DISUSUN OLEH
KELOMPOK 9 :
RAHMAWATI _ 202205190
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karna atas
tuntunan-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Safe Patient
Handling” ,tugas ini dibuat sebagai salah satu tugas makalah Keterampilan Dasar
Keperawatan pada semester dua.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan trima kasih kepada dosen
pembimbing,dan kepada seluruh rekan yang ikut membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa apa yang dituangkan dalam makalah ini masih jauh
dari sempurna sebab itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritikan demi
menyempurnakan makalah ini. Harapan penulis mudah-mudahan apa yang tertuang
dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan Institut Ilmu Kesehatan
Pelamonia Makassar.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN
Latar belakang
Tujuan
Rumusan masalah
2.1 Kesimpulan
2.2 saran
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis
pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup
besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors).
Menurut Institute of Medicine (1999), medical error didefinisikan sebagai kesalahan
medis didefinisikan sebagai: suatu Kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan
untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu., kesalahan tindakan) atau
perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan perencanaan).
Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse
Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).
Menurut PMK 1691/2011, Keselamatan Pasien adalah suatu sistem di rumah sakit yang
menjadikan pelayanan kepada pasien menjadi lebih aman, oleh karena
dilaksanakannya: asesmen resiko, identifikasi dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindaklanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat tindakan medis atau tidak dilakukannya tindakan medis yang seharusnya
diambil. Sistem tersebut merupakan sistem yang seharusnya dilaksanakan secara
normatif.
Tujuan
Tujuan :
Manfaat :
PEMBAHASAN
Menurut Supari tahun 2005, patient safety handling adalah bebas dari cidera aksidental
atau menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan
pengobatan.
Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah
terjadinya cedera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan (DepKes RI, 2006).
Menurut Kohn, Corrigan & Donaldson tahun 2000, patient safety adalah tidak adanya
kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan. Keselamatan pasien (patient
safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman,
mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem
tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden,
tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko. Meliputi: assessment
risiko,identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya,
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Tujuan patient safety
Tujuan utama pengembangan program patient safety di rumah sakit dan fasyankes
lainnya adalah terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatnya
akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak
diharapkan (KTD) di rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan
sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
Masalah yang terkait dengan isu Keselamatan Pasien di RS adalah tentang Program
Pengendalian Resistensi Antimikroba (Antibiotik). Peningkatan resistensi antimikroba
terjadi karena proses seleksi (selection) dan penyebaran (spread). Proses seleksi dapat
dicegah dengan cara meningkatkan penggunaan antimikroba secara bijaksana (prudent
use), sedangkan proses penyebaran dapat dicegah dengan cara meningkatkan
pencegahan infeksi secara benar.
Tujuan program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) yaitu peningkatan mutu
layanan rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya melalui PPI yang
meliputi: Manajemen risiko, Clinical governance, dan K3; melindungi nakes dan
masyarakat dari penularan penyakit menular (Emerging Infectious Diseases) dan
menurunkan angka penularan HAIs (Hospital Acquired Infections).
Pada tahun 2006, Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik telah menyusun
Pedoman Nasional Keselamatan Pasien di Rumah Sakit bersama-sama dengan KARS
dan PERSI, pedoman tersebut telah dipakai sebagai acuan rumah sakit dalam
pelaksanaan keselamatan pasien di rumah sakit masing-masing. Saat ini telah terbit
Permenkes Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah
Sakit. Dengan diterbitkannya Permenkes ini diharapkan seluruh rumah sakit dapat
melaksanakan program keselamatan pasien.
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS) adalah suatu sistem dimana RSmembuat
asuhan pasien lebih aman.(KKP-RS PERSI 2005).
• Sorotan
• Tambah Catatan
• Berbagi Kutipan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) adalah kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan serta pembinaan dalam upaya
menurunkan angka kejadian Infeksi Rumah Sakit (IRS) pada pasien atau petugas
rumah sakit dan mengamankan lingkungan rumah sakit dari resiko transmisi infeksi
yang dilaksanakan melalui manajemen resiko, tata laksana klinik yang baik dan
pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja RS (Kebijakan RSUD Kota
Yogyakarta, 2015). Hal ini didukung dengan adanya Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 270/Menkes/III/2007 tentang pedoman manajerial pengendalian infeksi di rumah
sakit dan fasilitas kesehatan serta Keputusan Menkes Nomor 381 Menkes/III/2007
mengenai pedoman pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas kesehatan. Dan
kebijakan direktur utama RSUP H. Adam Malik Medan nomor: LB.02.01/1/2136/2009
Bertujuan untuk melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan lain- lain di
dalam lingkungan rumah sakit serta penghematan biaya dan meningkatkan kualitas
pelayanan rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya dan yang paling penting adalah
menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial (Scheckler et al. 1998).
Langkah menuju keselamatan pasien
• Hak pasien;
• Mendidik pasien dan keluarga:
• Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan;
• Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
• program peningkatan keselamatan pasien;
• Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien;
• Mendidik staf tentang keselamatan pasien dan
• Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Health Organizations, Illionis, USA, tahun 2002 dan di Indonesia sudah dijadikan
Permenkes 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang keselamatan pasien rumah sakit.
Dalam penerapannya, standar ini akan dinilai menggunankan Instrumen Akreditasi
Rumah Sakit. Adapun Standar tersebut adalah sebagai berikut:
1) Hak Pasien
Standar keselamatan pasien di atas jika diurai satu per satu maka akan lebih
Standar :
Standar : rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggungjawab pasien dalam asuhan pasien
Kriteria:
a. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan,tindakan pengobatan, rujukan dan
saat pasien keluar dari rumah sakit.
pasien dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh
tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
d. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat
tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman, dan efektif.
4) Standar IV: Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien standar Rumah sakit harus mendesign
proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja
melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif Kejadian tidak diharapkan, dan
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
Kriteria:
a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik,
mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien. petugas pelayanan
kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang
berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan "Tujuh Langkah Menuju Keselamatan
pasien rumah sakit"
b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain
terkait dengan pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu
pelayanan, keuangan.
c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi terkait dengan semua Kejadian Tidak
Diharapkan, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan keselamatan
pasien terjamin.
Standar
c. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.
Kriteria:
d. Tersedia prosedur "cepat tanggap" terhadap insiden, temasuk asuhan kepada pasien
yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi
yang benar dan jelas untuk keperluan analisis
g. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan pendekatan antar disiplin.
h. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan
perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk evaluasi
berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut
Standar :
a. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap
jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas
b. Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisiplin dalam pelayanan pasien.
Kriteria:
a. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan serta orientasi bagi
staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-
masing.
b. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap
kegiatan in-service training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan
insiden.
keselamatan pasien.
Standar :
Kriteria: