Anda di halaman 1dari 19

PATIENT SAFETY

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

1. Enita P0 1740523059
2. Lusiana Resman P0 1740523024

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
PROFESI BIDAN
TA.2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kami ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat limpahan rahmat,
taufik, hidayah serta inayah-Nya, kami bisa menyelesaikan tugas makalah dengan judul
“Langkah-langkah penerapan system patient safety”.
Kami selaku penyusun makalah ini mengucapkan terima kasih kepada Bunda Sri Yanniati,
SST, M.Keb selaku dosen mata kuliah Patient safety karena telah memberikan kepercayaan
untuk membuat makalah ini, orang tua yang senantiasa berdoa untuk kelancaran tugas kami,
serta pada teman-teman yang telah memberikan motivasi dan ikut serta dalam pembuatan
makalah ini.

Manusia tidak ada yang sempurna, begitulah adanya makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang membangun sangat kami
harapkan. Semoga makalah ini bisa memberikan suatu manfaat bagi kami dan para pembaca
serta dapat dijadikan referensi untuk penyusunan makalah di waktu yang akan datang.

Bengkulu, 29 Agustus 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan masalah 2
C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Pengertian Pasien safety 4


B. Langkah-langkah Penerapan pasien safety 10

BAB III PENUTUP 14

A. Kesimpulan 14
B. Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Patient safety adalah pasien bebas dari cidera yang tidak seharusnya terjadi atau
bebas dari cidera yang potensial akan terjadi. Keselamatan pasien di rumah sakit adalah
suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman (Sakit, 2015). Hal
ini menjadi salah satu indikator penting dalam standar pelayanan kesehatan keperawatan,
karena dengan diterapkan sistem patient safety dengan baik, maka dapat diukur kualitas
pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Mencegah terjadimya cidera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya dilakukan adalah tujuan keselamatan pasien di rumah sakit
(Depertemen Kesehatan, 2006).

Patient safety merupakan komponen vital dan penting dalam asuhan serta langkah
untuk memperbaiki mutu layanan yang berkualitas (Findyartini et al, 2015; Cahyono S.B,
2008). Penilaian mutu rumah sakit didapatkan melalui sistem akreditasi, salah satunya
adalah sasaran keselamatan pasien karena telah menjadi prioritas untuk layanan
kesehatan di seluruh dunia (Join Commission International, 2015; Cosway, Stevens, &
Panesar, 2012). Salah satu langkah memperbaiki mutu pelayanan melalui penerapan
patient safety di rumah sakit.

Strategi penerapan patient safety telah dilakukan dengan berbagai upaya di


lingkungan rumah sakit. Komisi Akreditasi Rumah Sakit (2012) menjelaskan penerapan
patient safety harus memenuhi dalam ketepatan identifikasi pasien, peningkatan
komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, kepastian
tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi, pengurangan risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan dan pengurangan risiko pasien jatuh. Sementara Join Commission
International (2015) dan WHO juga telah mengeluarkan “Nine Life-Saving Patient Safety
Solutions”. Kenyataannya, permasalahan patient safety meskipun telah terakreditasi
masih banyak terjadi di seluruh negara di dunia.

1
Patient safety merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan di rumah sakit dan
hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra rumah sakit. Rumah sakit membutuhkan
pengakuan dari masyarakat. Departemen Kesehatan RI telah mencanangkan Gerakan
Keselamatan Pasien Rumah Sakit sejak tahun 2005. Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia
(PERSI) menjadi pemprakarsa utama dengan membentuk Komite Keselamatan Pasien
Rumah Sakit.

Keselamatan Pasien Rumah Sakit/Hospital Patient Safety adalah suatu sistem


dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk: asesmen
risiko; identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien;
pelaporan dan analisis insiden; kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem ini mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (PERMENKES RI – Nomor
1691/Menkes/PER/VIII/2011).

1.2 Rumusan Masalah

1. untuk mengetahui apa itu patien safety ?

2.apa saji Langkah-langkah penerapan pasien safey ?

3. Bagaiaman Cara menerapkan Langkah-langkah penerapan pasien safey

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan patient safety rumah


sakit

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui distribusi frekuensi penerapan patient safety ,frekuensi faktor-


faktor penerapan patient safety (Team work, kepuasan kerja, manajemen, budaya
keselamatan, lingkungan kerja, stress recognition dan komunikasi) untuk hubungan team

2
work dengan penerapan patient safety hubungan Budaya Keselamatan penerapan patient
safety, hubungan kepuasaan kerja dengan penerapan patient safety, hubungan stress
recognition dengan penerapan patient safety, hubungan manajemen dengan penerapan
patient safety, hubungan lingkungan kerja dengan penerapan patient safety, Diketahuinya
hubungan komunikasi dengan penerapan patient safety, Diketahuinya faktor paling
dominan berhubungan dengan penerapan patient safety.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Pelayanan

patient safety menjadi salah satu indikator mutu layanan. Pelayanan yang bermutu
berdampak pada peningkatan mutu asuhan yang diberikan. Hasil penelitian ini dapat
menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi manajemen rumah sakit dalam menyusun
rencana kerja dan pengembangan rumah sakit, sehingga rumah sakit menjadi pilihan
masyarakat karena menyediakan pelayanan yang aman, nyaman dan bermutu tinggi.
Hasil penelitian ini juga dapat menjadi masukan dan pertimbangan dalam membimbing
petugas di lapangan untuk berupaya menurunkan angka adverse event dalam setiap
pemberian asuhan, sehingga profesi kesehatan menjadi salah satu profesi yang
mendukung upaya patient safety. Selain itu hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
evaluasi bagi penerapan patient safety, sehingga mampu memberikan asuhan yang aman
bagi pasien.

1.4.2 Bagi Institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam pengembangan ilmu


pengetahuan dan tekhnologi bidang keperawatan di institusi pendidikan sehingga dapat
dijadikan sebagai salah satu rujukan dalam evidence based practice.

1.4.3 Bagi peneliti

selanjutnya Hasil penelitian ini dapat bermanfaat menjadi bahan rujukan dan
dikembangkan terutama untuk penelitian sejenis. Hasil ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi perkembangan riset keperawatan, khususnya ranah penelitian manajemen

3
keperawatan. Selain itu dapat menjadi dasar penelitian lanjutan tentang keselamatan
pasien di rumah sakit maupun area pelayanan kesehatan lain.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian
Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan
pasien di rumah sakit menjadi lebih aman dan nyaman . Sistem ini mencegah terjadinya
cedera yang diakibatkan oleh kesalahan akibat melakukan suatu tindakan ataupun tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Hampir setiap tindakan medic menyimpan
potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah
pasien dan staf RS yang cukup besar, merupakan hal yang potensial bagi terjadinya
kesalahan medis (medical errors). kesalahan medis diartikan sebagai: suatu Kegagalan
tindakan medis yang telah direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang diinginkan
( kesalahan tindakan) atau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan
( kesalahan perencanaan).
Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera/luka pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse
Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD). Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian
yang terjadi akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil, yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi pada
pasien tersebut , karena keberuntungan (misalnya,pasien terima suatu obat kontra indikasi
tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan
diberikan, tetapi staf lain juga harus mengetahui dan membatalkannya sebelum obat
diberikan kepada pasien ), dan peringanan (suatu obat dengan overdosis lethal diberikan,
diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya tersebut).
Pelaksanaan “Patient safety” atau “Keselamatan Pasien” meliputi :
1. Sembilan solusi keselamatan Pasien di RS (WHO Collaborating Centre for Patient Safety,
2 May 2007), yaitu:
1) Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike medication
names)

4
2) Pastikan identifikasi pasien
3) Komunikasi secara benar saat serah terima pasien
4) Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
5) Kendalikan cairan elektrolit pekat
6) Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
7) Hindari salah kateter dan salah sambung slang
8) Gunakan alat injeksi sekali pakai
9) Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.
2. Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital Patient Safety Standards”
yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health Organizations,
Illinois, USA, tahun 2002),yaitu:
1. Hak pasien
Standarnya adalah Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana & hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian
Tidak Diharapkan). Kriterianya adalah
1) Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
2) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
3) Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang jelas dan
benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan
atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD
2. Mendidik pasien dan keluarga
Standarnya adalah RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban
& tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Kriterianya adalah: Keselamatan
dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dgn keterlibatan pasien adalah partner
dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada system dan mekanisme mendidik
pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan
pasien.Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien & keluarga dapat:
1) Memberikan info yg benar, jelas, lengkap dan jujur
2) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
3) Mengajukan pertanyaan untuk hal yg tdk dimengerti
4) Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan

5
5) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS
6) Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
7) Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standarnya adalah RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan. Kriterianya adalah:
1) koordinasi pelayanan secara menyeluruh
2) koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya
3) koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
4) komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
Standarnya adalah RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yg ada,
memonitor & mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara
intensif KTD, & melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP.
Kriterianya adalah
1) Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik, sesuai
dengan ”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
2) Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
3) Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
4) Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien Standarnya adalah


1) Pimpinan dorong & jamin implementasi progr KP melalui penerapan “7 Langkah
Menuju KP RS ”.
2) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko KP &
program mengurangi KTD.
3) Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit & individu
berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang KP
4) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yg adekuat utk mengukur, mengkaji, &
meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP.

6
5) Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinyadalam meningkatkan
kinerja RS & KP. Kriterianya adalah
a. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
b. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden,
c. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah
sakit terintegrasi dan berpartisipasi
d. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada
pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian
informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
e. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden,
f. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
g. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelola pelayanan
h. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
i. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria
objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan
keselamatan pasien

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien Standarnya adalah


1) RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap jabatan mencakup
keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.
2) RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan & memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisiplin dalam pelayanan pasien, Kriterianya adalah
a. memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik
keselamatan pasien
b. mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice
training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.

7
c. menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna
mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani
pasien.

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.

1) RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP untuk


memenuhi kebutuhan informasi internal & eksternal.
2) Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat. Kriterianya adalah :
a. disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen
untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan
keselamatan pasien.
b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada

3. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien RS (berdasarkan KKP-RS No.001- VIII


2005) sebagai panduan bagi staf Rumah Sakit
1.Bangun kesadaran akan nilai keselamatan Pasien, “ciptakan kepemimpinan &
budaya yang terbuka dan adil” Bagi Rumah sakit:
a. Kebijakan: tindakan staf segera setelah insiden, langkah kumpul fakta, dukungan
kepada staf, pasien, keluarga
b. Kebijakan: peran & akuntabilitas individual pada insiden
c. Tumbuhkan budaya pelaporan & belajar dari insiden
d. Lakukan asesmen dg menggunakan survei penilaian KP Bagi Tim:
e. Anggota mampu berbicara, peduli & berani lapor bila ada insiden
f. Laporan terbuka & terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/solusi
ygtepat
2. Pimpin dan dukung staf anda, “bangunlah komitmen &focus yang kuat & jelas
tentang KP di RS anda” Bagi Rumah Sakit:
a. Ada anggota Direksi yg bertanggung jawab atas KP
b. Di bagian-2 ada orang yg dpt menjadi “Penggerak” (champion) KP

8
c. Prioritaskan KP dlm agenda rapat Direksi/Manajemen
d. Masukkan KP dlm semua program latihan staf Bagi Tim:
e. Ada “penggerak” dlm tim utk memimpin Gerakan KP
f. Jelaskan relevansi & pentingnya, serta manfaat gerakan KP
g. Tumbuhkan sikap ksatria yg menghargai pelaporan insiden
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko, “kembangkan sistem & proses pengelolaan
risiko, serta lakukan identifikasi & asesmen hal yg potensial brmasalah” Bagi
Rumah Sakit:
a. Struktur & proses mjmn risiko klinis & non klinis, mencakup KP
b. Kembangkan indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko
c. Gunakan informasi dr sistem pelaporan insiden & asesmen risiko & tingkatkan
kepedulian thdp pasien Bagi Tim:
d. Diskusi isu KP dlm forum2, utk umpan balik kpd mjmn terkait
e. Penilaian risiko pd individu pasien
f. Proses asesmen risiko teratur, tentukan akseptabilitas tiap risiko, & langkah
memperkecil risiko tsb
4. Kembangkan sistem pelaporan, “pastikan staf Anda agar dg mudah dpt melaporkan
kejadian/insiden serta RS mengatur pelaporan kpd KKP-RS” Bagi Rumah sakit:
a. Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden, ke dlm maupun ke luar
yg hrs dilaporkan ke KKPRS – PERSI Bagi Tim:
b. Dorong anggota utk melaporkan setiap insiden & insiden yg telah dicegah tetapi
tetap terjadi juga, sbg bahan pelajaran yg penting
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, “kembangkan cara-cara komunikasi yg
terbuka dg pasien” Bagi Rumah Sakit
a. Kebijakan : komunikasi terbuka ttg insiden dg pasien & keluarga
b. Pasien & keluarga mendpt informasi bila terjadi insiden
c. Dukungan,pelatihan & dorongan semangat kpd staf agar selalu terbuka kpd pasien
& kel. (dlm seluruh proses asuhan pasien Bagi Tim:
d. Hargai & dukung keterlibatan pasien & kel. bila tlh terjadi insiden
e. Prioritaskan pemberitahuan kpd pasien & kel. bila terjadi insiden
f. Segera stlh kejadian, tunjukkan empati kpd pasien & kel.

9
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan pasien, “dorong staf anda utk
melakukan analisis akar masalah utk belajar bagaimana & mengapa kejadian itu
timbul” Bagi Rumah Sakit:
a. Staf terlatih mengkaji insiden scr tepat, mengidentifikasi sebab
b. Kebijakan: kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause
Analysis/RCA) atau Failure Modes & Effects Analysis (FMEA) atau metoda
analisis lain, mencakup semua insiden & minimum 1 x per tahun utk proses risiko
tinggi Bagi Tim:
c. Diskusikan dlm tim pengalaman dari hasil analisis insiden
d. Identifikasi bgn lain yg mungkin terkena dampak & bagi pengalaman tersebut
7. Cegah cedera melalui implementasi system Keselamatan pasien, “Gunakan
informasi yg ada ttg kejadian/masalah utk melakukan perubahan pd sistem
pelayanan” Bagi Rumah Sakit:
a. Tentukan solusi dg informasi dr sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden,
audit serta analisis
b. Solusi mencakup penjabaran ulang sistem, penyesuaian pelatihan staf & kegiatan
klinis, penggunaan instrumen yg menjamin KP
c. Asesmen risiko utk setiap perubahan
d. Sosialisasikan solusi yg dikembangkan oleh KKPRS-PERSI
e. Umpan balik kpd staf ttg setiap tindakan yg diambil atas insiden Bagi Tim:
f. Kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik & lebih aman
g. Telaah perubahan yg dibuat tim & pastikan pelaksanaannya
h. Umpan balik atas setiap tindak lanjut ttg insiden yg dilaporkan
2. Langkah Langkah Kegiatan Pelaksanaan Patient Safety
a. Di Rumah Sakit
1) Rumah sakit agar membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit, dengan susunan
organisasi sebagai berikut: Ketua: dokter, Anggota: dokter, dokter gigi, perawat, tenaga
kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya.
2) Rumah sakit agar mengembangkan sistem informasi pencatatan dan pelaporan internal
tentang insiden

10
3) Rumah sakit agar melakukan pelaporan insiden ke Komite Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (KKPRS) secara rahasia
4) Rumah Sakit agar memenuhi standar keselamatan pasien rumah sakit dan menerapkan
tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit.
5) Rumah sakit pendidikan mengembangkan standar pelayanan medis berdasarkan hasil dari
analisis akar masalah dan sebagai tempat pelatihan standar-standar yang baru
dikembangkan.
b. Di Provinsi/Kabupaten/Kota
1) Melakukan advokasi program keselamatan pasien ke rumah sakit-rumah sakit di
wilayahnya
2) Melakukan advokasi ke pemerintah daerah agar tersedianya dukungan anggaran terkait
dengan program keselamatan pasien rumah sakit.
3) Melakukan pembinaan pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit
c. Di Pusat
1) Membentuk komite keselamatan pasien Rumah Sakit dibawah Perhimpunan Rumah Sakit
Seluruh Indonesia
2) Menyusun panduan nasional tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
3) Melakukan sosialisasi dan advokasi program keselamatan pasien ke Dinas Kesehatan
Propinsi/Kabupaten/Kota, PERSI Daerah dan rumah sakit pendidikan dengan jejaring
pendidikan.
4) Mengembangkan laboratorium uji coba program keselamatanpasien. Selain itu, menurut
Hasting G, 2006, ada delapan langkah yang bisa dilakukan untuk mengembangkan
budaya Patient safety ini
a) Put the focus back on safety Setiap staf yang bekerja di RS pasti ingin memberikan
yang terbaik dan teraman untuk pasien.
b) Tetapi supaya keselamatan pasien ini bisa dikembangkan dan semua staf merasa
mendapatkan dukungan, patient safety ini harus menjadi prioritas strategis dari rumah
sakit atau unit pelayanan kesehatan lainnya. Empat CEO RS yang terlibat dalam safer
patient initiatives di Inggris mengatakan bahwa tanggung jawab untuk keselamatan
pasien tidak bisa didelegasikan dan mereka memegang peran kunci dalam
membangun dan mempertahankan fokus patient safety di dalam RS.

11
c) Think small and make the right thing easy to do
d) Memberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien mungkin membutuhkan
langkah-langkah yang agak kompleks. Tetapi dengan memecah kompleksitas ini dan
membuat langkah-langkah yang lebih mudah mungkin akan memberikan peningkatan
yang lebih nyata.
e) Encourage open reporting adalah Belajar dari pengalaman, meskipun itu sesuatu yang
salah adalah pengalaman yang berharga. Koordinator patient safety dan manajer RS
harus membuat budaya yang mendorong pelaporan. Mencatat tindakan-tindakan yang
membahayakan pasien sama pentingnya dengan mencatat tindakan-tindakan yang
menyelamatkan pasien. Diskusi terbuka mengenai insiden-insiden yang terjadi bisa
menjadi pembelajaran bagi semua staf.
f) Make data capture a priority adalah Dibutuhkan sistem pencatatan data yang lebih
baik untuk mempelajari dan mengikuti perkembangan kualitas dari waktu ke waktu.
Misalnya saja data mortalitas. Dengan perubahan data mortalitas dari tahun ke tahun,
klinisi dan manajer bisa melihat bagaimana manfaat dari penerapan patient safety.
g) Use systems-wide approaches adalah Keselamatan pasien tidak bisa menjadi
tanggung jawab individual. Pengembangan hanya bisa terjadi jika ada sistem
pendukung yang adekuat. Staf juga harus dilatih dan didorong untuk melakukan
peningkatan kualitas pelayanan dan keselamatan terhadap pasien. Tetapi jika
pendekatan patient safety tidak diintegrasikan secara utuh kedalam sistem yang
berlaku di RS, maka peningkatan yang terjadi hanya akan bersifat sementara.
h) Build implementation knowledge adalah Staf juga membutuhkan motivasi dan
dukungan untuk mengembangkan metodologi, sistem berfikir, dan implementasi
program. Pemimpin sebagai pengarah jalannya program disini memegang peranan
kunci. Di Inggris, pengembangan mutu pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien
sudah dimasukkan ke dalam kurikulum kedokteran dan keperawatan, sehingga
diharapkan sesudah lulus kedua hal ini sudah menjadi bagian dalam budaya kerja.
i) Involve patients in safety efforts
j) Keterlibatan pasien dalam pengembangan patient safety terbukti dapat memberikan
pengaruh yang positif. Perannya saat ini mungkin masih kecil, tetapi akan terus
berkembang. Dimasukkannya perwakilan masyarakat umum dalam komite

12
keselamatan pasien adalah salah satu bentuk kontribusi aktif dari masyarakat (pasien).
Secara sederhana pasien bisa diarahkan untuk menjawab ketiga pertanyaan berikut:
apa masalahnya? Apa yang bisa kubantu? Apa yang tidak boleh kukerjakan?
k) Develop top-class patient safety leaders adalah Prioritisasi keselamatan pasien,
pembangunan sistem untuk pengumpulan data-data berkualitas tinggi, mendorong
budaya tidak saling menyalahkan, memotivasi staf, dan melibatkan pasien dalam
lingkungan kerja bukanlah sesuatu hal yang bisa tercapai dalam semalam. Diperlukan
kepemimpinan yang kuat, tim yang kompak, serta dedikasi dan komitmen yang tinggi
untuk tercapainya tujuan pengembangan budaya patient safety. Seringkali RS harus
bekerja dengan konsultan leadership untuk mengembangkan kerjasama tim dan
keterampilan komunikasi staf. Dengan kepemimpinan yang baik, masing-masing
anggota tim dengan berbagai peran yang berbeda bisa saling melengkapi dengan
anggota tim lainnya melalui kolaborasi yang erat.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keselamatan pasien merupakan upaya untuk melindungi hak setiap orang
terutama dalam pelayanan kesehatan agar memperoleh pelayanan kesehatan yang
bermutu dan aman. Peran-peran perawat dalam mewujudkan patient safety di rumah
sakit dapat dirumuskan antara lain sebagai pemberi pelayanan mematuhi standar
pelayanan dan SOP yang telah ditetapkan, menerapkan prinsip-prinsip etik dalam
pemberian pelayanan memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang
asuhan yang diberikan menerapkan kerjasama tim kesehatan yang handal dalam
pemberian pelayanan kesehatan menerapkan komunikasi yang baik terhadap pasien
dan keluarganya, peka, proaktif dan melakukan penyelesaian masalah terhadap
kejadian tidak diharapkan;serta mendokumentasikan dengan benar semua asuhan yang
diberikan kepada pasien dan keluarga.

B. Saran
Supaya pelayanan semakin meningkatkan pelayanan di rumah sakit, puskersmas
maka pelaksanaan kegiatan keselamatan pasien rumah sakit sangatlah penting. Untuk
diharapkan terjadi penekanan / penurunan insiden sehingga dapat lebih meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap rumah sakit di Indonesia. Program Keselamatan
Pasien merupakan never ending proses, karena itu diperlukan budaya termasuk
motivasi yang cukup tinggi untuk bersedia melaksanakan program keselamatan pasien
secara berkesinambungan dan berkelanjutan

14
DAFTAR PUSTAKA

Bawelle, S. C., Sinolungan, J. S. V., & Hamel, R. (2013). Hubungan pengetahuan


dan sikap perawat dengan pelaksanaaan keselamatan pasien (patient safety) di
ruang rawat inap RSUD Liun Kendage Tahuna. Jurnal Keperawatan, 1(1), 1-3.

Cahyono, A. (2015). Hubungan karakteristik dan tingkat pengetahuan Perawat


terhadap pengelolaan keselamatan Pasien di rumah sakit. Jurnal Ilmiah WIDYA,
1(1), 97-99.

Depkes RI. (2006). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.


Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Depkes RI. (2008). Panduan Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety) Edisi 2. KKP-RS. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI.

Harsul, W., Syahrul, S., & Majid, A. (2018). Penerapan Budaya Pelaporan
Insiden Keselamatan Pasien Di Sebuah RSU Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.
Panrita Abdi Jurnal Pengabdian pada Masyarakat, 2(2), 119-122.

Lombogia, A., Rottie, J., & Karundeng, M. (2016). Hubungan Perilaku Dengan
Kemampuan Perawat Dalam Melaksanakan Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Di Ruang Akut Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado.

Jurnal Keperawatan, 4(2), 1-3. Mudayana, A. A. (2015). Peran Aspek Etika


Tenaga Medis dalam Penerapan Budaya Keselamatan Pasien di Rumah Sakit.
Majalah Kedokteran Andalas, 1(1), 69-72.

15
Nivalinda, D., Hartini, M. I., & Santoso, A. (2013). Pengaruh motivasi perawat
dan gaya kepemimpinan kepala ruang terhadap penerapan budaya keselamatan
pasien oleh perawat pelaksana pada rumah sakit pemerintah di Semarang. Jurnal
Manajemen Keperawatan, 1(2), 139-140.
Pagala, I., Shaluhiyah, Z., & Widjasena, B. (2017). Perilaku Kepatuhan Perawat
Melaksanakan SOP Terhadap Kejadian Keselamatan Pasien di Rumah Sakit X
Kendari. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 12(1), 138-141.

Jurnal Kesehatan. Makassar, 1(1), 58-60. Qomariah, S. N., & Lidiyah, U. A.


(2015). Hubungan Faktor Komunikasi Dengan Insiden Keselamatan Pasien
(Correlation of Communication Factor with Patient Safety Incident). Journals of
Ners Community, 6(2), 166-170.
Suryani, L., Handiyani, H., & Hastono, S. P. (2015). Peningkatan Pelaksanaan
Keselamatan Pasien oleh Mahasiswa melalui Peran Pembimbing Klinik. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 18(2), 115-119.

Yulia, S., Hamid, A. Y. S., & Mustikasari, M. (2012). Peningkatan pemahaman


perawat pelaksana dalam penerapan keselamatan pasien melalui pelatihan
keselamatan pasien. Jurnal Keperawatan Indonesia, 15(3), 185-189

16

Anda mungkin juga menyukai