Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Konsep Safety Nursing”.
Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih
dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun
demikian, tim penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis
dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul
guna penyempurnaan makalah ini. Dan semoga sengan selesainya makalah ini
dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan teman-teman.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar isi...................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan..................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................................1
BAB II Pembahasan................................................................................................2
A.Pengertian Patient Safety ....................................................................................2
B.Tujuan Patient Safety ..........................................................................................3
C.Langkah-Langkah Pelaksanaan Patient Safety ....................................................4
D.Aplikasi Patient Safety ........................................................................................9
E.Peran Perawat sebagai Pelaksana Patient Safety ..............................................16
F.Komunikasi dalam Melaksanakan Patient Safety ..............................................18
BAB III ( Penutup )................................................................................................20
A. Kesimpulan .......................................................................................................20
Daftar pustaka........................................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Latar belakang dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah manajemen patient safety.Patient Safety atau keamanan dan
keselamatan pasien merupakan hal mendasar yang perlu diperhatikan oleh
perawat
Saat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Keselamatan pasien
adalah suatu sistem dimana rumah sakit memberikan asuhan kepada pasien
secara aman serta mencegah terjadinya cidera akibat kesalahan karena
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melaksanakan suatu tindakan yang
seharusnya diambil.
Keamanan merupakan prinsip yang paling dasar diterapkan dalam
pemberian pelayanan kesehatan di rumah sakit terutama dalam pemberian
pelayanan keperawatan dan merupakan aspek yang paling diperhatikan karena
berkaitan dengan kuantitas dan kualitas yang ada di rumah sakit.
B.Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
yang sesuai, menggunakan cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai
atau tidak bertindak atas hasil pemeriksaan atau observasi, dll.
Di Indonesia, telah dikeluarkan
Kepmen nomor 496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit
Medis di Rumah Sakit, yang tujuan utamanya adalah untuk tercapainya
pelayanan medis prima di rumah sakit yang jauh dari medical error dan
memberikan keselamatan bagi pasien. Perkembangan ini diikuti oleh
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia(PERSI) yang berinisiatif
melakukan pertemuan dan mengajak semua stakeholder rumah sakit untuk
lebih memperhatikan keselamatan pasien di rumah sakit (patient safety).
Mempertimbangkan betapa pentingnya misi rumah sakit untuk
mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien
mengharuskan rumah sakit untuk berusaha mengurangi medical error
sebagai bagian dari penghargaannya terhadap kemanusiaan, maka
dikembangkan sistem Patient Safety yang dirancang mampu menjawab
permasalahan yang ada.
3
(mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien,
kesalahan prosedur operasi)
5. Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi risiko
infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan)
6. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien
Terluka karena jatuh)
4
Kriteria
1. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
2. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat
rencana pelayanan
3. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan
penjelasan yang jelas dan benar kepada pasien dan
keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan
atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan
terjadinya KTD
b. Mendidik pasien dan keluarga
Standar
RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban &
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
Kriteria
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dgn
keterlibatan pasien adalah partner dalam proses pelayanan.
Karena itu, di RS harus ada system dan mekanisme mendidik
pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab
pasien dalam asuhan pasien.Dengan pendidikan tersebut
diharapkan pasien & keluarga dapat:
1. Memberikan info yg benar, jelas, lengkap dan jujur
2. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
3. Mengajukan pertanyaan untuk hal yg tdk dimengerti
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
5. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
7. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standar
RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
5
Kriteria
a. koordinasi pelayanan secara menyeluruh
b. koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya
c. koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
d. komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
Standarnya adalah
RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yg
ada, memonitor & mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan
data, menganalisis secara intensif KTD, & melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP.
Kriterianya adalah
a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan
(design) yang baik, sesuai dengan ”Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data
kinerja
c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan
informasi hasil analisis
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
Pasien
Standar
a. Pimpinan dorong & jamin implementasi progr KP
melalui penerapan “7 Langkah Menuju KP RS ”.
b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif
identifikasi risiko KP & program mengurangi KTD.
6
c. Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi &
koordinasi antar unit & individu berkaitan dengan
pengambilan keputusan tentang KP
d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yg adekuat utk
mengukur, mengkaji, & meningkatkan kinerja RS serta
tingkatkan KP.
e. Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas
kontribusinyadalam meningkatkan kinerja RS & KP.
Kriteria
a. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program
keselamatan pasien.
b. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan dan program meminimalkan insiden,
c. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa
semua komponen dari rumah sakit terintegrasi dan
berpartisipasi
d. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden,
termasuk asuhan kepada pasien yang terkena musibah,
membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian
informasi yang benar dan jelas untuk keperluan
analisis.
e. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal
berkaitan dengan insiden,
f. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis
insiden
g. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara
sukarela antar unit dan antar pengelola pelayanan
h. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang
dibutuhkan
i. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi
menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi
7
efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan
keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Standarnya adalah
a. RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi
untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan
dengan KP secara jelas.
b. RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan & memelihara
kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisiplin dalam pelayanan pasien.
Kriteria
a. memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru
yang memuat topik keselamatan pasien
b. mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam
setiap kegiatan inservice training dan memberi
pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
c. menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama
kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan
interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani
pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien.
Standarnya adalah
a. RS merencanakan & mendesain proses manajemen
informasi KP untuk memenuhi kebutuhan informasi
internal & eksternal.
b. Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat.
Kriterianya adalah
a. disediakan anggaran untuk merencanakan dan
mendesain proses manajemen untuk memperoleh data
8
dan informasi tentang hal-hal terkait dengan
keselamatan pasien.
b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala
komunikasi untuk merevisi manajemen informasi yang
ada
D. Aplikasi Patient Safety
Pelayanan keperawatan yang baik adalah pelayanan keperawatan yang
memperhatikan keselamatan pasien. Setiap tindakan keperawatan yang
dilakukan beserta dengan peralatan dan lingkungan sekitar sudah
seharusnya dikondisikan secara sempurna untuk menunjang keselamatan
pasien. Oleh karena itu, diperlukan pengkajian terhadap keselamatan
pasien. Pengkajian tersebut meliputi pengkajian dalam bidang sebagai
berikut :
a. Struktur
1. Kebijakan dan prosedur organisasi : terdapat kebijakan dan
prosedur tetap yang telah dibuat dengan mempertimbangkan
keselamatan pasien.
2. Fasilitas : fasilitas dibangun untuk meningkatkan keamanan.
3. Persediaan : hal – hal yang dibutuhkan sudah tersedia seperti
persediaan di ruang emergency.
b. Lingkungan
1. Pencahayaan dan permukaan berkontribusi terhadap pasien jatuh
2. atau cedera.
3. Temperatur : pengkondisian temperatur dibutuhkan dibeberapa
4. ruangan seperti ruang operasi.
5. Kebisingan : lingkungan yang bising dapat menjadi distraksi saat
perawat sedang memberikan pengobatan dan tidak terdengarnya
sinyal alarm dari perubahan kondisi pasien.
c. Ergonomic dan fungsional
ergonomic berpengaruh terhadappenampilan seperti teknik
memindahkan pasien, jika terjadi kesalahan dapat menimbulkan pasien
9
jatuh atau cedera. Selain itu penempatan material di ruangan apakah
sudah disesuaikan dengan fungsinya seperti pengaturan tempat tidur ,
jenis , penempatan alat sudah mencerminkan keselamatan pasien.
d. Peralatan dan teknologi
Fungsional : perawat harus mengidentifikasi penggunaan alat dan
desain dari alat. perkembangan kecanggihan alat sangat cepat
sehingga diperlukan pelatihan untuk mengoperasikan alat secara tepat
dan benar.
Keamanan : alat – alat yang digunakan juga harus didesain
penggunaannya dapat meningkatkan keselamatan pasien.
1. Desain kerja
desain proses yang tidak dilandasi riset yang adekuat dan
kurangnya penjelasan dapat berdampak terhadap tidak konsisten
perlakuan pada setiap orang hal ini akan berdampak terhadap
kesalahan. Untuk mencegah hal tersebut harus dilakukan research
based practice yang diimplementasikan.
2. Karakteristik risiko tinggi : melakukan tindakan keperawatan
3. yang terus – menerus saat praktek akan menimbulkan
kelemahan,dan penurunan daya ingat hal ini dapat menjadi risiko
tinggi terjadinya kesalahan atau lupa oleh karena itu perlu dibuat
suatu sistem pengingat untukmengurangi kesalahan.
4. Waktu : waktu sangat berdampak pada keselamatan pasien hal
ini lebih mudah tergambar ada pasien yang memerlukan
resusitasi,yang dilanjutkan oleh beberapa tindakan seperti
pemberian obat dan cairan, intubasi dan defibrilasi dan pada
pasien – pasien emergency oleh karena itu pada saat – saat
tertentu waktu dapat menentukan apakah pasien selamat atau
tidak.
5. Perubahan jadwal dinas perawat juga berdampak terhadap
keselamatan pasien karena perawat sering tidak siap untuk
melakukan aktivitas secara baik dan menyeluruh.
10
6. Waktu juga sangat berpengaruh pada saat pasien harus dilakukan
tindakan diagnostik atau ketepatan pengaturan pemberian obat
seperti pada pemberian antibiotik atau tromblolitik, keterlambatan
akan mempengaruhi terhadapap diagnosis dan pengobatan.
7. Efisiensi : keterlambatan diagnosis atau pengobatan akan
memperpanjang waktu perawatan tentunya akan meningkatkan
pembiayaan yang harus di tanggung oleh pasien.
e. Orang
1. Sikap dan motivasi : sikap dan motivasi sangat berdampak kepada
kinerja seseorang. Sikap dan motivasi yang negatif akan menimbulkan
kesalahan-kesalahan
2. Kesehatan fisik : kelelahan, sakit dan kurang tidur akan berdampak
kepada kinerja dengan menurunnya kewaspadaan dan waktu bereaksi
seseorang
3. Kesehatan mental dan emosional : hal ini berpengaruh terhadap
perhatian akan kebutuhan dan masalah pasien. tanpa perhatian yang
penuh akan terjadi kesalahan – kesalahan dalam bertindak
4. Faktor interaksi manusia dengan teknologi dan lingkungan : bidan
memerlukan pendidikan atau pelatihan saat dihadapkan kepada
penggunaan alat – alat kesehatan dengan teknologi baru dan
perawatan penyakit – penyakit yang sebelumnya belum tren seperti
perawatan flubabi.
5. Faktor kognitif , komunikasi dan interpretasi : kognitif sangat
berpengaruh terhadap pemahaman kenapa terjadinya kesalahan
(error). Kognitif seseorang sangat berpengaruh terhadap bagaimana
cara membuat keputusan , pemecahan masalah baru
mengkomunikasikan hal – hal yang baru.
f. Budaya
1. Faktor budaya sangat bepengaruh besar terhadap pemahaman kesalahan
dan
keselamatan pasien.
11
2. Filosofi tentang keamanan ; keselamatan pasien tergantung kepada
filosofi
dan nilai yang dibuat oleh para pimpinanan pelayanan kesehatan.
3. Jalur komunikasi : jalur komunikasi perlu dibuat sehingga ketika terjadi
kesalahan dapat segera terlaporkan kepada pimpinan (siapa yang berhak
melapor dan siapa yang menerima laporan).
4. Budaya melaporkan , terkadang untuk melaporkan suatu kesalahan
mendapat hambatan karena terbentuknya budaya blaming . Budaya
menyalahkan (Blaming) merupakan phenomena yang universal. Budaya
tersebut harus dikikis dengan membuat protap jalur komunikasi yang
jelas.
5. Staff – kelebihan beban kerja, jam dan kebijakan personal. Faktor
lainnya
yang penting adalah system kepemimpinan dan budaya dalam
merencanakan staf, membuat kebijakan dan mengantur personal
termasuk jam kerja, beban kerja, manajemen kelelahan, stress dan sakit.
12
Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar
operasi lengkap dan melaksanakan prosedur aseptik. Selain itu, petugas
wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi lengkap yang berupa
topi, masker, baju dan celana operasi.
Pelaksanaan atau aplikasi patient safety dalam kamar operasi dapat
berupa hal sebagai berikut :
1. Semua peralatan yang ada di dalam kamar operasi harus beroda dan
mudah dibersihkan.
2. Untuk alat elektrik, petunjuk penggunaaanya harus menempel pada
alat tersebut agar mudah dibaca.
3. Sistem pelistrikan harus aman dan dilengkapi dengan elektroda
untuk memusatkan arus listrik mencegah bahaya gas anestesi.
4. Air yang tersedia dalam kamar operasi harus bersih, yaitu air yang
tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, tidak mengandung
kuman pathogen, tidak mengandung zat kimia, dan tidak
mengandung zat beracun.
5. Setiap petugas medis yang akan melakukan tindakan operasi wajib
mengenakan pakaian khusus operasi.
6. Petugas medis wajib melaksanakan prosedur aspetik, salah satu
contohnya adalah mencuci tangan.
2. Unit Gawat Darurat
Unit Gawat Darurat (UGD) adalah suatu unit di dalam rumah
sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita
sakit dan cedera yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. Sifat
pasien yang mendapatkan perawatan di UGD adalah sebagai berikut :
a. Perlu mendapatkan pertolongan segera, cepat, tepat, dan aman.
b. Mempunyai masalah patologis, psikologis, lingkungan, dan
keluarga.
c. Perlu mendapatkan informasi secara cepat dan tepat.
d. Unik.
13
Selain itu, pasien yang mendapatkan perawatan di UGD, diklasifikasikan
berdasarkan kondisi atau keadaan jasmani pasien. Klasifikasi tersebut
meliputi :
a. Pasien TGDG “false emergency” (Label Hijau)
Merupakan pasien yang memerlukan tindakan medis tidak segera.
b. Pasien DTG (Label Kuning)
Merupakan korban tidak gawat tetapi memerlukan pertolongan medik
untuk mencegah keadaan yang lebih gawat atau mencegah cacat.
c. Pasien GD (Label Merah)
Merupakan korban yang berada dalam keadaan nyawa terancam apabila
tidak memperoleh pertolongan dengan segera.
d. Pasien GTD (Label Putih)
Merupakan pasien dalam keadaan parah yang tidak memiliki harapan
atau harapan yang tipis jika diberikan pertolongan.
e. Pasien yang meninggal atau death on arrival (Label Hitam)
14
Intensive Care Unit (ICU) atau Unit Perawatan Intensif (UPI) adalah
tempat atau unit tersendiri di dalam rumah sakit yang menangani pasien-
pasien gawat karena penyakit, trauma atau komplikasi penyakit lain.
Intensive Care Unit (ICU) merupakan cabang ilmu kedokteran yang
memfokuskan diri dalam bidang life support atau organ supportpada
pasien-pasien sakit kritis yang membutuhkan monitoring intensif.
Pasien yang perlu mendapatkan perawatan di ruang ICU adalah pasien
yang dalam keadaan terancam jiwanya sewaktu-waktu karena kegagalan
atau disfungsi satu atau multiple organ atau sistem dan masih ada
kemungkinan dapat disembuhkan kembali melalui perawatan, pemantauan
dan pengobatan intensif. Pasien yang memperoleh perawatan di ruang ICU
berbeda dengan pasien yang memperoleh perawatan di ruang rawat inap
biasa. Pasien yang dirawat di ruang ICU mempunyai ketergantungan yang
sangat tinggi terhadap perawat dan dokter. Pasien yang berada di ruang
ICU adalah pasien yang berada dalam keadaan kritis atau kehilangan
kesadaran atau mengalami kelumpuhan sehingga segala sesuatu yang
terjadi dalam diri pasien hanya dapat diketahui melalui monitoring yang
baik dan teratur.
Pengelolaan pasien yang mendapatkan perawatan di ruang ICU adalah
sebagai berikut:
1. Pendekatan Pasien ICU
Anamnesis Merupakan tindakan pengobatan sebelum diagnosis
definitif
ditegakkan.
2. Serah Terima Pasien
Bertujuan untuk mengetahui riwayat tindakan pengobatan sebelumnya
dan
sebagai bentuk aspek legal.
3. Pemeriksaan Fisik
Meliputi pemeriksaan fisik secara umum, penilaian neurologis, sistem
pernafasan, kardiovaskuler, gastro intestinal, ginjal dan cairan, anggota
15
gerak, haematologi dan posisi pasien.
4. Kajian hasil pemeriksaan
Meliputi biokimia, hematologi, gas darah, monitoring TTV, foto
thorax, CT scan, efek pengobatan.
Berdasarkan penjelasan diatas, aplikasi keselamatan pasien dalam ICU
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Fasilitas dalam ruang ICU tersedia lengkap
sehingga monitoring terhadap kondisi pasien dapat berjalan dengan
baik.
2. Tenanga medis harus berhati-hati saat hendak melakukan pemasangan
kateter dan slang atau tube sehingga tida terjadi kesalahan.
3. Menggunakan alat injeksi sekali pakai.
4. Peralatan medis yang tersedia harus dalam kondisi steril.
5. Petugas medis wajib melakukan prosedur aseptik.
6. Tenaga kesehatan harus menerapkan komunikasi yang baik antar
petugas sehingga tidak terjadi kesalahan saat serah terima pasien
dilakukan.
7. Tenaga kesehatan harus mampu melaksanakan prosedur pengelolaan
pasien secara tepat dan aman.
16
yang telah dibuat dan ditetapkan oleh rumah sakit serta tidak luput pula
dalam menerpkan prinsip-prinsip etik dalam pemberian pelayanan
keperawatan, memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga
tentang asuhan yang diberikan, menerapkan kerjasama tim kesehatan
yang handal dalam melakukan penyelesaian masalah terhadap kejadian
yang tidak diharapkan, melakukan pendokumentasian dengan benar dari
semua asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan keluarga
serta komunikasi efektif yang merupakan hal yang sangat berperan
terhadap keberhasilan suatau pelayanan yang diberikan kepada pasien
dan keluarganya.
Peran perawat dalam memberikan keselamatan pasien di rumah
sakit(patient safety) dapat dilakukan dengan cara berikut :
Perawat dapat melakukan hal yang berkaitan dalam 7 Standar
Keselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital Patient Safety Standards”
yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health
Organizations, Illinois, USA, tahun 2002) ,yaitu:
1. Perawat memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya agar
mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil pelayanan
termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak
Diharapkan).
2. Perawat memberikan pengarahan, perencanaan pelayanan
kesehatan pada pasien dan keluarga mengenai keselamatan pasien.
3. Menjaga keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
4. Menggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien.
5.Menerapkan peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien
6. Menerima pendidikan tentang keselamatan pasien
7. Menjaga komunikasi sebagai kunci bagi perawat untuk mencapai
keselamatan pasien.
17
F. Komunikasi dalam Melaksanakan Patient Safety
1. Pengertian Komunikasi dalam Patient Safety
Komunikasi dalam praktik keperawatan profesional merupakan
unsur utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
untuk mencapai hasil yang optimal.Kegiatan keperawatan yang
memerlukan komunikasi meliputi timbang terima, interview/anamnesis,
komunikasi melalui komputer, komunikasi rahasia klien, komunikasi
melalui sentuhan, komunikasi dalam pendokumentasian, komunikasi
antara perawat dengan profesi lainnya, dan komunikasi antara perawat
dengan pasien.
Komunikasi merupakan alat atau sarana yang digunakan dalam
menjalin hubungan. Komunikasi menjadi kunci utama bagi perawat
untuk mencapai keselamatan pasien ( patient safety). Teknik
berkomunikasi yang digunakan secara tepat dapat menciptakan hubungan
terapeutik dan menghindarkan pasien dari KTD, dan apabila tidak tepat
akan menimbulkan masalah bagi pasien dan perawat. Dalam teknik
berkomunikasi ini, ada tiga keterampilan yang diperlukan untuk
membina hubungan terapeutik antara perawat dan pasien, yaitu :
a. Kehadiran atau Keberadaan Perawat
Kehadiran berarti kebersamaan fisik dan psikologis dalam
berkomunikasi dengan pasien. Hal itu antara lain mencakup
mendengarkan dan mengamati, serta memberikan perhatian terhadap
ucapan dan perilaku pasien, agar pasien tetap merasa nyaman dan
keselamatannya terjaga.
Kehadiran fisik mempunyai peran yang penting dalam komunikasi
interpersonal karena tubuh dapat memperkuat pesan yang
disampaikan dalam bentuk kata-kata.
Kehadiran psikologis, yaitu mendengarkan secara aktif yang berarti
mendengarkan dengan telinga, pikiran dan perasaan mengenai kata-
kata yang diucapkan pasien dan perilaku nonverbal pasien. Selama
mendengar aktif, perawat mengikuti apa yang dibicarakan pasien
18
dan memperhatikan perilaku pasien serta memberi tanggapan
dengan tepat.
b. Perilaku Nonverbal
Beberapa macam perilaku nonverbal dapat memengaruhi hubungan
perawat dengan pasien. Perilaku nonverbal tersebut seperti : aktifitas
fisik, vokalisasi dan jarak antarpembicara.
c. Keterampilan Memberi Respon
Keterampilan ini digunakan oleh perawat untuk menyampaikan
pengertian kepada pasien, memberikan umpan balik, dan memperjelas
pemahaman perawat tentang pembicaraan dan perilaku pasien.
2. Komunikasi dalam Melaksanakan Patient Safety
Komunikasi efektif yang dilakukan antara pasien dan perawat
merupakan syarat yang penting dalam memberikan pelayanan keperawatan
terutama pelayanan keperawatan yang berfokus pada pasien.Komunikasi
merupakan salah satu standar dalam praktek keperawatan profesional
terutama dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien (ANA,
2010).Kompetensi profesional dalam praktek keperawatan tidak hanya
psikomotor dan kemampuan melakukan diagnosa klinik melainkan
kemampuan dalam melakukan komunikasi interpersonal.
Komunikasi menjadi cara yang paling tepat untuk memberikan
keselamatan pada pasien. Untuk mencapai keselamatan pasien di rumah
sakit sangat diperlukan komunikasi di antara petugas pelayanan kesehatan
yang saling berkolaborasi, seperti perawat dan staf yang lainnya untuk
memberikan kenyamanan dan keselamatan pada pasien (patient safety).
Kolaborasi dalam lingkungan kerja profesional telah diakui oleh
keperawatan, dan tim kesehatan lain serta organisasi profesional kesehatan
sebagai komponen penting dalam keselamatan yang mempunyai kualitas
tinggi dalam memberikan pelayanan perawatan berpusat pada pasien
(Interprofessional Education Colaborative Expert Panel, 2011).
19
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
20
DAFTAR PUSTAKA
21