Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“SAFE PATIENT HANDLING”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 9 :

SRI WULANDARI BAKRI _ 202205201

PUTRI AZIFA ZAHIRA ARMAN _ 202205189

RAHMAWATI _ 202205190

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIA MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2023-2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karna atas
tuntunan-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Safe Patient
Handling” ,tugas ini dibuat sebagai salah satu tugas makalah Keterampilan Dasar
Keperawatan pada semester dua.

Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan trima kasih kepada dosen
pembimbing,dan kepada seluruh rekan yang ikut membantu dalam penyusunan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa apa yang dituangkan dalam makalah ini masih jauh
dari sempurna sebab itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritikan demi
menyempurnakan makalah ini. Harapan penulis mudah-mudahan apa yang tertuang
dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan Institut Ilmu Kesehatan
Pelamonia Makassar.

Makassar, 07 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN

KATA PENGANTAR ……………………………………………… i

DAFTAR ISI ……………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………. 3

Latar belakang

Tujuan

Rumusan masalah

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………….. 5

BAB III PENUTUP ……………………………………………… 13

2.1 Kesimpulan

2.2 saran

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………… 14


BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis
pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup
besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors).
Menurut Institute of Medicine (1999), medical error didefinisikan sebagai kesalahan
medis didefinisikan sebagai: suatu Kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan
untuk diselesaikan tidak seperti yang diharapkan (yaitu., kesalahan tindakan) atau
perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan (yaitu., kesalahan perencanaan).
Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse
Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).

Di Indonesia, telah dikeluarkan pula Kepmen nomor 496/Menkes/SK/IV/2005 tentang


Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, yang tujuan utamanya adalah untuk tercapainya
pelayanan medis prima di rumah sakit yang jauh dari medical error dan memberikan
keselamatan bagi pasien. Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan Rumah Sakit
Seluruh Indonesia(PERSI) yang berinisiatif melakukan pertemuan dan mengajak semua
stakeholder rumah sakit untuk lebih memperhatikan keselamatan pasien di rumah sakit.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Menteri


Kesehatan no 1691/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Peraturan ini
menjadi tonggak utama operasionalisasi Keselamatan Pasien di rumah sakit seluruh
Indonesia. Banyak rumah sakit di Indonesia yang telah berupaya membangun dan
mengembangkan Keselamatan Pasien, namun upaya tersebut dilaksanakan
berdasarkan pemahaman manajemen terhadap Keselamatan Pasien. Peraturan
Menteri ini memberikan panduan bagi manajemen rumah sakit agar dapat menjalankan
spirit Keselamatan Pasien secara utuh.

Menurut PMK 1691/2011, Keselamatan Pasien adalah suatu sistem di rumah sakit yang
menjadikan pelayanan kepada pasien menjadi lebih aman, oleh karena
dilaksanakannya: asesmen resiko, identifikasi dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindaklanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat tindakan medis atau tidak dilakukannya tindakan medis yang seharusnya
diambil. Sistem tersebut merupakan sistem yang seharusnya dilaksanakan secara
normatif.

Melihat lengkapnya urutan mekanisme Keselamatan Pasien dalam PMK tersebut,


maka, jika diterapkan oleh manajemen rumah sakit, diharapkan kinerja pelayanan klinis
rumah sakit dapat meningkat serta hal-hal yang merugikan pasien (medical error,
nursing error, dan lainnya) dapat dikurangi semaksimal mungkin.

Tujuan

Menganalisis penerapan patient safety serta mengetahui factor-faktor yang dapat


mempengaruhi penerapan patient safety dan dapat membuat rencana perbaikan
pelaksanaan patient safety
Rumusan masalah :

1. Apakah yang dimaksud dengan patient handling ?


2. Apa sajakah tujuan patient safety ?
3. Bagaimana sistem keselamatan pasien dirumah sakit ?
4. Apa sajakah manajemen pengendalian infeksi dirumah sakit ?
5. Bagaimana langkah menuju keselamatan pasien ?
6. Apa sajakah standar keselamatan pasien ?

Tujuan :

1. Menjelaskan pengertian patient handling


2. Mengetahui tujuan patient handling
3. Mengetahui sistem keselamatan patient dirumah sakit
4. Mengetahui manajemen pengendalian infeksi dirumah sakit
5. Menjelaskan langkah menuju keselamatan pasien
6. Menjelaskan standar keselamatan pasien

Manfaat :

1. Memberi wawasan tentang pengertian patient handling


2. Memberi pengetahuan tentang tujuan patient handling
3. Memberi pengetahuan tentang sistem keselamatan patient dirumah sakit
4. Memberi pengetahuan tentang manajeman pengendalian infeksi dirumah sakit
5. Memberi informasi tentang langkah menuju keselamatan pasien
6. Memberi wawasan tentang standar keselamatan pasien
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian patient handling

Menurut Supari tahun 2005, patient safety handling adalah bebas dari cidera aksidental
atau menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan
pengobatan.

Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah
terjadinya cedera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan (DepKes RI, 2006).

Menurut Kohn, Corrigan & Donaldson tahun 2000, patient safety adalah tidak adanya
kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan. Keselamatan pasien (patient
safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman,
mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem
tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden,
tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko. Meliputi: assessment
risiko,identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya,
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Tujuan patient safety

Tujuan Sistem Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah:

Tujuan utama pengembangan program patient safety di rumah sakit dan fasyankes
lainnya adalah terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatnya
akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak
diharapkan (KTD) di rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan
sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.

Masalah yang terkait dengan isu Keselamatan Pasien di RS adalah tentang Program
Pengendalian Resistensi Antimikroba (Antibiotik). Peningkatan resistensi antimikroba
terjadi karena proses seleksi (selection) dan penyebaran (spread). Proses seleksi dapat
dicegah dengan cara meningkatkan penggunaan antimikroba secara bijaksana (prudent
use), sedangkan proses penyebaran dapat dicegah dengan cara meningkatkan
pencegahan infeksi secara benar.

Di seluruh dunia telah diupayakan berbagai cara untuk menanggulangi terjadinya


peningkatan resistensi antimikroba, baik oleh perorangan, institusi, negara, maupun
kerjasama antar institusi atau negara. Beberapa rekomendasi berupa metode yang
telah divalidasi (validated method) untuk mengendalikan resistensi antimikroba secara
efisien dan baku di RS, adalah dengan cara: melaksanakan surveilans resistensi
antimikroba, melaksanakan surveilans penggunaan antibiotik, melaksanakan surveilans
infeksi nosokomial, mengkaji kualitas penggunaan antibiotik, mengkaji kualitas
pengendalian infeksi, meningkatkan kualitas penggunaan antibiotik, meningkatkan
kualitas pengendalian infeksi.

Tujuan program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) yaitu peningkatan mutu
layanan rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya melalui PPI yang
meliputi: Manajemen risiko, Clinical governance, dan K3; melindungi nakes dan
masyarakat dari penularan penyakit menular (Emerging Infectious Diseases) dan
menurunkan angka penularan HAIs (Hospital Acquired Infections).

Pada tahun 2006, Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik telah menyusun
Pedoman Nasional Keselamatan Pasien di Rumah Sakit bersama-sama dengan KARS
dan PERSI, pedoman tersebut telah dipakai sebagai acuan rumah sakit dalam
pelaksanaan keselamatan pasien di rumah sakit masing-masing. Saat ini telah terbit
Permenkes Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah
Sakit. Dengan diterbitkannya Permenkes ini diharapkan seluruh rumah sakit dapat
melaksanakan program keselamatan pasien.

Salah satu cara mengembangkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit


sekaligus meningkatkan daya saing Indonesia di mata masyarakat dunia, saat ini
Kementerian Kesehatan sedang dalam proses menerbitkan satu kebijakan mengenai
sistem akreditasi rumah sakit yang baru yang diharapkan dapat mendorong majunya
perkembangan pelayanan kesehatan rumah sakit di Indonesia menuju mutu kelas
dunia. Dalam Sistem Akreditasi yang baru, terdapat 4 (empat) Kelompok; yaitu Standar
Pelayanan yang Berfokus pada Pasien, Standar Manajemen Rumah Sakit; Sasaran
Keselamatan Pasien Rumah Sakit dan Sasaran MDGs (Millenium Development Goals).
Diharapkan dengan dimasukkannya prinsip-prinsip Keselamatan Pasien ke dalam
Sistem Akreditasi RS yang baru, semua tujuan dari Program Keselamatan Pasien di
RS, beserta seluruh unsur yang termasuk di dalamnya, dapat diterapkan di seluruh RS
di Indonesia, mengingat akreditasi telah diwajibkan bagi rumah sakit sesuai amanah
Undang-undang Nomor 44/2009 tentang Rumah Sakit.

Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit

Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat,menurunnya


KTD di rumah sakit,terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
penanggulangan KTD.

Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:

 Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar)


 Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang efektif)
 Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan keamanan dari
pengobatan resiko tinggi)
 Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery (mengeliminasi
kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien, kesalahan prosedur
operasi)
 Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi risiko infeksi
yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan)
 Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien terluka
karena jatuh).
Sistem Keselamatan Pasien di Rumah Sakit

Sistem Keselamatan Pasien dirumah sakit

Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS) adalah suatu sistem dimana RSmembuat
asuhan pasien lebih aman.(KKP-RS PERSI 2005).

Sedangkan menurut penjelasan UU 44/2009 tentang Rumah Sakit pasal 43 yang


dimaksud dengan keselamatan pasien (patient safety) adalah proses dalam suatu
Rumah Sakit yang memberikan pelayanan pasien yang lebih aman. Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit/KKP-RS (2008) mendefinisikan bahwa keselamatan
(safety) adalah bebas dari bahaya atau risiko (hazard).Keselamatan pasien
(Patientsafety) adalah pasien bebas dari harm/cedera yang tidak seharusnya terjadi
atau bebas dari harm yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik, sosial,
psikologi, cacat, kematian dan lain-lain), terkait dengan pelayanan kesehatan. Untuk
menghindarkan kesalahpahaman akan pengertian dan yang menjadiranah keselamatan
pasien, maka yang perlu kita garis bawahi adalah bahwa yang termasuk ke dalam
keselamatan pasien adalah segala kesalahan yangterjadi di rumah sakit yang dilakukan
oleh semua profesi yang menangani pasien secara langsung dalam memberikan
asuhannya. Termasuk di dalamnya asesmen risiko, identifikasi, dan manajemen risiko
terhadap pasien, pelaporandan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan
menindaklanjuti insiden,dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta meminimalisir
timbulnya risiko.Adapun tujuan dari keselamatan pasien di rumah sakit adalah agar
terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatnya akuntabilitas
rumahsakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan

• Sorotan
• Tambah Catatan
• Berbagi Kutipan

(KTD) di rumah sakit dan terlaksananya program – program pencegahansehingga tidak


terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan (Depkes RI,2008)
Manajemen pengendalian infeksi dirumah sakit

Manajemen Pengendalian Infeksi di RS Pengendalian infeksi adalah mengendalikan


penyebaran agen penyebab penyakit dengan melakukan prosedur tertentu.
Pengendalian infeksi adalah seperangkat kebijakan dan prosedur yang digunakan
untuk meminimalkan resiko penyebaran infeksi, terutama di luar kesehatan, melainkan
juga harus menjadi bagian penting dari kehidupan pribadi kita, terutama di rumah kita
(Miller dan Palenik, 2003).

Depkes RI (2007) menyatakan pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial


adalah program yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan serta
pembinaan dalam upaya menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit
dan yang bertanggungjawab terhadap tugas tersebut adalah komite/panitia pencegahan
dan pengendalian infeksi rumah sakit yang dibentuk oleh kepala rumah sakit.

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) adalah kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan serta pembinaan dalam upaya
menurunkan angka kejadian Infeksi Rumah Sakit (IRS) pada pasien atau petugas
rumah sakit dan mengamankan lingkungan rumah sakit dari resiko transmisi infeksi
yang dilaksanakan melalui manajemen resiko, tata laksana klinik yang baik dan
pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja RS (Kebijakan RSUD Kota
Yogyakarta, 2015). Hal ini didukung dengan adanya Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 270/Menkes/III/2007 tentang pedoman manajerial pengendalian infeksi di rumah
sakit dan fasilitas kesehatan serta Keputusan Menkes Nomor 381 Menkes/III/2007
mengenai pedoman pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas kesehatan. Dan
kebijakan direktur utama RSUP H. Adam Malik Medan nomor: LB.02.01/1/2136/2009

tentang Pengendalian Infeksi Rumah Sakit.

Bertujuan untuk melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan lain- lain di
dalam lingkungan rumah sakit serta penghematan biaya dan meningkatkan kualitas
pelayanan rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya dan yang paling penting adalah
menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial (Scheckler et al. 1998).
Langkah menuju keselamatan pasien

Tujuh langkah menuju keselamatan di RS: Standar keselamatan pasien menurut


Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011

tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Pasal 7 ayat (2) meliputi:

• Hak pasien;
• Mendidik pasien dan keluarga:
• Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan;
• Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
• program peningkatan keselamatan pasien;
• Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien;
• Mendidik staf tentang keselamatan pasien dan
• Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

Selanjutnya Pasal 8 Peraturan Menteri Kesehatan tersebut diatas mewajibkan

setiap rumah sakit untuk mengupayakan pemenuhan sasaran keselamatan

pasien yang meliputi tercapainya 6 (enam) hal sebagai berikut:

1. Ketepatan identifikasi pasien;

2. Peningkatan komunikasi yang efektif.

3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai;

4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi,

5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan dan

6. Pengurangan risiko pasien jatuh.


Standar Keselamatan Pasien

Standar Keselamatan Pasien di RS Setiap rumah sakit wajib menerapkan Standar


Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Standar ini diusun merujuk pada "Hospital Patient
Safety Standards" yang dikeluarkan oleh "Joint Comission on Accreditation of 9

Health Organizations, Illionis, USA, tahun 2002 dan di Indonesia sudah dijadikan
Permenkes 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang keselamatan pasien rumah sakit.
Dalam penerapannya, standar ini akan dinilai menggunankan Instrumen Akreditasi
Rumah Sakit. Adapun Standar tersebut adalah sebagai berikut:

1) Hak Pasien

2) Mendidik pasien dan keluarga

3) Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan

4) Penggunaaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program


peningkatan keselamatan pasien

5) Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

6) Mendidik staf tentang keselamatan pasien

7) Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

Standar keselamatan pasien di atas jika diurai satu per satu maka akan lebih

jelas maksud dan tujuannya :

1) Standar I: Hak Pasien

Standar :

a. Pasien dan keluarga mempunyai hak untuk mendapatkan informasi

b. Dokter penanggungjawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan


c. Dokter penanggungjawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara jelas dan
benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan,
pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian
Tidak Diharapkan.

2) Standar II: Mendidik pasien dan keluarga

Standar : rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggungjawab pasien dalam asuhan pasien

Kriteria:

Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan


pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan, karena itu, di rumah sakit
harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarga tentang kewajiban dan
tanggungjawab pasienalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan
pasien dan keluarga dapat:

a. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur

b. Mengetahui kewajiban dan tanggungjawab pasien dan keluarga

c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti

d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan

e. Memenuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit

f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa

g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

3) Standar III: Keselamatan Pasien dan kesinambungan pelayanan

Standar Rumah sakit menjamim kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi


antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriteria:

a. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan,tindakan pengobatan, rujukan dan
saat pasien keluar dari rumah sakit.

b. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan

pasien dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh
tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.

c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk


memfasilitasi dukungan keluarga. Pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi
dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya

d. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat
tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman, dan efektif.

4) Standar IV: Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien standar Rumah sakit harus mendesign
proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja
melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif Kejadian tidak diharapkan, dan
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.

Kriteria:

a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik,
mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit, kebutuhan pasien. petugas pelayanan
kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang
berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan "Tujuh Langkah Menuju Keselamatan
pasien rumah sakit"

b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain
terkait dengan pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu
pelayanan, keuangan.
c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi terkait dengan semua Kejadian Tidak
Diharapkan, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.

d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan keselamatan
pasien terjamin.

5) Standar V: Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

Standar

a. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien


secam terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan "Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien Rumah Sakit"

b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko


keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi Kejadian Tidak
Diharapkan

c. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien.

d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji


dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan keselamatan pasien.

e. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan


kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien

Kriteria:

a. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.

b. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program


meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis Kejadian yang memerlukan
perhatian, mulai "Kejadian Nyaris Ceder" (Near Miss) sampai dengan "Kejadian Tidak
Diharapkan" (Adverse Event)
c. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit
terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.

d. Tersedia prosedur "cepat tanggap" terhadap insiden, temasuk asuhan kepada pasien
yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi
yang benar dan jelas untuk keperluan analisis

e. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan ekstemal berkaitan dengan insiden


termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang Analisis Akar Masalah
(RCA) "Kejadian Nyans Cedera" (Near Miss)dan "Kejadian Sentinel" pada saat program
keselamatan pasien mulai dilaksanakan.

f. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya menangani


"Kejadian Sentinel" (SentinelEvent) atau kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko,
termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan dengan "Kejadian Sentinel"

g. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelola pelayanan di dalam rumah sakit dengan pendekatan antar disiplin.

h. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan
perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk evaluasi
berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut

i. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif


untuk mengevaluasi efektifitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien,
termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.

6) Standar VI: Mendidik staf tentang keselamatan pasien

Standar :

a. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap
jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas
b. Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisiplin dalam pelayanan pasien.

Kriteria:

a. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan, pelatihan serta orientasi bagi
staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-
masing.

b. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap
kegiatan in-service training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan
insiden.

c. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok


(teamwork) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka
melayani pasien.

7) Standar VII: Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai

keselamatan pasien.

Standar :

a. Rumah sakit merencanakan dan merancang proses manajemen informasi


keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.

b. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat

Kriteria:

a. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan merancang proses manajemen


untuk memperoleh data dan informasi tentang hal- hal terkait dengan keselamatan
pasien.

b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi


manajemen informasi yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai