Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MANAJEMEN PASIEN SAFETY

“KONSEP DASAR PASIEN SAFETY”

DISUSUN OLEH
KHUSNUL KHOTIMAH
DELVI SHELLA SAFIRA
ANDINI POBRIANTI
NURMAYATI
MELIANI

PRODI D-III KEPERAWATAN


FAKULTAS MIPA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam
profesi keguruan. Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah
ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan
karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Pekanbaru, 23 Oktober 2020


Penyusun,

Keperawatan A
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis
pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staff Rumah Sakit yang cukup besar,
merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Menurut
Institute of Medicine (1999). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near
Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD). Near Miss atau Nyaris
Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat melaksanakan suatu tindakan
(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang
dapat mencederai pasien, tetapi cidera serius tidak terjadi, karena keberuntungan
(misalnya,pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat),
pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain
mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan), dan peringanan (suatu obat
dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya).
Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian yang
mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan
(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), dan
bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien. Kesalahan tersebut bisa terjadi
dalam tahap diagnostic seperti kesalahan atau keterlambatan diagnose, tidak menerapkan
pemeriksaan yang sesuai, menggunakan cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau
tidak bertindak atas hasil pemeriksaan atau observasi; tahap pengobatan seperti kesalahan
pada prosedur pengobatan, pelaksanaan terapi, metode penggunaan obat, dan
keterlambatan merespon hasil pemeriksaan asuhan yang tidak layak; tahap preventive
seperti tidak memberikan terapi provilaktik serta monitor dan follow up yang tidak
adekuat; atau pada hal teknis yang lain seperti kegagalan berkomunikasi, kegagalan alat
atau system yang lain. Dalam kenyataannya masalah medical error dalam sistem
pelayanan kesehatan mencerminkan fenomena gunung es, yang hanya terlihat sedikit
dibagian puncaknya namun besar diakarnya Gerakan "Patient safety" atau Keselamatan
Pasien telah menjadi spirit dalam pelayanan rumah sakit di seluruh dunia. Tidak hanya
rumah sakit di negara maju yang menerapkan Keselamatan Pasien untuk menjamin mutu
pelayanan, tetapi juga rumah sakit di negara berkembang, seperti Indonesia. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan no
1691/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Peraturan ini menjadi tonggak
utama operasionalisasi Keselamatan Pasien di rumah sakit seluruh Indonesia. Banyak
rumah sakit di Indonesia yang telah berupaya membangun dan mengembangkan
Keselamatan Pasien, namun upaya tersebut dilaksanakan berdasarkan pemahaman
manajemen terhadap Keselamatan Pasien. Peraturan Menteri ini memberikan panduan
bagi manajemen rumah sakit agar dapat menjalankan spirit Keselamatan Pasien secara
utuh. Menurut PMK 1691/2011, Keselamatan Pasien adalah suatu sistem di rumah sakit
yang menjadikan pelayanan kepada pasien menjadi lebih aman, oleh karena
dilaksanakannya: asesmen resiko, identifikasi dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindaklanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
tindakan medis atau tidak dilakukannya tindakan medis yang seharusnya diambil. Sistem
tersebut merupakan sistem yang seharusnya dilaksanakan secara normatif. Melihat
lengkapnya urutan mekanisme Keselamatan Pasien dalam PMK tersebut, maka, jika
diterapkan oleh manajemen rumah sakit, diharapkan kinerja pelayanan klinis rumah sakit
dapat meningkat serta hal-hal yang merugikan pasien (medical error, nursing error, dan
lainnya) dapat dikurangi semaksimal mungkin.
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Patient safety didefinisikan sebagai upaya menghindari, mencegah dan memperbaiki hasil
yang merugikan pasien atau cidera akibat dari proses perawatan kesehatan (US National
Patient Safety Foundation,1999). Cooper et al (2000) telah mendefenisikan bahwa
“patient safety as the avoidance, prevention, and amelioration of adverse outcomes or
injuries stemming from the processes of healthcare.” Pengertian ini maksudnya bahwa
patient safety merupakan penghindaran, pencegahan, dan perbaikan dari kejadian yang
tidak diharapkan atau mengatasi cedera-cedera dari proses pelayanan kesehatan. Patient
safety melibatkan sistem operasional dan sistem pelayanan yang meminimalkan
kemungkinan kejadian adverse event/ error dan memaksimalkan langkah-langkah
penanganan bila error telah terjadi. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yg disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tdk mengambil tindakan yang
seharusnya diambil (KKP-RS(Solusi live-saving keselamatan pasien rumah sakit).
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi asesmen resiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya resiko (Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah
sakit, Depkes R.I. 2006). Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi
untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008).

B. TUJUAN Tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:


1. Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar)
2. Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang efektif)
3. Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan keamanan dari
pengobatan resiko tinggi)
4. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery(mengeliminasi
kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien, kesalahan prosedur operasi)
5. Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi risiko infeksi yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan
6. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien terluka karena
jatuh C. PRINSIP PATIENT SAFETY
1. Kesadaran (Awarenes) tentang nilai keselamatan pasien Rumah sakit.
2. Komitmen memberikan pelayanan kesehatan berorientasi patien safety
3. Kemanpuan Mengidentifikasi faktor resiko penyebab insiden terkait patien safety
4. Kepatuhan Pelaporan insiden terkait patient safety
5. Kemampuan Berkomunikasi yang efektif dengan pasien tentang faktor resiko
penyebab insiden terkait patient safety
6. Kemampuan Mengindentifikasi akar masalah penyebab insiden terkait patient safety
7. Kemampuan Memanfaatkan informasi tentang kejadian yang terjadadi untuk
mencegah kejadian berulang.

C. PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN DAN MANUSIA PADA KESELAMATAN


PASIEN
1. Pengaruh Faktor Lingkungan Pada Keselamatan Pasien Penerangan Pencahayaan
merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan ruang. Ruang yang telah
dirancang tidak dapat memenuhi fungsinya dengan baik apabila tidak disediakan
akses pencahayaan. Pencahayaan di dalam ruang memungkinkan orang yang
menempatinya dapat melihat benda-benda. Tanpa dapat melihat benda-benda dengan
jelas maka aktivitas di dalam ruang akan terganggu. Sebaliknya, cahaya yang terlalu
terang juga dapat mengganggu penglihatan (Santosa, 2006). Kebisingan Salah satu
bentuk polusi adalah kebisingan (noise) yang tidak dikehendaki oleh telinga kita.
Kebisingan tidak dikehendaki karena dalam jangka panjang dapat mengganggu
ketenangan. Ada 3 aspek yang menentukan kualitas bunyi yang dapat menentukan
tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu : a) Lama bunyi itu terdengar. Bila terlalu
lama dapat menyebabkan ketulian (deafness). b) Intensitas biasanya diukur dengan
satuan desibel (dB), menunjukkan besarnya arus energi per satuan luar. c) Frekuensi
suara (Hz), menunjukkan jumlah gelombang suara yang sampai ke telinga kita per
detiknya Suhu Udara Tubuh manusia akan selalu berusaha mempertahankan kondisi
normal sistem tubuh dengan menyesuaikan diri terhadap perubahanperubahan yang
terjadi di luar tubuh. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan temperatur
ruang adalah jika perubahan temperatur luar tubuh tidak melebihi 20% untuk kondisi
panas dan 35% untuk kondisi dingin. Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena
kemampuannya untuk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi
kekurangan atau kelebihan panas yang membebaninya. Siklus Udara (Ventilation)
2. Udara disekitar kita mengandung sekitar 21% oksigen, 0,03% karbondioksida, dan
0,9% campuran gas-gas lain. Kotornya udara disekitar kita dapat mempengaruhi
kesehatan tubuh dan mempercepat proses kelelahan. Sirkulasi udara akan
menggantikan udara kotor dengan udara yang bersih. Agar sirkulasi terjaga dengan
baik, dapat ditempuh dengan memberi ventilasi yang cukup (lewat jendela), dapat
juga dengan meletakkan tanaman untuk menyediakan kebutuhan akan oksigen yang
cukup (Wignjosoebroto,1995,hal.85). Bau-Bauan Adanya bau-bauan yang
dipertimbangkan sebagai “polusi” akan dapat mengganggu konsentrasi pekerja.
Temperatur dan kelembaban adalah dua faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
kepekaan penciuman. Pemakaian air conditioning yang tepat adalah salah satu cara
yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang mengganggu sekitar
tempat kerja. (Wignjosoebroto, 1995) Getaran Mekanis Getaran mekanis merupakan
getaran–getaran yang ditimbulkan oleh peralatan mekanis yang sebagian dari getaran
tersebut sampai ke tubuh dan dapat menimbulkan akibat– akibat yang tidak
diinginkan pada tubuh kita. Besarnya getaran ini ditentukan oleh intensitas, frekuensi
getaran dan lamanya getaran itu berlangsung. Sedangkan anggota tubuh manusia juga
memiliki frekuensi alami apabila frekuensi ini beresonansi dengan frekuensi getaran
akan menimbulkan gangguan. Gangguan–gangguan tersebut diantaranya,
mempengaruhi konsentrasi, mempercepat kelelahan, gangguan pada anggota tubuh.
(Wignjosoebroto,1995, hal 87) 2. Pengaruh Faktor Manusia Pada Keselamatan Pasien
Pentingnya Faktor Manusia pada Keselamatan Pasien Human factor memeriksa
hubungan antara manusia dan sistem dan bagaimana mereka berinteraksi dengan
berfokus pada peningkatan efisiensi, kreativitas, produktivitas dan kepuasan
pekerjaan, dengan tujuan meminimalkan kesalahan. Pengetahuan yang Diperlukan
Istilah human factor atau ergonomik umumnya digunakan mendeskripsikan interaksi
antara tiga aspek saling berhubungan: individu di tempat kerja, tugas yang
dibebankan untuk individu tersebut, dan tempat kerjanya. Hubungan Antara Human
Factor Dengan Keslamatan Pasien Dua factor dengan dampak paling banyak adalah
kelelahan dan stress. Ada bukti ilmiah kuat yang menghubungkan kelelahan dan
penurunan kinerja sehingga menjadikan factor resiko dalam keselamatan pasien. E.
CARA UNTUK MENINGKATKAN KESELAMATAN PASIEN
3. Standar keselamatan pasien menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Pasal 7 ayat
(2) meliputi : 1. Hak pasien 2. Mendidik pasien dan keluarga 3. Keselamatan pasien
dan kesinambungan pelayanan 4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja
untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien 5. Peran
kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien 6. Mendidik staf tentang
keselamatan pasien 7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien Selanjutnya Pasal 8 Peraturan Menteri Kesehatan tersebut diatas
mewajibkan setiap Rumah Sakit untuk mengupayakan pemenuhanSasaran
Keselamatan Pasien yang meliputi tercapainya 6 (enam) hal sebagai berikut: 1.
Ketepatan identifikasi pasien 2. Peningkatan komunikasi yang efektif 3. Peningkatan
keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-allert) 4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-
prosedur, tepat pasien operasi 5. Pengurangan risiko infeksi tekait pelayanan
kesehatan 6. Pengurangan risiko pasien jatuh Dalam rangka menerapkan Standar
Keselamatan Pasien, menurut Pasal 9 Peraturan Menteri Kesehatan tersebut diatas,
Rumah Sakit melaksanakan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah
Sakit yang terdiri dari: 1.Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2.Memimpin dan mendukung staf 3.Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko
4.Mengembangkan sistem pelaporan 5.Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6.Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien 7.Mencegah cedera
melalui implementasi sistem keselamatan pasien
D. EBP UNTUK MENINGKATKAN KESELAMATAN PASIEN Evidence Based Practice
sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan, keselamatan pasien,
keefektifan managemen dalam pengelolaan pelayanan keperawatan, dan meningkatkan
kesadaran akan pentingnya bukti empiris dalam melaksanakan pelayanan. Evidence
Based Practic (EBP) menjadi sangat penting akhir-akhir ini karena isu patient centered
care yang semakin banyak digunakan di dunia kesehatan dan keperawatan. proses
keperawatan yang dimiliki oleh perawat dan juga petugas kesehatan lainnya di titik
beratkan dan berfokus hanya pada kesembuhan pasien dan semua keputusan yang
berhubungan dengan kesehatan dan perawatan pasien hanya di letakan pada tangan
pasien. Artinya, pasien memiliki hak penuh untuk menentukan nasib perawatan
kesehatannya sendiri berdasarkan hasil diskusi dengan tenaga kesehatan yang
professional
E. MENERAPKAN BUDAYA PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT.
Dugaan malpraktek yang dilakukan petugas pelayanan kesehatan yang mengakibatkan
pasien mengalami kerugian mulai dari materi, cacat fisik bahkan sampai meninggal dunia
memperlihatkan masih rendahnya mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. patient
safety (keselamatan pasien) belum menjadi budaya yang harus diperhatikan oleh rumah
sakit di Indonesia. Undang-undang Kesehatan no 36 tahun 2009 sudah dengan jelas
bahwa rumah sakit saat ini harus mengutamakan keselamatan pasien diatas kepentingan
yang lain sehingga sudah seharusnya rumah sakit berkewajiban menerapkan budaya
keselamatan pasien. Tidak ada lagi alasan bagi setiap rumah sakit untuk tidak
menerapkan budaya keselamatan pasien karena bukan hanya kerugian secara materi yang
didapat tetapi juga ancaman terhadap hilangnya nyawa pasien. Apabila masih ada rumah
sakit yang mengabaikan keselamatan pasien sudah seharusnya diberi sanksi yang berat
baik untuk rumah sakit maupun petugas pelayanan kesehatan. Beberapa kasus yang
terjadi di Indonesia, pihak rumah sakit bahkan petugas pelayanan kesehatan tidak
mendapat sanksi apapun sehingga menjadikan penegakan hukum kesehatan di Indonesia
masih sangat lemah. Sudah seharusnya apabila terjadi kelalaian bahkan kesengajaan dari
pihak rumah sakit yang mengakibatkan terancamnya keselamatan pasien maka tidak
hanya sanksi internal tetapi juga sudah masuk ke ranah pidana. Inilah yang sampai saat
ini belum berjalan sehingga masyarakat yang dirugikan karena lemahnya penegakan
hukum yang pada akhirnya kasusnya menguap begitu saja. Ada beberapa faktor yang
menjadi penyebab kenapa budaya keselamatan pasien belum benar-benar diterapkan di
berbagai rumah sakit. Pertama, rendahnya tingkat kepedulian petugas kesehatan terhadap
pasien, hal ini bisa dilihat dengan masih ditemukannya kejadian diskriminasi yang
dialami oleh pasien terutama dari masyarakat yang tidak mampu. Kedua, beban kerja
petugas kesehatan yang masih terlampaui berat terutama perawat. Perawatlah yang
bertanggung jawab terkait asuhan keperawatan kepada pasien sedangkan disisi lain masih
ada rumah sakit yang memiliki keterbatasan jumlah perawat yang menjadikan beban
kerja mereka meningkat. Selain perawat, saat ini di Indonesia juga masih kekurangan
dokter terutama dokter spesialis serta distribusi yang tidak merata. Ini berdampak pada
mutu pelayanan yang tidak sama di setiap rumah sakit. ketiga, orientasi pragmatisme para
petugas kesehatan yang saat ini masih melekat disebagian petugas kesehatan. Masih
ditemukan para petugas kesehatan yang hanya berorientasi untuk mencari
materi/keuntungan semata tanpa mempedulikan keselamatan pasien. Keempat, lemahnya
pengawasan yang dilakukan oleh dinas kesehatan terhadap para petugas kesehatan.
Lemahnya pengawasan sendiri dikarenakan beberapa faktor mulai dari terbatasnya
personel yang dimiliki dinas kesehatan sampai rendahnya bargaining position dinas
kesehatan. Keempat hal tersebut diatas yang setidaknya menjadi penghalang terwujudnya
budaya keselamatan pasien di setiap rumah sakit. jika hal ini tidak segera diselesaikan
maka kasus- kasus yang mengancam keselamatan pasien akan terus terjadi sehingga perlu
upaya yang maksimal untuk mewujudkan budaya keselamatan pasien. Mulai
diterapkannya aturan baru terkait akreditasi rumah sakit versi 2012 menjadi sebuah
harapan baru agar budaya keselamatan pasien bisa diterapkan diseluruh rumah sakit di
Indonesia. Selain itu, harus ada upaya untuk meningkatkan kesadaran para pemberi
pelayanan kesehatan tentang pentingnya
F. Menerapkan budaya keselamatan pasien dalam setiap tindakan pelayanan kesehatan. Dan
juga diperlukan sosialisasi yang masif kepada masyarakat terutama yang akan
menggunakan jasa pelayanan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan serta
memperbaiki perilaku mereka dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Upaya-upaya
ini harus segera dilakukan agar tidak ada lagi kasus dugaan malpraktik yang dapat
merugikan masyarakat sehingga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit bisa
meningkat. Dengan meningkatkan kepedulian terhadap pasien maka dengan mudah
budaya keselamatan pasien bisa dijalankan. Jangan sampai hanya karena kesalahan
sedikit yang dilakukan oleh rumah sakit bisa berakibat pada rusaknya citra dunia
perumah sakitan di Indonesia dimata internasional.
G. PENYEBAB TERJADINYA ADVERSE EVENTS TERKAIT PROSEDUR INVASIF
Penyebab Adverse Event Berhubungan Dengan Diagnosa, Pemeriksaan, Pemberiaan
Obat : 1. Diagnosa • tidak menerapkan pemeriksaan yang tidak sesuai 2. Pemeriksaan •
menggunakan cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau bertindak atas hasil
pemeriksaan atau observasi 3. pemberiaan obat • kesalahan sdpada procedure pengobatan
• pelakasanaan terapi yang salah • metode penggunaan obat yang salah • keterlambatan
dalam merespon hasil pemeriksaan asuhan yang tidak layak 4. kesalahan komunikasi I.
K3 DALAM KEPERAWATAN : PENTINGNYA, TUJUAN, MANFAAT, DAN ETIKA
1) Pengertian K3 Keselamatan dan kesehatan kerja diartikan sebagai suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga
kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat makmur dan sejahtra. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu
ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Pentingnya Pentinngnya k3 bisa dilihat atau ditelaah dari beberapa kasus terjadinya
kecelakaan dirumah sakit sudah tidak menjadi umum lagi. Hal demekian bisa muncul
karena adanya keterbatasan fasilitas keamanan kerja dan juga karena kelemahan
pemahaman faktor-faktor prinsip yang perlu diterapkan rumah sakit. 3) Tujuan a) Tujuan
umum Adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. b) Tujuan Hyperkes
Tujuan Hyperkes dapat dirinci sebagai berikut : a. Agar tenaga kerja dan setiap orang
berada ditempat kerja selalu dalam keadaan sehat dan selamat. b. Agar sumber-sumber
produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya hambatan 4) Manfaat Berikut ini yaitu
4 manfaat audit keselamatan dan kesehatan kerja (K3) a) Menejemen tahu kekurangan
unsur sistem operasi sebelum munculnya masalah operasi, insiden atau kecelakaan yang
merugikan sehingga kerugian dapat ditekan dan keandalan dan efisiensi dapat
ditingkatkan b) Didapat deskripsi yang pasti dan komplit mengenai status mutu proses
keselamatan dan kesehatan kerja yang ada saat minim tujuan apa yang ingin diraih
dimasa yang akan datang dan tingkat pemenuhan pada ketentuan perundang-undangan
keslamatan dan kesehatan kerja yang berlaku c) Didapat penambahan pengetahuan,
kemantangan dan kesadaran mengenai K3 untuk perawat yang ikut serta dalam proses
audit keselamatan dan kesehatan kerja d) Peningkatan citra perusahaan 5) Etika Banyak
profesi memiliki kode etik praktik yang memang membantu, (Elwes dan simnelt)
menyarankan beberapa pertimbangan sebagai gerakan menuju kode etik praktik bagi
kesehatan.  Hubungan dengan klien 1. Lebih baik berkonsultasi dengan klien ketika
merencanakan dan mengevaluasi kegiatan promosi kesehatan, jika mungkin 2. Promosi
harga diri dan otonomi diatara kelompok-kelompok klien harus merupakan prinsip
mendasar dari semua praktik promosi kesehatan 3. Semua praktik promosi
H. RUANG LINGKUP K3 DALAM KEPERAWATAN 1. Rencana tangga darurat
(peraturan jika ada kebakaran) 2. Life safety Patient security 4. Kesehatan pekerja 5.
Bahan berbahaya 6. Sanitasi lingkungan 7. Pengendalian limbah 8. Pendidikan dan
pelatihan 9. Catatan dan pelaporan K. KEBIJAKAN K3 YANG BERKAITAN
DENGAN KEPERAWATAN DI INDONESIA Agar penerapan K3, RS dapat
dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku, maka perlu disusun hal-hal berikut ini : a)
Kebijakan pelaksanaan K3 RS Rumah sakit merupakan tempat kerja yang padat karya,
pakar, modal, dan teknologi, namun keberadaan rumah sakit juga memiliki dampak
negatif terhadap timbulnya penyakit dan kecelakaan akibat kerja, bila rumah sakit
tersebut tidak melaksanakan procedure K3 b) Tujuan kebijakan Pelaksanaan K3 RS
Menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM Rumah sakit,
aman, dan sehat bagi pasien, pengunjungan/pengantar pasien, masyarakat dan lingkungan
serta rumah sakit sehingga proses pelayanan rumah sakit berjalan baik dan lancar
I. KONSEP DASAR K3 : SEHAT, KESEHATAN KERJA, RESIKO DAN HAZARD
DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN. a) Kesehatan kerja Menurut
WHO (widodo,2015) kesehatan adalah sebagai suatu keadaan fisik, mental dan social
kesejahteraan dan bukan hanya ketidak penyakitan atau kelemahan. Pada dasarnya
kesehatan meliputi 4 aspek diantaranya: 1) kesehatan fisik terwujud apabila seseorang
tidak meresa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif
tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan
2) kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen yakni • pikiran sehat, dilihat dari cara
berfikir atau jalan pikiran • emosional sehat, dilihat dari kemampuan untuk
mengekspresikan emosinya, seperti takut, gembira, khawtir, sedih, dll
• spiritual sehat, dilihat dari cara mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa 3) kesehatan social terwujud apabila seseorang mamapu
berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik tanpa membedakan ras,
suku, agama, status social, ekonomi dll 4) kesehatan dari aspek ekonomi terlihat jika
seseorang produktif, dimana mempunyai kegiatan yang mendapat menolong terhadap
dirinya sendiri atau keluarga b) Resiko 1). Pengertian resiko Resiko adalah: sesuatu yang
berpeluang untuk terjadinya kematian, kerusakan, atau sakit yang dihasilkan karena
bahaya 2) Manejemen resiko Organisasi yang dapat menerapkan metode pengendalian
resiko apapun sejauh metode tersebut mamapu mengidentifikasi, mengevaluasi, memilih
prioritas dan mengendalikan resiko dengan melakukan pendekatan jangka pendek dan
jangka panjang Dengan melakukan identifikasi bahaya dan resikon di tempat kerja akan
membantu dalam menyusun dan mengembangkan program K3 yang diperlukan. Hal-hal
yang harus diperhatikan adalah : • Jenis pekerjaan • Bahan-bahan yang digunakan •
Mesin dan peralatan yang digunakan • Jumlah pekerja • Karakteristik bangunan • Cara
dan pola kerja 3) Tujuan identifikasi resiko • Untuk mengetahui jenis resiko • Untuk
mengetahui sumber resiko • Untuk mengetahui pekerja yang terpajang dari resiko •
Untuk mengetahui pengendalian yang sudah dilakukan c) Hazard 1) Pengertian hazard
Hazard adalah segala hal yang kemungkinan mengakibatkan kerugian baik pada harta
benda, maupun manusia. 2) Jenis-jenis hazard Berdasarkan karakteristik dampak yang
diakibatkan oleh sesuatu maka jenis bahaya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu, bahaya
kesehatan dan bahaya keselamatan kerja. Bahaya kesehatan kerja dapat berupa bahan
kimia, biologi dan bahaya yang berkaitan dengan ekonomi, berdampak pada kesehatan
dan kenyamanan kerja, misalnya penyakit akibat kerja.
J. RESIKO DAN HAZARD DALAM PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian keperawatan didefinisikan sebagai pemikiran dasar dari proses keperawatan
yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentangklien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah –masalah, kebutuhankesehatan dan keperawatan
klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995 dalam Fitriyanti, 2012).
Contoh Risiko dan Hazard bagi Perawat saat Melakukan Pengkajian. a) Pelecehan verbal
saat berkomunikasi dengan pasien dan keluarga. b) Kekerasan fisik pada perawat ketika
melakukan pengkajian. c) Pasien dan keluarga acuh tak acuh dengan pertanyaan yang
diajukan perawat. d) Risiko tertular penyakit dengan kontak fisik maupun udara saat
pemeriksaan fisik. e) Perawat menjadi terlalu empati dengan keadaan pasien dan
keluarganya Dalam mengkaji pasien, perawat harus menyadari akan adanya risiko
danhazard yang mungkin mereka dapatkan. Berbagai macam upaya perludilakukan
sebagai tindakan pencegaha. Upaya – upaya tersebut dapatdilakukan baik dari pihak
manajemen rumah sakit. Berikut beberapa upayayang perlu dilakukan untuk mencegah
terjadinya kekerasan fisik dan verbal pada perawat saat melakukan pengkajian : 
Perawat harus melaporkan setiap adanya tindakan kekerasan dalam bentukapapun kepada
pihak rumah sakit.  Memberikan pengertian kepada pasien agar memperlakukan
sesamamanusia dengan dasar martabat dan rasa hormat.  Dalam melakukan kontak
kepada pasien, perawat seharusnya menjadi pendengar yang baik. Salah satu teknik
pengumpulan data pada pengkajian adalah wawancara.Saat melakukan wawancara,
perawat harusmampu menempatkan diri sebagai tempat curhat pasien sebaik mungkin. 
Memberikan pelatihan dan pendidikan kepada perawat tentang caramenghindari tindakan
kekerasan verbal dan fisik.  Ketika pasien terlihat sedang dalam keadaan tidak
terkontrol dan susahuntuk didekati, perawat dapat melakukan pengkajian kepada keluarga
pasien terlebih dahulu.  Saat mengkaji, perawat tidak boleh menyampaikan kata – kata
yangmenyinggung pasien dan keluarganya.  Saat melakukan tindakan pemeriksaan
fisik, perawat harus meminta persetujuan dari pasien terlebih dahulu.  Manajemen
rumah sakit perlu memfasilitasi perawat mempersiapkan diriuntuk menghadapi risiko dan
hazard.  Manajemen harus terbuka serta tidak berusaha menutupi terhadap laporan –
laporan kekerasan fisik maupun verbal terhadap perawat.  Memodifikasi lingkungan
yang nyaman di rumah sakit mulai dari poli,ruangan rawat inap, sampai ke unit gawat
darurat dan ruang intensif untukmenentramkan suasana hati pasien dan keluarga.
K. RESIKO DAN HAZARD DALAM PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
Kesalahan saat merencanakan pengkajian. Misalnya jika perawat salah dalam mengkaji,
maka perawat akan salah dalam memberikan proses keperawatan/pengobatan yang pada
akhirnya akan mengakibatkannya kesehatan pasien semakin terganggu. Hal lainnya yang
dapat terjadi yaitu jika perawat salah dalam merencanakan tindakan keperawatan maka
perawatnya juga akan mendapatkan bahaya seperti misalnya tertularnya penyakit dari
pasien karena kurangnya perlindungan diri terhadap perawatnya Dalam proses
pengkajian sendiri, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat mulai dari
pemahaman akan pengertian pengkajian, tahap-tahap dalam melakukan pengkajian,
hingga metode yang digunakan dalam melakukan pengkajian. Dalam melakukan
pengkajian terhadap pasien, perawat harus tahu akan adanya hazard/resiko yang mungkin
mereka akan dapatkan. Upaya yang dapat dilakukan oleh perawat untuk
meminimalisirkan resiko/hazard yang akan terjadi, seperti : a) Batasi akses ke tempat
isolasi b) Menggunakan alat perlindung diri (APD) dengan benar c) SOP memasang
APD, jangan ada sedikitpun bagian tubuh yang tidak tertutup dengan APD. d) Petugas
diharapkan untuk tidak menyentuh bagian tubuh yang tidak tertutup APD e) Membatasi
sentuhan langsung ke pasien f) Cuci tangan sebelum melakukan dan setelah melakukan
tindakan g) Bersihkan kaki/tangan setelah melakukan tindakan h) Melakukan
pemeriksaan secara berkala kepada perawat/pekerja i) Hindari memegang benda yang
mungkin terkontaminasi.
L. RESIKO DAN HAZARD DALAM IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan criteria hasil yang diharapkan. Tujuan dari
pelaksanaan adalah membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan, mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi
koping. Metode implementasi keperawatan :  Membantu dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari.  Konseling  Penyuluhan  Memberikan asuhan keperawatan langsung.
 Kompensasi untuk reaksi yang merugikan.  Teknik tepat dalam memberikan
perawatan dan menyiapkan klien untuk procedure.  Mencapai tujuan perawatan 
Mengawasi dan mengevaluasi kerja dari anggota staf lain 1. Upaya pencegahan
kecelakaan kerja melalui pengendalian bahaya di tempat kerja : pemantaun dan
pengendalian kondisi tidak aman di tempat kerja. 2. Upaya pencegahan kecelakaan kerja
melalui pembinaan dan pengawasan : Pelatihan dan pendidikan, konseling dan konsultasi,
pengembangan sumber daya atau teknologi terhadap tenaga kerja tentang penerapan K3
3. Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui system manajemen : Prosedure dan aturan
K3, Penyediaan sarana dan prasarana K3 dan pendukungya, penghargaan dan
pendukungnya, penghargaan dan sanksi terhadap penerapan K3 ditempat kerja
 Terdapat juga beberapa upaya pencegahan lain, antara lain : pelayanan kesehatan kerja
diselenggarakan secara paripurna, terdiri dari pelayanan promotive, preventive, kurative
dan rehabilitative yang dilaksanakan dalam suatu system yang terpadu.
M. RESIKO DAN HAZARD DALAM EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN Evaluasi
resiko dilakukan sebagai tindak lanjut dari proses analisis resiko untuk memutuskan
tindakan selanjutnya (pengendalian resiko), tindak lanjut dapat berupa : 1. Apakah resiko
yang ada memerlukan pengendalian 2. Tindakan apa saja yang harus dilakukan 3.
Prioritas resiko yang akan dikendalikan 4. Nilai resiko yang diperoleh dari hasil analisis
dibandingan dengan criteria yang ditetapkan tentang batasan resiko bisa di tolerir dan
tidak Tujuan evaluasi bahaya dan resiko 1. Untuk mengetahui level dan prioritas bahaya
dan resiko ditempat kerja 2. Mengetahui tindakan pengendalian/program K3 yang
diperlukan 3. The purpose of risk evaluation is to make decisions, based on the outcones
of risk analysis, about which risks need treatment and treatment priorities. Evaluasi dan
pengelolaan resiko adalah langkah lebih lanjut dari proses manajemen resiko. Dimana
tahapan manajemen resiko sesungguhnya mulai dari indetifikasi resiko yang terjadi dari
pembuatan daftar kategorisasi resiko, lalu mendiskripsikan resiko. Beberapa kejadian
yang mungkin menjadi resiko dalam kegiatan sehari-hari dirumah sakit adalah adverse
event dan resiko klinis. Adverse incident adalah kejadian atau kondisi yang dapat
membawa kerugian yang tidak disengaja dan tidak diharapkan pada orang, property atau
organisasi. Resiko klinis adalah kejadian yang tidak pasti atau sekelompok kejadian yang
bila itu terjadi akan memberikan efek negative kepada layanan pasien.
BAB III PENUNTUP

A. KESIMPULAN
Keselamatan pasien (patient safety) adalah hal terpenting yang perlu diperhatikan
oleh perawat yang terlibat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien.Tindakan pelayanan, peralatan kesehatan, dan lingkungan sekitar pasien sudah
seharusnya menunjang keselamatan serta kesembuhan dari pasien tersebut.Oleh
karena itu, perawat harus memiliki pengetahuan mengenai hak pasien serta
mengetahui secara luas dan teliti tindakan pelayanan yang dapat menjaga keselamatan
diri pasien serta menjadikan komunikasi sebagai kunci utama untuk dapat
memberikan kenyamanan dan keselamatan bagi pasien. Setiap tindakan pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada pasien sudah sepatutnya memberi dampak positif
dan tidak memberikan kerugian bagi pasien.Oleh karena itu, rumah sakit harus
memiliki standar tertentu dalam memberikan pelayanan kepada pasien.Standar
tersebut bertujuan untuk melindungi hak pasien dalam menerima pelayanan kesehatan
yang baik serta sebagai pedoman bagi tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan
kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/5c73d18b3282a47bf1561050272e912b.pdf
http://repositori.unsil.ac.id/783/3/3.%20BAB%20II.pdf
https://marsenorhudy.wordpress.com/2011/01/07/patient-safetiy-keselamatan-pasien-rumah-
sakit/

Anda mungkin juga menyukai