Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH

PERSONAl HYGIENE

DISUSUN OLEH :
KELAS 3A

1. Risma Faudiyah (1130020002)

Fasilitator:

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “personal
Hygiene ” dalam tugas mata kuliah Keselamatan Pasien dan Keselamatan
Kesehatan Kerja dalam Keperawatan .

Meskipun banyak hambatan yang saya alami dalam proses pembuatan


makalah ini, namun saya mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Jika didalam makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, maka saya
memohon maaf atas itu. Saya menyadari bahwa makalah saya jauh dari
kesempurnaan. Lebih dan kurangnya di ucapkan Terima Kasih

Surabaya, 14 januari 2022

( Penulis)

ii
DAFTAR ISI

Personal Hygiene
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 pengertian Personal

2.2 tujuan Personal Hygiene

2.3 konsep dasar Personal Hygiene

2.4 macam macam Personal Hygiene

2.5 faktor yang mempengaruhi Personal Hygiene

BAB III

3.1 askep Personal Hygiene.........................................................................................

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 saran
DATANG PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gerakan "Patient safety" atau Keselamatan Pasien telah menjadi


spirit dalam pelayanan rumah sakit di seluruh dunia. Tidak hanya
rumah sakit di negara maju yang menerapkan Keselamatan Pasien
untuk menjamin mutu pelayanan, tetapi juga rumah sakit di negara
berkembang, seperti Indonesia.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan


Peraturan Menteri Kesehatan no 1691/2011 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit. Peraturan ini menjadi tonggak utama operasionalisasi
Keselamatan Pasien di rumah sakit seluruh Indonesia. Banyak rumah
sakit di Indonesia yang telah berupaya membangun dan
mengembangkan Keselamatan Pasien, namun upaya tersebut
dilaksanakan berdasarkan pemahaman manajemen terhadap
Keselamatan Pasien. Peraturan Menteri ini memberikan panduan bagi
manajemen rumah sakit agar dapat menjalankan spirit Keselamatan
Pasien secara utuh.

Menurut PMK 1691/2011, Keselamatan Pasien adalah suatu


sistem di rumah sakit yang menjadikan pelayanan kepada pasien
menjadi lebih aman, oleh karena dilaksanakannya: asesmen resiko,
identifikasi dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat tindakan medis atau tidak dilakukannya tindakan
medis yang seharusnya diambil. Sistem tersebut merupakan sistem yang
seharusnya dilaksanakan secara normatif.

Melihat lengkapnya urutan mekanisme Keselamatan Pasien dalam


PMK tersebut, maka, jika diterapkan oleh manajemen rumah sakit,
diharapkan kinerja pelayanan klinis rumah sakit dapat meningkat serta

4
5

hal-hal yang merugikan pasien (medical error, nursing error, dan lainnya)
dapat dikurangi semaksimal mungkin.

1.2 Rumusan Masalah

a) Apa yang di maksud dengan patient safety ?


b) Bagaimana penerapan patient safety dalam kebidanan ?
c) Apa saja faktor yang mempengaruhi pelaksanaan patient safety ?

1.3 Tujuan

A. Tujuan Umum
Menganalisis penerapan patient safety.

B. Tujuan Khusus
a) Mencari faktor yang dapat mempengaruhi penerapan patient
safety
b) Menganalisis pelaksanaan patient safety
c) Membuat rencana perbaikan pelaksanaan patient safety
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Patient Safety

Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah bebas dari cidera


aksidental atau menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan medis
dan kesalahan pengobatan.
Patient safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk :
assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insident
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya dilakukan (DepKes RI, 2006).
Menurut Kohn, Corrigan & Donaldson tahun 2000, patient
safety adalah tidak adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena
kecelakaan. Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi
pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko.
Meliputi: assessment  risiko, identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko.

2.2 Tujuan Sistem Patient Safety

Tujuan Sistem Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah:

6
7

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit


2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan
masyarakat
3. Menurunnya KTD di Rumah Sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadi penanggulangan KTD

2.3 Implementasi Patient Safety

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah
sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah
sakit yaitu :

1. keselamatan pasien (patient safety),


2. keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
3. keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak
terhadap keselamatan pasien dan petugas,
4. keselamatan lingkungan (greenproductivity) yang berdampak terhadap
pencemaran lingkungan dan
5. keselamatan ”bisnis” rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan
hidup rumah sakit.
Ke lima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk
dilaksanakan di setiap rumah sakit. Namun harus diakui kegiatan institusi
rumah sakit dapat berjalan apabila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien
merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan
isu mutu dan citra perumahsakitan.

2.4 Keselamatan Pasien Rumah Sakit

Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah


sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
8

pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah
setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri
dari :

1. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya


insiden yang belum sampai terpapar ke pasien.
2. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden
yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
3. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi
yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum
terjadi insiden.
4. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian
atau cedera yang serius.

2.5 Sasaran Patient Safety

Enam sasaran keselamatan pasien adalah tercapainya hal-hal sebagai


berikut:
1. Ketepatan Identifikasi Pasien
Kesalahan karena keliru pasien terjadi di hampir semua
aspek/tahapan  diagnosis dan pengobatan. Kesalahan 
identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan
terbius/tersedasi, mengalami disorientasi, tidak sadar; bertukar
tempat tidur/kamar/lokasi di  rumah sakit, adanya kelainan
sensori; atau akibat situasi lain. Maksud sasaran ini adalah untuk
melakukan dua kali pengecekan: pertama untuk  identifikasi
pasien sebagai individu yang akan menerima  pelayanan atau
9

pengobatan; dan kedua, untuk kesesuaian pelayanan atau


pengobatan terhadap individu tersebut.
2. Peningkatan Komunikasi yang Efektif
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap,
jelas, dan yang dipahami oleh pasien, akan mengurangi
kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien.
Komunikasi dapat berbentuk  elektronik, lisan, atau tertulis.
Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan  terjadi 
pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telpon.
Komunikasi  yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah
pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti  melaporkan 
hasil laboratorium klinik cito melalui telpon ke unit pelayanan.
3. Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai (High-
Alert)
Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan
pasien, manajemen harus berperan secara kritis untuk
memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu
diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang sering
menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinelevent),
obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak
diinginkan (adverseoutcome) seperti obat-obat yang terlihat
mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan
Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA).
Obat-obatan yang sering disebutkan dalam issue
keselamatan pasien adalah pemberian elektrolit konsentrat
secara  tidak sengaja (misalnya, kalium klorida 2meq/ml atau
yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari
0.9%, dan magnesium sulfat =50% atau lebih pekat-). Kesalahan
ini bisa terjadi bila perawat tidak mendapatkan orientasi dengan
baik di unit pelayanan pasien, atau bila perawat kontrak tidak
diorientasikan  terlebih dahulu  sebelum ditugaskan, atau pada
keadaan gawat darurat. Cara yang paling efektif untuk
10

mengurangi atau mengeliminasi kejadian tsb adalah dengan


meningkatkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu
diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari
unit pelayanan pasien ke farmasi.
Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu
kebijakan dan/atau prosedur untuk membuat daftar obat-obat
yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada di rumah
sakit. Kebijakan dan/atau prosedur juga mengidentifikasi  area
mana saja  yang membutuhkan elektrolit konsentrat, seperti di
IGD atau kamar operasi serta  pemberian laboratoriumel secara
benar  pada elektrolit dan bagaimana penyimpanannya di area
tersebut, sehingga membatasi akses untuk mencegah pemberian
yang tidak disengaja/kurang hati-hati.
4. Kepastian Tepat Lokasi, Prosedur, dan Tepat Pasien
Operasi
Salah-lokasi, salah-prosedur, salah pasien pada operasi,
adalah sesuatu yang mengkhawatirkan dan  tidak jarang terjadi
di rumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi
yang tidak efektif atau tidak adekuat  antara anggota tim bedah,
kurang/tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi
(sitemarking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi
operasi. Di samping itu pula asesmen pasien yang tidak adekuat,
penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang
tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim bedah,
permasalahan yang berhubungan dengan resep yang tidak
terbaca (illegible hand writing) dan pemakaian singkatan adalah
merupakan faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi.
Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif
mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur yang efektif
di dalam mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan ini.
Digunakan juga praktek berbasis bukti, seperti yang
digambarkan di Surgical Safety Checklist dari WHO Patient
11

Safety (2009), juga di The Joint Commission’s Universal


Protocolfor Preventing Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong
Person Surgery.
Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dan
dilakukan atas satu pada tanda yang dapat dikenali. Tanda itu
harus digunakan  secara konsisten di rumah sakit dan harus
dibuat oleh operator /orang yang akan melakukan tindakan,
dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan,
dan harus terlihat  sampai saat akan disayat. Penandaan lokasi
operasi ditandai dilakukan pada semua kasus termasuk sisi 
(laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau 
multipel level  (tulang belakang).
5. Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan
terbesar dalam tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan
biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien
maupun para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya
dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk
infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood streamin
fections) dan pneumonia (sering kali dihubungkan dengan
ventilasi mekanis).
6. Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab
cedera pasien rawat inap. Dalam konteks populasi/masyarakat
yang dilayani, pelayanan yang diberikan, dan fasilitasnya,
rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan
mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila
sampai jatuh. Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan
telaah terhadap konsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan,
serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien. Program
tersebut harus diterapkan di rumah sakit.
12

2.6 Aspek Legal Patien Safety

Ketentuan mengenai keselamatan pasien diatur dalam Undang-Undang


(UU) Kesehatan No. 36 tahun 2009. Beberapa pasal yang berkaitan
dengan keselamatan pasien dalam UU Kesehatan tersebut adalah :

1. Pasal 5 ayat 2, menyatakan bahwa setiap orang mempunyai


hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu dan terjangkau.
2. Pasal 19, menyatakan bahwa pemerintah bertanggung jawab
atas ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang
bermutu, aman, efisien, dan terjangkau.
3. Pasal 24 ayat 1, menyatakan bahwa tenaga kesehatan harus
memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna
pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur
operasional.
4. Pasal 53 ayat 3, menyatakan pelaksanaan pelayanan
kesehatan harus mendahulukan keselamatan nyawa pasien.
5. Pasal 54 ayat 1, menyatakan bahwa penyelenggaraan
pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertanggung jawab,
aman, bermutu, serta merata dan non diskriminatif.

Selain itu, tanggung jawab hukum keselamatan pasien diatur


dalam Pasal 58 UU  Kesehatan No. 36 tahun 2009 yang
berbunyi : “ Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap
seseorang, tenaga kesehatan, dan atau penyelenggara kesehatan
yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian
dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya “.
Tuntutan ganti rugi sebagaimana yang dimaksud tidak
berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan
penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam
keadaan da rurat.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keselamatan pasien merupakan upaya untuk melindungi hak setiap orang


terutama dalam pelayanan kesehatan agar memperoleh pelayanan kesehatan
yang bermutu dan aman.

Peran-peran perawat dalam mewujudkan patient safety di rumah sakit


dapat dirumuskan antara lain sebagai pemberi pelayanan keperawatan,
perawat mematuhi standar pelayanan dan SOP yang telah ditetapkan;
menerapkan prinsip-prinsip etik dalam pemberian pelayanan keperawatan;
memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang asuhan yang
diberikan; menerapkan kerjasama tim kesehatan yang handal dalam
pemberian pelayanan kesehatan; menerapkan komunikasi yang baik terhadap
pasien dan keluarganya, peka, proaktif dan melakukan penyelesaian masalah
terhadap kejadian tidak diharapkan; serta mendokumentasikan dengan benar
semua asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan keluarga.

3.2 Saran

Adapun saran untuk para perawat yang mengaplikasikannya di lingkungan


rumah sakit agar selalu mengutamakan keselamatan pasien berdasarkan
procedure yang telah di tentukan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham Gary F. Gangguan Hipertensi dalam Kehamilan. Dalam:


Cunningham Gary F, Gant Norman F, dkk, editor. Williams Obstetri. Ed 21.
Jakarta: EGC; 2005. hal 624-73.

Dr. Erwin Santosa, Sp.A. 2015. Kuliah Manajemen Risiko.S2 Kebidanan Stikes
‘Aisyiyah Yogyakarta.

Departemen Kesehatan R.I. (2006). PANDUAN NASIONAL KESELAMATAN


PASIEN RUMAH SAKIT (PatientSafety).

Hasan, A. B. P. (2006). Psikologi Perkembangan Islam. jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

14

Anda mungkin juga menyukai