DISUSUN OLEH:
Kelompok 5
1. Devi Melya Sari ( PO.71.20.1.16.042 )
2. Gressela Monica ( PO.71.20.1.16.048 )
3. Maulinda ( PO.71.20.1.16.053 )
4. Nori Rizki Yanti ( PO.71.20.1.16.058 )
5. Trie Utami Agustina ( PO.71.21.1.16.064 )
6. Vera Octaferina ( PO.71.20.1.16.065 )
Tingkat : 2B
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Bimbingan
Dasar Pada Anak Bimbingan Antisipasi (Anticipatory Gueidence)”. Penyusunan
makalah ini bertujuan sebagai penunjang mata kuliah Keperawatan Anak yang
nantinya dapat digunakan mahasiswa untuk menambah wawasan dan
pengetahuannya.
Penulis menyadari bahwa dalam proses Penyusunan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penyusunannya. Namun
demikian, penulis telah berupaya dengan kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, masukan,
saran, kritik, dan usul yang sifatnya untuk perbaikan dari berbagai pihak
khususnya Bapak/Ibusangat diharapkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang......................................................................................................... 4
BAB II ................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 5
PENUTUP........................................................................................................................... 24
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Imunisasi bisa saja diberikan pada semua umur. hanya saja beberapa
imunisasi efektif diberikan pada usia tertentu. ada yang pada bayi, anak-anak,
remaja bahkan Manula. tergantung jenis imunisasi yang diinginkan. Bahkan
sekarang ini sedang populer nya Vaksin HPV untuk mencegah kanker servik
yang diberikan pada wanita umur 11-26 tahun.
Secara harfiah, petunjuk antisipasi berasal dari bahasa inggris yaitu
anticipatory guidance. Anticipatory berarti lebih dahulu, guidance berarti
petunjuk. Jadi petunjuk antisipasi dapat diartikan sebagai petunjuk-petunjuk
yang perlu diketahui terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan
membimbing anaknya secara bijaksana sehingga anak dapat tumbuh dan
berkembang secara normal (Nursalam, 2005)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengahui pengertian dari bimbingan antisipasi;
b. Untuk mengahui tahapan usia Anticipatory Guidance;
c. Untuk mengahui pencegahan terhadap kecelakaan pada anak;
d. Untuk mengahui pendidikan kesehatan untuk orang tua.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Di dalam Vaksin imunisasi terdapat mikroorganisme penyebab penyakit yang
telah dilemahkan. Cara kerja vaksin imunisasi yaitu dengan menipu tubuh untuk
merangsang sistem pertahanan tubuh.
Pada saat vaksinasi dilakukan setelah kuman-kuman tersebut ada didalam
tubuh maka sistem pertahan tubuh akan melakukan perlawanan terhadap ''invasi'
antigen ini sehingga sistem pertahanan tubuh bisa mengidentifikasi antigen
tersebut dan mempunyai kemampuan melawan dimasa yang akan datang
(Imunitas)
6
Dosis vaksin hepatitis B adalah 0,5 cc setiap kali pemberian,
disuntikkan ke dalam otot (intramuskular) pada paha bayi bagian
luar.
Dosis dewasa
2. DPT Vaksin
Vaksin ini merupakan gabungan dari 3 vaksin yaitu Difteri, Pertussis, dan
Tetanus (DPT). Difteri merupakan penyakit dari basil Difteri yang bisa
menyebabkan kerusakan jantung dan sataf. Pertussis yaitu penyakit batuk
rajan yang sangat menular penyakit inj sering juga disebut batuk 100 hari.
Tetanus disebabkan oleh jenis bakteri yang disebut dengan Clostridium
tetani ditandai dengan kekakuan otot gejala penyakit tetanus hampir sama
dengan Epilepsi.
EFEK SAMPING:
Efek samping dari pemebrian imunisasi DPT amat bervariasi, dari reaksi
lokal yang ringan sampai dengan reaksi sitemik yang berat, dengan
kemungkinan timbulnya reaksi pada pemberian vaksin DTaP lebih rendah
dibandingkan pada pemberian vaksin DTwP. Efek samping atau reaksi
yang dapat timbul berupa:
Reaksi lokal (kemerahan, bengkak, serta nyeri);
7
Demam tinggi (lebih dari 38,5 derajat Celsius);
Inconsolable crying;
Keadaan hypotonic-hyporesponsive;
Kejang demam;
Reaksi alergi sistemik;
Encephalopathy.
DOSIS
Dosis pemberian imunisasi ini DPT, baik jenis vaksin DTwP, vaksin
DTaP, serta bentuk vaksin kombinasi, diberikan sebanyak 0,5 mL yang
diberikan dengan penyuntikan kedalam serabut otot (intramuscular).
Imunisasi ini diberikan sejak usia 2 bulan (tidak boleh diberikn sebelum usia 6
minggu) sebanyak 3 kali pemberian dengan jeda 4 – 8 minggu. Jadwal yang
dianjurkan menurut rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun
2011 adalah pada usia 2 bulan, lalu pada usia 4 bulan, 6 bulan, usia 18 – 24
bulan, dan terakhir pada usia 5 tahun.
3. Vaksin Polio
Penyakit polio adalah penyakit yang bisa menyebabkan kelumpuhan pada
anak. Menurut penelitian vaksin polio terbukti 90 % efektif untuk
mencegah infeksi polio pada anak.
EFEK SAMPING:
Efek Samping Imunisasi Polio Biasanya tidak terdapat efek samping yang
berati. Jarang sekali terjadi kelumpuhan akibat vaksin polio ini dengan
perbandingan 1 / 1.000.000 dosis. Sebagian kecil anak setelah
mendapatkan imunisasi bisa mengalami gejala pusing, diare ringan, nyeri
otot. Khusus pada vaksin polio IPV efek samping yang bisa muncul
berupa:
Sedikit bengkak dan kemerahan di tempat suntikan.
Pengerasan kulit pada tempat suntikan, yang biasanya cepat hilang.
Kadang-kadang terjadi peningkatan suhu (demam) beberapa jam
setelah injeksi.
8
DOSIS:
Vaksin polio OPV yang mengandung virus yang sudah dilemahkan
diberikan secara oral atau diteteskan langsung pada mulut anak sebanyak 2
tetes secara langsung atau dicampur dengan gula pada sendok. Sedangkan
vaksin polio IPV yang mengandung virus yang sudah dimatikan diberikan
melalui suntikan.
Sesuai dengan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI),
imunisasi polio diberikan minimal sebanyak empat kali dengan selang
waktu minimal empat minggu. Jadwal standar yaitu usia 0, 2 bulan, 4
bulan, dan 6 bulan bersamaan dengan jadwal pemberian vaksin DPT.
Mengenai jenisnya boleh dipilih salah satu OPV atau IPV jadwalnya sama.
Pemberian vaksin akan diulang saat bayi pada usia 18-24 bulan, dan 5-6
tahun.
4. Vaksin Campak
Campak adalah salah satu jenis Penyakit kulit yang menular berakibat fatal
terutama pada anak-anak. Menurut penelitian Vaksin ini dapat mencegah
infeksi campak hingga 90 persen.
EFEK SAMPING
Pada sekitar 5-15 % pasien mengalami demam ringan dan kemerahan pada
tempat suntikan selama 3 hari, hal ini dapat terjadi 8-12 hari setelah
imunisasi Infeksi pada tempat suntikan, Terjadi hanya jika jarum dan spuit
yang digunakan tidak steril Demam, flu dan batuk sering terjadi sekitar
setelah 1 minggu penyuntikan Sakit ringan dan bengkak pada lokasi
suntikan, yang terjadi 24 jam setelah imunisasi. Kasus ensefalitis pernah
dilaporkan terjadi (perbandingan 1/1.000.000 dosis), kejang demam
(perbandingan 1/3000 dosis).
DOSIS:
Sebelum disuntikkan vaksin campak harus terlebih dahulu
dilarutkan dengan pelarut yang telah tersediapada kemasan
Vaksin campak diberikan dalam satu dosis 0,5 ml secara subkutan
dalam disuntikan pada lengan atas
9
Sesuai dengan rekomendasi IDAI (ikatan dokter anak Indonesia),
Jadwal Imunisasi Campak yaitu diberikan sebanyak 3 kali: Yang
pertama pada usia 9 bulan dan dosis penguatan kedua (second
opportunity pada crash program campak) 15 bulan berikutnya yaitu
pada usia 24 bulan serta dosis ke tiga saat SD kelas 1-6. Bagi anak
yang terlambat/belum mendapat imunisasi campak sama sekali,
maka tetap diberikan bergantung usianya saat ini. Bila anak berusia
9-12 bulan, berikan imunisasi ini kapan pun saat bertemu. Bila
anak berusia > 1 tahun, berikan MMR. Jika sudah diberi MMR
usia 15 bulan, tidak perlu diberi imunisasi campak di usia 24 bulan.
Tapi ikuti jadwal imunisasi MMR.
DOSIS:
Imunisasi BCG dapat diberikan segera setelah lahir hingga sebelum bayi
berumur 3 bulan, umumnya diberikan pada saat bayi berumur 1 bulan.
10
Apabila diberikan pada anak berumur lebih dari 3 bulan maka dianjurkan
untuk melakukan uji sensitivitas terhadap mikobakteria, atau uji tuberculin
(mantoux test) terebih dahulu. Vaksin BCG cukup diberikan satu kali saja
tidak memerlukan ulangan, sebab vaksin BCG berisi kuman yang masih
hidup sehingga antibodi yang dihasilkannya tinggi terus. Cara pemberian
vaksin BCG adalah dengan penyuntikan secara intradermal (ke dalam
kulit). Penyuntikan dilakukan di daerah lengan kanan atas dengan dosis
pemberian vaksin BCG pada bayi adalah 0,05 mL. Tanda bahwa imunisasi
BCG berhasil adalah munculnya bisul kecil di daerah bekas suntikan yang
dalam waktu 2 – 4 minggu kemudian menjadi bernanah dan akan sembuh
sendiri dalam waktu 2 – 5 bulan dengan meninggalkan luka parut
berdiameter 2 – 10 mm.
6. Vaksin HiB
Vaksin ini diberikan untuk melakukan pencegahan penyakit meningitis
dan pneumonia. Yang di sebabkan oleh infeksi bakteri Haemofillus
Influenza B. Sangat berbahaya karena telah menyebabkan kematian
386.000 anak tiap tahunnya.
EFEK SAMPING:
Setelah di imunisasi HiB umumnya bayi tidak mengalami efek samping
atau dampak buruk yang berarti. Artinya efek imunisasi HiB yang
ditimbulkan cukup ringan. Kalau pun ada nyeri di bagian yang disuntik itu
merupakan sesuatu yang wajar.
DOSIS:
PRP-T diberikan 3x sebagai imunisasi dasar (usia 2 bulan, 4 bulan dan 6
bulan) dan PRP-OMP diberikan 2 x sebagai imunisasi dasar (2 bulan dan 4
bulan), ulangan umumnya diberikan 1 tahun setelah imunisasi terakhir.
Titer PRP-T bertahan lebih lama dibanding PRP-OMP.
Bila suntikan pada bayi berusia 6 bulan - 1 tahun, 2 kali sudah
menghasilkan titer protektif. Bila suntikan pada bayi berusia > 1 tahun,
cukup 1 kali tanpa perlu booster. Hal ini sering menyebabkan dokter
menunda pemberian vaksin HIB sehingga memerlukan dosis lebih sedikit.
11
Pendapat ini SALAH karena HIB lebih sering menyerang bayi kecil, 26%
terjadi pada bayi usia 2-6 bulan dan 25% pada bayi usia 7-11 bulan
(CDC). Kasus termuda di Jakarta usia 3 bulan. (Sumber: Pedoman
imunisasi di Indonesia - Satgas imunisasi IDAI)
Pemberian vaksin Hib saat ini telah direkomendasikan oleh Badan
Kesehatan Dunia, WHO/PAHO dan GAVI.
Untuk bayi usia 2-6 bulan diberikan imunisasi Hib sebanyak 3
dosis dengan interval satu bulan.
Bayi berusia 7-12 bulan diberikan vaksinasi Hib sebanyak 2 dosis
dengan interval waktu satu bulan.
Sementara itu, anak berumur 1-5 tahun cukup diberikan imunisasi
Hib sebanyak 1 dosis, dengan dosis ulangan pada umur 15 bulan.
Mengingat Hib lebih sering menyerang bayi kecil (26% terjadi
pada bayi berumur 2-6 bulan dan 25% pada bayi berumur 7-11
bulan), vaksin Hib sebaiknya telah diberikan sejak usia 2
bulan. Vaksin Hib tidak dianjurkan diberikan sebelum bayi
berumur 2 bulan karena bayi tersebut belum dapat membentuk
antibodi.
7. Vaksin Rotavirus
80 % diare pada anak disebabkan oleh virus Rotavirus yang menyebabkan
gangguan pada sistem sistem pencernaan. Diare yang tidak mendapatkan
penanganan medis bisa mrnyebabkan dehidrasi. Dehidrasi adalah
kekurangan cairan ekektrolit di dalam tubuh sehingga organ tubuh tidak
bisa berfungsi secata maksimal. Dehidrasi berat berakibat kematian.
EFEK SAMPING:
Ada kesempatan reaksi alergi yang serius. Tanda-tanda reaksi alergi dapat
meliputi:
Kesulitan bernapas
Mengi
URTICARIA (Hives, biduran)
pucat
12
Palpitasi
Namun, dengan vaksin rotavirus, risiko reaksi yang serius sangat kecil.
Kebanyakan anak yang mendapatkan vaksin tidak punya masalah sama
sekali. Namun, ada kemungkinan efek samping ringan setelah vaksin
termasuk:
o Peningkatan iritabilitas.
o Diare.
o Muntah.
DOSIS:
Macam-macam Vaksin Rotavirus.
Ada dua merek vaksin rotavirus : RotaTeq (RV5) dan Rotarix (RV1).
Kedua vaksin diberikan secara oral ditesteskan ke mulut, bukan sebagai
suntikan. Satu-satunya perbedaan adalah jumlah dosis yang perlu
diberikan. Dengan RotaTeq, tiga dosis yang diperlukan. Mereka harus
diberikan pada usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan. Rotarix hanya
membutuhkan dua dosis - 2 bulan dan 4 bulan. Vaksin ini dapat diberikan
pada saat yang sama dengan vaksin lainnya, dan American Academy of
Pediatrics merekomendasikan bahwa vaksin rotavirus dimasukkan sebagai
bagian dari imunisasi rutin diberikan kepada bayi.
13
4-6 bulan pertama. orang tua untuk membuat jadwal
kebutuhan bayi dan orang tuanya.
4) Membantu orang tua untuk memahami kebutuhan bayi
terhadap stimulasi lingkungan.
5) Menyokong kesenangan orang tua dalam melihat
petumbuhan dan perkembangan bayinya, yaitu dengan
bersahabat dan mengamati respon social anak misalnya
dengan tertawa/tersenyum.
6) Menyiapkan orang tua untuk memenuhi kebutuhan rasa
aman dan kesehatan bagi bayi misalnya imunisasi.
7) Menyiapkan orang tua untuk mengenalkan dan
memberikan makanan padat.
14
8) Mendiskusikan mengenai kesiapan untuk penyapihan.
9) Menggali perasaan ornag tua sehubungan dengan pola
tidur bayinya.
15
7) Menyiapkan orang tua akan adanya tanda regresi pada
waktu mengalami stress.
8) Mengkaji kemampuan anak untuk berpisah dengan orang
tua.
9) Memberi kesempatan orang tua untuk mengekspresikan
kelelahan, frustasi dan kejengkelan dalam merawat anak
usia toodler.
16
seperti keterlibatannya dalam masyarakat atau mengembangkan karier.
Bimbingan terhadap orang tua pada masa ini dapat dilakukan pada anak
umur 3, 4, 5 tahun.
A. Usia 3 tahun
1) Menganjurkan orang tua untuk meningkatkan minat anak
dalam hubungan yang luas.
2) Menekankan pentingnya batas-batas / peraturan-peraturan.
3) Mengantisipasi perubahan perilaku agresif.
4) Menganjurkan orang tua menawarkan anaknya alternative-
alternatif pilihan pada saat anak bimbang.
5) Perlunya perhatian ekstra
B. Usia 4 tahun
1) Menyiapkan orang tua terhadap perilaku anak yang agresif,
termasuk aktifitas motorik dan bahasa yang mengejutkan.
2) Menyiapkan orang tua menghadapi perlawanan anak terhadap
kekuasaan orang tua.
3) Kaji perasaan orang tua sehubungan dengan tingkah laku anak.
4) Menganjurkan beberapa macam istirahat dari pengasuh utama,
seperti menempatkan anak pad ataman kanak-kanak selama
setengah hari.
5) Menyiapkan orang tua untuk menghadapi meningkatnya rasa
ingin tahu seksual pada anak.
6) Menekankan pentingnya batas-batas yang realistic dari tingkah
laku.
7) Mendiskusikan disiplin.
8) Menyiapkan orang tua untuk meningkatkan imajinasi di usia 4
tahun, dimana anak mengikuti kata hatinya dalam “ketinggian
bicaranya” (bedakan dengan kebohongan) dan kemahiran anak
dalam permainan yang membutuhkan imajinasi.
9) Menyarankan pelajaran berenang.
17
10) Menjelaskan perasaan-perasaan Oedipus dan reaksi-reaksinya.
Anak laki-laki biasanya lebih dekat dengan ibunya dan anak
perempuan dengan ayahnya. Oleh karena itu, anak perlu
dibiasakan tidur terpisah dengan orang tuanya.
11) Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi mimpi buruk anak
dan menganjurkan mereka agar tidak lupa untuk
membangunkan anak dari mimpi yang menakutkan.
C. Usia 5 tahun
1) Memberikan pengertian bahwa usia 5 tahun merupakan
periode yang relative lebih tenang dibandingkan masa
sebelumnya.
2) Menyiapkan dan membantu anak memasuki lingkungan
sekolah.
3) Mengingatkan imunisasi yang lengkap sebelum masuk
sekolah.
4) Meyakinkan bahwa usia tersebut adalah periode tenang
pada anak.
18
1) Menakankan untuk mendorong kebutuhan akan
kemandirian.
2) Tertarik beraktifitas diluar rumah.
3) Siapkan orang tua untuk perubahan pada wanita pubertas.
4) Usia 11-12 tahun
5) Bantu orang tua untuk menyiapkan anak tentang perubahan
tubuh pubertas.
6) Anak wanita pertumbuhan cepat.
7) Sex education yang adekuat dan informasi yang adekuat.
Cara Pencegahan :
1. Pemahaman tingkat perkembangan dan tingkahlaku anak.
2. Kualitas asuhan meningkat.
3. Lingkungan aman.
19
3. Alat makan dari bahan pecah belah
4. Penyimpanan zat berbahaya yang terbuka & dapat dijangkau anak
5. Adanya sumur yang terbuka
6. Adanya parit di depan/samping rumah
7. Rumah yang letaknya di pinggir jalan raya
8. Kompor/alat memasak yang dijangkau anak
9. Kabel listrik yang berantakan
10. Stop kontak yang tidak tertutup
20
4) Luka bakar : cek air mandi sebelum dipakai.
5) Keracunan : simpan bahan toxic dilemari.
b. Masa Toddler
Jenis kecelakaan :
1) Jatuh/luka akibat mengendarai sepeda.
2) Tenggelam.
3) Keracunan atau terbakar.
4) Tertabrak karena lari mengejar bola/balon.
5) Aspirasi dan asfiksia.
Pencegahan:
1) Awasi jika dekat sumber air.
2) Ajarkan berenang.
3) Simpan korek api, hati-hati terhadap kompor masak dan strika.
4) Tempatkan bahan kimia/toxic di lemari.
5) Jangan biarkan anak main tanpa pengawasan.
6) Cek air mandi sebelum dipakai.
7) Tempatkan barang-barang berbahaya ditempat yang aman.
8) Jangan biarkan kabel listrik menggantung mudah ditarik.
9) Hindari makan ikan yang ada tulang dan makan permen yang
keras.
10) Awasi pada saat memanjat, lari, lompat karena sense of balance.
21
c. Pra Sekolah
Kecelakaan terjadi karena anak kurang menyadari potensial
bahaya : obyek panas, benda tajam, akibat naik sepeda misalnya
main di jalan, lari mengambil bola/layangan, menyeberang jalan.
Pencegahan ada 2 cara ;
1. Mengontrol lingkungan.
2. Mendidik anak terhadap keamanan dan potensial bahaya:
- Jauhkan korek api dari jangkauan.
- Mengamankan tempat-tempat yang secara potensial
dapat membahayakan anak.
- Mendidik anak : Cara menyeberang jalan, arti rambu-
rambu lalulintas, cara mengendarai peran orang tua =
perlu belajar mengontrolàsepeda yang aman
lingkungan.
d. Usia Sekolah
1. Anak sudah berpikir sebelum bertindak.
2. Aktif dalam kegiatan : mengendarai sepeda, mendaki gunung,
berenang.
3. Perawat mengajarkan keamanan:
- Aturan lalu-lintas bagi pengendara sepeda.
- Aturan yang aman dalam berenang
- Mengawasi pada saat anak menggunakan alat berbahaya
: gergaji, alat listrik.
- Mengajarkan agar tidak menggunakan alat yang bisa
meledak/terbakar.
e. Remaja
1. Penggunaan kendaraan bermotor bila jatuh dapat : fraktur, luka
pada kepala.
2. Kecelakaan karena olah raga.
Pencegahan:
22
1. Perlu petunjuk dalam penggunaan kendaraan bermotor
sebelumnya ada negosiasi antara orang tua dengan remaja.
2. Menggunakan alat pengaman yang sesuai.
3. Melakukan latihan fisik yang sesuai sebelum melakukan olah
raga.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bimbingan Antisipasi adalah bantuan perawat terhadap orang tua dalam
mempertahankan, meningkatkan kesehatan melalui upaya pertahanan nutrisi yang
adekuat, pencegahan kecelakaan dan supervisi kecelakaan (Maslow, 1988).
Bantuan perawat terhadap orang tua dalam mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan melalui upaya pertahanan nutrisi yang adekuat,
pencegahan kecelakaan dan supervisi kesehatan.
24
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kerjanya.net/faq/3856-hepatitis-b.html
( Diunduh 21 Maret 2018 )
http://www.kerjanya.net/faq/11715-imunisasi-dpt.html
( Diunduh 21 Maret 2018 )
https://mediskus.com/dasar/imunisasi-polio ( Diunduh 21 Maret 2018 )
https://mediskus.com/dasar/imunisasi-campak ( Diunduh 21 Maret 2018 )
https://mediskus.com/dasar/imunisasi-bcg ( Diunduh 21 Maret 2018 )
http://namanakbayi.com/imunisasi-hib-pada-bayi-dan-balita
( Diunduh 21 Maret 2018 )
http://clevabaruna.blogspot.co.id/2008/05/imunisasi-hib.html
( Diunduh 21 Maret 2018 )
http://klinikallergy.blogspot.co.id/2013/03/vaksinasi-rotavirus-rv.html
( Diunduh 21 Maret 2018 )
25