hanya sedikitnya penyimpanan energi pada bayi
baru lahir dengan BBLR. BBLR membutuhkan ASI sesegera mungkin
setelah lahir dan minum sangat sering (setiap 2 jam) pada minggu
pertama.
5) Masalah pemberian ASI karena ukuran tubuh BBLR kecil, kurang
energi, lemah, lambungnya kecil dan tidak dapat menghisap. BBLR
sering mendapatkan ASI dengan bantuanmembutuhkan pemberian
ASI dalam jumlah yang lebih sedikit tapi sering. BBLR dengan bisa
langsung menetek.
6) Infeksi karena system kekebalan tubuh BBLR belum matang.
Keluraga dan tenaga kesehatan yang merawat BBLR harus melakukan
tindakan pencegahan infeksi antara lain dengan mencuci tangan
dengan baik.
7) Ikterus (kadar bilirubin yang tinggi) karena fungsi hati belum matang.
BBLR menjadi kuning lebih awal dan lebih lama dari pada bayi yang
cukup beratnya.
8) Masalah perdarahan berhubungan dengan belum matangnya system
pembekuan darah saat lahir. Pemberian injeksi vitamin K1 dengan
dosis 1 mg intramuskuler segera sesudah lahir (dalam 6 jam pertama)
untuk semua bayi baru lahir dapat mencegah kejadian perdarahan ini.
Injeksi ini dilakukan di paha kiri
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemerikasaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterina serta
menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultra
sonografi
b. Memeriksa kadar gula darah dengan dektrostix atau laboratorium jika
hipoglikemia perlu diatasi
c. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya
9. PENATALAKSANAAN
Perawatan Bayi BBLR adalahMenurut Pudiastuti, (2011)
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara:
1) Membungkus bayi dengan selimut bayi yang tebal
2) Menidurkan bayi pada incubator
3) Menjaga suhu lingkungan
b. Memberikan nutrisi yang adekuat
c. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan untuk mencegah infeksi
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Pada pasien BBLR, angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada
bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia <20 tahun dan >35 tahun,
selain itu jarak kehamilan yang terlalu pendek (kurang dari 1 tahun) juga
mempengaruhi terjadinya BBLR (Depkes RI, 2010).
b. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama didapatkan setelah bayi lahir dengan berat badan sama
dengan atau kurang dari 2.500 gram, panjang badan sama dengan atau
kurang dari 46 cm.
2) Riwayat penyakit saat ini :
a) Ibu bayi datang ke RS dengan keluhan Sebelum lahir :
(1) Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan,
Pergerakan janin lambat
(2) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai yang
seharusnya.
b) Setelah lahir :
(a) Berat badan ≤ 2500 gram.
(b) Panjang kurang dari 45 cm.
(c) LD < 30 cm.
(d) LK < 33 cm.
(e) Pernafasan tidak teratur dapat terjadi apnea.
3) Riwayat penyakit yang pernah di derita ibu
a) Toksemia gravidarum
(1) Perdarahan antepartum
(2) Trauma fisik dan psikologis
(3) Nefritis akut
(4) Diabetes Mellitus
4) Riwayat Persalinan
a) Pre natal
(1) Komplikasi kehamilan (ibu menderita Toksemia gravidarum,
perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, nefritis
akut, Diabetes Mellitus)
(2) Riwayat penggunaan obat selama ibu hamil seperti pengguna
narkotika.
(3) Manifestasi klinis ibu :
(a) Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan,
(b) Pada anamneses sering dijumpai adanya riwayat abortus,
partus prematurus, dan lahir mati.
(c) Pergerakan janin lebih lambat
b) Riwayat Natal
Setelah bayi lahir kelainan fisik yang mungkin terlihat, nilai
APGAR pada 1-5 menit, 0-3 menunjukkan kegawatan yang parah,
4-6 kegawatan sedang, dan 7-10 normal, dan tanda-tanda lain
seperti :
(1) Berat badan ≤ 2500 gram
(2) Panjang kurang dari 45 cm.
(3) LD < 30 cm.
(4) LK < 33 cm.
(5) Umur kehamilan < 37 minggu.
(6) Kulit tipis, transparan, rambut lanungo banyak, lemak kurang.
(7) Otot hipotonik lemah.
(8) Pernafasan tidak teratur dapat terjadi apnea.
(9) Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut atau kaki fleksi-lurus.
(10) Tulang rawan daun telinga belum sempurna
pertumbuhannya, sehingga seolah-olah tidak teraba tulang
rawan.
(11) Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
(12) Alat kelamin pada laki-laki pigmentasi dan rugae pada
skrotum kurang. Testis belum turun ke dalam skrotum. Pada
bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora belum tertutup
oleh labia mayora.
(13) Fungsi syaraf belum matang menyebabkan reflek
menghisap, menelan dan batuk masih lemah.
(14) Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat
pertumbuhan otot dan jaringan lemat masih kurang.
5) Riwayat Nutrisi
a) Pemberian Asi
(1) Pertama kali disusui : sejak dilahirkan
(2) Cara pemberian : dengan menetek/disusui langsung
(3) Lama pemberian : sampai anak usia 2 tahun
b) Pemberian susu formula
(1) Alasan pemberian susu formula : karna pemberian asi sudah
cukup selama 2 tahun dan setelah itu di lanjutkan dengan susu
formula
(2) Jumlah pemberian : 2 gelas/hari atau kira-kira 400 ml
(3) Cara pemberian : dengan menggunakan gelas
6) Riwayat Psikososial
a) Tempat tinggal anak : anak tinggal dalam satu rumah
bersama ibu dan ayahnya kakak dan adik
b) Hubungan antar anggota keluarga : hubungan dengan
keluarga sangat baik
c) Pengasuh anak : anak diasuh oleh kedua orang tuanya
2. PEMENIKSAAN FISIK
a) Keadaan umum klien
Biasanya neonatus terlihat lemah.
b) Tanda-tanda vital
Suhu normal 36,5 – 37,5º C, frekuensi nadi normal 120 – 160x /menit,
frekuensi pernafasan sebaiknya dihitung 1 menit penuh. Normalnya 40 –
60x /menit.
c) B1 (breathing)
1) Inspeksi : pernafasan belum teratur dan sering terjadi apnea, bentuk
dada normal atau tidak, RR 40-60 x/menit,ada atau tidak adanya retrasi
otot bantu nafas,ada atau tidak adanya penggunaan otot bantu nafas,
pola nafas teratur
2) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, merasakan getaran vocal fremitus ada
atau tidak,teraba vocal premitus kanan dan kiri sama atau tidak
3) Auskultasi : adanya suara tambahan, dengkuran, wheezing atau tidak,
rhonchi atau tidak, normalnya vesikuler.
4) Perkusi : sonor atau pekak.
d) B2 (blood)
1) Inspeksi : Pembuluh darah kulit banyak terlihat, sianosis atau tidak.
2) Palpasi : nadi rata-rata 120-160 per menit pada bagian apical dengan
ritme teratur.
3) Perkusi : normal redup, ukuran dan bentuk jantung normal atau tidak.
4) Auskultasi : pada saat kelahiran, kebisingan jantung terdengar pada
seperempat bagian intercosta, yang menunjukkan aliran darah dari
kanan ke kiri karena hipertensi atau atelektasis paru. Adanya suara
tambahan gallop atau tidak, mur-mur atau tidak.
e) B3 (brain)
1) Inspeksi :Refleks dan gerakan pada tes neurologis tampak tidak
resisten gerak refleks hanya berkembang sebagian, menelan,
menghisap dan batuk sangat lemah atau tidak efektif. Otot hipotonik,
tungkai abduksi, sendi lulut dan kaki fleksi, lebih banyak tidur dari
pada terbangun,tingkat kesadaran kuantitatif composmetis yaitu
kesadaran penuh respon cukup terhadap stimulus yang diberikan,
samnolen kesadaran rendah tampak mengantuk dan tidak ada respon
terhadap rangsangan,delirium kesadaran menurun di serta disorientasi
dan salah persepsi terhadap rangsangan sensorik,sedangkan kualitatif
seperti koma yaitu tidak dapat bereaksi terhadap stimulus apapun.
2) Refleks moro : timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila
kepala tiba-tiba digerakkan
3) Refleks rooting : bayi menoleh ke arah benda yang menyentuh pipi
4) Refleks graphs : refleks genggaman telapak tangan dapat dilihat
dengan meletakkan pensil atau jari di telapak tangan bayi
5) Reflek suckling : terjadi ketika bayi yang baru lahir secara otomatis
menghisap benda yang ditempatkan di mulut mereka.
6) Reflek tonicneck : pada posisi terlentang, ekstremitas di sisi tubuh
dimana kepala menoleh mengalami ekstensi, sedangkan di sisi tubuh
lainnya fleksi
f) B4 (bladder)
1) Inspeksi : pada bayi laki-laki genetalia imatur biasanya testis regae
pada skrotum belum sempurna dan pada bayi perempuan labia minor
belum tertutup labia mayor.
g) B5 (Bowel)
1) Inspeksi : cavum oris, lidah untuk melihat ada tidaknya kelainan, ada
tidaknya penegangan abdomen, ada atau tidak anus. Pengeluaran
meconium biasanya terjadi pada waktu 12 jam
2) Palpasi : ada nyeri atau tidak, di kuadran mana
3) Auskultasi : imatur peristaltic.
4) Perkusi : jika dilambung, , kandung kemih berbunyi timpani. Jika pada
hati, pancreas ginjal berbunyi pekak.
h) B6 (bone)
1) Inspeksi :tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna,
lembut dan lunak, tulang tengkorak dan tulang rusuk lunak, gerakan
lemah dan aktif atau letargik,normal lingkar kepala 33-35 cm lebih
dari normal hidrosefalus kurag dari normal mikrosefalus,kuit tampak
tipis,jaringan lemak dibawah kulit tipis dan terdapat lanugo
2) Perkusi : reflek patella
3) Palpasi : ada nyeri tekan atau tidak, kaji kekuatan otot dengan
penentuan tingkat kekuatan otot dengan nilai kekuatan otot.
i) B7 Sistem Pengindraan
1) Mata:keadaan mata diliahat untuk mengetahui kesimetrisan,
konjungtiva, sclera dan reflek pengedip serta adanya kelenjar air mata
dan ada atautidak adanya kelainan bentuk bola mata,
2) Mulut:pada BBLR daya hisap lemah terutam pada hari-hari pertama,
telinga:terdapat serumen atau tidak adanya gangguan pendengaran
atau tidak,
3) Hidung:pemeriksaan hidung dilakukan untuk menilai adanya kelainan
bentuk hidung atau tidak,ada atau tidak adanya pupil dan cuping
hidung
j) B8 Sistem Endocrin
Pada BBLR akan mengalami hipoglikemia, karena cadangan glukosa
rendah.
k) Pemeriksaan Antropometri :
Panjang badan kurang dari 45 cm, berat badan kurang dari 2500 gram,
lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar lengan atas kurang dari 9 cm,
lingkar kepala fronto occipitalis kurang dari 12 cm, lingkar kepala
submetobregmatika kurang dari 9,5 cm. (Maryunani, 2013)
3. ANALISA DATA
Analisa data adalah kemampuan kognitif perawat dalam pengembangan daya
fikir dan penalaran yang dipengaruhi latar belakang ilmu dan pengetahuan,
pengalaman dan pengertian tentang subtansi ilmu keperawatan dan proses
penyakit. Fungsi analisa data dalah perawat yang menginterprestasi data yang
diperoleh oleh pasien atau dari sumber lain, sehingga data yang diperoleh
memiliki makna dan arti pengambilan keputusan untuk menentukan masalah
keperawatan dan kebutuhan klien. (Young Jabbar, 2014)
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas otot-otot
pernafasan dan penurunan ekspansi paru-paru.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan imaturitas reflek menghisap.
c. Diskontuinitas pemberian ASI berhubungan dengan prematuritas
d. Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan ketidakadekuatan
atau imatur aktivitas peristaltic.
e. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan kegagalan
mempertahankan suhu tubuh, penurunan jaringan lemak subkkutan.
f. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang
g. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
perawatan Bayi BBLR (NANDA Nic Noc, 2015)
5. INTERVENSI
a. Diagnosa keperawatan 1
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas otot-otot
pernafasan dan penurunan ekspansi paru-paru.
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan pola nafas neonatus kembali efektif.
2) Kriteria hasil :
a) Klien tidak ada sianosis dan dyspnea (mampu bernafas dengan
mudah)
b) Klien bernafas spontan
c) Tidak ada pernafasan cuping hidung
d) Tanda-tanda vital : RR 30 – 40 x/menit. Nadi : 140 - 160 x/menit
3) Intervensi keperawatan
a) Observasi frekuensi, kedalaman pernafa san dan ekspansi dada.
Catat upaya pernafasan, termasuk penggunaan otot bantu/pelebaran
nasal.
Rasional :kecepatan biasanya meningkat. Dipsnea dan terjadi
peningkatan kerja napas. Kedalaman pernapasan bervariasi
tergantung derajat gagal nafas. Ekspansi dada terbatas yang
berhubungan dengan atelektasis dan nyeri dada pleuritik
b) Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
Rasional : untuk memberikan posisi semi fowler dan memberikan
rasa nyaman serta memberi ruang untuk bernafas.
c) Berikan rangsangan taktil bila terjadi apnea. Perhatikan adanya
sianosis, bradikardi, hipoventilasi.
Rasional : agar dapat memberikan pertolongan secepat mungkin
dan mencegah adanya komplikasi lebih lanjut.
d) Kolaborasi pemberian oksigen sesuai indikasi
Rasional : untuk mencukupi kebutuhan oksigen dan mencegah
terjadinya apnea.
e) Berikan bantalan gulungan handuk pada pundak bayi
Rasional : membuka jalan nafas
b. Diagnosa keperawatan 2
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan imaturitas reflek menghisap.
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan.
2) Kriteria hasil :
a) Klien tidak menunjukan tanda-tanda adanya malnutrisi.
b) Menunjukkan peningkatan fungsi menelan.
c) Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan.
3) Intervensi keperawatan
a) Jelaskan pada keluarga pasien tentang kebutuhan nutrisi
Rasional :untuk memahami kebutuhan nutrisi bayi
b) Anjurkan kepada keluarga pasien untuk memberikan ASI Eksklusif
selama 6 bulan.
Rasional :untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi karena pada usia
0-6 bulan, nutrisi bayi hanya dari ASI atau susu formula.
c) Observasi BB pasien
Rasional : untuk mengetaui terjadinya peningkatan atau penurunan
BB pada pasien.
d) Observasi intake dan output nutrisi pasien
Rasional : untuk mengetahui kebutuhan nutrisi pasien.
e) Observasi reflek hisap bayi
Rasional :untuk mengetahui kemampuan hisap bayi.
f) Kolaborasi dengan tim gizi.
Rasional : proses penyembuhan.
c. Diagnosa keperawatan 3
Diskontuinitas pemberian ASI berhubungan dengan prematuritas
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan kebutuhan ASI terpenuhi.
2) Kriteria hasil :
a) Ibu klien mampu menyusui klien secara mandiri.
b) Tetap mempertahankan laktasi.
c) Mengetahui tanda-tanda penurunan suplai ASI
3) Intervensi
a) Posisikan bayi semi fowler
Rasional : memberikan posisi nyaman pada bayi selama proses
menyusui sedang berlangsung agar kebutuhan nutrisi pasien
terpenuhi.
b) Letakkan putting di atas lidah bayi.
Rasional : memberikan stimulus atau rangsangan terhadap bayi
untuk menyusui.
c) Monitor atau evaluasi reflek menelan sebelum memberikan susu.
Rasional : mencegah terjadinya tersedak ASI kepada bayi karena
reflek menelan belum sempurna.
d) Pantau berat badan bayi jika diperlukan.
Rasional : untuk mengetahui apakah ada pertambahan BB atau tidak
selama proses menyusui.
d. Diagnosa keperawatan 4
Disfungsi motilitas gastrointestinal b.d ketidakadekuatan / imatur aktivitas
peristaltic.
1) setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam peristaltic
usus dalam batas normal 15-30x /menit.
2) Kriteria hasil :
a) tidak ada distensi abdomen
b) tidak ada darah di feses, tidak diare, tidak ada muntah, tidak ada
kembung,
c) reflek menelan baik
3) Intervensi
a) Monitor bising usus
Rasional : untuk memantau peristaltic usus dalam batas normal
15-30x/menit atau tidak.
b) Monitor tanda – tanda vital
Rasional :untuk mengetahui kondisi umum pasien apakah dalam
batas normal atau tidak
c) Catat intake dan output secara akurat
Rasional : memantau pemberian ASI secukupnya dan mengurangi
dehidrasi atau kekurangan ASI
d) Jelaskan penyebab masalah
Rasional :agar pasien mengetahui penyebab terjadi masalah karena
fungsi pencernaan masih belum stabil.
e) Kolaborasi dengan ahli gizi jumlah kalori dan jumlah zat gizi yang
dibutuhkan
Rasional : mengurangi resiko kekurangan nutri dan mempercepat
proses penyembuhan,
e. Diagnosa keperawatan 5
Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kegagalan mempertahankan
suhu tubuh, penurunan jaringan lemak subkutan.
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan suhu badan normal 36,5-37,5° C
2) Kriteria hasil :
a) Klien tidak mengalami menggigil / hipotermi, dehidrasi adekuat.
b) Suhu badan normal 36,5 – 37,5
c) Akral hangat
d) Turgor < 2 detik
e) Kulit lembab
3) Intervensi
a) Observasi suhu. Periksa suhu rektal pada awalnya lalu selanjutnya
periksa suhu axila.
Rasional :memantau perkembangan suhu dan mencegah adanya
hipotermi.
b) Tempatkan bayi pada penghangat, isollete, incubator
Rasional : mencegah bayi hipotermi dan untuk mempertahankan
suhu tubuh agar tetap stabil.
c) Monitor adanya tanda-tanda hipotermia, missal : warna
kemerahan dan keringat dingin.
Rasional : mendeteksi adanya penurunan suhu tubuh.
d) Observasi adanya takipnea atau apnea, sianosis umum, kulit
belang, bradikardi, menangis buruk atau letargia. Evaluasi derajat
dan lokasi ikterik
Rasional : untuk memantau perkembangan sistem fungsional bayi
dan mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.
e) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
Rasional : proses penyembuhan.
f. Diagnosa keperawatan 6
Resiko infeksi b.d pertahanan imunologis yang kurang
1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam,
klien tidak mengalami infeksi
2) Kriteria hasil
a) Tidak ada tanda-tanda infeksi (tumor, dolor kalor, rubor dan
fungtio lease) pada tubuh klien, RR : 30 – 40 x/menit, Nadi : 140 –
160 x/menit, lekosit :
b) Jumlah leukosit dalam batas normal
3) Intervensi
a) Observasi adanya tanda-tanda infeksi
Rasional : mengetahui secara dini terjadinya infeksi.
b) Pisahkan bayi yang terkena infeksi dengan bayi yang tidak
mengalami infeksi.
Rasional : mencegah terjadinya infeksi nosocomial.
c) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien.
Rasional : meminimalkan pemajanan pada organisme infektif.
d) Bersihkan atau sterilkan alat yang digunakan klien.
Rasional : meminimalkan pasien terkena bakteri atau kuman yang
ada disekitar pasien.
e) Kolaborasi pemberian vitamin sesuai dengan instruksi.
Rasional : dapat membantu pembentukan dan meningkatkan daya
tahan tubuh.
f) Kolaborasi pemeriksaan laboratorium (leukosit)
Rasional : leukosit meningkat menunjukan terjadinya infeksi
g. Diagnosa keperawatan 7
Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengankurang informasi tentang
perawatan bayi BBLR
1) Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam,
klien mampu mengerti pentingnya ASI
2) Kriteria hasil
a) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis, dan program pengobatan
b) Pasien dan keluarga mampu melaksakan prosedur yang dijelaskan
secara benar
c) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
3) Intervensi
a) Bina hubungan saling percaya antara ibu klien
Rasional : Agar ibu klien kooperatif
b) Jelaskan tentang perawatan bayi BBLR
Rasional : Agar ibu klien mengerti manfaat dan pentingnya asi
serta berapa lama pemberian asi eksklusif
c) Ajarkan teknik perawatan bayi BBLR
Rasional : Agar asi berjalan dengan lancar
6. IMPLEMENTASI
Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa perintah dokter,
tindakan keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standart praktik.
American Nursing Associate (1973), undang-undang praktik keperawatan
Negara bagian dan kebijaksanaan institusi perawat kesehatan.
Tindakan keperawatan kolaboratif, diimplementasikan bila perawat
bekerja dengan anggota tim perawat kesehatan yang lain dalam membuat
keputusan bersama yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah klien.
Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap tindakan
keperawatan, dokumentasi merupakan pernyataan dari kejadian atau aktifitas
yang otentik dengan mempertahankan catatan-catatan yang
tertulis.Dokumentasi merupakan wahana untuk komunikasi dari salah satu
professional ke professional lainnya tentang status klien.Dokumentasi klien
memberikan bukti tindakan keperawatan mandiri dan kolaboratif yang
diimplementasikan oleh perawat (Rampengan T.H, 2007)
7. EVALUASI
Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya.Evaluasi keperawatan mengukur keberjasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi
kebutuhan klien.
Evaluasi diagnosa keperawatan Ketidakefektifan pola nafas b.d
imaturitas oto-otot pernafasan dan penurunan ekspansi paru-paru. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pola nafas bayi
kembali efektif. Klien mampu batuk dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspnea (mampu bernafas dengan mudah).
Evaluasi diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d imaturitas reflex menghisap. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan adanya peningkatan berat badan
sesuai tujuan. Klien tidak menunjukan adanya tanda-tanda malnutrisi, BB
naik, menunjukkan peningkatan fungsi pengecap dan menelan.
Evaluasi diagnosa keperawatan diskontuinitas pemberian ASI d.b
prematuritas. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan kebutuhan ASI terpenuhi. Ibu klien mampu menyusui secara
mandiri, tetap mempertahankan laktasi, mengetahui tanda-tanda penurunan
suplai ASI.
Evaluasi diagnosa keperawatan disfungsi motilitas gastrointestinal b.d
ketidakadekuatan / imatur aktivitas peristaltic. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam peristaltic usus dalam batas normal 15-30x
/menit. Tidak ada distensi abdomen, tidak ada darah di feses, tidak diare, tidak
muntah, nafsu makan meningkat.
Evaluasi diagnosa keperawatn resiko ketidakseimbangan suhu tubuh
b.d kegagalan mempertahankan suhu tubuh, penurunan jaringan lemak
subkutan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan suhu badan normal 36-37° C. klien tidak mengalami menggigil /
hipotermi, hidrasi adekuat.
Evaluasi diagnosa keperawatan resiko infeksi b.d pertahanan imunologis yang
kurang.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, klien tidak
mengalami infeksi. Tidak ada tanda-tanda infeksi (tumor, dolor kalor, rubor
dan fungtio laesa) pada tubuh klien, TTV dalam batas normal, lekosit normal,
klien tidak mengalami sepsis.
DAFTAR PUSTAKA

Atikah dan Cahyo, 2010. Ilmu kesehatan anak. EGC : Jakarta Askar, 2012. Tumbuh
Kembang Anak. EGC : Jakarta Christianti, 2012. Perkembangan Bayi dan
Anak. EGC : Jakarta

Depkes RI, 2009. Asuhan Keperawatan berdasarkan Medis & NANDA NIC NOC.
Jogjakarta. Media action.

Erlina, 2008.Cara Mencegah BBLR. EGC : Jakarta Frasser, 2009.Macam-macam


Reflek Bayi. EGC : Jakarta

Hidayat, 2008. Perkembangan Bayi dan Anak. EGC : Jakarta Harlimsyah, 2009.
Perkembangan Bayi dan Anak. EGC : Jakarta Huda danHardhi. 2013.
Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta Minarti, 2010. Perkembangan
Bayi dan Anak. EGC : Jakarta Manuaba, 2009. Pencegahan BBLR. EGC :
Jakarta

Maryunani, 2009. Perkembangan Bayi dan Anak. EGC : Jakarta Mitayani, 2009.
Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta

Nurarif, H.A dan Kusuma Hardi .Asuhan Keperawatan berdasarkan Medis &

Prawirohardjo, sarwono. 2009. Ilmu kebidanan .Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Profil
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, 2010.

Rampengan T.H, 2009. Asuhan Keperawatan berdasarkan Medis & NANDA NIC
NOC.EGC : Jakarta.

Riendravi, 2013.. Perkembangan Bayi dan Anak. EGC : Jakarta

Rio, 2014. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Diagnosa BBLR. Diakses pada
tanggal 16 Juni 2017 padapukul 17.00 WIB

Slamet, B. 2018. Golden Period Bayi BBLR hanya 1 jam, Jawa Pos, : Surabaya
Saifuddin, 2009. Asuhan Keperawatan berdasarkan medis. EGC : Jakarta
Satriana.2010. Perkembangan Bayi dan Anak.EGC : Jakarta.

Soetjiningsih. 2009. Tumbuh Kembang Anak. EGC : Jakarta.

Sulistyawati, 2014.Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan. EGC : Jakarta.


Sugeng, 2011. Penanganan BBLR. Diakses pada tanggal 15 Juli 2017 pukul 13.00
WIB.

Winkjosastro, 2009. Asuhan Keperawatan berdasarkan medis. EGC : Jakarta Wong


L.D. 2009. Buku ajar keperawatanneonatus.EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai