Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KEPEMIMPINAN DALAM KESELAMATAN PASIEN

OLEH :

- IKA RATNASARI
- IWAN ZULHADI
- ROSTIANA
- SITI HUDZAIZAH ARWANDA
- SUSMITA DEWI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG DIII

MATARAM

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Allah SWT yang dengan karunianya, telah


memungkinkan kami menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu tugas
KEPEMIMPINAN DALAM KESELAMATAN PASIEN semoga makalah ini
dapat di manfaatkan semaksimal mungkin oleh para pembaca.

Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu, kritik dan saran
dari semua pihak sangat diharapkan guna penyempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat, amin.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI.ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.. 1
1.2 Rumusan masalah..1
1.3 Tujuan1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kepemimpinaan Dalam Keselamatan Pasien2
2.2 Peran Kepemimpinan dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien.2
2.3 Langkah Menuju Keselamatan Pasien...4
2.5 Pelaporan Insiden, Analisis dan Solusi..5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aliffiani Agus Hartanti Pengertian Kepemimpinan adalah proses
memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam
upaya mencapai tujuan.
Jadi, Peran Kepemimpinan dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien
adalah Peran seseorang dalam proses memengaruhi atau memberi contoh agar
pasien meningkatkan kesehatannya ditandai dengan bebasnya pasien dari
harm(cedera) yang termasuk didalamnya adalah penyakit, cedera fisik,
psikologis, sosial, penderitaan, cacat, kematian dll yang seharusnya tidak
terjadi.

1.2 Rumusan Masalah


2.1. Bagaimana Kepemimpinaan Dalam Keselamatan Pasien ?
2.2.Bagaimana Peran Kepemimpinan dalam Meningkatkan Keselamatan
Pasien ?
2.3 Bagaimana Langkah Menuju Keselamatan Pasien ?
2.4 Bagaimana Pelaporan Insiden, Analisis dan Solusi ?

1.3 Tujuan
2.1. Untuk Mengetahui Kepemimpinaan Dalam Keselamatan Pasien.
2.2. Untuk Mengetahui Peran Kepemimpinan dalam Meningkatkan
Keselamatan Pasien.
2.3. Untuk Mengetahui Langkah Menuju Keselamatan Pasien.
2.4. Untuk Mengetahui Pelaporan Insiden, Analisis dan Solusi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kepemimpinaan Dalam Keselamatan Pasien


Pemimpin mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi orang terhadap
pencapaian tujuan organisasi. Para manajer bertanggung jawab menjalankan
kebijakan dan prosedur yang telah dibuat dan telah disepakati bersama terkait
dengan keselamatan pasien di tingkat unit pelayanan masing-masing dan
memegang peranan pada setiap tingkat manajemen, mulai dari manajer
bawah ( kepala ruang), menajar menengah dan top manajer (Naylor, 2004).
Organisasi Patient safety (keselamatan pasien) adalah pasien bebas dari
harm(cedera) yang termasuk didalamnya adalah penyakit, cedera fisik,
psikologis, sosial, penderitaan, cacat, kematian dll yang seharusnya tidak
terjadi atau cedera yang potensial, terkait dengan pelayanan kesehatan.
Jadi, Peran Kepemimpinan dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien
adalah Peran seseorang dalam proses memengaruhi atau memberi contoh
agar pasien meningkatkan kesehatannya ditandai dengan bebasnya pasien
dari harm(cedera) yang termasuk didalamnya adalah penyakit, cedera fisik,
psikologis, sosial, penderitaan, cacat, kematian dll yang seharusnya tidak
terjadi.

2.2 Peran Kepemimpinan dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien


Pemimpin memainkan peran penting dalam mengembangkan program
keselamatan pasien. Manajer memimpin perubahan dan bertanggung jawab
untuk menetapkan arah bagi suatu unit yang dipimpinnya. Pemimpin
berkomitmen dan memberikan contoh yang dinyatakan dalam tindakan untuk
keberhasilan program keselamatan pasien.
7 Langkah Menuju KP, Pimpinan menjamin berlangsungnya program
proaktif identifikasi risiko KP dan program mengurangi KTD Pimpinan
dorong dan tumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu
berkaitan dengan pemgambilan keputusan tentang KP Pimpinan
mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan
meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP. Pimpinan mengukur dan
mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja RS dan KP
Kriterianya adalah : Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program
keselamatan pasien Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko
keselamatan dan program meminimalkan insiden Tersedia mekanisme kerja
untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit terintegrasi dan
berpartisipasi Tersedia prosedur cepat tanggap terhadap insiden, termasuk
asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang
lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan
analisis Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan
dengan insiden Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara suka rela antar unit dan
antar pengelola layanan Tersedia sumber daya dan system informasi yang
dibutuhkan Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi
menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan
kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.
7 langkah menuju keselamatan pasien di rumah sakit, Undang-Undang
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Pasal 43 ayat (1) mewajibkan
Rumah Sakit menerapkan standar keselamatan pasien.
Standar keselamatan pasien tersebut menurut Pasal 43 ayat (2) dilaksanakan
melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah
dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan.
Yang dimaksud dengan insiden keselamatan pasien adalah kesalahan medis
(medical error), kejadian yang tidak diharapkan (adverse event), dan nyaris
terjadi (near miss).
Untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit, Menteri Kesehatan
menurut Pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit,
membentuk Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Komite Nasional tersebut merupakan organisasi nonstruktural dan
independen dibawah koordinasi direktorat jenderal yang membidangi rumah
sakit, serta bertanggung jawab kepada Menteri.
Keanggotaan Komite ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan
atas usulan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan. Jumlahnya 11 orang
yang terdiri dari unsur Kementerian Kesehatan, asosiasi perumahsakitan dan
pakar perumahsakitan.
Tugas Komite adalah memberikan masukan dan pertimbangan kepada
Menteri Kesehatan dalam rangka penyusunan kebijakan nasional dan
peraturan keselamatan pasien Rumah Sakit. Rumah Sakit dan tenaga
kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit wajib melaksanakan program dengan
mengacu pada kebijakan nasional Komite Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit.

2.3 Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien


Standar keselamatan pasien menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Pasal
7 ayat (2) meliputi:
1. Hak pasien;
2. Mendidik pasien dan keluarga.
3. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan.
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program.
5. peningkatan keselamatan pasien.
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
7. Mendidik staf tentang keselamatan pasien, dan
8. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien.
Selanjutnya Pasal 8 Peraturan Menteri Kesehatan tersebut diatas
mewajibkan setiap Rumah Sakit untuk mengupayakan pemenuhan Sasaran
Keselamatan Pasien yang meliputi tercapainya 6 (enam) hal sebagai
berikut:
1. Ketepatan identifikasi pasien.
2. Peningkatan komunikasi yang efektif.
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai.
4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi.
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.dan
6. Pengurangan risiko pasien jatuh.
Dalam rangka menerapkan Standar Keselamatan Pasien, menurut Pasal 9
Peraturan Menteri Kesehatan tersebut diatas, Rumah Sakit melaksanakan
Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit yang terdiri dari:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.
2. Memimpin dan mendukung staf.
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko.
4. Mengembangkan sistem pelaporan.
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. dan
7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.
Melalui penerapan tujuh langkah tersebut diharapkan hak pasien yang
dijamin dalam Pasal 32 Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit terpenuhi. Hak tersebut antara lain untuk memperoleh
layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedural operasional serta layanan yang efektif dan efisien sehingga
pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi.
Asosiasi perumahsakitan dan organisasi profesi kesehatan menurut Pasal
10 Peraturan Menteri Kesehatan tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit,
wajib berperan serta dalam persiapan penyelenggaraan Program
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

2.4 Pelaporan Insiden, Analisis dan Solusi


Sistem pelaporan insiden menurut Pasal 11 ayat (1) Peraturan
Menteri Kesehatan tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit dilakukan di
internal Rumah Sakit dan kepada Komite Naional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit Pada ayat (2) ditentukan, pelaporan insiden kepada Komite
Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit mencakup KTD, KNC dan
KTC, dilakukan setelah analisis dan mendapatkan rekomendasi dan solusi
dari TKPRS.
Pelaporan insiden kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah
Sakit harus dijamin keamanannya, bersifat rahasia, anonim (tanpa
identitas), tidak mudah diakses oleh yang tidak berhak.
Pelaporan tersebut ditujukan untuk menurunkan insiden dan mengoreksi
sistem dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien dan tidak untuk
menyalahkan orang (non blaming).
Setiap insiden menurut Pasal 12 Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit, harus dilaporkan secara internal
kepada TKPRS dalam waktu paling lambat 2x 24 jam sesuai format
laporan yang ditentukan. TKPRS melakukan analisis dan memberikan
rekomendasi serta solusi atas insiden yang dilaporkan. TKPRS
melaporkan hasil kegiatannya kepada Kepala Rumah Sakit.
Rumah Sakit menurut Pasal 13 Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit harus melaporkan
insiden,analisis,rekomendasi dan solusi Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD) secara tertulis kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit sesuai dengan format yang ditentukan.
Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan
pengkajian dan memberikan umpan balik (feedback) dan solusi atas
laporan KTD secara nasional.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam menciptakan budaya keselamatan pasien dan menurunkan
angka kesalahan, diperlukan pemimpin yang menanamkan budaya yang
jelas, mendukung usaha pegawai, dan tidak bersifat menghukum yang
disebut dengan kepemimpinan transformasional. Budaya keselamatan
pasien yang kuat dengan sendirinya akan menurunkan angka kesalahan
medis.
DAFTAR PUSTAKA

Agency for Healtcare Research & Quality. (2007). Patient safety primers.
Rockville: U.S. Departement of Health & Human Service.
Ahmad Fuji, john Toding. dkk. 2014. Praktik Keperawatan Berbasis Bukti
pada pasien Kangker, Trans Info Media, Jakarta.
Bernadette Mazurek Melnyk, Ellen Fineout-overholh (2011) Sustainig
Evidance Based Practice Through Organization Polices and an innovative
Model, AJN September 2011 vol 9.

Anda mungkin juga menyukai