A. Pengertian
Hampir 20% kanker pada anak2 dimulai dari susunan saraf pusat SSP yang
terdiri atas otak,saraf tulang belakang dan sekitar fluida lapisan jaringan
(meninges).Meduloblastoma adalah jenis tumor otak yang terjadi pada bayi dan anak
kecil menurut definisi meduloblastoma terjadinya di cerebellum yang merupakan
bagian belakang otak yang mengontrol berjalan, keseimbangan dan koordinasi
motorik.
Medulloblastoma rata rata terjadi pada anak-anak kurang dari usia 15 tahun
dan yang paling sering pada usia 5-6 tahun dan 20% terjadi pada bayi kurang dari 2
tahun. Penyakit ini kecenderungan terjadi pada anak laki-laki dari pada perempuan.
Tidak jelas apakah penyakit ini terjadi karena keturunan ataukah tidak tetapi
meduloblastoma terjadinya karena kelainan kromosom tertentu yang terjadi
dibeberapa titik selama perkembangan anak. Salah satu penyebabnya adalah adanya
virus tapi teori ini masih dalam penyelidikan.
Medulloblastoma adalah tumor yang tumbuh cepat di bagian otak kecil
letaknya lebih rendah di belakang otak. Juga disebut "fosa, posterior "daerah ini
merupakan bagian yang mengontrol keseimbangan, postur, dan fungsi motor
kompleks seperti berbicara dan keseimbangan. Tumor terletak di otak kecil yang
disebut sebagai "Infratentorial" tumor. Itu berarti tumor terletak di bawah
"tentorium". Pada anak-anak, medulloblastoma muncul paling sering di dekat vermis,
jembatan seperti cacing sempit yang menghubungkan sisi otak kecil. Pada orang
dewasa tumor ini cenderung terjadi dalam tubuh otak kecil, terutama di bagian
pinggir (www.abta.org).
Gb.1. letak tumor (abta.org)
Medulloblastoma adalah tumor ganas CNS yang paling umum terjadi pada
anak-anak. Medulloblastoma muncul pada ventrikel ke IV, di antara batang otak dan
cerebellum di daerah yang disebut fossa posterior. Gejala mungkin timbul karena
tekanan langsung oleh tumor pada area otak ini, atau dikarenakan penyumbatan
cairan cerebrospinal pada saluran ventrikel ke III atau ke IV dan akibatnya adalah
hidrosefalus. Gejala yang umum (termasuk sakit kepala dan muntah) dikarenakan
hidrocefalus dan keadaan tidak tenang yang progresif. Diagnose biasanya ditegakkan
setelah 1-3 bulan setelah terjadinya gejala, karena medulloblastoma merupakan tumor
dengan kecepatan pertumbuhan yang tinggi.
Gb.2. ventrikel IV dan cerebellum (Ekserebral.html)
D. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Fisik
Pada pasien medulloblastoma, dari hasil pemeriksaan fisik bisa didapatkan
data sebagai berikut:
a. Fisiognomi
b. Pemeriksaan funduskopi
a) Kesulitan visual, biasanya disebabkan papilledema, tetapi juga dapat
berasal dari kelumpuhan saraf karnial.
c. Pemeriksaan extraocular
e. Tanda-tanda Cerebellar
a) Medulloblastoma paling sering terletak pada garis tengah, oleh karena itu
dysmetria unilateral kurang umum terjadi dibandingkan ataksia trunkal.
Gejala selanjtunya lebih mudah diamati pada gaya berjalan.
c) Tanda disfungsi cerebellar ipsilateral pada tangan dan kaki lebih sering
terjadi pasa subtype ini (medulloblastoma demoplastic).
a. Biopsi
b. MRI
MRI dapat dilakukan baik dengan kontras laser (dye) maupun tidak, dan
kemudian digunakan untuk mengidentifikasi adanya tumor di otak. Kontras
dye diberikan pada intravena untuk meningkatkan tampilan gambar. Dengan
konsentrasi di jaringan yang abnormal, dye membuat tumor terlihat lebih
terang dari pada area sekitarnya.
Jika sebuah tumor yang diduga medulloblastoma telah teridentifikasi,
MRI pada tulang belakang bisa dilakukan untuk melihat adanya tumor di area
tersebut. PET (Positron Emission Tomography) dan MRS (Magnetic
Resonance Spectroscopy) mungkin berguna jika apa yang dilihat pada scan
mengalami pertumbuhan, tumor hidup sebagai akibat dari efek radiasi atau
jaringan yang tidak tumbuh.
Hasil MRI pada anak dengan Medulloblastoma :
e) Pada orang dewasa pola yang lebih heterogen biasanya sering terlihat.
Gambaran Proton density dan T2-weighted menampilkan massa
hyperintense dengan luas di sekitar edema.
f) Jika tumor meluas ke atas otak dan ventrikel III, ditandai hidrosefalus
dengan trensependymal reabsorbsi CSF mungkin terjadi.
c. CT-scan
I II
III IV
Gb.9.-Hemispheric medulloblastoma with cyst in a 35-year-old man.
I,Contrast-enhanced CT scan shows a poorly defined, hyperdense mass in left
cerebellar hemisphere, a small cyst inside tumor, and edema in adjacent
parenchyma.
II, Axial Ti-weighted MR image shows a hypointense mass in left cerebellar
hemisphere.
III, Axial T2-weighted MR image shows tumor is isointense compared with normal
gray matter. Hyperintense cyst (arrow) and prominent vessel (arrowhead) are seen
inside tumor. Hyperintense edema, well differentiated from tumor and adjacent
normal brain, is present
IV, Coronal T2-weighted MR image shows tumor abuts left side of tentorium. Partial
obliteration of tentorium’s low-intensity signal was due to volume averaging. At
surgery, no nvasion of tentonum was found.
d. Myelography
E. Penatalaksanaan Medis
1. Operasi/ Pembedahan
Selain untuk konfirmasi histology, tujuan utama operasi adalah pengangkatan
tumor sebanyak mungkin. Pasien dengan reseksi total yang kemungkinan memiliki
interval yang lebih panjang dari kekambuhan dari pada pasien yang memiliki sisa
tumor pada akhir operasi. Operasi juga memiliki manfaat tambahan untuk
memulihkan saluran/ jalur CSS di otak. Mayoritas hidrosefalus pada pasien akan
teratasi setelah menjalani operasi.
Pertimbangan bedah/ operasi dapat diberikan kepada pasien yang
menunjukan gejala neurological signifikan (terutama baik dengan perubahan status
mental atau bukti pencitraan adanya hidrosefalus misalnya edema transpendymal) dan
mereka memerlukan pemantauan selama perawatan di rumah sakit. Sedangkan pasien
dengan tanda-tanda neurologis maupun hidrosefalus yang sedikit, hasil pemeriksaan
sebelum pembedahan dapat difasilitasi dengan rawat jalan.
Tempurung kepala (kranium) awalnya dapat menampung peningkatan kecil
CSS dengan sedikit perubahan pada tekanan intrakarnial. Akan tetapi, karena
tengkorak merupakan wadah penampung yang kaku dengan sejumlah volume
tertentu, kenaikan yang lebih lanjut dalam intraventrikular dapat menyebabkan
peningkatan dramatis tekanan intracranial. Penurunan status mental merupakan
indikasi bahwa volume ventrikel mendekati batas ambang tersebut, pembesaran
ventrikel melampaui batas ambang dan disertai dengan konsekuensi yang berpotensi
pada kerusakan yang lebih parah.
Penilaian neurologis oleh staf perawat sangatlah penting untuk dilakukan.
Penurunan yang lebih parah dalam status mental merupakan indikasi untuk
melakukan prosedur pembedahan untuk membuat drainase ventrikular eksterna serta
pemberian manitol.
a. Pada saat operasi, tingkat penyebaran tumor di subarachnoid dapat dinilai.
Ketika tekrena tumor, ruang disekitar subarakhnoidmenjadi buram, dengan
penampakan granular yang sering disebut “sugar coating”. Kondisi ini terkait
dengan awal penyebaran pada subarachnoid dan di sepanjang neuraxis dan
kambuhan (recurrence) awal.
b. Pada 1/3 kasus, tumor melekat pada dasar ventrikel IV dan menghalangi
reseksi total.
c. Jika operasi memerlukan manipulasi yang signifikan atau invasi dari batang
otak, pasien harus tetap di intubasi selama semalam setelah operasi dan
dengan hati-hati melakukan pemeriksaan fungsi saraf cranial bagian bawah.
Tetapi jika ahli bedah yakin bahwa ketrlibatan dasar ventrikel IV adalah
minimal,maka pasien dapat di ekstubasi di ruang operasi.
d. Penurunan mental merupakan indikasi untuk ventriculostomy dan membuka
saluran drainase. Drainase terus-menerus akan memungkinkan darah dan sel-
sel sisa postoperasi menjadi bersih, klem bisa dicoba lagi setelah 5 hari.
e. Jika pengulangan drainase gagal untuk meredakan gejala, maka sebuah shunt
ventriculoperitoneal harus dipasang untuk pengontrolan jangka panjang
hidrosefalus, akan tetapi hal ini diperlukan hanya pada 15% pasien.
Alternative lain untuk pemasangan shunt adalah dengan ventriculostomy
pada ventrikel III. Hal ini akan dapat membangun kembali saluran CSS tanpa
adanya potensi penyebaran tumor ke peritoneal.
f. MRI pada 48 jam setelah pembedahan dilakukan untuk melihat adanya sisa
tumor, jika ahli bedah yakin bahwa sisa tumor dapat diangkat maka
kemungkinan pasien akan menjalani operasi tambahan untuk pengangkatan
sisa tumor tersebut. Pasien dirawat di ICU selama satu malam setelah operasi
g. Lakukan konsultasi pada ahli bedah saraf dan ahli radiasi onkologi.
2. Pasien Post Op
a) Pencitraan diperlukan untuk memonitor adanya penyakit sisa, keberhasilan
perawatan medis serta terjadinya pengulangan atau metastase. MRI harus
diulang setiap 3 bulan pada tahun pertama, setiap 4 bulan pada tahun ke dua,
dan setiap 6 bulan pada tahun-tahun berikutnya.
b) Kemoterapi dan terapi radiasi dapat memperburuk edema dan memerlukan
dosis rendah kortikosteroid untuk jangka waktu singkat.
c) Obat anti epilepsy biasanya tidak diperlukan jika tumor terletak di fossa
posterior.
d) Penyebaran penyekit ke kompartmen supratentorial dapat menyebabkan
kejang dan membutuhkan obat anti kejang.
e) Kemoterapi biasanya diberikan dengan rawat inap.
3. Terapi Radiasi (penyinaran)
Terapi radiasi pada medulloblastoma ditujukan untuk menghancurkan sel-sel
di sepanjang neuroaxis. Keadaan kambuh local telah dikaitkan dengan dosis radiasi
yang rendah pada sisi yang utama.pasien yang menerima kurang dari 5000 centigray
(cGy) memiliki tingkat kekambuhan 2 kali lebih banyak dari pada pasien yang
menerima paling sedikit 5000 cGy.
Efek radioterapi tergantung dosis total, biasanya hingga 6.000 rad, dan
durasi pengobatan. Harus terdapat keseimbangan terhadap risiko pada struktur
normal sekitar. Umumnya, makin cepat sel membelah, makin besar sensitivitasnya.
Rieken et al menemukan bahwa radiasi pada craniospinal yang menyertai
medulloblastoma menghasilkan peningkatan kelangsungan hidup 77% setelah 60
bulan pada anak-anak dan orang dewasa. Memulai pengobatan dalam waktu 28 hari,
reseksi tumor maakroskopik yang komplit, dan histology demoplastik dihubungkan
dengan hasil yang lebih baik.
Selain itu, uji klinis telah mendokumentasikan bahwa terapi radiasi hanya
pada cranium menghasilkan metastase pada spinal (bahkan tanpa adanya sitologi
positif atau bukti radiografi penyebaran tersebut). Terapi standar yang paling sering
untuk penyakit stadium rendah adalah 36 cGy untuk otak maupun tulang belakang
dengan dorongan 18-20 cGy ke sisi tumor primer. Beberapa institusi menggunakan
regimen yang berbeda termasuk dosis yang lebih tinggi pada beberapa bagian. Terapi
lain yang direkomendasikan adalah terapi sinar proton.
Radiasi memiliki dampak kerusakan pada pertumbuhan system saraf.
Komplikasi dari terapi radiasi dapat mencakup skor intelegence quotient (IQ) yang
rendah, postur tubuh yang kecil, disfungsi endokrin, kelainan perilaku/ perilaku yang
abnormal, dan neoplasma sekunder (dialami oleh mereka yang beruntung dan dapat
bertahan hidup dalam waktu yang lama).
Komplikasi Radioterapi: Setelah tindakan, perburukan pasien bisa terjadi
karena beberapa hal:
a) selama tindakan: peningkatan edema, reversible;
b) setelah beberapa minggu/bulan: demielinasi;
c) enam bulan-10 tahun: radionekrosis, irreversible (biasanya satu hingga dua
tahun).
Studi oleh Gupta et al melaporkan tingkat kelangsungan hidup yang baik
untuk anak yang memiliki resiko standar yang diobati dengan terapi
hyperfractionated (2 kali fraksi setiap hari) dengan total dosis tumor 68 Gy untuk 6-7
minggu. Cara ini mungkin menjadi alasan tidak dilakukannya kemoterapi..
Massa nekrosis yang berwarna putih, yang dapat membesar dan
menghasilkan efek gangguan masa dan vaskularisasi, hal ini merupakan komplikasi
lain pada radiasi jangka panjang yang ditakuti. Penuruna IQ dan fungsi
neurobehavioral dihubungkan langsung dengan usia dimana prosedur radiasi
diberikan. Bagain=manapun juga, radioterapi tetap menjadi terapi yang paling efektif
dan sangat membantu untuk medulloblastoma, dan digunakan untuk anak-anak
meskipun ada konsekuensinya.
4. Kemoterapi
Kemoterapi telah dikembangkan untuk mengatasi penyakit yang kambuh-
kambuhan, dan umum digunakan untuk melawan medulloblastoma. Akan tetapi,
meskipun sekarang ini kemoterapi telah umum digunakan, keuntungan yang jelas
masih belum dapat ditunjukan. Untuk mengurangi dosis radiasi atau menunda
penyinaran sampai bias ditoleransi dengan lebih baik, manfaat kemoterapi berfokus
pada anak-anak muda. Daiantara beberapa regimen yang sering digunakan, salah satu
obat yang paling agresif adalah “8 obat dalam 1 hari”, dengan menggunakan
vincristine, carmustine, procarbazine, hydroxyurea, cisplatin, cytarabine, prednisone,
and cyclophosphamide.
Kelompok Perkumpulan Kanker Anak baru-baru ini melaporkan hasil yang
baik dalam penggunaan protocol vincristine, lomustine, and prednisone (VCP).
Pediatric Oncology Group memperlihatkan hasil kemampuan bertahan hidup yang
hampir sama ketika penggunaan protocol vincristine, cyclophosphamide, etoposide,
and cisplatin , pada kelompok umur yang sama dan kemoterapi tersebut diikuti
dengan radiasi. Sejauh ini, manfaat terbesar dari penggunaan kemoterapi dapat
terlihat pada pasien dengan penyakit yang lebih modern/ kompleks.
Studi baru-baru ini, sedang melihat kepekaan tumor terhadap radiasi dengan
diiringi penggunaan kemoterapi. Dan juga, pengggunaan kemoterapi sebelum operasi
untuk mengatasi pasien yang dalam kondisi ekstrim telah dilakukan.
Seperti radiasi, kemoterapi juga mengandung efek racun yang merugikan.
Efeksampingnya termasuk toksisitas pada ginjal, ototoxicity, hepatotoxicity, fibrosis
paru, dan gangguan pencernaan. Sebagian besar efek tersebut bersifat sementara dan
berkurang dengan penarikan obat. Akan tetapi, ketika methotrenate digunakan dengan
kombinasi radiasi, dapat terjadi nekrosis leukoencephalophaty yang irreversible.
5. Pengobatan
Medulloblastoma diatasi terutama dengan prosedur bedah, dan diikuti dengan
terapi radiasi dan kemoterapi. Beberapa obat dapat bermanfaat dalam pengobatan
medulloblastoma. Tidak terkecuali Glucocorticoids, yang dapat membantu dalam
menurunkan edema vasogenik. Manitol berguna untuk keadaan akut ketika pasien
dalam kondisi hemiating. Kemoterapi digunakan untuk terapi adjuvant pada beberapa
pasien. Pengawasan terhadap kandungan senyawa toxic yang dapat mempengaruhi
beberapa sistem organ masih diteliti dalam bidang onkologi.
a. Terapi Steroid
Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial, namun
tidak berefek langsung terhadap tumor.Dosis pembebanan dekasametason 12 mg.
iv, diikuti 4 mg. q.i.d. sering mengurangi perburukan klinis yang progresif
dalam beberapa jam. Setelah beberapa hari pengobatan, dosis dikurangi
bertahap untuk menekan risiko efek samping yang tak diharapkan.
b. Glukokortikosteroid
Mengurangi edema vasogenik adalah peran dari glukokortikosteroid pada tumor
otak ganas. Mereka bisa menjadi sangat efektif untuk medulloblastoma dan
bahkan dapat meringankan hidrosefalus dengan cara pembukaan kembali jalur
CSF pada fossa posterior. Meskipun banyak macam glukokortikosteroid dapat
digunakan, Dexametason adalah yang paling sering digunakan. Dosis yang setara
dengan berbagai glukokortikoid adalah 0,75 mg untuk deksametason, 4 mg untuk
metilprednisolon dan triamcinolone, 5 mg untuk prednisolon dan prednison, mg
20 untuk hidrokortison, dan 25 mg untuk kortison.
a) Dexamethasone (Decadron, Dexasone)
Obat yang paling umum digunakan untuk mengobati edema vasogenik
sekunder pada medulloblastoma. Dianjurkan untuk mengurangi edema
setelah kraniotomi.
b) Methylprednisolone (solu-medrol, depo-medrol)
c) Prednisolone (AK-Pred, Delta-Cortef, Articulose-50, Econopred)
d) Prednisone (Sterapred)
e) Hydrocortisone (solu-cortef, westcort)
f) Cortisone (cortone acetate)
Jenis-jenis obat di atas bekerja dengan cara mengurangi inflamasi dengan
menekan migrasi/ aktifitas leukosit polimorfonuklear dan menurunkan permeabilitas
kapiler.
c. Diuretik
Obat jenis ini digunakan dalam keadaan akut untuk mencegah kenaikan
tekanan intracranial yang lebih parah. Manitol (Osmitrol) dapat mengurangi takanan
ruang subarachnoid dengan menciptakan gradient osmotic antar CSS dalam ruang
subarachnoid dan plasma. Akan tetapi, obat diuretic tidak dapat digunakan dalam
jangka panjang.
F. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas pasien
a. Anak
1) Nama :
2) Anak yang ke :
3) Tanggal lahir/umur :
4) Jenis kelamin :
5) Agama :
b. Orang tua
1) Ayah
a) Nama :
b) Umur :
c) Pekerjaan :
d) Pendidikan :
e) Agama :
f) Alamat :
2) Ibu
a) Nama :
b) Umur :
c) Pekerjaan :
d) Pendidikan :
e) Agama :
f) Alamat :
2. Genogram
3. Alasan dirawat
a. Keluhan utama
b. Riwayat penyakit
4. Riwayat kesehatan keluarga
5. Riwayat anak
a) Perawatan dalam masa kandungan
b) Perawatan pada waktu kelahiran
6. Data bio-psiko-sosio-spiritual
a) Bernafas
b) Makan dan minum
c) Eliminasi (BAB/BAK)
d) Aktifitas
e) Rekreasi
f) Istirahat dan tidur
g) Kebersihan diri
h) Pengaturan suhu tubuh
i) Rasa nyaman
j) Rasa aman
k) Belajar
l) Prestasi
m) Hubungan sosial anak
n) Melaksanakan ibadah
7. Pengawasan kesehatan
G. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK.
7. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kompresi pada akar saraf dan
saraf spinal.
H. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
.
2 Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan Setelah diberikan asuhan keperawatan NIC: Cerebral Perfusion Promotion
serebral berhubungan dengan peningkatan selama.... x 24 jam diharapkan perfusi a. Monitor dan catat status neurologis dengan
tekanan intrakranial ditandai dengan jaringan cerebral efektif dengan menggunakan metode GCS
gangguan aliran darah ke otak. kriteria hasil : b. Monitor tanda-tanda vital tiap 30 menit.
c. Kolaborasi dengan tim dokter dalam
NOC label:
Tissue perfusion cerebral pemberian obat yang diperlukan
NIC: Intracranial Pressur (ICP) Monitoring
1. Px tidak tampak gelisah
a. Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30
2. Tidak ada keluhan nyeri kepala
3. Tekanan intrakranial berkurang dengan letak jantung (beri bantal tipis)
4. Tekanan darah dalam batas b. Ciptakan lingkungan yang aman.
normal 120-130/ 80-85 mmHg
5. Tekanan nadi dalam batas
normal 60-100 x/menit
6. RR dalam batas normal 16-20
x/menit
compromised (skala 5). (Nadi: bayi - Berikan makanan yang terpilih ( sudah
140x/mnt, prasekolah 80-110 x/mnt, - Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
sekolah 75-100x/mnt, remaja 60- - Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
90x/mnt; RR: bayi 35-40 x/mnt, - Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak
toddler 25-32x/mnt, anak-anak 20- Nutrition Monitoring
30 x/mnt, remaja 16-19 x/mnt; TD: - BB pasien dalam batas normal
bayi 85/54 mmHg, toddler 95/65 - Monitor adanya penurunan berat badan
mmHg, sekolah 105-165 mmHg,
- Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
remaja 110/65 mmHg; suhu : Suhu
dilakukan
tubuh 36-37,5°C)
- Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
- Intake dan output dalam 24 jam
- Monitor turgor kulit
seimbang / not compromised (skala
- Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah
5).
patah
- Kulit/membran mukosa klien
- Monitor mual dan muntah
lembab / not compromised (skala
- Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
5).
kadar Ht
- BB klien tetap/tidak terjadi
- Monitor kalori dan intake nutrisi
penurunan berat badan (mencapai
skala 5).
- Tidak adanya mual-muntah.
- Tidak adanya penurunan nafsu
makan
- Klien dapat menghabiskan makanan
sesuai dengan porsi yang disediakan
- Kadar albumin serum dalam batas
normal
6
7 Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan Perawatan Tirah Baring
Batasan Karakteristik : keperawatan selama ….. x …. jam Jelaskan alasan diperlukannya tirah baring
Dispnea setelah beraktivitas diharapkan hambatan mobilitas fisik Tempatkan matras atau kasur terapeutik
Gangguan sikap berjalan pada pasein dapat berkurang dengan dengan cara yang tepat
Gerakan lambat kriteria hasil : Posisikan sesuai body alignment yang tepat
Gerakan spastic NOC : Hindari menggunakan kain linen kasur yang
Ambulasi teksturnya kasar
Gerakan tidak terkoordinasi
Tidak terganggu untuk menopang Jaga kain linen kasur tetap bersih, kering, dan
Instabilitas postur
berat badan bebas kerutan
Kesulitan membolak – blik posisi
Tidak terganggu untuk berjalan Aplikasikan papan untuk kaki di tempat tidur
Kerterbatasan rentang gerak
dengan langkah yang efektif (pasien)
Ketidaknyamanan
Tidak terganggu untuk berjalan Gunakan alat di tempat tidur yang melindungi
Melakukan aktivitas lain sebagai
dengan pelan pasien
pengganti pergerakan (misal
meningkatkan perhatian pada aktivitas Tidak terganggu untuk berjalan Aplikasikan alat untuk mencegah footdrop
orang lain, mengendalikan perilaku, dengan kecepatan sedang Tinggikan teralis tempat tidur, dengan cara
fokus pada aktivitas sebelum sakit) Tidak terganggu untuk berjalan yang tepat
Penurunan kemampuan melakukan dengan cepat Letakkan alat untuk memposisikan tempat
keterampilan motorik halus Tidak terganggu untuk berjalan tidur dalam jangkauan yang mudah
Penurunan keterampilan melakukan menaiki tangga Letakkan lampu panggilan berada dalam
motorik kasar Tidak terganggu untuk berjalan jangkauan (pasien)
Penurunan waktu reaksi menuruni tangga Letakkan meja di samping tempat tidur berada
Tremor akibat bergerak Tidak terganggu untuk berjalan dalam jangkauan pasien
menanjak Tempelkan trapeze (segi tiga) di tempat tidur,
Faktor yang Berhubungan : Tidak terganggu untuk berjalan dengan cara yang tepat
Agens farmaseutikal menurun Balikkan (pasien), sesuai dengan kondisi kulit
Ansietas Tidak terganggu untuk berjalan Balikkan pasien yang tidak dapat mobilisasi
Depresi dalam jarak yang dekat (< 1 paling tidak setiap 2 jam, sesuai dengan jadwal
Disuse blok/20 meter) yang spesifik
Fisik tidak bugar Tidak terganggu untuk berjalan Monitor kondisi kulit (pasien)
Gangguan fungsi kognitif dalam jarak yang sedang (> 1 blok Ajarkan latihan di tempat tidur, dengan cara
< 5 blok) yang tepat
Gangguan metabolism
Tidak terganggu untuk berjalan Fasilitasi penggiliran kecil dari berat badan
Gangguan musculoskeletal
Gangguan neuromuscular dalam jarak yang jauh (5 blok atau Bantu menjaga kebersihan (misalnya dengan
Gangguan sensoriperseptual lebih) menggunakan deodorant atau parfum)
Gaya hidup kurang gerak Tidak terganggu untuk berjalan Aplikasikan aktivitas sehari – hari
Indeks massa tubuh diatas persentil ke- mengelilingi kamar Berikan stoking antiemboli
75 sesuai usia Tidak terganggu untuk berjalan Monitor komplikasi dari tirah baring (misalnya
Intoleran aktivitas mengelilingi rumah kehilangan tonus otot, nyeri punggung,
Kaku sendi Tidak terganggu untuk konstipasi, peningkatan stress, depresi,
Keenganan memulai pergerakan menyesuaikan dengan perbedaan kebingungan, perubahan siklus tidur, infeksi
tekstur permukaan/lantai saluran kemih, kesulitan dalam berkemih,
Kepercayaan budayab tentang aktivitas
Tidak terganggu untuk berjalan pneumonia)
yang tepat
mengelilingi rintangan
Kerusakan integritas struktur tulang
Peningkatan Mekanika Tubuh
Keterlambatan perkembangan
Ambulasi kursi roda Kaji komitmen pasien untuk belajar dan
Kontraktur
Tidak terganggu untuk menggunakan postur (tubuh) yang benar
Kurang dukungan lingkungan (missal
perpindahan ke dan dari kursi roda Kolaborasikan dengan fisioterapis dalam
fisik atau social)
Tidak terganggu untuk mengembangkan peningkatan mekanika tubuh,
Kurang pengetahuan tentang nilai
menjalankan kursi roda dengan sesuai indikasi
aktivitas fisik
aman Kaji pemahaman pasien mengenai mekanika
Malnutrisi
Tidak terganggu untuk tubuh dan latihan (misalnya
Nyeri
Penurunan kekuatan otot menjalankan kursi roda dalam mendemonstrasikan kembali teknik melakukan
Penurunan kekuatan pengendali otot jarak dekat aktivitas/latihan yang benar)
Penurunan ketahanan tubuh Tidak terganggu untuk Informasikan pada pasien tentang struktur dan
Penurunan massa otot menjalankan kursi roda dalam fungsi tulang belakang dan postur yang
Program pembatasan gerak jarak sedang optimal untuk bergerak dan menggunakan
Tidak terganggu untuk tubuh
menjalankan kursi roda dalam Edukasi pasien tentang pentingnya postur
jarak jauh (tubuh) yang benar untuk mencegah kelelahan,
Tidak terganggu untuk ketegangan atau injuri
menjalankan kursi roda melewati Edukasi pasien mengenai bagaimana
pembatas lantai menggunakan postur (tubuh) dan mekanika
Tidak terganggu untuk tubuh untuk mencegah injuri saat melakukan
menjalankan kursi roda melewati berbagai aktivitas
pintu keluar masuk Kaji kesadaran pasien tentang abnormalitas
Tidak terganggu untuk muskuloskeletalnya dan efek yang mungkin
menjalankan kursi roda melewati timbul pada jaringan otot dan postur
jalan yang landai/menurun Edukasi penggunaan matras/tempat duduk atau
bantal yang lembut, jika diindikasikan
Pergerakan Instruksikan untuk menghindari tidur dengan
Keseimbangan tidak terganggu posisi tengkurap
Koordinasi tidak terganggu Bantu untuk mendemonstrasikan posisi tidur
Cara berjalan tidak terganggu yang tepat
Gerakan otot tidak terganggu Bantu untuk menghindari duduk dalam posisi
Gerakan sendi tidak terganggu yang sama dalam jangka waktu yang lama
Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth.Edisi 8.Volume 3.Terjemahan oleh Andry
Hartono. 2002. Jakarta: EGC.
Jurnal :
Pierre M.Bourgounin, Donatella Tampieri, dkk. 1992. CT and MRI Imaging Findings
in Adults with Cerebellar Medulloblastoma: Comparison with Findings in
Children. AJR, September 1992.
Roger J.Packer (2010) : Medulloblastoma, Written for the Childhood Brain Tumor
Foundation, Germantown, Maryland 20876.
Link:
http: // emedicine.htm/medulloblastoma.
Otak abnormal
Nyeri TIK ↑↑
Muntah, Nausea
Obstruksi drainage vena retina kompresi pada akar saraf/ saraf spinal