Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

BERBAGAI RESIKO DAN HAZARD K3 PADA PASIEN DAN PERAWAT


DALAM SETIAP TAHAP PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN

Disusun Oleh Kelompok 1:

Aldy Pratama Jaya : 2019.C.11a.1035


Ari Yulinda : 2019.C.11a.1038
Irma Riani : 2019.C.11a.1045
Nadia : 2019.C.11a.1052
Yoyon : 2019.C.11a.1072

Mata Kuliah : Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja dalam


Keperawatan

Dosen Pengampu : Melisa Frisilia, S.Kep.,M.Kes

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2019/ 2020

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat dan anugrah-Nya,
sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.

Makalah yang berjudul “Berbagai Risiko dan Hazard K3 pada Pasien dan Perawat
Dalam Setiap Tahap Pemberian Asuhan Keperawatan” disusun sebagai bahan bacaan
dikemudian hari dan semoga bermanfaat bagi bagi mahasiswa-mahasiswi.

Pada penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata kami berharap
semoga penyusunan dan penulisan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua,
serta mahasiswa dan mahasiswi Stikes Eka Harap Palangka Raya.

Palangka Raya, Maret 2020

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Makalah

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Utama

1.3.2 Tujuan Khusus

1.4. Manfaat Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keselamatan Pasien

2.2 Tujuan Keselamatan Pasien

2.3 Prinsip dan Konsep Keselamatan Pasien

2.4 Pengaruh Faktor Lingkungan dan Manusia Pada Keselamatan Pasien

2.5 Cara Untuk Meningkatkan Keselamatan Pasien dengan


Menggunakan Metode Peningkatan Kualitas

2.6 EBP Untuk Peningkatan Keselamatan Pasien

2.7 Budaya dalam Lingkungan Kerja Perawat dalam Peningkatan


Keselamatan Pasien

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis
pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar
merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Menurut
Institute of Medicine (1999). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan
mengakibatkan atau berpotensi mengakibtakan cedera pada pasien bisa serupa Near Miss
atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD)

Near Miss atau nyaris cedera (NC) merupakan satu kejadian akibat melaksanakan
suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya tidak diambil
(omission), yang dapat menciderai pasien, tetapi cidera serius tidak terjadi karena
keberuntungan (misalnya, pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak ditimbulkan
reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan ovedosis lethal akan diberikan tetapi staf lain
mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan), dan peringanan (suatu obat
dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberitahukan antodotenya).

Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suau kejadian yang
mengakibatkan cidera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commission)
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), dan bukan karena
“underlying disease” atau kondisi pasien. Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap
diagnostic seperti kesalahan atau keterlambatan diagnose, tidak menerapkan pemeriksaan
yang sesuai, menggunakan cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak bertindak
atas hasil pemeriksaan atau observasi, tahap pengobatan seperti kesalahan pada prosedur
pengobatan, pelaksanaan terapi, metode penggunaan obat dan keterlambatan merespon hasil
pemeriksaan asuhan yang tidak layak: tahap preventive seperti tidak memberikan terapi
provilaktik serta monitor dan follow upyang tidak adekuat: atau pada hal teknis yang lain
seperti kegagalan berkumunikasi, kegagalan alat atau syistem yang lain . dalam kenyataannya
masalah medicalerror dalam syistem pelayanan kesehatan mencerminkan fenomena gunung
es, yang hanya terlihat sedikit dibagian puncaknya namun besar di akarnya

Gerakan “patient safety” atau keselamatan pasien telah menjadi spirit dalam
pelayanan rumah sakit di seluruh dunia. Tidak hanya di rumah sakit negara maju yang
menerapkan keselamatan pasien untuk menjamin mutu pelayanan, tetapi juga rumah sakit
seluruh indonesia. Banyak rumah sakit di indonesia yang telah berupaya membangun dan
mengembangkan keselamatan pasien, namun upaya tersebut dilaksanakan berdasarkan
pemahaman manajemen terhadap keselamatan pasien. Peraturan menteri ini memberikan
panduan bagi manajemen Rumah Sakit agar dapat menjalankan spirit keselamatan pasien
secara utuh.

Menurut PMK 1691/2011, keselamatan pasien adalah suatu sistem di Rumah Sakit
yang menjadikan pelayanan kepada pasien menjadi lebih aman, oleh karena dilaksanakannya:
asesmen resiko, identifikasi dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah
terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat tindakan medis atau tidak
dilakukannya tindakan medis yang seharusnya diambil. Sistem tersebut merupakan sistem
yang seharusnya dilaksanakan secara normatif.

Melihat kelengkapannya urutan mekanisme keselamatan pasien dalam PMK tersebut,


maka jika diterapkan oleh manajemen Rumah Sakit, diharapkan kinerja pelayanan klinis
Rumah Saki dapat meningkat serta hal-hal yang merugikan pasien (medical error, nursing
error dan lainnya) dapat dikurangi semaksimal mungkin.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud Keselamatan Pasien ?

1.2.2 Apa saja Tujuan Keselamatan Kerja ?

1.2.3 Apa saja Prinsip dan Konsep Keselamatan Pasien ?

1.2.4 Bagaimana Pengaruh Faktor Lingkungan dan Manusia pada Keselamatan


pasien ?

1.2.5 Apa saja Cara Untuk Meningkatkan Keselamatan Pasien dengan Menggunakan
Metode Peningkatan Kualitas ?

1.2.6 EBP Untuk Peningkatan Keselamatan Pasien ?

1.2.7 Bagaimana Budaya dalam Lingkungan Kerja Perawat dalam Peningkatan


Keselamatan Pasien

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum

a) Untuk Mengetahui Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit

b) Untuk Mengetahui Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit

c) Untuk Mengetahui Keselamatan Pasien saat Memberikan Pelayanan Kesehatan

1.3.2 Tujuan Khusus

a) Menjelaskan Pengertian Keselamatan Pasien

b) Menjelaskan Tujuan Keselamatan Pasien

c) Menjelaskan Prinsip Keselamatan Pasien

d) Menjelaskan Pengaruh Faktor Lingkungan dan Manusia pada Keselamatan Pasien

e) Menjelaskan Cara Untuk Meningkatkan Keselamatan Pasien dengan


Menggunakan Metode Peningkatan Kualitas

f) Menjelaskan EBP untuk Peningkatan Keselamatan Pasien

g) Menjelaskan Budaya dalam Lingkungan Kerja Perawat dalam Peningkatan


Keselamatan Pasien

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Mampu Memahami Pengertian dari Keselamatan Pasien

1.4.2 Mampu Memahami Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit

1.4.3 Mampu Memahami Keselamatan Pasien dalam Tinjauan Hukum

1.4.4 Mampu Memahami Aplikasi Keselamatan Pasien saat Memberikan Pelayanan


Kesehatan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keselamatan Pasien

Keselamatan Pasien didefinisikan sebagai upaya menghindari, mencegah dan


memperbaiki hasil yang merugikan pasien atau cidera akibat dari proses perawatan
kesehatan (US National Pasien Safety Foundation, 1999).

Cooper e al (2000) telah mendefinisikan bahwa “pasien safety as the avoidace,


prevention, and amelioration of adverse outcomes or injuries stemming from the procces of
healthcare.” Pengertian ini maksudnya bahwa patient safety merupakan penghindaran
,pencegahan dan perbaikan dari kejadian yang tidak diharapkan atau mengatasi cidera-cidera
dari proses pelayanan kesehatan.

Patient Safety melibatkan sistem operasional dan sistem pelayanan yang


meminimalkan kemungkinan kejadian adverse event/ error dan memaksimalkan langkah-
langkah penanganan bila error telah terjadi. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil KKP-RS(Solusi live-saving keselamatan rumah sakit).

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi asesmen resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko, laporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko (Panduan Nasional Keselamatan Pasien rumah Sakit,
Depkes RI 2006).

Keselamatan pasien (patient safety) sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman, mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien, laporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008).

2.2 Tujuan Keselamatan Pasien


Tujuan Keselamatan Pasien secara internasional adalah :

1. Mengidentifikasi pasien secara benar

2. Meningkatkan komunikasi yang efektif

3. Meningkatkan keamanan dari pengobatan resiko tinggi

4. Mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien, kesalahan


prosedur operasi

5. Mengurangi resiko infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan

6. Mengurangi resiko pasien terluka karena jatuh

2.3 Prinsip Keselamatan Pasien

1. Kesadaran (Awarenes) tentang nilain keselamatan pasien rumah saki

2. Komitmen memberikan pelayanan kesehatan beroientasi patien safety

3. Kemampuan mengidentifikasi faktor resiko penyebab insiden tekaiat pasien safety

4. Kepatuhan pelaporan insiden terkait patien safety

5. Kemampuan berkomunikasi yang efektif dengan pasien tentang faktor resiko


penyebab insiden terkait paitient safety

6. Kemampuan mengidentifikasi akar masalah penyebab insiden terkait paitient safety

7. Kemampuan memanfaatkan informasi tentang kejadian yang terjadi untuk


mencegah kejadian berulang

2.4 Pengaruh Faktor Lingkungan dan Manusia pada Keselamatan Pasien

2.4.1. Pengaruh faktor lingkungann pada keselamatan pasien

 Penerangan
Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan ruang. Ruang
yang telah dirancang tidak dapat memenuhi fungsinya dengan baik apabila tidak
disediakan akses pencahayaan. Pencahayaan didalam ruang memungkinkan orang
yang menempatinya dapat melihat benda-benda. Tanpa melihat benda-benda dega
jelas maka aktivitas di dalam ruang akan terganggu. Sebaliknya, cahaa yang terlalu
terag juga dapat menggangu penglihatan (Santosa, 2006).
 Kebisingan
Salah satu bentuk polusi adalah kebisingan (noise) yang tidak dikehendaki oleh
telinga kita. Kebisigan tidak dikehendaki karena dalam jangka panjang dapat
menggangu ketenangan. Ada 3 aspek yang menentukan kualitas bunyi yng dapat
menentukan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu :
a) Lamanya bunyi itu terdengar. Bila terlalu lama dapat menyebabkan ketulian
(deafness).
b) Intensitas biasanya diukur dengan satuan desible (dB), menujukkan besarnya arus
energi per satuan luar.
c) Frekuensi suara (Hz), menunjukkan jumlah gelombang suara yang sampai ke
telinga kita per detiknya.
 Suhu Udara
Tubu manusia akan selalu berusaha mempertahankan kondisi normal sistem tubuh
dengan menyesuaikan diri terhadap perubahann-perubahan yang terjadi di luar tubuh.
Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan temperatur ruang adalah jika
perubaan temperatur luar tubu tidak melebihi 20% untuk kondisi panas dan 35%
untuk kondisi dingin. Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya
untuk melakukan proses konveksi, radiasi dan peguapan jika terjadi kekurangan atau
kelebihan panas yang membebaninya.
 Siklus udara (Ventilation)
Udara di sekitar kita mengandung sekitar 21% oksigen, 0,03 % karbodioksida, dan
0,9% campuran gas-gas lain. Kotornya udara di sekitar kita dapat mempengaruhi
kesehatan tubuh dan mempercepat proses kelelahan. Sirkulasi udara akan
menggantikan udara kotor dengan udara yang bersih. Agar sirkulasi terjaga dengan
baik, dapat ditempuh egan memberi vetilasi yang cukup (lewat jendela), dapat juga
dengan meletakkan tanaman untuk menyediakan kebutuhan akan oksigen yang cukup
(Wignjosoebroto,1995,hal,85).
 Bau-bauan
Adanya bau-bauan yag dipertimbangkan sebagai “polusi” akan dapat menggangu
konsentrasi pekerja. Temperature dan kelembapan adalah dua faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian air conditioning yang tepat
adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang
menggangu sekitar tempat kerja. (Wignjosoebroto,1995).
 Getaran Mekanis
Getaran mekanis merupakan getaran-getaran yang ditimbulkan oleh peralatan
mekanis yang sebagian dari getaran tersebut sampai ke tubuh dan dapat menimbulkan
akibat-akibat yang tidak diinginkan pada tubu kita. Besarnya getaran ini ditentukan
oleh intensitas, frekuensi getaran dan lamanya getaran itu langsung. Sedangkan
anggota tubuh manusia juga memiliki frekuensi alami apabila frekuensi ini
beresonansi dengan frekuensi getaran akan menimbulkan gangguan. Gangguan-
gangguan tersebut dianntaranya, mempengaruhi konsentrasi, mempercepat kelelaha,
gangguan pada anggota tubuh. (Wignjosoebroto,1995,hal,87).

2.4.2 Pengaruh Faktor Manusia pada keselamatan Pasien

 Pentingnya Faktor Manusia Pada Keselamatan pasien


Human faktor memeriksa hubungan antara manusia dan sistem dan bagaimana
mereka berinteraksi dengan berfokus pada peningkatan efisiensi, kreativitas,
produktivitas dan kepuasan pekerjaan, dengan tujuan meminimalkan kesalahan.
 Pengetahuan Yang Diperlukan
Istilah human faktor atau ergonomik umumnya digunakan mendeskripsikan interaksi
antara tiga aspek saling berhubungan : individu di tempat kerja, tugas dibebankan
untuk individu tersebut, dan tempat kerjanya.
 Hubungan Antara Human Faktor dengan Keselamatan Pasien

2.5 Cara Untuk Meningkatkan Keselamatan Pasien dengan Menggunakan Metode


Peningkatan Kualitas

Standar kesehatan pasien menurut perawat mentri kesehatan nomor


1691/Menkes/Per/VIII/2011tentang kesehatan pasien rumah sakit, pasal 7 meliputi :

1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Kesehatan pasien dan keseimbangan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

Selanjutnya pasal 8 peraturan mentri kesehatan tersebut diatas mewajibkan setiap skit
mengupayakan pemenuhan sasaran keselamatan pasien yang meliputi tercapainya 6 (enam)
hal sebagai berikut :

1. Ketetapan indentifikasi yang efektif


2. Peningkatan komunikasi yang efektif
3. Peningkatan obat yang perlu diwaspadai (high-allert)
4. Kepastian tetap lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Pengurangan risiko pasien jatuh

Dalam rangka menerapkan standar keselamatan pasien , menurut pasal 9 Peraturan Mentri
kesehatan tersebut diatas, Rumah Sakit melaksanakan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan
Pasien Rumah Sakit yang terdiri dari:

1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien


2. Memimpin dan mendukung staf
3. Mengitegrasikan ativitas pengelolaan risiko
4. Mengembangkan sistem pelaporan
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien

2.6 EBP Untuk Peningkatan Keselamatan Pasien

Evidence Based Practice sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan,


keselamatan pasien, keefektifan managemen dalam pengelolaan pelayanan keperawatan, dan
meningkatkan kesadaran akan pentingnya bukti empiris dalam melaksanakan pelayanan
Evidence Based Practice (EBP) menjadi sangat penting akhir-akhir ini karena isu patient
centered care yang semakin banyak digunakan di dunia kesehatan dan keperawatan. Proses
keperawatan yang dimiliki oleh perawat dan juga petugas kesehatan lainnya di titik beratkan
dan berfokus hanya pada kesembuhan pasien dan semua keputusan yang berhubungan
dengan kesehatan dan perawatan pasien hanya diletakkan pada tangan pasien. Artinya, pasien
memiliki hak penuh untuk menentukan nasib perawatan kesehatannya sendiri berdasarkan
hasil diskusi dengan tenaga kesehatan yang profesional.

2.7 Budaya dalam Lingkungan Kerja Perawat dalam Peningkatan Keselamatan Pasien

Dengan Malpraktek yang dilakukan petugas pelayanan kesehatan yang dilakukan


Petugas kesehatan yang mengakibatkan pasien mengalami kerugian mula dari materi, cacat
fisik bahkan sampai meningal dunia memperlihat masih rendahnya mutu pelayanan kesehatan
di rumah sakit. Patient safety belum menjadi budaya yang harus diperhatikan oleh rumah
sakit di Indonesia. UU kesehatan No. 36 tahun 2009 sudah dengan jelas bahwa rumah sakit
saat ini harus mengutamakan keselamatan Pasien diatas kepentingan yang lain sehinga sudah
seharusnya RS berkewajiban menerapkan budaya keselamatan Pasien.

Tidak ada lagi alasan bagi setiap Rumah Sakit Untuk Tidak menerapkan budaya
keselamatan Pasien karena bukan hanya kerugian secara materi yang didapat tetapi juga
ancaman terhadap hilangnya nyawa pasien. Apabila masih ada RS yang mengabaikan
keselamatan Pasien Sudah seharusnya diberi sanksi yang berat baik untuk Rumah sakit
maupun tugas pelayanan kesehatan. Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, pihak Rumah
Sakit bahkan petugas pelayanan kesehatan tidak mendapat sanksi apapun sehinga tidak
menjadikan penegakan hukum kesehatan di Indonesia masih sangat lemah. Sudah seharusnya
apabila terjadi kelalaian bahkan kesengajaan dari pihak Rumah sakit yang mengakibatkan
terancamnya keselamatan Pasien maka tidak hanya sanksi internal tetapi juga sudah masuk
Ranah pidana. Inilah yang sampai saat ini belum berjalan sehinga masyarakat yang dirugikan
karena lemahnya penegakan hokum yang pada akhirnya kasusnya menguap begitu saja.

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kenapa budaya keselamatan pasien
belum benar-benar diterapkan di berbagai rumah sakit. Pertama, rendahnya tingkat
kepedulian petugas kesehatan terhadap pasien, hal ini bisa dilihat dengan masih
ditemukannya kejadian diskriminasi yang dialami oleh pasien terutama dari masyarakat yang
tidak mampu. Kedua, beban kerja petugas kesehatan yang masih terlampaui berat terutama
perawat. Perawatlah yang bertanggung jawab terkait asuhan keperawatan kepada pasien
sedangkan disisi lain masih ada rumah sakit yang memiliki keterbatasan jumlah perawat yang
menjadikan beban kerja mereka meningkat. Selain perawat, saat ini di Indonesia juga masih
kekurangan dokter terutama dokter spesialis serta distribusi yang tidak merata. Ini berdampak
pada mutu pelayanan yang tidak sama di setiap rumah sakit. Ketiga, orientasi pragmatisme
para petugas kesehatan yang saat ini masih melekat disebagian petugas kesehatan. Masih
ditemukan para peugas kesehatan yang hanya berorientasi untuk mencari materi/keuntungan
semata tanpa memperdulikan kselamatan pasien. Keempat, lemahnya pengawasan yang
dilakukan oleh dinas kesehatan terhadap para petugas kesehatan. Lemahnya pengawasan
sendiri dikarenakan beberapa faktor mulai dari terbatasnya personel yang dimilikki dinas
kesehatan sampai rendahnya bargaining position dinas kesehatan.

Keempat hal tersebut diatas setidaknya menjadi penghalang terwujudnya budaya


keselamatan pasien di setiap rumah sakit. Jika hal ini tidak segera diselesaikan maka kasus-
kasus yang mengancam keselamatan pasien akan terus terjadi sehingga perlu upaya yang
maksimal untuk mewujudkan bujdaya keselamatan pasien. Mulai diterapkannya aturan baru
terkait akreditas rumah sakit versi 2012 menjadi sebuah harapan baru agar budaya
kesehatan pasien bisa diterapkan diseluruh rumah sakit di indonesia. Selain itu, harus ada
upaya untuk meningkatkan kesadaran para pemberi pelayanan kesehatan tentang pentingnya
menerapkan budaya kesehatan pasien dalam setiap setiap tindakan pelayanan kesehatan. Dan
juga diperlukan sosialisasi yang masihf kepada masyarakat terutama yang akan menggunakan
jasa pelayanan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan serta memperbaiki prilaku
mereka dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Upaya-upaya ini harus segera dilakukan agar tidak ada lagi kasus dugaan malpraktik
yang dapat merugikan masyarakan sehinggak mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit bisa
meningkat. Dengan meningkatakan kepedulian terhadap pasien maka dengan mudah budaya
keselamatan pasien bisa dijalankan. Jangan sampai hanya karena kesalahan sedikit yang
dilakuakan oleh rumah sakit bisa berakibat pada rusaknya citra dunia perumah sakitan di
Indonesia dimata internasional

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keselamatan pasien adalah hal terpenting yang perlu diperhatikan oleh prawat yang
terlibat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Tindakan pelayanan,
peralatan kesehatan dan lingkungan sekitar pasien sudah seharusnya menunjang keselamatan
serta kesembuhan dari pasien tersebut. Oleh karena itu, perawat harus memiliki pengetahuan
mengenai hak pasien serta mengetahui secara luas dan teliti tindakan pelayanan yang dapat
menjaga keselamatan diri pasien serta menjadikan komunikasi sebagai kunci utama untuk
dapat memberikan kenyamanan dan keselamatan bagi pasien.

Setiap tindakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien sudah sepatutnya
memberi dampak positif dan tidak memberikan kerugian bagi pasien. Oleh karena itu, rumah
sakit harus memiliki standar tertentu dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Standar
tersebut bertujuan untuk melindungi hak pasien dalam menerima pelayanan kesehatan yang
baik serta sebagai pedoman bagi tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan kepada pasien.

3.2 Saran

Sebagai tenaga kesehatan kita wajib melakukan tindakan dengan baik dan benar
sesuai standar pelayanan kesehatan pada psien, sehingga akan terjamin keselamatan pasien
dari segala aspek tindakan yang kita berikan.

Anda mungkin juga menyukai