Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Istilah “pre-eklamsi” telah menggantikan istilah “toksemia”.
Terdapat 5 % pada semua kehamilan sebagai komplikasi, 20% pada
kehamilan nullipara, 40% pada wanita dengan penyakit ginjal kronik.
Keterlambatan diagnosis dan ketidakpastian pengobatan bisa berakhir
dengan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin yang signifikan.
Kelainan hipertensi pada kehamilan merupakan peyumbang utama
terhadap morbiditas dan mortalitas ibu dan prenatal. Komplikasi akibat
kelainan hipertensi pada kehamilan secara konsisten dicantumkan di antara
tiga penyebab yang terlazim pada kematian ibu di semua negara-negara
maju. Insiden yang dilaporkan bergantung pada kriteria diagnosis, dan
terdapat kekurangan yang berbeda dari keseragaman.
Preeklampsi merupakan penyulit dalam proses kehamilan yang
kejadiannya senantiasa tetap tinggi. Dimana faktor ketidaktahuan tentang
gejala awal oleh masyarakat merupakan penyebab keterlambatan
mengambil tindakan yang dapat berakibat buruk bagi ibu maupun janin.
Dari kasus kehamilan yang dirawat di rumah sakit 3-5 %
merupakan kasus preeklampsi atau eklampsi (Manuba,1998). Dari kasus
tersebut 6 % terjadi pada semua kehamilan, 12 % terjadi pada
primigravida (Muthar,1997). Masih tingginya angka kejadian dapat
dijadikan sebagai gambaran umum tingkat kesehatan ibu hamil dan tingkat
kesehatan masyarakat pada umumnya.
Dengan besarnya pengaruh atau komplikasi dari preeklampsi
terhadap tingginya tingkat kematian bumil dan janin , sudah selayaknya
dilakukan suatu upaya untuk mencegah dan menangani kasus preeklampsi
. Keperawatan bumil dengan preeklampsi merupakan salah satu usaha
nyata yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya komplikasi sebagai
akibat lanjut dari preeklampsi tersebut.
1
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui pengertian pre-eklamsi klasifikasi, etiologi,
tanda dan gejala pre-eklamsi, pencegahan pre-eklamsi.
b. Memberi gambaran dalam penerapan asuhan keperawatan
yang komprehensip pada bumil dengan pre-eklampsi
1.2.2. Tujuan Khusus
Mampu mengkaji, menganalisa, merencanakan , melaksanakan ,
dan mengevaluasi, serta mampu memecahkan masalah yang
timbul.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
1.

2.

2.1 Perubahan anatomi fisiologi kehamilan


Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genetalia wanita
mengalami perubahan yang mendasar, sehingga dapat menunjang
perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam
perkembangannya mengeluarkan hormon somatomamotropin, esterogen,
dan progesteron yang menyebabkan perubahan (Prawirohardjo, 2009)
pada :
a. Rahim atau Uterus
Rahim yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan
mengalami hipertrofi dan hyperplasia, sehingga menjadi seberat 100
gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hyperplasia dan
hipertropi menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran
rahim karena pertumbuhan janin.
b. Vagina (Liang Senggama)
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena
pengaruh esterogen, sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan.
c. Ovarium (Indung Telur)
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus
luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya
plasenta yang sempurna pada umur 16 minggu.
d. Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai
persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara
tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu
esterogen, progesteron, dan somatomammotropin.

3
e. Sirkulasi Darah
Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa faktor diantaranya,
meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah, sehingga dapat memenuhi
kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim, terjadi
hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro-
plasenter, dan pengaruh hormon esterogen dan progesteron makin
meningkat. Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan
peredaran darah yaitu :
1) Volume darah
Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum darah
lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam
pengenceran darah (hemodilusi), dengan puncaknya pada umur
hamil 32 minggu. Volume darah bertambah sebesar 25 sampai 30
% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%.
2) Sel darah
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya sekitar 20% untuk
dapat meningkatkan pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi
pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume
darah, sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis.
Sel darah putih meningkat dengan mencapai jumlah sebesar
10.000/ml. Dengan hemodilusi dan anemia fisiologis maka laju
endap darah semakin tinggi dan dapat mencapai 4 kali dari angka
normal.
f. Sistem Respirasi
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat
memenuhi kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan diafragma
karena dorongan rahim yang membesar pada umur kehamilan 32
minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan
O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20
sampai 25% dari biasanya.

4
g. Sistem Pencernaan
Karena pengaruh esterogen, pengeluaran asam lambung meningkat
yang dapat menyebabkan :
1) Pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi);
2) Daerah lambung terasa panas;
3) Terjadi mual dan sakit/pusing kepala terutama pagi hari
(morning sickness);
4) Muntah, yang terjadi disebut emesis gravidarum;
5) Muntah berlebih, sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari
(hiperemesis gravidarum);
6) Progesteron menimbulkan gerak usus makin berkurang dan
dapat menyebabkan obstipasi.
h. Perubahan Pada Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi
karena pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisis
anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini
terjadi pada striae gravidarum livide atau alba, areola mamae, papilla
mamae, linea nigra, pipi (chloasma gravidarum). Setelah persalinan
hiperpigmentasi ini akan menghilang.
i. Metabolisme
Dengan terjadi kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan
yang mendasar, perubahan metabolisme yang mendasar antara lain :
1) Metabolisme basal naik sebesar 15% sampai 20% dari semula,
terutama pada trimester ketiga;
2) Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq
per liter menjadi 145 mEq per liter disebabkan hemodilusi
darah dan kebutuhan mineral yang diperlukan janin;
3) Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin, perkembangan organ
kehamilan, dan persiapan laktasi. Dalam makanan diperlukan

5
protein tinggi sekitar ½ gr/kg BB atau sebutir telur ayam
sehari;
4) Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein;
5) Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil: kalsium 1,4 gram
setiap hari, 30 sampai 40 gram untuk pembentukan tulang
janin, fosfor, rata-rata 2 gram dalam sehari, zat besi, 800 mgr
atau 30 sampai 50 mgr sehari, dan air, ibu hamil memerlukan
air cukup banyak dan dapat terjadi retensi air;
6) Berat badan ibu hamil bertambah antara 6,5 sampai 16,5 kg
selama kehamilan atau terjadi kenaikan berat badan sekitar ½
kg/minggu.

2.2 Pengertian Pre-eklamsia


Preeklamsia adalah keracunan pada kehamilan. Ini biasanya terjadi
pada trimester ketiga kehamilan atau bisa juga muncul pada trimester
kedua. Preeklamsia mungkin terjadi pada setiap ibu hamil. Beberapa
kondisi yang memiliki kemungkinan mengalami preeklamsia, yaitu
kehamilan pertama, kehamilan bayi kembar, ibu hamil pengidap diabetes,
ibu hamil yang memiliki riwayat hipertensi, memiliki masalah dengan
ginjal, dan juga wanita yang hamil pertama pada usia 20 tahun di atas 35
tahun.
Preeklamsia adalah salah satu penyakit yang sering dijumpai pada
ibu hamil dan masih merupakan salah satu penyebab kematian besar di
dunia. Di Amerika Serikat, 1/3 dari kematian ibu disebabkan oleh
preeklamsia. Begitu pula di Indonesia.
Preeklampsia adalah berkembangnya hipertensi dengan proteinuria
atau edema atau keduanya yang disebabkan oleh kehamilan atau
dipengaruhi oleh kehamilan yang sekarang. Biasanya keadaan ini timbul
setelah umur kehamilan 20 minggu tetapi dapat pula berkembang sebelum
saat tersebut pada penyakit trofoblastik. Preeklamsia merupakan gangguan
yang terutama terjadi pada primigravida. (Ben-zion Taber, M.D)
6
Preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan di mana
hipertensi terjadi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang
sebelumnya memiliki tekanan darah normal. Preeklampsia merupakan
suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak sistem dan ditandai
oleh hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria. (Bobak, 2005)
Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria.Menurut Prawiroharjo 2008 hal-hal yang perlu
diperhatikan:
1) Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥140/90
mmHg. Pengukuran darah dilakukan sebanyak 2 kali pada selang
waktu 4 jam-6 jam.
2) Proteinuria adalah adanya 300 mg protein dalam urin selama 24
jam atau sama dengan ≥1+ dipstic.
3) Edema, sebelumnya edema tungkai dipakai sebagai tanda-tanda pre
eklamsi tetapi sekarang edema tungkai tidak dipakai lagi, kecuali
edema generalisata. Selain itu bila di dapatkan kenaikan berat
badan >0,57kg/minggu.
Preeklamsi adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya
perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, proteinuria adalah
tanda penting preeklamsi, terdapatnya proteinuria 300 mg/1+
(Cunningham, 2006).

2.3 Klasifikasi Pre-eklamsia


a. Preeklampsi ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria
dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Edema tekan pada tungkai ( pretibial ), dinding perut,
lumbosakral, wajah atau tungkai, ditandai :
1) Tekanan darah sistol 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan
intrerval 6 jam pemeriksaan.
2) Tekanan darah diastol 90 atau kenaikan 15 mmHg.
3) BB naik lebih dari 1 Kg/minggu.
7
4) Proteinuri 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif 1 – 2 pada
setiap urine kateter atau midstearh.
b. Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai
proteinuria dan atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
Yang ditandai adanya edema anasarka (seluruh tubuh ) dan edema paru
( berat ), kualitatif (+++) ,ditandai :
1) Oliguri, urine , 400 cc/24 jam.
2) Proteinuri > dari 3 gr/l.
3) Keluhan subyektif : nyeri epigastrium, nyeri kepala, gangguan
penglihatan, gangguan kesadaran, oedema paru dan sianosis.

2.4 Etiologi
Penyebab penyakit ini sampai sekarang belum bisa diketahui secara
pasti. Namun banyak teori yang telah dikemukakan tentang terjadinya
hipertensi dalam kehamilan tetapi tidak ada satupun teori tersebut yang
dianggap benar-benar mutlak.Beberapa faktor resiko ibu terjadinya
preeklamsi:
a. Paritas
Kira-kira 85% preeklamsi terjadi pada kehamilan pertama.
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari kejadian
preeklamsi dan risiko meningkat lagi pada grandemulti gravida
(Bobak, 2005). Selain itu primitua, lama perkawinan ≥4 tahun juga
dapat berisiko tinggi timbul preeklamsi (Rochjati, 2003)
b. Usia
Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 23-35
tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan bersalin pada usia
dibawah 20 tahun dan setelah usia 35 tahun meningkat, karena
wanita yang memiliki usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35
tahun di anggap lebih rentan terhadap terjadinya preeklamsi
(Cunningham, 2006). Selain itu ibu hamil yang berusia ≥35 tahun
8
telah terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan
lahir tidak lentur lagi sehingga lebih berisiko untuk terjadi
preeklamsi (Rochjati, 2003).
c. Riwayat hipertensi
Riwayat hipertensi adalah ibu yang pernah mengalami
hipertensi sebelum hamil atau sebelum umur kehamilan 20
minggu. Ibu yang mempunyai riwayat hipertensi berisiko lebih
besar mengalami preeklamsi, serta meningkatkan morbiditas dan
mortalitas maternal dan neonatal lebih tinggi. Diagnosa preeklamsi
ditegakkan berdasarkan peningkatan tekanan darah yang disertai
dengan proteinuria atau edema anasarka (Cunningham, 2006)
d. Sosial ekonomi
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa wanita yang
sosial ekonominya lebih maju jarang terjangkit penyakit
preeklamsi. Secara umum, preeklamsi/eklamsi dapat dicegah
dengan asuhan pranatal yang baik. Namun pada kalangan ekonomi
yang masih rendah dan pengetahuan yang kurang seperti di negara
berkembang seperti Indonesia insiden preeklamsi/eklamsi masih
sering terjadi (Cunningham, 2006)
e. Hiperplasentosis /kelainan trofoblast
Hiperplasentosis/kelainan trofoblas juga dianggap sebagai
faktor predisposisi terjadinya preeklamsi, karena trofoblas yang
berlebihan dapat menurunkan perfusi uteroplasenta yang
selanjutnya mempengaruhi aktivasi endotel yang dapat
mengakibatkan terjadinya vasospasme, dan vasospasme adalah
dasar patofisiologi preeklamsi/eklamsi. Hiperplasentosis tersebut
misalnya: kehamilan multiple, diabetes melitus, bayi besar, 70%
terjadi pada kasus molahidatidosa (Prawirohardjo, 2008;
Cunningham, 2006).

9
f. Genetik
Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam
kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan genotip janin.
Telah terbukti pada ibu yang mengalami preeklamsi 26% anak
perempuannya akan mengalami preeklamsi pula, sedangkan 8%
anak menantunya mengalami preeklamsi. Karena biasanya
kelainan genetik juga dapat mempengaruhi penurunan perfusi
uteroplasenta yang selanjutnya mempengaruhi aktivasi endotel
yang dapat menyebabkan terjadinya vasospasme yang merupakan
dasar patofisiologi terjadinya preeklamsi/eklamsi (Wiknjosastro,
2008; Cunningham, 2008).
g. Obesitas
Obesitas adalah adanya penimbunan lemak yang berlebihan
di dalam tubuh. Obesitas merupakan masalah gizi karena kelebihan
kalori, biasanya disertai kelebihan lemak dan protein hewani,
kelebihan gula dan garam yang kelak bisa merupakan faktor risiko
terjadinya berbagai jenis penyakit degeneratif, seperti diabetes
melitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, reumatik dan
berbagai jenis keganasan (kanker) dan gangguan kesehatan
lain.Hubungan antara berat badan ibu dengan risiko preeklamsia
bersifat progresif, meningkat dari 4,3% untuk wanita dengan
indeks massa tubuh kurang dari 19,8 kg/m2 terjadi peningkatan
menjadi 13,3 % untuk mereka yang indeksnya ≥35 kg/m2
(Cunningham, 2006; Mansjoer, 2008)

2.5 Tanda dan Gejala Pre-eklamsia


a. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastole 15
mmHg atau lebih, dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan
20 minggu atau lebih. Atau sistol 140 - 160 mmHg dan diastole 90 -
110 mmHg.
10
b. Proteinuria secara kuantitatif lebih dari 0,3 gram/liter dalam 24 jam
atau secara kualitatif (++).
c. Edema pada pretibial, dinding abdomen, lumbosakral dan wajah atau
lengan.
d. Terjadinya gejala subjektif:
1) Sakit Kepala
2) Penglihatan kabur
3) Nyeri pada epigastrum
4) Sesak napas
5) Berkurangnya urin
e. Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma
f. Terjadinya kejang
g. Penurunan angiostensin, renin, dan aldosteron, tetapi juga dijumpai
edema, hipertensi dan proteinuria.

2.6 Patofisiologi
Pada preeklampsi terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan
terjadi peningkatan hematokrit, dimana perubahan pokok pada
preeklampsi yaitu mengalami spasme pembuluh darah perlu adanya
kompensasi hipertensi ( suatu usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan
perifir agar oksigenasi jaringan tercukupi). Dengan adanya spasme
pembuluh darah menyebabkan perubahan – perubahan ke organ antara
lain :
a. Otak
Mengalami resistensi pembuluh darah ke otak meningkat akan
terjadi oedema yang menyebabkan kelainan cerebal bisa menimbulkan
pusing dan CVA, serta kelainan visus pada mata.
b. Ginjal.
Terjadi spasme arteriole glomerulus yang menyebabkan aliran
darah ke ginjal berkurang maka terjadi filtrasi glomerolus negatif ,
dimana filtrasi natirum lewat glomelurus mengalami penurunan
11
sampai dengan 50 % dari normal yang mengakibatkan retensi garam
dan air , sehingga terjadi oliguri dan oedema.
Terjadi perubahan fungsi ginjal disebabkan karena menurunnya
aliran darah ke ginjal akibat hipovolemi, kerusakan sel glomerulus
mengakibatkan meningkatnya permebelitas membran basalis sehingga
terjadi kebocoran dan mengakibatkan proteinuria. Gagal ginjal akut
akibat nekrosis tubulus ginjal.
c. URI
Dimana aliran darah plasenta menurun yang menyebabkan
gangguan plasenta maka akan terjadi IUGR, oksigenisasi berkurang
sehingga akan terjadi gangguan pertumbuhan janin, gawat janin , serta
kematian janin dalam kandungan.
d. Rahim
Tonus otot rahim peka rangsang terjadi peningkatan yang akan
menyebabkan partus prematur.
e. Paru
Dekompensi cordis yang akan menyebabkan oedema paru
sehingga oksigenasi terganggu dan cyanosis maka akan terjadi
gangguan pola nafas. Juga mengalami aspirasi paru / abses paru yang
bisa menyebabkan kematian
f. Hepar
Penurunan perfusi ke hati dapat mengakibatkan oedema hati ,
dan perdarahan subskapular sehingga sering menyebabkan nyeri
epigastrium, serta ikterus.

12
Pathway :

13
2.7 Pencegahan Pre-eklamsia
Pencegahan preeklamsi ini dilakukan dalam upaya untuk mencegah
terjadinya preeklamsi pada perempuan hamil yang memiliki resiko
terjadinya preeklamsi. Menurut Prawirohardjo 2008 pencegahan dapat
dilakukan dengan 3 cara yaitu:
a. Pencegahan non medikal
Yaitu pencegahan dengan tidak memberikan obat, cara yang paling
sederhana yaitu dengan tirah baring. Kemudian diet, ditambah
suplemen yang mengandung: a) minyak ikan yang kaya akan asam
lemak tidak jenuh misal: omega-3 PUFA, b) antioksidan: vitamin C,
vitamin E, dll.c) elemen logam berat: zinc, magnesium, kalium.
b. Pencegahan dengan medikal
Pemberian deuretik tidak terbukti mencegah terjadinya hipertensi
bahkan memperberat terjadinya hipovolumia. Pemberian kalsium:
1.500-2.000mg/hari, selain itu dapat pula diberikan zinc 200
mg/hari,magnesium 365 mg/hari. Obat trombotik yang dianggap dapat
mencegah preeklampsi adalah aspirin dosis rendah rata-rata
<100mg/hari atau dipiridamole dan dapat juga diberikan obat anti
oksidan misalnya vitamin C, Vitamin E β-karoten, N-Asetilsistein,
asam lipoik
c. Antenatal care (ANC)
ANC adalah pemeriksaan/pengawasan antenatal adalah
pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental dan
fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas,
persiapan memberikan ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi
secara wajar.

14
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.

3.1. Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Pre-eklamsi


3.1.1. Pengkajian
3.1.1.1. Anamnese
a. Biodata: Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan,
status perkwinan, berapa kali nikah, dan berapa lama.
b. Riwayat kehamilan sekarang : kehamilan yang ke berapa,
sudah pernah melakukan ANC, terjadi peningkatan tensi,
oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, dan
penglihatan kabur.
c. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit jantung,
ginjal, HT, paru.
d. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : adakah
hipertensi atau preeklampsi.
e. Riwayat kesehatan keluarga : adakah keluarga yang
menderita penyakit jantung, ginjal, HT, dan gemmeli.
f. Pola Aktivias Sehari-hari
1) Sirkulasi:
a) Peningkatan TD menetap melebihi nilai dasar
setelah 20 mgg kehamilan.
b) Riwayat hipertensi kronis.
c) Nadi mungkin menurun.
d) Dapat mengalami memar spontan, perdarahan lama,
atau epistaksis (trombositopenia).
2) Pola eliminasi: Fungsi ginjal mungkin menurun
(kurang dari 400 ml/24 jam ) atau tidak ada.
3) Pola makan dan cairan:
a) Mual / muntah.

15
b) Penambahan berat badan 2+ lb (0,9072 kg) atau
lebih dalam 1 minggu, 6 lb (2,72) atau lebih per
bulan (tergantung pada lamanya gestasi).
c) Malnutrisi (kelebihan atau kurang berat badan 20%
atau lebih besar); masukan protein/ kalori kurang.
d) Edema mungkin ada, dari ringan sampai berat/
umum dan dapat meliputi wajah, ekstermitas, dan
sistem organ (mis: hepar, otak)
e) Diabetes mellitus.
4) Neurosensori:
a) Pusing, sakit kepala frontal.
b) Diplopia, penglihatan kabur.
c) Hiperrefleksia
d) Kacau mental-tonik, kemudian fase tonik, diikuti
dengan periode kehilangan kesadaran.
e) Pemeriksaan funduskopi dapat menunjukkan edema
atau spasme vaskular.
5) Nyeri / Ketidaknyamanan:Nyeri epigastrik (region
kuadran atas kanan )
6) Pernafasan :
a) Pernafasan mungkin kurang dari 14/menit
b) Krekels mungkin ada.
7) Keamanan :Ketidak sesuaian Rh mungkin ada.
8) Pola seksual :
a) Primigravida, gestasi multipel, hidramnion, mola
hidatidosa, hidrops fetalis.
b) Gerakan bayi mungkin berkurang.
c) Tanda-tanda abrupsi plasenta mungkin ada.

16
3.1.1.2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi : oedema, yang tidak hilang dalam kurun waktu
24 jam.
b. Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi
oedema dengan menekan bagian tertentu dari tubuh.
c. Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui
adanya fetal distress, kelainan jantung, dan paru pada
ibu.
d. Perkusi : untuk mengetahui reflek patela sebagai syarat
pemberian Mg SO4.
e. Pemeriksaan penunjang :
1) Tanda vital yang diukur 2 kali dengan interval 6 jam.
2) Laboratorium : proteinuri dengan kateter atau
midstream (biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau
+ 1 sampai + 2 pada skala kualitatif), kadar
hematokrit menurun, berat jenis urine meningkat,
serum kreatinin meningkat, uric acid > 7 mg/100 ml.
3) USG : untuk medeteksi keadaan kehamilan, dan
plasenta.
4) NST : untuk menilai kesejahteraan janin

3.1.2. Prioritas Keperawatan


a. Memantau kondisi ibu, janin, dan plasenta.
b. Mencegah atau menurunkan akumulasi atau komplikasi cairan
lanjut.
c. Meningkatkan kesejahteraan ibu/janin
d. Memberikan informasi untuk meningkatkan perawatan diri

3.1.3. Diagnosa Keperawatan


a. Kelebihan volume cairan b.d peningkatan reabsorbsi natrium
b. Penuruna curah jantung b.d hipovolemia.
17
c. Perubahan perfusi jaringan uteroplasenta b.d interupsi aliran
darah (vasospasme progresif dari arteri spiral).
d. Resiko tinggi terhadap cedera ibu b.d edema / hipoksia
jaringan.
e. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan metabolik dan menggantikan
kehilangan.
f. Kurang pengetahuan b.d kurangnya pemajanan/ tidak mengenal
sumber-sumber informasi.
g. Ansietas b.d preeklampsia dan efeknya pada ibu dan bayi
h. Nyeri akut b/d peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat
hipertensi
i. Resiko gangguan hubungan ibu dan janin berhubungan dengan
gangguan suplay oksigen ke utero plasenta sekunder akibat
peningkatan tekanan darah

3.1.4. Rencana Asuhan Keperawatan


a. Diagnosa Keperawatan 1
Kelebihan volume cairan b.d peningkatan reabsorpsi Na
Kemungkinan dibuktikan oleh :
Adanya hipertensi, proteinuria, peningkatan retensi natrium,
oliguroi, dispnea.
Hasil yang diharapkan klien akan :
1) Menyebutkan cara-cara untuk meminimalkan masalah
2) Mengidentifikasi tanda/gejala yang memerlukan
evaluasi/intervensi medis
3) Bebas dari hipertensi, albuminuria, retensi cairan
berlebihan, dan edema wajah
Intervensi Keperawatan
1) Tindakan Mandiri
a) Pantau berat badan secara teratur
18
R/: Mendeteksi penambahan berat badan berlebihan
dan retensi cairan yang tidak kelihatan, yang potensial
patologis. Selama trimester kedua, total cairan tubuh
(plasma dan sel-sel darah merah) meningkat 1.000 ml,
karena sebagian kadar estrogen merangsang kelenjar
adrenal untuk mensekresikan aldosteron yang menahan
natrium dan air.
b) Kaji adanya tanda-tanda HAK, perhatikan tekanan
darah. Pantau lokasi/luasnya edema, masukan atau
haluran cairan. Perhatikan laporan-laporan gangguan
penglihatan, sakit kepala, nyeri epigastrik atau adanya
hiperrefleksia.
R/: Indikator edema patologis. Meskipun HKK karena
retensi cairan berlebihan biasanya tidak terlihat sampai
akhir minggu ke-10 kehamilan, dapat terjadi di awal,
khususnya pada pasien dengan faktor-faktor
predisposisi seperti diabetes, penyakit ginjal, hipertensi,
gestasi multipel, malnutrisi (kelebihan berat badan atau
kura berat badan), mola hidatidosa.
c) Tes urin terhadap albumin
R/: Deteksi masalah vaskular berkenaan dengan spasme
glomerular dari ginjal, yang menurunkan reabsorpsi
albumin.
d) Berikan informasi tentang diet (mis., peningkatan
protein, tidak menambahkan garam meja, menghindari
makan dan minuman tinggi natrium).
R/: Nutrisi adekuat, khususnya peningkatan protein,
menurunkan kemungkinan HAK. Natrium berlebihan
dapat memperberat retensi air (terlalu sedikit natrium
dapat mengakibatkan dehidrasi).

19
e) Anjurkan meningkatkan ekstremitas secara periodik
selama sehari.

R/: Edema fisiologis dari ekstremitas bawah terjadi di


penghujung hari adalah normal, tetapi harus dapat
diatasi dengan tindakan sederhana. Bila ini tidak
teratasi, pemberi pelayanan kesehatan harus diberitahu.
f) Tinjau ulang kadar Ht. (perhatikan efek dari variabel-
variabel seperti sikap dan ras)
R/: Pada umumnya kadar >41% (Caucasian) atau >38%
(keturunan Afrika) menunjukkan perpindahan cairan
intravaskular mengakibatkan edema jaringan.
2) Kolaborasi
Jadwalkan kunjungan pranatal lebih sering dan lakukan
pengobatan bila ada HAK. (Rujuk pada MK : Hipertensi
Karena Kehamilan).
R/: Perawatan membantu meningkatkan kesejahteraan
ibu/janin.

b. Diagnosa keperawatan 2
Penurunan curah jantung b.d hipovolemia
Kemungkinan dibuktikan oleh :.
Variasi tekanan darah/ hasil hemodinamik , edema, sesak
nafas,perubahan situs mental.
Hasil yang diharapkan klient akan :
1) Tetap normotensif selama sisa masa kehamilan .
2) Melaporkan tidak adanya atau menurunya kejadian dispnea.
3) Mengubah tingkat aktivitas sesuai kondisi.
Intervensi Keperawatan
1) Tindakan Mandiri

20
a) Kaji tekanan arteri rata (MAP) pada gestasi minggu
ke22, tekanan 90 mm hg dipertimbangkan prediktif
HKK. Kaji krekels, gurgle, dan dispnea; perhatiakn
frekuensi / upaya pernafasan
R/: Edema paru dapat terjadi , pada perubahan tahanan
vaskular perifer dan penurunan pada tekanan osmotik
koloid plasma.
b) Lakukan tirah baring pada klient dengan posisi miring
kiri.
R/: Meningkatkan aliran balik vena, curah jantung dan
perfusi ginjal/plasenta.
2) Tindakan Kolaborasi
a) Berikan obat anti hipertensiseperti
hidralazin(apresoline) P.O./I.V sehingga diastolik jadi
antara 90-dan 110mm Hg, ikuti dengan pemberian
metildopauntuk mempertahankan terapi sesuai
kebutuhan.
R/: Bila TD tidak berespon terhadap tindakan
konservatif, mungkin perlu pemberian obat . obat
antihipertensi bekerja secara langsung pada arteriol
untuk meningkatkan relaksasi otot polos kardiovaskular
dan membantu meningkatkan suplaidarah ke serebrum ,
ginjal ,uterus, dan plasenta . hidralazin adalah obat
pilihan karena tidak menghasilkan efek samping pada
janin.
b) Pantau parametre hemodinamik invasif
R/: Memberikan gambaran akurat dari perubahan
vaskular dan volume cairan. Konstriksi vaskular yang
lama, peningkatan hemokonsentrasi, dan perpindahan
cairan menurunkan curah jantung.

21
c. Diagnosa keperawatan 3
Perubahan perfusi jaringan uteroplasenta b.d interupsi aliran
darah (vasospasme progresif dari arteri spiral).
Kemungkinan dibuktikan oleh :.
Retardasi pertumbuhan intrauterus,perubahan aktivitas
janin/frequensi jantung, kelahiran prematur, kematian janin.
Hasil yang diharapkan klient akan :
mendemonstrasikan reaktivitas ke SSPnormal pada NST(tes
non stres) bebas dari deselerasi lanjut, tidak ada penuruan
jantung janin pada CTS/OCT (contraction stres test/ oxitocin
challenge test).
Intervensi Keperawatan
1) Tindakan Mandiri
a) Identifikasi faktor-faktor yang mempengarui aktivitas
janin
R/: Merokok , pnggunaan obat , kadar glukosa serum ,
bunyi lingkungan , waktu dalam sehari dan siklus tidur
bangun dari janin dapat meningkat atau menurunkan
gerakan janin.
b) Tinjau ulang tanda2 abrupsi plasenta (mis; pendarahan
vagina, nyeri tekan uterus, nyeri abdomen, dan
penurunan aktivitas janin).
R/: Pengenalan dan intervensi dini meningkatkan
kemungkinan hasil yang positif .
c) Evaluasi pertumbuhan janin ; ukur kemajuan
pertumbuhan fundus setiap kunjungan
R/: Penurunan fungsi plasenta dapat menyertai HKK,
mengakibatkan IUGR . stres intrauterus kronis dan
insufisiensi uteroplasenta menurunkan jumlah
kontribusi janin pada penumpukan cairan apniotik.

22
d) Perhatikan respon janin pada obat-obatan seperti
MGSO4, fenobarbital, dan diazepam.
R/: Efek depresan dari medikasi dapat menurunkan
pernafasan dan fungsi jantung janin serta tingkat
aktivitas janin, meskipun sirkulasi plasenta mungkin
adekuat.
2) Tindakan Kolaborasi
a) Perhatikan repon janin pada kriteria BPP atau CTS,
sesuai indikasi status ibu.( rujuk pada DK; cidera,
risiko timggi terhadap ibu)
R/: BPP membantu mengevaluasi janin dan lingkungan
janin

d. Diagnosa keperawatan 4
Resiko tinggi terhadap cedera ibu b.d edema / hipoksia
jaringan.
Kemungkinan dibuktikan oleh :.
tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda atau gejala yang
membuat diagnosis aktual
Hasil yang diharapkan klient akan :
1) Berpartisipasi dalam tindakan atau modifikasi lingkungan
untuk melindungi diri dan meningkatkan keamanan.
2) Bebas dari tanda-tanda iskemia serebral( gangguan
penglihatan, sakit kepala, perubahan pada mental)
3) Menunjukan kadar faktorpembekuan dan kadar enzim hepar
normal.
Intervensi Keperawatan
1) Tindakan Mandiri
a) Kaji adanya masalah SSP ( mis; sakit kepala, peka
rangsang ,gangguan penglihatan atau perubahan pada
pemeriksaan funduskopi )
23
R/: Edema serebral dan vasokontriksi dapat diev aluasi
dari masa perubahan gejala, prilaku atau retina.
b) Tekankan pentingnya klient melaporkan tanda2 dan
gejala yang berhubungan dengan SSP.
R/: Keterlambatan tindakan atau awitan progresif
gejala-gejala yang dapat menga kibatkan kejang tonik-
klonik atau eklamsia.
c) Perhatikan purubahan pada tingkat kesadaran.
R/: Pada kemajuan HKK vasokonstriksi dan
vasospasme pembuluh darah serebral menurunkan
konsumsi ogsigen 20% dan mengakibatkan iskemia
serebral
d) Kajia tanda-tanda eklamsia yang akan datang;
hiperaktivitas (3+sampai 4+) dari reflek tendon dalam,
klonus pergelangan kaki, penurunan nadi dan
oernafasan , nyeri epegastrik, dan oliguria (kurang dari
50ml/jam ) .
R/: Edema / vasokonstiksi umum, dimanifestasikan
oleh masalah SSP berat dan masalah ginjal hepar
,kardiovaskular dan pernapasan mendahului kejang .
e) Implementasi tindakan pencegahan kejang perprotokol.
R/: Menurunkan resiko cidera bila kejang terjadi.
f) Pada kejadian kejang , miringkan klient; pasng jalan
nafas/blok gigitan bila mulut rileks; berikan oksigen
lepaskan pakaian yang ketat ; jangan membatasi
gerakan ; dan dokumentasikan masalah motorik , durasi
kejang , dan pereilaku pascakejang.
R/: Mempertahankan jalan nafas menurunkan resiko
aspirasi dan mencegah lidah menyumbat jalan nafas .
memaksimalkan oksigenasi .(catatan ; waspada dengan

24
penggunaan jalan nafas / blok gigitan ; jangan mencoba
bila rahang keras karena dapat terjadi cidera).

e. Diagnosa keperawatan 5
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan metabolik dan menggantikan
kehilangan.
Kemungkinan dibuktikan oleh :.
Tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda untuk menegakan
diagnosa aktual
Hasil yang diharapkan klient akan :
1) Mengungkapkan pemahaman tentang kebutuhan diet
Individu.
2) Mendemonstrasikan pengetahuan diet yag tepat seperti
dibuktikan oleh pengembangan terencana diet dengan
sumber keuangan seendiri.
3) Menunjukkan penam bahan berat badan yang tepat.
Intervensi Keperawatan
1) Tindakan Mandiri
a) Kaji status nutrisi klient , kondisi rambut dan kuku ,dan
tinggi serta berat badan sebelum hamil.
R/: membuet pedoman untuk menentukan kebutuhan
diet dan pendidikan klien, malnutrisi dapat menjadi
faktor pemberat pada awitan HKK, kususny bila klien
mengikuti diet rendahprotein , dengan masukan kalori
tidak cukup , dan kelebihan berat badan atau
kekurangan berat badan 20% atau lebih sebelum hamil.
b) Berikan informasi tentang penambahan berat badan
normal pada kehamilan , modifikasi supaya memenuhi
kebutuhan klient.

25
R/: Klien dengan berat badan kurang memerlukan diet
dengan kalori lebih tinggi . klien gemuk harus
menghindari diet karena ini membuat janin menjadi
ketosis.
c) Berikan informasi verbal tentang tindakan dan
penggunaan proteindan peranya dalam pengembangan
HKK.
R/: 1,5g/kg masukan setiap hari cukup untuk
menghilangkan kehilangan protein dalam urin dan
memungkinkan tekanan onkotik serum normal.
d) Berikan informasi mengenai efek tirah baring dan
penurunan aktivitas pada kebutuhan protein.
R/: Menurunkan laju metabolisme selama tirah baring
dan pembatasan aktivitasmenurunkan kebutuhan
protein.

f. Diagnosa keperawatan 6
Kurang pengetahuan b.d kurangnya pemajanan/ tidak mengenal
sumber-sumber informasi.
Kemungkinan dibuktikan oleh :.
Meminta informasi, pernyataan salah konsep, ketidak akuratan
mengikuti intruksi, terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.
Hasil yang diharapkan klient akan :
1) Mengungkapkan pemahaman tentang proses penyakit dan
rencana tindakan yang tepat.
2) Mengidentifikasi tanda dan gejala yang memerlukan
evaluasi medis.
3) Melakukan prosedur yang diperlukan dengan benar.
4) Melakukan perubahan gaya hidup

26
Intervensi Keperawatan
1) Tindakan Mandiri
a) Kaji pengetahuan klient / pasangan tentang proses
penyakit. Berikan informasi tentang patofisiologi HKK,
implikasi terhadap ibu dan janin dan rasional intervensi
, prosedur dan tes, sesuai kebutuhan.
R/: Membuat data dasar dan memberikan informasi
tentang bidang mana yang membutuhkan pembelajaran .
penerimaan informasi dapat meningkatkan pemahaman
dan menurunkan rasatakut , membantu memudahkan
rencana tindakan untuk klien;
(Catatan; penelitian terbaru yang sedang berjalan dapat
memberikan pilihan tindakan tambahan, seperti
menggunakan aspirin dosis rendah 60g/hr untuk
menurunkan generasi tromboksan oleh tromboksit
membatasi insiden/beratnya HKK)
b) Berikan informasi tetang tanda dan gejala yang
mengindikasikan kondisi yang semakin buruk , dan
instruksiksn kapan klient memberi tahu pemberi
perawatan kesehatan.
R/: Membantu menjamin bahwa klien mencari tindakan
pada waktu yang tepat dan mencegah memburuknya
status kondisi preeklamsia atau komplikasi tambahan.
c) Pertahankan supaya klient tetap mendapat infor masi
tentang kondisi kesehatan, hasil tes dan kesejah teraan
janin.
R/: Rasa takut dan ansietas dapat menyatu bila klien /
pasangan tidak dapat informasi yang adekuat tentang
keadaan dari proses penyakitatau dampaknya pada klien
dan janin.

27
d) Tinjau ulang tes sendiri terhadap protein urin .Kuatkan
rasional dan implikasi tes.
R/: Hasil tes 2 atau lebih besar bermakna dan perlu
dilaporkan pada pemberi keperawatan kesehatan .
sepesimen urin terkontaminasi oleh rabas vagina atau
SDM dapat menghasikan hasil tes positif terhadap
protein.

g. Diagnosa keperawatan 7
Nyeri akut b/d peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat
hipertensi.
Tujuan :
1) Nyeri mendekati normal.
2) Nyeri terkontrol.
3) Pasien merasa nyaman
Hasil yang diharapkan klien akan :
1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik non farmakologi untuk mengurangi
nyeri).
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri.
3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekwensi dan
tanda)
4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
Intervensi Keperawatan :
1) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
2) Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri.
3) Kaji penyebab nyeri.
4) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.

28
5) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidak efektifan control nyeri masa lamapau
6) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menentukan
dukungan.
7) Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
8) Kurangi factor presipitasi.
9) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi, dan interpersonal).
10) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
11) Ajarkan tehnik relaksasi.
12) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
13) Evaluasi keefektifan control nyeri.
14) Tingkatkan istirahat tidur.
15) Kolaborasi dengan tim medis lain jika ada keluhan dan
tindakan yang tidak berhasil.
16) Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri.

h. Diagnose keperawatan 8
Resiko gangguan hubungan ibu dan janin berhubungan dengan
gangguan suplay oksigen ke utero plasenta sekunder akibat
peningkatan tekanan darah
Hasil yang diharapkan :
a. reflex neurologis tida menyimpang dari ilai normal
b. tekanan darah dalam batas normal
c. nadi dalam batas normal
d. respirasi dalam batas normal
e. tidak ada proteinuria
f. tidak ada glukosuria
g. tidak ada edema, nyeri kepala, mual muntah dan nyeri
abdomen
29
Rencana Keperawatan
a. Tentukan adanya faktor medis yang berhubungan dengan
memburuknya kehamilan
b. Kaji ulang riwayat obstetric yang berhubungan dengan
faktor resiko kehamilan
c. Kenali faktor demografi dan sosial yang berhubungan
dengan memburuknya kehamilan
d. Kaji tingkat pengetahuan klien dalam mengidentifikasi
faktor resiko
e. Motifasi klien untuk mengekspresikan perasaan dan
ketakutan tentang perubahan gaya hidup, perubahan
financial, fungsi keluarga dan keamanan klien
f. Lakukan pemeriksaan untuk mengevaluasi keadaan janin
dan fungsi plasenta
g. Berikan bimbingan antisipasi mengenai intervensi selama
proses persalinan dengan memonitoring DJJ, induksi
persalinan, pemberian obat obatan.

3.1.5. Evaluasi
Hasil yang diharapkan pada proses perawatan ibu hamil dengan pre
eklampsia adalah sebagai berikut:
a. Tidak terjadi trauma pada ibu atau meminimalkan kejadian
trauma pada ibu.
b. Mempertahankan tingkat kesadaran ibu hamil agar selalu tidak
turun.
c. Berpartisipasi dalam HE
d. Mempertahankan Efektifitas perfusi jaringan ginjal .
e. Tidak terjadi disstress pada janin
f. Mempertahankan BB normal pada ibu hami
g. Mempertahankan keseimbangan cairan

30
h. Mempertahankan dan mengatur diit untuk ibu hamil dengan
preeklampsia
i. Ibu dan janini tidak mengalami gejala sisa akibat preekampsia
j. Ibu tidak mengalami komplikasi berat
k. Ibu akan melahirkan dalam kondisi optimal tanpa suatu akibat
pada kondisi dan penatalaksanaanya.

31
BAB IV
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. P KEHAMILAN DENGAN PEB


(PREEKLAMSIA BERAT) DIRUANG MAWAR I RUMAH SAKIT
Dr.MOEWARDI’

A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukkan pada tanggal 11 Maret 2014, jam 10.00 WIB diruang
Mawar I RSUD Dr. Moewardi
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Ny. P
Umur : 35 th
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat: Mataram
Status Perkawinan : Kawin
No. RM : 01245266

Tanggal masuk RS: 09 Oktober 2019 (19.00 WIB)


b. Identitas penanggung jawab
Nama Suami : Tn. S
Umur : 30 th
Agama : Islam
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan bengkak pada kaki dan mata saat bangun
tidur

32
3. Riwayat penyakit pasien
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan satu hari sebelum masuk rumah sakit pasien
memeriksakan kandungannya ke klinik kandungan, dalam
pemeriksaan didapatkan bahwa TD pasien 180/100 mmHgndan
oedem pada kaki, kemudian pasien dianjurkan untuk dirawat intensive
di RS Dr. Moewardi karena kehamilan disertai PEB, pada
tanggal ( 9 Oktober 2019(19.00 wib) pasien datang ke RS Dr.
Moewardi dan didapatkan TD pasien 140/100 mmHg, kemudian
pasien diberi injeksi MGSO4 4gr/im, kemudian pasien dirawat diruang
mawar
b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Pasien mengatakan satu tahun yang lalu pernah keguguran anak


pertama saat janin berumur 8 minggu dikarenakan aktivitas yang
berat dan sebelumnya juga tidak pernah menderita penyakit hipertensi

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
yang sama dengan klien maupun penyakit menurun seperti Diabitus
Militus, Hipertensi serta penyakit menular seperti TBC, Hepatitis dan
HIV

B. Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa yang muncul dalam kasus adalah :
1. Nyeri akut b/d peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensi.
2. Kelebihan volume cairan b.d peningkatan reabsorpsi Na
3. Resiko gangguan hubungan ibu dan janin berhubungan dengan gangguan
suplay oksigen ke utero plasenta sekunder akibat peningkatan tekanan
darah

33
C. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Nyeri akut b/d peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensi.
a. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
b. Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri.
c. Kaji penyebab nyeri.
d. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
e. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidak
efektifan control nyeri masa lamapau
f. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menentukan dukungan.
g. Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
h. Kurangi factor presipitasi.
i. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi,
dan interpersonal).
j. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
k. Ajarkan tehnik relaksasi.
l. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
m. Evaluasi keefektifan control nyeri.
n. Tingkatkan istirahat tidur.
o. Kolaborasi dengan tim medis lain jika ada keluhan dan tindakan yang
tidak berhasil.
p. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri.

2. Kelebihan volume cairan b.d peningkatan reabsorpsi Na


a. Pantau berat badan secara teratur
b. Kaji adanya tanda-tanda HAK, perhatikan tekanan darah. Pantau
lokasi/luasnya edema, masukan atau haluran cairan. Perhatikan
laporan-laporan gangguan penglihatan, sakit kepala, nyeri epigastrik
atau adanya hiperrefleksia.
c. Tes urin terhadap albumin
34
d. Berikan informasi tentang diet (mis., peningkatan protein, tidak
menambahkan garam meja, menghindari makan dan minuman tinggi
natrium).
e. Anjurkan meningkatkan ekstremitas secara periodik selama sehari.
f. Tinjau ulang kadar Ht. (perhatikan efek dari variabel-variabel seperti
sikap dan ras)
g. Jadwalkan kunjungan pranatal lebih sering dan lakukan pengobatan
bila ada HAK. (Rujuk pada MK : Hipertensi Karena Kehamilan).

3. Resiko gangguan hubungan ibu dan janin berhubungan dengan gangguan


suplay oksigen ke utero plasenta sekunder akibat peningkatan tekanan
darah
a. Tentukan adanya faktor medis yang berhubungan dengan
memburuknya kehamilan
b. Kaji ulang riwayat obstetric yang berhubungan dengan faktor resiko
kehamilan
c. Kenali faktor demografi dan sosial yang berhubungan dengan
memburuknya kehamilan
d. Kaji tingkat pengetahuan klien dalam mengidentifikasi faktor resiko
e. Motifasi klien untuk mengekspresikan perasaan dan ketakutan tentang
perubahan gaya hidup, perubahan financial, fungsi keluarga dan
keamanan klien
f. Lakukan pemeriksaan untuk mengevaluasi keadaan janin dan fungsi
plasenta
g. Berikan bimbingan antisipasi mengenai intervensi selama proses
persalinan dengan memonitoring DJJ, induksi persalinan, pemberian
obat obatan.

D. Implementasi
1. Nyeri akut b/d peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensi.
a. mengobservasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
35
b. menggunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri.
c. mengkaji penyebab nyeri.
d. mengevaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
e. mengevaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidak
efektifan control nyeri masa lamapau
f. membantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menentukan
dukungan.
g. mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
h. mengurangi factor presipitasi.
i. memilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi, dan interpersonal).
j. mengajarkan tehnik relaksasi.
k. Mengkolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri
l. meningkatkan istirahat tidur.
m. memonitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri.
2. Kelebihan volume cairan b.d peningkatan reabsorpsi Na
h. memantau berat badan secara teratur
i. mengkaji adanya tanda-tanda HAK, perhatikan tekanan darah. Pantau
lokasi/luasnya edema, masukan atau haluran cairan. Perhatikan
laporan-laporan gangguan penglihatan, sakit kepala, nyeri epigastrik
atau adanya hiperrefleksia.
j. Melakukan tes urin terhadap albumin
k. memberikan informasi tentang diet (mis., peningkatan protein, tidak
menambahkan garam meja, menghindari makan dan minuman tinggi
natrium).
l. menganjurkan meningkatkan ekstremitas secara periodik selama
sehari.
m. meninjau ulang kadar Ht. (perhatikan efek dari variabel-variabel
seperti sikap dan ras)
36
n. menjadwalkan kunjungan pranatal lebih sering dan lakukan
pengobatan bila ada HAK. (Rujuk pada MK : Hipertensi Karena
Kehamilan).
3. Resiko gangguan hubungan ibu dan janin berhubungan dengan gangguan
suplay oksigen ke utero plasenta sekunder akibat peningkatan tekanan
darah
a. menentukan adanya faktor medis yang berhubungan dengan
memburuknya kehamilan
b. mengkaji ulang riwayat obstetric yang berhubungan dengan faktor
resiko kehamilan
c. mengenali faktor demografi dan sosial yang berhubungan dengan
memburuknya kehamilan
d. mengkaji tingkat pengetahuan klien dalam mengidentifikasi faktor
resiko
e. memotifasi klien untuk mengekspresikan perasaan dan ketakutan
tentang perubahan gaya hidup, perubahan financial, fungsi keluarga
dan keamanan klien
f. melakukan pemeriksaan untuk mengevaluasi keadaan janin dan fungsi
plasenta

E. Evaluasi
Hasil Evaluasi yang mungkin didapat adalah :
1. Tujuan tercapai seluruhnya, yaitu jika pasien menunjukkan tanda atau
gejala sesuai dengan kreteria hasil yang di tetapkan.
2. Tujuan sebagian yaitu jika pasien menunjukan tanda dan gejala sebagian
dari kreteria hasil yang sudah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai, jika pasien tadak menunjukan tanda dan gejala
sesuai dengan kreteria hasil yang sudah ditetapkan.

37
BAB V
PENUTUP
4. p
5.1.Kesimpulan
Preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan di mana
hipertensi terjadi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya
memiliki tekanan darah normal. Preeklampsia merupakan suatu penyakit
vasospastik, yang melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh
hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria. (Bobak, 2005)
Preeklamsi merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat
membahayakan kesehatan maternal maupun neonatal. Gejala klinik pre
eklamsi dapat dibagi menjadi pre eklamsi ringan dan pre eklampsi berat
Diharapkan dengan menegakkan diagnosa yang teapat dapat
meghasilkan suatu hasil yang sesuai dengan kebutuhan ibu hamil dengan
gangguan preeklamsia.
Masalah-masalah keperawatan yang timbul pada ibu bersalin dengan
Pre- Eklampsia berat lebih kompleks, hal ini dikarenakan masalah yang
muncul bisa berasal dari patogenesis Pre-Eklampsia itu sendiri maupun dari
proses persalinan.
Penetapan rencana perawatan yang sesuai dengan masalah yang
timbul pada ibu bersalin dengan Pre-Eklampsia berat serta tindakan
keperawatan yang efektif untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut
akan dapat mencegah prognosis yang lebih buruk, yaitu timbulnya kejang.
Oleh karenanya diperlukan observasi ketat dan terapi yang tepat serta skill
yang professional baik dari dokter maupun perawat. Hal ini mengingat
penatalaksanaan yang pada umumnya berakhir dengan tindakan operatif

38
5.2.Saran
Dengan besarnya pengaruh atau komplikasi dari preeklampsi terhadap
tingginya tingkat kematian bumil dan janin , sudah selayaknya dilakukan
suatu upaya untuk mencegah dan menangani kasus preeklampsi .
Keperawatan bumil dengan preeklampsi merupakan salah satu usaha nyata
yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya komplikasi sebagai akibat
lanjut dari preeklampsi tersebut

39
DAFTAR PUSTAKA

Yayasan Sarwono Prawirohardjo, 1997, Ilmu Kebidanan, FKUI, Jakarta

Ida Bagus Manuaga, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga
Berencana
Untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.

Persis Mary Hamilton, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, EGC, Jakarta

Cunningham, FG, Leveno, KJ, Bloom, SL, Hauth, JC, Gilstrap, L & Wenstrom,
KD 2005,
Williams Obstetrics, 22th edn, McGraw-Hill, New York.

40

Anda mungkin juga menyukai