Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny.

M DENGAN DIAGNOSA
MEDIS “OSTEOARTRITIS” DI LINGKUNGAN BINTARO JAYA
KELURAHAN BINTARO KECAMATAN AMPENAN
KOTA MATARAM
TAHUN 2020

DISUSUN OLEH:
LINDA ANANDA HUMAIRAH
042STYJ20

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROFESI NERS
MATARAM
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Klien Ny. M dengan dengan
diagnosa medis “Osteo Artriris”Di Lingkungan Bintaro Jaya Kelurahan Bintaro
Kecamatan Ampenan Kota Mataram

Nama : Linda Ananda Humairah

Laporan ini telah di setujui dan disahkan pada


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( Sopian Khalid, Ners, M.Kes ) ( Ns. Juni Hanapi, S.Kep)


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunianya penulis dapat menyelesaikan laporan kelolaan dengan Judul Asuhan
Keperawatan Gerontik pada Ny.”M” dengan diagnosa medis “Osteoartritis” di
Lingkungan Bintaro Jaya Kelurahan Bintaro Kecamatan Ampenan Kota Mataram

Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan saran maupun kritik demi perbaikan laporan ini. Tak lupa
penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan laporan ini.

Mataram, November 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan
struktur dari sendi mengalami perubahan patologis, ditandai dengan kerusakan
tulang rawan (kartilago) hyaline sendi, meningkaNyya ketebalan serta sklerosis
dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya
kapsul sendi, timbulnya peradangan dan melemahnya otot-otot yang
menghubungkan sendi (Felson, 2008). Dimasyarakat, masih terus berkembang
mitos dan anggapan yang salah mengenai penyakit ini. Padahal mitos-mitos ini
menyesatkan bila dikaji dari sisi medis dan bisa merugikan pederita. Salah satu
mitos-mitos tersebut bahwa dengan sering mandi malam diusia muda memicu
rematik diusia tua. Faktanya sejauh ini belum ada bukti yag menguatkan hal
tersebut.
Prevalensi terjadinya penyakit ini adalah 1 % orang dewasa. Predominan pada
perempuan. Perempuan 3 kali lebih sering mederita Osteoartritis dibanding
dengan laki-laki. Penyakit ini meyerang semua eNyis, dengan insiden pada orang
berusia 18 tahun berkisar 0,1 % - 0,3 %. Sedangkan pada anak-anak dan remaja
yang berusia kurang dari 18 tahun 1 / 100.000 orang.
Pada tahun 2000, jumlah penderita Osteoartritis (OA) sekitar 120 orang.
Walaupun pravalensi peyakit rendah, tetapi penyakit ini sangat progresif dan
paling sering menyebabkan kecacatan. Di NTB sendiri, terjadi peningkatan kasus
osteoartritis menurut data Riskesdas tahun 2018, dimana data riskesdas tahun
2013 menunjukkan angka kejadian osteoporosis sebesar 0,9 %, meningkat
menjadi 1,8% pada tahun 2018.
2. TUJUAN PENULISAN
a. Tujuan Umum

Penulis dapat mengaplikasikan teori yang didapat diproses belajar


mengajar secara nyata kepada lansia dengan Osteoartritis (OA) dan secara
langsung memberikan asuhan keperawatan.

b. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu megidentifikasi tanda dan gejala Osteoartritis secara


langsung.

b. Penulis mampu melaksanakan proses keperawatan secara langsung, mulai


dari mengkaji, menganalisa data tersebut kemudian merumuskan diagnosa
keperawatannya. SelanjuNyya membuat rencana tindakan dan
melaksanakannya serta melakukan evaluasi terhadap tindakan
keperawatan yang diberikan kepada klien.

3. METODE PENELITIAN
Dalam mengumpulkan data untuk menyusun laporan ini, penulis
menggunakan beberapa pendekatan antara lain :
1. Observasi : Melakukan pengamatan terhadap klien dalam melakukan
kegiatan dan aktivitas.
2. Wawancara : Penulis mewancarai klien dan melakukan sesi Tanya jawab
serta menyesuaikan kemampuan klien dalam menjawab semua pertanyaan
yang di ajukan.
3. Studi Kasus : Penulis melakukan atau mempelajari kasus yang akan di
lakukan pengkajian.
4. Sumber Data :
 Primer : Yang di peroleh dari klien itu sendiri.
 Sekunder : Yang di peroleh dari orang terdekat, team kesehatan
lain, serta hasil pemeriksaan fisik
5. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memudahkan dalam penyusunan dan pemahaman dari Asuhan
Keperawatan ini, maka sistematika penulisan ini dapat di bagi dalam lima bab
yaitu:
a. Bab I : Merupakan bab pendahuluan meliputi : latar belakang
masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
b. Bab II : Berisi tinjauan teori yang meliputi : konsep dasar
(masalah utama) yang terdiri dari: pengertian, etiologi, manifestasi klinis,
patofisiolog. Penatalaksnanaan medis, dan konsep dasar asuhan keperawatan
yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
c. Bab III : Berisi tinjauan kasus yang meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,dan evaluasi.
d. Bab IV : Pembahasan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dimana semua yang
ada dalam pembahasan ini merupakan perbandingan antara dengan tinjauan
kasus.
e. Bab V : Berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan
Saran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Proses Menua (Ageing Proses)


1. Pengertian Proses Menua (Ageing Proses)

Menua merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan


kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nogroho, Wahyudi 2000).

Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alamiah.


Dimulai sejak lahir dan umunya dialami pada semua makhluk hidup. Pada
setiap individu memiliki kecepatan yang berbeda dalam proses menua.
Adakalanya orang yang belum tergolong lanjut usia tetapi kekurangan-
kekurangan yang menyolok (Nogroho, Wahyudi 2000).

2. Teori - teori Proses Menua


a. Teori Biologis

Teori biologis tentag penuaan dibagi menjadi teori itrinsik dan


ekstrinsik. Intrinsik berarti perubahan yang berkaitan dengan usia timbul
akibat penyebab di dalam sel sendiri, sedang teori ekstrinsik menjelaskan
bahwa perubahan yang terjadi di akibatkan pengaruh lingkungan. Teori
biologis dibagi dalam (Wahit Iqbal Mubarak, dkk 2006) :

1) Teori Genetic Clock


Teori ini mengatakan bahwa menua telah terprogram secara
genetik untuk spesies-spesies tertentu. Tiap spesies mempunyai di
dalam inti selnya suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu
replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan
replikasi tertentu. Jadi menurut teori ini bila jam kita berhenti kita
akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan
atau penyakit.

2) Teori Error Catastrophe (Teori Mutasi Somatik)

Menurut teori ini, menua disebabkan kesalahan beruntun dalam


jangka waktu yang lama dalam transkipsi dan translasi. Kesalahan
tersebut menyebakan terbentuknya enzim yang salah dan berakibat
metabolisme yang salah sehingga megurangi fungsional sel, walaupun
dalam batas-batas tertentu ksalahan dalam pembentukan RNA dapat
diperbaiki, namun kemampuan dalam memperbaiki diri terbatas pada
transkripsi yang tentu akan menyebabkan kesalahan sintesis protein
atau enzim yang dapat menimbulkan metabolit berbahaya, begitu juga
jika kesalahan terjadi pada translasi maka kesalahan juga akan
semakin banyak.

3) Teori Auto Immune


Teori menjelaskan bahwa dalam proses metabolisme tubuh,
suatu saat diproduksi zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang
tidak tahan terhadap zat tersebut sehngga jaringan tubuh menjadi
lemah dan sakit.

4) Teori Radikal Bebas


Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya
radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen
bahan-bahan organik seperti seperti karbohidrat dan protein. Radikal
ini menyebabkan sel-sel tidak beregenerasi. Di dalam tubuh bersiap
merusak, dapat dinetralkan dalam tubuh oleh enzim atau senyawa non
enzim contohnya vitamin C betakarotin, vitamin E.

5) Teori Pemakaian dan Rusak


Teori ini menjelaskan bahwa kelebihan usaha dan stres
menyebabkan sel-sel tubuh lelah (rusak)
6) Teori ”immunology slow virus”
Sistem imun menjadi kurang efektif dengan bertambahnya usia
dam masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan
organ tubuh.

7) Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yag biasa digunakan
tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel
tubuh lelah terpakai.

8) Teori Rantai Silang


Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan
ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan
kurang elastis, kekakuan dan hilangnya fungsi.

9) Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati.

b. Teori Kejiwaan Sosial


1) Aktivitas atau Kegiatan (activity theori)
a) Teori aktivitas, menurut Havighusrt dan Albrecht
1953 berpendapat bahwa sangat penting bagi individu usia lanjut
untuk tetap beraktivitas dan mencapai kepuasan hidup.
b) Ketentuan akan meingkaNyya pada penurunan
jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini meyatakan bahwa usia
lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan sosial.
c) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara
hidup dari lanjut usia.
d) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan
individu agar tetap stabil dari dari usia pertengahan ke lanjut usia.
2) Kepribadian berlanjut (continuity theori)
Dasar kehidupan atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut
usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut
usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.

3) Teori pembebasan (disengagement theori)


Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial
lansia menurun, baik secara kuantitas maupun kualitas sehingga sering
terjadi kehilangan ganda (Tripple Loss), yakni :
a) Kehilangan peran (Loos of role),
b) Hambatan kontak sosial (restraction of Contacts and
relation Ships),
c) Berkurangnya komitmen (to Social Mores and Values).

c. Teori Psikologi

Teori-teori psikologi dipengaruhi juga oleh biologi dan sosiologi salah


satu teori yang ada. Teori tugas perkembangan, menurut Hanghurst (1972)
setiap individu harus memperhatikan tugas perkembangan yang spesifik
pada tiap tahap kehidupan yang akan memberikan perasaan bahagia dan
sukses. Tugas perkembangan yang spesifik ini tergantung pada maturasi
fisik, pengharapan kultural dan masyarakat dan nilai serta aspirasi
individu.

B. Konsep Dasar (Masalah Utama)


1. Pegertian
Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi degeneratif, dimana
keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis, ditandai
dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hyaline sendi, meningkaNyya
ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada
tepian sendi, meregangnya kapsul sendi, timbulnya peradangan dan
melemahnya otot-otot yang menghubungkan sendi (Felson, 2008)
Osteoartritis (OA) Merupakan penyakit sendi degeneratif yang
berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi (Muttaqin A, 2008).
2. Etiologi

Penyebab yang mendasari tidak diketahui dengan pasti. Akan tetapi diduga
dapat berasal dari faktor genetik, faktor umur, jenis kelamin, dan kegemukan.

3. Manifestasi Klinis

1) Kedua tangan terasa kaku pada pagi hari, lebih dari setengah jam.
2) Tidak enak badan, kaku dan nyeri pada sendi, bengkak, semu merah
dan terasa hangat.
3) Mobilisasi sendi, spasme dan pemendekan otot, destruksi tulang dan
kartilago serta deformitas sendi.
4) Malaise, demam, penurunan berat badan

4. Patofisiologi

Reaksi factor dengan antibody, factor metabolic, inveksi


ecendrungan virus
Reaksi peradangan

Informasi tentang Synovial menebal Nyeri


proses penyakit

Kekurangan pengetahuan Deformitas sendi

Kerusakan kartilago &


tulang Infiltasi kedalam os subcondria

Tendon & ligament Hambatan nutrisi pada kartigo artikulasi


melemah
Kartilago hekrosis
Mudah luksasi &subluksasi
Erosi kartilago
Hilangnya kekuatan otot

Adhesi pada permukaan sendi


Kekakuan sendi
Ankilosis fibrosa ankilosis tulang

Resiko cidra
Terbatasnya gerakan
Gangguan sendi
istrahat tidur

Defisit perawatan diri

5. Pemeriksaan Diagnostik
Pada penderita osteoarthritis, dilakukan pemeriksaan radiologi pada
sendi yang terkena sudah cukup untuk memberikan suatu gambaran
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Faktor reumatoid : Positif pada 80% - 95% kasus
b. Fiksasi lateks : Positif pada 75% dari kasus-kasus
khas.
c. Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-
kasus khas.
d. LED :Umumnya meningkat pesat (80-100mm/h) Mungkin kembali
normal sewaktu gejala-gejala meningkat.
e. Protein C- relative : Positif selama masa eksaserbasi.
7. Penatalaksanaan Medis

Prinsip pengobatan reumatoid artritis adalah mengistirahatkan sendi


yang terkena. Obat - obat yang biasa digunakan, antara lain :

a. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (AINS)

Kelompok obat ini dapat mengurangi peradangan dengan menghalangi


produksi mediator peradangan. Yang paling banyak digunakan adalah
aspirin dan ibuprofen.

b. Obat Slow Acting

1) Senyawa emas
2) Penisilamin
3) Hidrioxi Kloroquin
4) Sulfozalazin

c. Kortikosteroid

Untuk pemakaian kortikosteroid, harus diperhatikan hal berikut:


1) Pemberian oral dilakukan pada kasus-kasus RA yang tidak berespon
terhadap AINS dan obat-obatan yang bekerja lambat.
2) Untuk mengatasi gejala-gejala penyakit yang terjadi selama menunggu
efek obat-obatan yang bekerja lambat.
3) Suntikan intra artikular dilakukan apabila pada eksaserbasi akut dari
sinovitas pada suatu sendi yang digerakkan menjadi sangat terganggu.
4) Pemberian dosis tinggi peroral untuk jangka panjang waktu pendek
untuk mengatasi serangan yang berat.

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Identitas : Nama, umur, jenis kelamin.
b. Bio- psiko- social- spiritual :
a. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri, rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama
pada pagi hari).

b. Aktivitas/istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk
denganStress pada sendi, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris
keletihan.

c. Kardiovaskuler
Gejala : fenomena rainoud dari tangan / kaki (misal : pucat,
intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum kembali
normal.

d. Makanan/cairan
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan / mengkonsumsi
makanan /cairan, anareksia.
Tanda : Penurunan perat badan, kekeringan pada membran mukosa.

e. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi, ketergantungan pada orang lain
f. Neorosensori
Gejala : Kebas / kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi
pada jari tangan.
Tanda : Pembengkakan sendi simetris.

g. Interaksi sosial
Gejala : Perusakan interaksi dengan keluarga / orang lain, perubahan
peran, isolasi.

h. Keamanan
Gejala :
a) Kulit mengkilat
b) Tegang
c) Lesi kulit
d) Ulkus kaki
e) Kesulitan dalam menangani ugas
f) Demam ringan menetap
g) Kekeringan pada mata dan membran mukosa

i. Interaksi ego
Gejala :
a) Keputusasaan dan ketidakberdayaan
b) Ancaman pada konsep diri, citra tibuh,
c) Idetitas pribadi

2. Diagosa Keperawatan

a. Nyeri akut / kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi


cairan proses inflamasi ditandai dengan :
1) Keluhan nyeri, kelelahan
2) Fokus pada diri sendiri
3) Perilaku yang bersifat hati-hati
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidaknyamanan,
penurunan kekuatan otot, ditandai dengan :
1) Ketidakmampuan untuk dengan segaja bergerak dalam lingkungan
fisik.
2) Membatasi rentang gerak
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri ditandai dengan keluhan
susah tidur / istirahat .
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan aktivitas, nyeri
pada saat bergerak, ditandai dengan ketidakmampuan melakukan aktivitas
sehari-hari (sholat, tidur).
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk
melakukan tugas-tugas umum, ditandai dengan :
1) Perubahan struktur / fungsi bagian-bagian yang sakit
2) Bicara negatif tentang diri sendiri
3) Perubahan pada gaya hidup
4) Perubahan interaksi sosial
5) Perasaan putus asa
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan
tentang kondisi, terapi, perawatan, ditandai dengan pengungkapan adanya
masalah.
3. Perencanaan

a. Nyeri akut / kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi


cairan proses inflamasi.
1) Kaji keluhan nyeri (lokasi, intensitasnya).
Rasional : Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri
dan kefektifan program.
2) Sarankan klien menggunakan matras / kasur keras, dan bantal
kecil.
Rasional : Matras yang lembut / empuk, bantal yang besar akan
mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat,
menempatkan stres pada sendi yang sakit.
3) Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan.
Rasional : Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan
sendi.
4) Motivasi klien untuk sering merubah posisi.
Rasional : Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan
sendi.
5) Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman.
Rasional : Pada penyakit yang berat, tirah baring mungkin
diperlukan untuk membatasi nyeri.
6) Berikan massase lembut
Rasional : Menigkatkan relaksasi / mengrangi tegangan otot.
7) Ajarkan manajemen stres, seperti teknik relaksasi.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kotrol dan
kemampuan koping.
8) Kolaborasi : Berikan obat-obatan sesuai petunjuk
Rasional : Sebagai anti inflamasi.

b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidaknyamanan,


penurunan kekuatan otot.
1) Kaji tingkat inflamasi / rasa sakit pada sendi.
Rasional : Tingkat aktivitas tergantung dari perkembangan penyakit.
2) Bantu dengan rentang gerak aktif / pasif.
Rasional : Mempertahankan / meningkatkan fungsi sendi, kekuatan
otot.
3) Dorong klien mempertahankan postur tegak dan
duduk tinggi, berdiri dan berjalan.
Rasional : Memaksimalkan fungsi sendi, mempertahankan mobilitas.
4) Modifikasi lingkungan.
Rasional : Menghidari cedera akibat kecelakaan.
5) Kolaborasi cedera akibat kecelakaan.
Rasional : Berguna dalam memformulasikan program latihan.

c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri ditandai dengan keluhan


susah tidur / istirahat .
1) Diskusikan kebiasaan pola dan kebutuhan tidur.
Rasional : Gangguan tidur mengakibatkan gangguan fungsi kognitif,
persepsi dan penurunan kontrol emosi. Ini juga
menurunkan ambang nyeri mengurangi prosuksi penurunan
ketokolamin.
2) Dorong klien untuk melaksanakan ritual
menjelang tidur, seperti membaca atau minum hangat.
Rasional : Membantu meningkatkan relaksasi dan menyiapkan tidur.
3) Lakukan tindakan penghilang nyeri sebelum
tidur.
Rasional : Klien dengan penyakit inflamasi sendi sering mengalami
gejala memburuk pada malam hari.
4) Anjurkan posisi sendi yang tepat.
Rasional : Posisi yang tepat mencegah nyeri selama tidur.
5) Ciptakan tidur tanpa gangguan untuk
memugkinkan siklus tidur lengkap.
Rasional : Siklus tidur mempunyai interval 70 – 100 menit.

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan akttivitas, nyeri


pada saat bergerak, ditandai dengan ketidakmampuan melakukan aktivitas
sehari-hari (sholat, tidur).
1) Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri
dan program latihan.
Rasional : Mendukung kamandirian fisik / emosional.
2) Diskusikan hambatan dalam partisipasi dalam
perawatan diri. Identifikasi / rencana untuk modifikasi lingkungan.
Rasional : Meningkatkan kemandirian.

3) Kolaborasi : Konsul dengan ahli terapi okupasi.


Rasional : Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi
kebutuhan individual.

e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk


melakukan tugas-tugas umum.
1) Diskusikan arti dari kehilangan / perubahan
pada klien / orang terdekat, bagaimana pandagan pribadi klien dalam
fungsi gaya hidup sehari-hari.
Rasional : Megidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi
persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan
kebutuhan intervensi.
2) Perhatikan perilaku menarik diri, terlalu
memperhatikan perubahan.
Rasional : Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping
maladaptif.
3) Bantu klien untuk mengidentifikasi koping
adaptif.
Rasional : Membantu klien untuk mempertahankan kotrol diri.
4) Ikut sertakan klien klien dalam merencanakan
perawatan dan membuat jadwal aktivitas.
Rasional : Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong kemandirian
dan partisipasi dalam terapi.
5) Kolaborasi : Rujuk pada konseling psikiatri.
Rasional : Klien / orang terdekat membutuhkan dukungan selama
berhadapan dengan proses jangka panjang.
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan
tentang kondisi, terapi, perawatan, ditandai dengan pengungkapan adanya
masalah.
1) Tinjau proses penyakit, prognosis dan harapan
masa depan.
Rasional : Memberikan pegetahuan dimana pasien dapat membuat
pilihan berdasarkan informasi.
2) Tekankan pentingnya patuh pada terapi
farmakologis.
Rasional : Keuntungan penggunaan obat-obatan tergantung pada
ketepatan dosis.
3) Berikan informasi mengenai alat bantu.
Rasional : Mengurangi penggunaan sendi dan memungkinkan individu
untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan.
4) Dorong untuk mempertahankan posisi tubuh
yang benar baik pada saat istirahat maupun pada waktu melakukan
aktivitas.
Rasional : Mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya
hidup klien untuk mengurangi takan sendi dan nyeri.
5) Jelaskan pentingnya diet seimbang dengan
makanan yang banyak mengandung vitamin, protein, dan zat besi.
Rasional : Meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan atau
regenerasi.

4. Pelaksanaan

a. Nyeri akut / kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi


cairan proses inflamasi.
1) Mengkaji keluhan nyeri.
2) Menganjurkan klien untuk menggunakan matras / kasur keras dan
bantal kecil.
3) Meninggikan linen tempat tidur sesuai dengan kebutuhan.
4) Memotivasi klien untuk sering merubah posisi.
5) Membantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman.
6) Memberikan massase lembut.
7) Menganjurkan manajemen stres, seperti teknik relaksasi.
8) Memberikan obat-obatan sesuai dengan petunjuk.

b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidaknyamanan,


penurunan kekuatan otot.
1) Mengkaji tingkat inflamasi / rasa sakit pada sendi.
2) Membantu klien melakukan rentang gerak aktif / pasif.
3) Memotivasi klien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi,
berdiri dan berjalan.
4) Memodifikasi lingkugan.
5) Merujuk untuk konsul dengan ahli terapi fisik.

c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dtandai dengan keluhan


susah tidur / istirahat.
1) Mendiskusikan kebiasaan pola dan kebutuhan tidur.
2) Memotivasi klien untuk melakukan ritual menjelang tidur, seperti
membaca / minum hangat.
3) Menyarankan untuk melakukan tindakan mengilangkan nyeri sebelum
tidur.
4) Menganjurkan untuk memposisikan sendi dengan tepat.
5) Menciptakan tidur tanpa gangguan untuk memungkinkan siklus tidur
lengkap.

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan akttivitas, nyeri


pada saat bergerak, ditandai dengan ketidakmampuan melakukan aktivitas
sehari-hari (sholat, tidur).
1) Mempertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program
latihan.
2) Mendiskusikan hambatan dalam perawatan diri.
3) Memodifikasi lingkungan.
4) Merujuk untuk konsul dengan ahli terapi okupasi.

e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk


melakukan tugas-tugas umum.
1) Mendiskusikan arti kehilangan / perubahan pada klien.
2) Mengidentifikasi perilaku menarik diri.
3) Membantu klien untuk mengidentifikasi koping adaptif.
4) Mengikutsertakan klien untuk merecanakan perawatan dan membuat
jadwal aktivitas.
5) Merujuk untuk konseling pada psikiatri.

f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan


tentang kondisi, terapi, perawatan, ditandai dengan pengungkapan adanya
masalah.
1) Meninjau psoses penyakit, prognosis dan harapan masa depan.
2) Menjelaskan pentingnya patuh pada terapi.
3) Memberikan informasi mengenai alat bantu.
4) Mendorong untuk mempertahankan posisi tubuh yang berat baik pada
saat istirahat maupun pada waktu melakukan aktivitas.
5) Menjelaskan pentingya diet seimbang dengan makanan yang banyak
mengandung vitamin, protein dan zat besi.
5. Evaluasi
S : Subyektif, keluhan yang dirasakan klien
O : Obyektif, kelihan klien yang dapat dilihat dan diobservasi
A : Assesment
P : Planning
BAB III
TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA KLIEN Ny”M”
DENGAN DIAGNOSA MEDIS OSTEOARTRITIS DI DUSUN LINGKOK WARU
DESA MEKAR SARI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

Tanggal Pengkajian : 28 September 2020


Nama Pengkaji : Linda Ananda Humairah

A. PENGKAJIAN

1. Data Biografi

Nama : Ny “M”
TTL : 01-07-1960 (60 th)
Pendidikan terakhir : Tidak Sekolah
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status perkawinan : Janda (Meningal)
TB / BB : 156 / 60 kg
Penampilan : Bersih, Berkulit Sawo Matang, Rambut
Beruban.
Alamat :
Orang yang dapat dihubngi : Tn “A”
Hubungan dengan usila : Anak kandung

2. Riwayat Keluarga

 Genogram

Keterangan :

: laki-laki/perempuan meninggal

: Laki-laki/perempuan hidup

: Klien

: Tinggal dalam satu rumah


: Hubungan perkawinan
: Keturunan
 Penjelasan :

Klien merupakan seorang janda di mana suaminya telah meninggal dunia


5 tahun yang lalu. Sekarang klien tinggal dengan anak ke 3 nya bersama
dengan kedua orang cucunya.

3. Riwayat Pekerjaan

 Pekerjaan saat ini : Klien setiap harinya hanya berdiam di


rumah saja
 Alamat pekerjaan : -
 Berapa jarak dari rumah : -
 Alat transportasi : Tidak Ada
 Pekerjaan sebelumnya : Buruh cuci
 Berapa jarak dari rumah :-
 Alat transportasi :-

4. Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan : Klien


mengatakan segala kebutuhan di berikan oleh anaknya.

5. Riwayat Lingkungan Hidup

 Tipe tempat tinggal : Permanen


 Jumlah kamar : 3 kamar .
 Kondisi tempat tinggal : Pencahayaan cukup terang, ventilasi baik,
tidak lembab, cukup bersih tapi tidak
pengap, lantai licin.
 Derajat privasi : Klien mengatakan privasi baik/dapat
terlindungi
 Tetangga terdekat : -

6. Riwayat Rekreasi

a. Hobby / minat : -
b. Keanggotaan organisasi : Klien mengatakan tidak mengikuti
organisasi apapun.

c. Liburan perjalanan : Klien mengatakan lebih banyak tinggal di


rumah, klien pergi liburan apabila ada hari
besar agama seperti idul fitri dan lebaran
ketupat.

7. Sistem Pendukung

Tidak ada.

8. Deskripsi Kekhususan

Klien mengatakan masih mampu melaksanakan aktifitas sehari-hari


tanpa bantuan seperti makan, mandi, sholat. Tidak ada ritual khusus yang
klien lakukan hanya beribadah saja seperti sholat, zikir dan pengajian.

9. Status Kesehatan

a. Setahun yang lalu : Ny ”M” mengatakan bahwa sudah lama


menderita rematik. Klien sering mengeluhkan dampak dari penyakit
rematik tersebut. Klien tidak pernah pernah memeriksakan penyakit
reumatiknya ke Rumah Sakit

b. Lima tahun yang lalu : klien mengatakan tidak pernah sakit


yang terlalu parah seperti jantung, ginjal, stroke.

10. Keluhan Utama

a. Keluhan utama : Klien mengatakan nyeri.


1) Paliative : Klien mengatakan merasakn nyeri jika
beraktivitas seperti berjalan atau bekerja.
2) Quality/Quantity : Klien mengatakan nyerinya seperti
ditusuk- tusuk dan terasa ngilu, dengan frekuensi sering.
3) Region : Klien mengatakan nyeri lutut sampai kaki.
4) Severity scale : Klien mengatakan merasa tidak nyaman
jika Nyeri timbul dengan skala 5 (1-10). Nyeri sedang, klien nampak
meringis
5) Timming : Klien mengatakan nyeri kambuh jika
berjalan atau terlalu lama melakukan aktivitas, dan terjadi tidak
menentu sehingga mengganggu waktu istirahaNyya.
b. Pemahaman dan penatalaksanaan kesehatan

Klien mengatakan tidak mengerti tentang penyakiNyya.. Klien


mengatakan penyakit yang dideritanya adalah penyakit yang biasa
diderita oleh orang tua. Tetapi klien tidak mengetahui cara penanganan
penyakitnya.

c. Status imunisasi : Klien mengatakan tidak pernah mengetahui apakah


ia pernah di imunisasi atau tidak

d. Alergi Obat-obatan dan makanan

1) Obat-obatan : Klien mengatakan tidak alergi pada obat-


obatan apapun
2) Makanan : Klien mengatakan tidak alergi pada makanan
apapun

11. Aktivitas Hidup Sehari – Hari

a. Indek Katz: A, yaitu kemandirian dalam makan/minum, kontinen,


berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan mandi.

b. Oksigenasi: Klien tidak menggunakan alat bantu pernapasan, tidak


mengalami sesak saat dikaji, RR : 23 x / menit.

c. Cairan dan elektrolit : Klien mengatakan minum atau 4-5 gelas


perhari
d. Nutrisi : Klien mengatakan makan 3x sehari dengan 1 porsi yang berisi
nasi, sayur-mayur, lauk-pauk, dan kadang-kadang di tambahkan dengan
buah-buahan. Klien menghabiskan porsi makanannya.

e. Eliminasi : Klien mengatakan BAB 1-2 kali tiap hari, konsistensi


lembek, warna kuning, bau khas dan tidak ada keluhan. BAK 3-4 kali
sehari, warna kuning jernih, bau khas.

f. Aktivitas : Klien mengatakan aktifitasnya sedikit terganggu dengan


penurunan ketajaman penglihatanya, namun klien tetap dapat melakukan
aktifitas sendiri tanpa bantuan seperti makan/minum, mandi, berpakaian,
ke kamar mandi/WC dan beribadah..

g. Istirahat dan tidur : Klien mengatakan jarang tidur siang, tapi terkadang
tidur siang ± 1 jam. Pada malam hari tidur pukul 21.00 Wita sampai jam
05.00 Wita. Klien mengatakan tidak ada gangguan dengan istrahat tidur.

h. Personal hygiene : Klien tampak bersih. Klien mandi 2x sehari


menggunakan sabun.

i. Seksual : -

j. Rekreasi : Klien mengatakan sudah lama tidak melakukan rekreasi, klien


pergi rekreasi apabila ada hari – hari besar seperti idul fitri dan lebaran
ketupat.

k. Psikologis :

l. Persepsi klien : Klien mengatakan tidak terlalu mengerti tentang


penyakitnya

m. Konsep diri :

1) Persepsi klien : Klien mengatakan penyakitnya merupakan penyakit


yang biasanya diderita oleh orang tua.
2) Konsep diri : Klien percaya diri dan terbukti pada saat di wawancarai
semua pertanyaan di jawab dengan benar walaupun kurang sempurna.
3) Emosi : Klien bersikap tenang tidak pernah menunjukan emosi yang
berlebihan.
4) Adaptasi : Klien dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitarnya.
5) Mekanisme pertahanan diri : Klien lebih mendekatkan diri dengan
Allah SWT jika mengalami masalah.

12. Tinjauan Sistem

a. Keadaan umum : Baik

b. Tingkat kesadaran : compos mentis

c. GCS : E : 4, V : 5, P : 6

d. TTV : N : 70 x / menit

TC : 130 / 90 mmHg

RR : 20 x / menit

e. Kepala
Rambut hitam sedikit beruban, tampak mengkilat, tidak ada benjolan.
f. Mata
Sklera tampak putih, konjungtiva pucat, refleks pupil baik, reaksi terhadap
cahaya agak kabur, daya akomodasi baik, lapang pandang baik, visus
3/60.
g. Telinga
Bentuknya simetris bersih, tidak ada benjolan, tdak ada
serumen,pendengaran cukup baik.
h. Hidung
Bentuk simetris, bersih tidak ada sekret, tidak ada polip/benda asing dan
tidak ada nafas cuping hidung.
i. Leher
Bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening / kelenjar
tiroid, tidak ada pembekakkan vena jugularis.
j. Dada dan Punggung
Tidak ada benjolan dan nyeri tekan. Tidak ada suara tambahan pada paru
(mengi/ronkhi). Tidak ada tariakan dinding dada, punggung simetris, tidak
ada benjolan, punggung rata tidak ada benjolan (Kiposis).
k. Abdomen dan Pinggang
Perut tampak simetris, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
massa, nyeri pinggang sebelah kanan auskultasi bising usus tidak
terdengar jelas (± 10 kali/menit).

l. Ekstremitas Atas dan Bawah


Tidak terdapat kelumpuhan ekstremitas, tidak ada fraktur, gerakan bebas,
kakuatan otot 4 4 intigumen baik, akral hangat kulit sawo matang ada
bintik-bintik dan keriput.
m. Sistem Imune
Tidak terkaji dengan jelas tetapi klien mengatakan jarang mengalami filek,
batuk demam.
n. Genitalia
Tidak Terkaji karena klayan malu.
o. Sistem Reproduksi
Klayan mengatakan sudah lama tidak berhubungan semenjak istrinya
meninggal
p. Sistem Persyarafan
Refleks babynskiy (+), Nervus eduscana: klien masih bisa menggerakan
bola matanya kekiri dan kekenan, keatas dan kebawah,Nervus vacialis :
klien msih bisa tersenyum dan meunjukkan giginya dan mengangkatb
alisnya, Reflek patella (+)
q. Sistem Pengecapan
Klien masih bisa membedakan rasa makanan seperti rasa manis, asin dan
kecut.
r. Sistem Penciuman
Klien masih bisa membedakan aroma balsem dan minyak kayu putih.
s. Tactil Respon
Klien masih bisa merespon bisa membedakan rasa kasar dan halus

13. Screening masalah kehatan lanjut usia

a. SPSMQ : jumlah kesalahan 3 dari 10 pertanyaan, dengan status


kerusakan intelektual ringan.

b. MMSE : nilai yang diperoleh 23, diindikasikan aspek


kongnitifdan fungsi mental baik

c. IDB : nilai yang diperoleh 6, yang menandakan tidak ada


depresi.

d. APGAR keluarga : nilai yang diperoleh 7, dengan prosentase 70%


dalam kriteria cukup.

14. Data Penunjang

a. Laboratorium :-

b. Radiologi :-

c. EKG :-

d. USG :-

e. CT-SCAN :-

II. Analisa Data

Tabel .1.
No Symptom Etiologi Problem
1 Ds : Destruksi sendi Nyeri Akut
 P:Klien mengatakan
marasakan nyeri jika
Inflamasi
berjalan agak jauh atau
menbran sinovial
beraktivitas agak berat
 Q:Klien mengatakan
nyerinya seperti ditusuk- melepas reseptor
stimulus nyeri
tusuk dan terasa
(brakinin, histamin)
ngilu,dengan frekuensi
sering.
 R:Klien mengatakan nyeri
Nyeri akut
terasa daerah lutut ke bawah
sampai kaki.
 S:klien mengatakan tidak
nyaman jika nyerinya timbul
 T:klien mengatakan nyeri
kambuh jka lama melakukan
aktivitas
Do :
 Klien tampak meringisi.
 Skala nyeri 5 (1-10) nyeri
sedang
 Klien tampak tidak bisa
melakukan aktivitas
 K/U : Baik
 TTV : N : 70X/ menit
 RR :20X/ menit
 T:130/90mmHg
 S:37Oc
2 Ds : Destruksi sendi Gangguan
 Klien mengatakan tidak bisa istirahat
istirahat / tidur jika nyerinya tidur
datang Inflamasi
menbran sinovial
 Klien kadang-kadang
terbangun tengah malam
karena nyeri
melepas reseptor
Do : stimulus nyeri
(brakinin, histamin)
 Konjungtiva pucat
 K/U : Baik
 TTV : N : 70X/ menit
 RR :20X/ menit Nyeri akut
 T : 130/90 mmHg,
 S :37oC
Gangguan istirahat tidur
3 Ds : Keterbatasan paparan Kurangnya
 Klien mengatakan penyakit informasi tentang rematik pengetahuan
yang dideritanya adalah
penyakit yang biasa diderita
Keterbatasan kognisi
oaring tua seusianya, tetapi
klien tidak mengetahui
bagaimana cara
Kurangnya pengetahuan
penangnanan penyakiNyya.
 Klien mengatakan selama
tidak mengganggu
aktivitasnya penykiNyya
tersebut tidak terlalu
dipikirkan.
Do :
 Klien bertanya-tanya tentang
penyakiNyya
 Klien tampak antusias
karena perawat mau
menjelaskan tentang
penyakit yang di deritanya

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut, berhubungan dengan destruksi sendi ditandai dengan :


Ds :
 P: Klien mengatakan marasakan nyeri jika sudah lama
melakukan aktivitas seperti mencuci.
 Q: Klien mengatakan nyerinya seperti ditusuk-tusuk dan
terasa ngilu,dengan frekuensi sering.
 R: Klien mengatakan nyeri terasa di pinggang, daerah lutut
ke bawah sampai kaki.
 S: klien mengatakan tidak nyaman jika nyerinya timbul
 T: klien mengatakan nyeri kambuh jka lama melakukan
aktivitas

Do :
 Skala nyeri 5 (1-10) nyeri sedang
 Klien tampak meringis.
 Klien tampak tidak bisa melakukan aktivitas
 K/U : Baik
 TTV : N : 70X/ menit
RR :20X/ menit
T : 130/90 mmHg
Sh : 37oC

2. Gangguan istirahat / tidur berhubungan dengan nyeri akut ditandai dengan


Ds :
 Klien mengatakan tidak bisa istirahat / tidur jika pekerjaanya belum
selesai
 Klien kadang-kadang terbangun tengah malam karena nyeri yang
dirasakannya
Do :
 Konjungtiva pucat
 K/U : Baik
 TTV : N : 70X/ menit
 RR :22X/ menit
 T : 130/190 mmHg,Sh :37oC
3. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan
keterbatasan paparan informasi tentang rematik :
Ds :
 Klien mengatakan penyakit ayng dideritanya adalah penyakit yang biasa
diderita oaring tua seusianya, tetapi klien tidak mengetahui bagaimana cara
penangnanan penyakiNyya.
 Klien mengatakan selama tidak mengganggu aktivitasnya penykiNyya
tersebut tidak terlalu dipikirkan.
Do :
 Klien bertanya-tanya tentang penyakiNyya
 Klien tampak antusias karena perawat mau menjelaskan tentang penyakit
yang di deritanya

III.RENCANA TINDAKAN
Tabel . 2.

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1 Nyeri akut  Setelah 1. Kaji tingkat nyeri. 1. Menentukan


berhubungan dilakukan 2. Anjurkan Klien kebutuhan
dengan tindakan untuk manajemen
destruksi keperawata memberikan nyeri.
sendi ditandai n selama 3 kompres hangat di 2. Panas dapat
dengan : x 8 jam, daerah yang nyeri meningkatkan
Ds : diharapkan 3. Anjurkan klien relaksasi otot.
P: nyeri untuk 3. Mengurangi
Klien terkontrol, memberikanmassa ketegangan
Mengataka dengan se lembut pada otot.
marasakan Kriteria daerah yang sakit. 4. Memberikan
nyeri jika hasil: 4. Ajarkan klien rasa kontrol
sudah lama  Skala nyeri teknik relaksasi dan
melakukan 1 – 3 (1-10) 5. Anjurkan klien kemampuan
aktivitas nyeri untuk koping.
seperti ringan mendapatkan 5. Tirah baring
mencuci.  Tidak posisi yang diperlukan
Q: mengeluh nyaman jika untuk
Klien nyeri nyerinya kambuh. membatasi
mengatakan  Tidak 6. Anjurkan klien nyeri.
nyerinya meringis. untuk beristirahat 6. Beraktifitas
seperti beberapa menit terus menerus
ditusuk-tusuk jika melakukan mendorong
dan terasa aktivitas terus kambuhnya
ngilu,dengan menerus. nyeri pada
frekuensi 7. Kolaborasi dalam sendi.
sering pemberian 7. Megurangi
R: analgesik. keluhan nyeri
Klien
mengatakan
nyeri terasa di
daerah lutut
ke bawah
sampai kaki.
S:
Klien
mengatakan
tidak nyaman
jika nyerinya
timbul
T:
klien
mengatakan
nyeri kambuh
jka lama
melakukan
aktivitas
Do :
Skala nyeri 4
(1-10) nyeri
sedang

tampak
meringi.

tampak
tidak bisa
melakukan
aktivitas



menit

menit

mmHg

2. Gangguan  Setelah 1. Diskusikan 1. Gangguan
istirahat /tidur dilakukan kebiasaan dan pola istrahat/tidur
berhubungan tindakan kebutuhan mengakibatka
dengan nyeri keperawata istirahat/tidur n gangguan
akut ditandai n selama 3 2. Dorong klien fungsi
dengan : x 8 jam, untuk kognitif,perse
Ds : diharapkan melaksanakan psi dan
Klien Gangguan minum air hangat penurunan
mengatakan istirahat/tid sebelum tidur kontrol emosi
tidak bisa ur teratasi 3. Anjurkan tindakan
istirahat / dengan penghilang rasa 2. Membantu
tidur jika kriteria nyeri sebelum meningkatkan
pekerjaanya hasil: istirahat/tidur relaksasi dan
belum  Bisa seperti mengolesi menyiapkan
selesai istirahat/tid daerah nyeri tidur
 Klien ur dengan balsem 3. Klien dengan
kadang-  Tidak atau minyak kayu penyakit
kadang terbangun putih inflamasi
terbangun tengah 4. Anjurkan mencari sendi sering
tengah malam posisi yang mengalami
malam  Klien dapat nyaman untuk gejala
karena beristirahat menghilangkan memburuk
nyeri dengan rasa nyeri pada malam
Do : cukup. hari
 Konju 4. Posisi yang
ngtiva nyaman
pucat mengurangi
 K/U : rasa nyeri
Baik selama
 TTV : istirahat/tidur
 N : 70X/
menit
 RR :22X/
menit
 T:130/190
mmHg,
 S :37oC
3. Ds : Setelah 1. Kaji 1. Menentukan
 Klien dilakukan pengetahuan kebutuhan
mengatakan tindakan klien tentang informasi
penyakit keperawatan penyakiNyya. untuk klien
ayng selama 3 x 8 2. Berikan HE 2. Klien
dideritanya jam, tentang mengerti
adalah diharapkan penyakiNyya dan tentang
penyakit klien dapat perawatannya. penyakiNyya
yang biasa mengerti 3. Diskusikan sehingga tau
diderita tentang dengan klien penatalaksana
oaring tua penyakiNyya tentang annya
seusianya, Dengan penatalak- 3. Membantu
tetapi klien kriteria hasil sanaan yang klien
tidak  Klien paling mudah mengurang
mengetahui menunjuk untuk klien keluhan
bagaimana kan lakukan dengan
cara pemahama mudah
penangnana n tentang
n kondisi/pr
penyakiNyy ognosis
a. perawatan
 Klien diri
mengatakan  Klien
selama tidak
tidak bertanya
menggangg lagi
u tentang
aktivitasnya penyakiN
penykiNyya yya
tersebut
tidak terlalu
dipikirkan.
Do :
 Kl
ien
bertanya-
tanya
tentang
penyakiNyy
a
 Kl
ien tampak
antusias
karena
perawat
mau
menjelaska
n tentang
penyakit
yang di
deritanya
IV. PELAKSANAAN
Tabel .3.
No Hari/tanggal No.Dx Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan
1 Selasa, 24/11 I 1. Mengkaji tingkat nyeri 1. Skala nyeri 5 (1-10) nyeri
2020 2. Menganjurkan klien untuk sedang
Pukul 09:40 kompres hangat di daerah 2. Klien sudah melaksanakan
WITA nyeri dan nyerinya agak
3. Menganjurkan klien untuk berkurang
memberikan masaasse 3. Klien sudah melakukannya
lembut pada daerah yang dan nyeri yang dirasakan
nyeri sudah agak berkurang
4. Mengajarkan klien untuk 4. Klien aktif mengikuti
tehnik relaksasi percobaan penggunaan
5. Menganjurkan klien tehnik relaksasi yang di
untuk mendapatkan posisi ajarkan
yang nyaman jika 5. Klien aktif mencoba
nyerinya kambuh mendapatkan posisi yang
6. Menganjurkan klien untuk nyaman
beristirahat beberapa 6. Klien kooperatif
menit jika melakukan memperhatikan dengan
aktivitas terus menerus seksama setiap
penjelasan yang diberikan

2 Selasa ,24/11 II 1. Mendiskusikan 1. Klien


2020 kebiasaan pola kooperatif menanyakan
Pukul 10.50 istirahat/tidur dan memperhatikan
WITA 2. Mendorong klien untuk penjelasan yang
melaksanakan ritual diberikan
minum air hangat 2. Klien aktif
sebelum tidur mencoba mengikuti
3. Menjelaskan tindakan ritual meminum air
penghilang rasa nyeri hangat sebelum tidur
sebelum tidur seperti 3. Klien aktitif
mengolesi dengan mengikuti percobaan
balsem atau minyak penggunaan minyak
kayu putih sambil kayu putih atau balsem
masasse lembut sambil masasse lembut
4. Menganjurkan mencari 4. Klien aktif
posisi yang nyaman mencoba mendapatkan
untuk menghilangkan posisi yang nyaman
rasa nyeri

3 Selasa, 24/11 III 1. Mengkaji 1. Klien menjelaskan


Pukul 12.05 pengetahuan klien tentang penyakiNyya, rasa
WITA tentang penyakiNyya sakit yang dirasakan pada
2. Memberikan HE pinggang dan lutuNyya
tentang penyakit dan 2. Klien mengerti tentang
perawatannya keadaanya sekaran ini
3. Mendiskusikan 3. Klien mengatakan hal
dengan klien tentang yang paling mudah di
penatalaksanaan yang lakukan jika nyerinya
paling mudah unuk klien kambuh adalah memijat-
laksanakan mijat daerasakit

V. EVALUASI
Tabel .4.
No Hari/tanggal Dx Evaluasi
1 Kamis, 26/11/ I S : Klien mengatakan masih merakan nyeri dan
2020 terasa seperti di tusuk-tusuk dan tersa ngilu di
Pukul 09.40 daerah pinggang, lutut,ke bawah kaki.
WITA
O:
 Skala nyeri 4 (1-10) nyeri
sedang
 Klien tampak meringis.
 Klien tampak tidak bisa
melakukan aktivitas
 K/U : Baik
 TTV : N : 70X/ menit
RR :22X/ menit
T : 130/190 mmHg
Sh : 37oC
A : Masalah belum teratasi

P : Inervensi dilanjutkan

1. Mengkaji tingkat nyeri

2. Menganjurkan klien untuk memberikan


kompres hangat di daerah nyeri

3. Menganjurkan klien untuk memberikan


masasse lembut pada daerah yang nyeri

4. Mengajarkan klien untuk melakukan tehnik


relaksasi

5. Menganjurkan klien untuk beristiirahat


beberapa menit jika melakukan aktivitas
terus menerus
2 Kamis,26/11/ II S : Klien mengatakan tidak bisa beristirahat/tidur
2020 jika pekerjaannya belum selesai dan klien
Pukul 10:50 kadang-kadang terbangun lebih awal karena
nyeri yang di rasakannya

O:

 Konjungtiva pucat
 K/U : Baik
 TTV : N : 70X/ menit
RR :22X/ menit
T : 130/190 mmHg,
Sh :37oC

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi di lanjutkan
1. Mendiskusikan kebiasaan pola dan
kebutuhan tidur

2. Mendorong klien untuk melaksanakan


ritual menjelang tidur seperti minum air
hangat

3. Menganjurkan tindakan penghilang rasa


nyeri sebelum tidur seperti
mengolesidengan minyak kayu
putih/balsem sambil masasse lembut

4. Menganjurkan posisi yang nyaman

3 Kamis, 26/11 III S : Klien mengatakan penyakit yang di deritanya


2020 dalah penyakit yang biasa di derita oleh orang
Pukul 12.35 tua seusianya, tetapi klien tidak mengetahui
cara penanganannya

O:
 Klien bertanya-tanya tentang penyakiNyya

 Klien tampak antusias karena perawat


mau menjelaskan tentang penyakit yang di
deritanya

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi di lanjutkan

1. Mengkaji pengetahuan klien tentang


penyakiNyya

2. Memberikan KIE tentang penyakit dan


perawatannya
3. Mendiskusikan dengan klien tentang
penatalaksanaan yang paling mudah untuk
klien lakukan.
No Hari/Tinggal Dx Evaluasi
1. Kamis, 26/ I S: klien mengatakan negerinya berkurang, prasaan
2020 kayak ditusuk-tusuk dan terasa ngilu didaerah
Pukul 09:40 pinggal lutut kebawah kaki sudah agak berkurang.
WITA O:
 Skala nyeri 4 (1-10) nyeri
sedang
 Klien tampak meringis.
 Klien tampak sedikit bisa
melakukan aktivitas
 K/U : Baik
 TTV : N : 70X/ menit
RR :22X/ menit
T : 130/190 mmHg
S : 37oC
A : Masalah sabagian taratasi.
P : Intervensi dilanjutkan
1. Mengkaji tingkat nyeri
2. Mengajurkan klienan untuk mendapatkan
posisi yang nyaman jika nyeri kambuh.
3. Menganjurkan klienan untuk beristirahat
beberapa menit jika melakukan aktivitas
terus-menerus.
4. Kolaborasi dalam pemberian analgesik
2. Kamis, 26/11 II S : klien mengatakan tidak bisa bisa beristirahat /
2020 pukul tidur jiak pekerjaannya belum selesai dan
10.50 WITA kadang-kadang terbangun lebih awal karena nyeri
yang dirasakan.
O:
 Konjungtiva pucat
 K/U : Baik
 TTV : N : 70X/ menit
RR :22X/ menit
T : 130/190 mmHg,
S :37oC
A : Masalah sebagian teratasi.
P : Intervensi dilanjutkan.
1. Menganjurkan posisis yang nyaman.
2. Menganjurkan tindakan penghilang rasa
nyeri sebelum tidur seperti
mengolesidengan minyak kayu
putih/balsem sambil masasse lembut.
3. Kamis, 26/11 III S : Klien mengatakan sudah sedikit mengetahui
2010 pukul penyakit yang dideritanya adalah penyakit yang
1.35 WITA sering diderita oleh orang tua, dan penanganannya
sudah mulai diterapkan.
O:
 Klien masih bertanya-tanya tentang penyakiNyya
 Klien tampak antusias karena perawat mau
menjelaskan tentang penyakit yang di deritanya.
A : Masalah sebagian teratasi
P : Intervensi dilanjutkan.
1. Memberikan HE tentang penyakit dan
perawatannya
2. Mendiskusikan dengan klien tentang
penatalaksanaan yang paling mudah untuk
klien lakukan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada Bab ini akan diuraikan kesenjangan antara konsep dasar teori dengan
kenyataan yang ditemukan dilahan praktek berkaitan dengan asuhan keperawatan
pada lansia dengan diagnosa medis Osteoartritis.

A. PENGKAJIAN

Dalam konsep dasar teori asuhan keperawatan lansia dengan


reumatoid artritis data yang perlu dikaji adalah nyeri, aktivitas/istirahat,
neurosensori, kardiovaskular, makanan/cairan, hygiene, interaksi sosial,
keamanan dan integritas ego, sedangkan pada pengkajjian kasus ditampilkan
data demografi, riwayat pekerjaan, riwayat lingkungan hidup, riwayat rekreasi,
sistem pendukung, deskripsi kekhususan, alasan mengapa klien masuk panti,
keluhan utama yang dirasakan klien, aktivitas sehari-hari, tinjauan sistem, status
kognitif, afektif dan sosial klien.

Dalam proses pengkajian kasus, didapatkan data-data yang


menunjukkan masalah-masalah kesehatan klien, antara lain :

1. Nyeri pada daerah lutut sampai kaki.


2. Gangguan istirahat / tidur.
3. Kurang pengetahuan tentang penyakit yang di deritanya
Diagnosa yang ada di konsep teori, di ditampilkan dalam diagnosa
tinjauan kasus, ini di karenakan adanya kesamaan masalah, sehingga pengkaji
mengangkat masalah tersebut.

Dalam proses pengkajian penulis menemukan hambatan-hambatan


seperti klien tidak ingin diganggu sebelum pekerjaannya selesai, hambatan lain
adalah klien. Tidak bisa menggunakan bahsa indonesia secara baikdan
benarm,sehingga penulis harus sabar jika jawaban yang di berikan, oleh sebab
itu penulis meminta bantuan kepada teman dan ibu RNyya untuk
menerjemahkan ke dalam bahasa sasak.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada tinjauan teori tentang konsep dasar asuhan keperawatannya, terdapat 6
diagnosa, sedangkan pada tinjauan kasus penulis mengangkat 3 diagnosa yang
semuanya ada di tinjauan teori. Hal ini terjadi karena dalm pengkajian ditemukan
data yang mendukung masalah keperawatan klien.

C. PERANCANAAN
Dalam perencanaan teoritis, terdapat rencana kolaborasi dengan tenaga
medis lain seperti dokter untuk pemberian terapi. Hal ini direncanakan pada
perencanaan kasus karena diharapka dapat menigkatkan status kesehatan klien.
Tetapi pada keyataannya dokter hanya berkunjung tiga bulan sekali. Tidak
semua perencanaan yang ada di perencanaan teoritis dimasukkan ke
perencanaan kasus karena disesuaikan denagn tujuan dan kebutuhan asuhan
keperawatan, selain itu juga harus disesuaikan.

D. PELAKSANAAN
Pemberian tindakan keperawatan kepada klien disesuaikan dengan
perencanaan yang telah dibuat. Faktor pelaksanaan tindakan keperawatan
adalah health education tentang bagaimana penanganan jika nyeri pinggang dan
lutut sampai ke bawah kaki dirasakan lagi. Tindakan difokuskan kepada
bagaimana mengalihkan rasa nyeri klien, ini berhasil dilakukan karena klien
sudah pahan dengan apa yang dijelaskan dan diajarkan oleh penulis. Sedangkan
penanganan gangguan masalah tidur, tindakan difokuskan kepada pengalihan
nyeri. Ini dikarenakan jika klien merasakan nyeri klien tidak dapat
beristitirahat / tidur dengan tenang. Untuk masalah kurang pengetahuan,
tindakan difokuskan kepada health education tentang rheumatoid astritis. Dan
sedikit memberikan informasi tentang penanganannya.

E. EVALUASI

Dalam mengevaluasi keberhasilan pencapaian pelaksanaan asuhan


keperawatan kepada klien dilakukan setelah 3 x 8 jam, tetapi eveluasi tindakan
dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan keperawatan.
Pada saat evaluasi akhir, menunjukkan pencapaian kriteria evaluasi,
misalnya untuk diagnosa I klien mampu mendemonstrasikan cara menangani
keluhan nyeri yang berarti sesuai dengan kriteria hasil pada perencanaan.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah proses pemberian asuhan keperawatan pada klien Ny”M” penulis dapat
menyimpulkan :

1. Dalam memberitahukan asuhan keperawatan pada lansia, banyak diemukan


hambatan-hambatan sehingga kita harus benar-benar mengenal lansia itu agar
kita bisa mencari jalan keluar jika muncul hambatan terutama pada proses
pengkajian.

2. Dalam proses memberikan asuhan keperawatan asuhan keperawatan pada


lansia, kita harus sabar menghadapi perubahan emosi yang setiap saat
berubah-ubah.

3. Memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan khusus seperti


klien dengan gangguan pendengaran memiliki trik-trik tersendiri agar
komunikasi lancar. Berbeda dengan lansia yang tidak mengalami gangguan
pendengaran, pelaksanaan asuhan keperawatan lebih mudah.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Pendokumentasian keperawatan,


Edisi 2. Jakarta : EGC.

Doenges, M.E, dkk. 1999. Rencana Asuhan keperawatan : Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta :
EGC.

Internet : http//drlizakedokteran.blogspot.com/2007/12/Osteoartritis-re.html

Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan gerontik, Edisi 2. Jakarta : EGC.

Price, S.A. 2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6.


Jakarta : EGC.

Wahit Iqbal Mubarak, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai