Anda di halaman 1dari 32

Project Panum

Manajemen Keperawatan

KOMUNIKASI EFEKTIF

SAAT PEMULANGAN PASIEN

OLEH :

Yuliadi Yusuf, S.kep


Sri Wahyuni, S.kep

Dosen Pembimbing:
Dr. Nurhidayah., S.Kep., Ns., M.Kes
Syamsiah Rauf, S.Kep., Ns., M.Kep
Andi Andriana Amal, S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XVII

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2020

1
Kata pengantar

Dengan menyebut nama Allah Swt. yang maha pengasih lagi maha penyayang,

kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,

hidayah dan hidayah-Nya kepada kami, solawat serta salam semoga tercurah

kepada Rasulullah Saw. beserta keluarganya, sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah ini.

Adapun tugas ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya

dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas

ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada para dosen

serta semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam

makalah ini ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi

lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka

selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami

sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini dikemudian hari.

Sabtu, 10 oktober 2020

Daftar Isi

2
BAB I Pendahuluan...............................................................................................4

1. Deskripsi Materi..........................................................................................4

2. Tujuan Pembelajaran...................................................................................4

3. Topik Materi................................................................................................4

4. Latar Belakang Materi..................................................................................5

BAB II Tinjauan Teori dan Konsep.........................................................................6

A. pengertian Discharge Pleanning...................................................................6

1. Tujuan....................................................................................................6

2. Manfaat.................................................................................................16

3. Prosedur Discharge Pleanning.................................................................16

4. karakteristik Discharge Pleanning

5. cara penyampaian Discharge Pleanning kepada pasien ..............................20

6. kriteria pasien pulang ……………………….…………………………………………………22

B. Komunikasi efektif

1. pengertian komunikasi efektif…………………………………………………………….

2. komunikasi efektif dalam keperawatan……………………………………………….

3. prinsip-prinsip komunikasi efektif………………………………………………………

BAB V Kesimpulan.............................................................................................36

Daftar Pustaka...................................................................................................37

BAB I

3
Pendahuluan

1. Deskripsi Materi

Komunikasi efektif yaitu komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan

sikap (attitude change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Komunikasi

efektif juga merupakan komunikasi yang saling bertukar informasi, ide,

kepercayaan, perasaan, dan sikap antara dua orang atau sekelompok yang

hasilnya sesuai dengan harapan.

Perencanaan pulang (Discharge planning) menurut National Council of Social

Service/NCSS (2006) adalah suatu rencana pulang pada pasien yang ditulis di

lembar catatan medis yang merupakan tujuan dari perencanaan perawatan

pasien, yang akhirnya bertujuan untuk memberdayakan klien untuk membuat

keputusan dan berupaya untuk memaksimalkan potensi hidup secara mandiri,dan

untuk memberdayakan pasien dengan melalui dukungan dan sumber-sumber

yang ada dalam keluarga atau masyarakat.

2. Tujuan Pembelajaran

a. Diketahuinya komunikasi efektif

b. Ditehauinya prinsip komunikasi efektif

c. Diketahuinya perencanaan pulang

d. Diketahuinya tujuan perencanaan pulang

e. Diketahuinya prosedur perencanaan pulang

3. Topik Materi

a. Komunikasi efektif pemulangan pasien

4. Latar Belakang Materi

4
Secara umum, mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan

pelayanan akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan

standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di

rumah sakit atau puskesmas secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan

secara aman dan memuaskan norma, etika, hukum, dan sosial budaya dengan

memperhatikan keterbatasan serta kemampuan pemerintah dan masyarakat

konsumen (Satrianegara, 2014)..

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan dari seseorang yang

berupa ide/gagasan atau pikiran/perasaan. Dengan berkomunikasi kita dapat

memenuhi kebutuhan kita baik fisik maupun psikologis, berkomunikasi dengan

sesama, mendapatkan atau bertukar informasi, menambah wawasan dan masih

banyak lainnya. Untuk melakukan komunikasi dengan baik kita juga perlu

memperhatikan prinsip-prinsip. Maka dari itu makalah kami membahas tentang

Prinsip Dasar dalam Komunikasi Efektif.

Pasien atau keluarga adalah manusia, dia mempunyai perasaan, ego atau

harga diri, serta kemampuan untuk melindungi dirinya sendiri. Salah besar jika

petugas kesehatan dokter, perawat, tenaga analis, atau tenaga kesehatan lain

menganggap pasien adalah orang yang tidak berdaya. Bahkan pasien yang

mengalami gangguan jiwa sekalipun juga masih mempunyai unsur-unsur

kesadaran diri. Pasien yang datang ke rumah sakit bukan berarti orang yang

tidak peduli dengan kesehatannya, tetapi pasien akan mencari pertolongan ke

rumah sakit, apabila kondisi tersebut sudah diluar kemampuannya. Hal ini terkait

dengan konsep homeostasis, bahwa apapun kondisinya manusia akan berusaha

untuk menjaga keseimbangan di dalam dirinya. Sebelum pasien ke rumah sakit,

5
individu tersebut sudah berusaha mencari cara untuk menyeimbangkan atau

mengatasi masalah kesehatannya. Entah itu minum obat yang di beli di warung,

minum jamu, atau pergi ke dukun, atau ketempat pelayanan kesehatan lain.

Kondisi tersebut harus dipahami oleh tenaga kesehatan, salah besar apabila pada

saat pasien baru datang ke rumah sakit, petugas kesehatan sudah mengeluarkan

kata “Kok...baru sekarang di bawah ke sini?” Kalimat ini sangat menyinggung

perasaan pasien atau keluarga, seolah-olah mereka berbuat kesalahan

menelantarkan pasien. Apabila pasien atau keluarga mendapat sambutan kalimat

seperti ini, maka akan timbul perasaan bersalah atau malu, sehingga dapat

mengganggu proses komunikasi selanjutnya. Kalimat yang tepat adalah

“Sebelum berobat ke sini, upaya apa yang bapak sudah lakukan?” Kalau kita

telaah, kalimat ini tidak menghakimi, tetapi petugas kesehatan akan memperoleh

informasi upaya yang sudah dilakukan sebelumnya. Pasien atau keluarga akan

memberikan penilaian pertama kepada petugas kesehatan baik dokter maupun

perawat, dari komunikasi verbal atau non verbal yang ditunjukkan oleh petugas

disaat pertama kontak atau menyambut pasien. Hal tersebut tidak bisa ditipu,

atau dimanipulasi, insting pasien akan mengatakan, apakah dokter atau perawat

“care” terhadap dirinya. Oleh karena itu membangun komunikasi efektif antara

dokter/perawat dengan pasien dimulai sejak kontak pertama kali. Apabila diawal

kontak, pasien merasa tidak nyaman atau mendapat respon yang negatif,

dengan sendirinya kontak berikutnya tidak akan berhasil secara maksimal. Pasien

tidak akan percaya kepada petugas kesehatan baik dokter atau perawat,

sehingga timbul perasaan tidak aman dan tidak terlindungi, yang berakibat

keinginan untuk mengakhiri terapi. Ingat suatu iklan yang mengatakan “kesan

6
pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda.” Makna dari pesan ini

begitu dalam, kalau kesan pertama begitu menyenangakan bagi pasien, maka

selanjutnya pasien akan kooperatif terhadap terapi/pengobatan, dan akan

menimbulkan perasaan puas akan pelayanan yang diterima. Dengan sendirinya

pasien akan memberikan imbalan jasa, baik secara material maupun immaterial

dengan iklas atau perasaan senang. Disamping itu pasien tanpa sadar akan

memberikan promosi pelayanan yang diterima kepada orang lain, sehingga

rumah sakit atau individu (dokter) akan diuntungkan karena dipromosikan secara

gratis. Oleh karena itu, jika dokter atau perawat ingin hubungan yang baik

dengan pasien tercipta, maka buatlah kesan pertama kontak dengan pasien

sebaik mungkin. Memang sulit merubah kebiasaan umum, atau pandangan yang

sudah lama berlaku. Hubungan antara dokter dan pasien sangat jauh sekali

perbedaannya, dokter sebagai penentu dan pengambil keputusan, sedangkan

pasien sebagai “objek penderita.” Dokter memposisikan diri sebagai dewa

penolong, sedangkan pasien memposisikan diri sebagai orang yang tidak

berdaya. Kedua posisi yang berbeda ini sangat berpengaruh dalam proses

komunikasi efektif, dan hal tersebut akan berdampak pada kualitas pelayanan

kesehatan yang dilakukan atau diterima. 2 Hampir tidak pernah terjadi

komunikasi efektif yang sesungguhnya. Saat pertama pasien kontak dengan

dokter atau perawat, kadang kehadirannya tidak terlalu dipedulikan, tenaga

kesehatan masih sibuk dengan kegiatan masing-masing, sehingga hal tersebut

semakin membuat lemah posisi pasien, pasien akan merasa dokter sangat sibuk,

sehingga timbul rasa ragu apakah dokter punya waktu banyak untuk

mendengarkan keluhannya. Disaat dokter memberikan kesempatan kepada

7
pasien yang keluar hanyalah kalimat pendek yang dianggap perlu saja, sehingga

masing-masing memposisikan diri sebagai makhluk asing yang terbatas pada

ikatan bisnis sebagai pembeli dan penjual jasa kesehatan.

8
BAB II

Tinjauan Teori dan Konsep

1. Discharge Planning

a. Pengertian Discharge Planning

Discharge Planning atau perencanaan pemulangan adalah suatu proses

pembelajaran yang melibatkan pasien dan keluarga untuk meningkatkan

pemahaman dan mengembangkan kemampuan pasien dan keluarga tentang

perawatan di rumah, masalah kesehatan yang dihadapi, untuk mempercepat

penyembuhan menghindari kemungkinan komplikasi dengan pembatasan

aktifitas menciptakan memberikan lingkungan yang aman bagi pasien di

rumah.

Perencanaan pulang (discharge planning) akan menghasilkan sebuah

hubungan yang terintegrasi, yaitu antara perawatan yang diterima pada

waktu di rumah sakit dengan perawatan yang diberikan setelah pasien

pulang. Perawatan di rumah sakit akan bermakna jika ddilanjutkan dengan

perawatan di rumah. Namun sampai saat ini, perencanaan pulang bagi pasien

yang dirawat di rumah sakit belum optimal dilaksanakan, dimana peran

perawat terbatas pada kegiatan rutinitas saja, yaitu hanya berupa informasi

kontrol ulang. Pasien yang memerlukan perawatan kesehatan di rumah,

konseling kesehatan atau penyuluhan dan pelayanan komunitas tetapi tidak

dibantu dalam upaya memperoleh pelayanan sebelum pemulangan sering

kembali ke ruang kedaruratan dengan masalah minor, dan sering kali diterima

kembali dalam waktu 24 jam sampai 48 jam dan kemudian pulang kembali.

Discharge planning keperawatan merupakan komponen yang terkait

9
dengan rentang keperawatan. Rentan keperawatan sering pula disebut

dengan perawatan berkelanjutan yang artinya perawatan yang dibutuhkan

oleh pasien dimanapun pasien berada. Kegagalan untuk memberikan dan

mendokumentasikan perencanaan pulang akan berisiko terhadap beratnya

penyakit, ancaman hidup, dan disfungsi fisik. Dalam perencanaan pulang

diperlukan komunikasi yang baik terarah sehingga apa yang disampaikan

dapat dimengerti dan berguna untuk proses perawatan di rumah.

b. Tujuan

Tujuan dari perencanaan pemulangan pasien adalah:

a. Meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga tentang masalah

kesehatan, kemungkinan komplikasi dan pembatasan yang diberlakukan

pada pasien di rumah.

b. Mengembangkan kemampuan merawat pasien dan keluarga untuk

memenuhi kebutuhan pasien dan memberikan lingkungan yang aman

untuk pasien di rumah.

c. Menyakinkan bahwa rujukan yang diperlukan untuk perawatan

selanjutnya di buat dengan tepat.

c. Manfaat

1. Bagi pasien

a. Meningkatkan kemandirian pasien dalam melakukan perawatan di

rumah

b. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien

10
c. Membantu pasien memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap

dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien.

2. Bagi mahasiswa

a. Terjadi pertukaran informasi antara mahasiswa dengan pasien sebagai

penerima pelayanan.

b. Mengevaluasi pengaruh intervensi yang terencana pada penyembuhan

pasien

c. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan perawatan

di rumah.

d. Prosedur Discharge Planning adalah sebagai berikut:

Berikut hal yang berkenan dengan Discharge Planning yang harus dipahami

oleh pasien dan keluarga:

1. Prinsip

Ketika melakukan discharge planning dari suatu lingkungan ke lingkungan

yang lain, ada beberapa prinsip yang harus diikuti/diperhatikan yaitu:

a. Discharge Planning harus merupakan proses multidisiplin, dimana

sumber– sumber untuk mempertemukan kebutuhan pasien dengan

pelayanan kesehatan ditempatkan pada satu tempat.

b. Prosedur Discharge Planning harus dilakukan secara konsisten dan

kualitas tinggi pada semua pasien.

c. Rencana pemulangan pasien mempertimbangkan pelayanan penunjang

dan kelanjutan pelayanan medis.

d. Kebutuhan pemberian asuhan (care giver) juga harus dikaji.

11
e. Pasien harus dipulangkan kepada suatu lingkungan yang aman dan

adekuat.

f. Keberlanjutan perawatan antar lingkungan merupakan hal yang utama,

bila memungkinkan RSUD Bendan Kota Pekalongan merujuk ke fasilitas

kesehatan berbadan hukum secara spesifik.

g. Informasi tentang penyusunan pemulangan harus diinformasikan

antara tim kesehatan dengan pasien/care giver (pengasuh), dan

kemampuan terakhir disediakan dalam bentuk tertulis tentang

perawatan berkelanjutan.

h. Kebutuhan atas kepercayaan dan budaya pasien harus

dipertimbangkan ketika menyusun discharge planning.

i. Discharge planning berisi :

1) Diagnosa masuk, Diagnosa keluar, diagnosa keperawatan

2) Obat-obatan yang masih diminum

3) Nasehat, aktifitas dan istirahat

4) Tanggal, tempat kontrol

5) Hasil pemeriksaan yang dibawa pulang

6) Keadaan waktu pulang

7) Fasilitas kesehatan terdekat yang bisa dihubungi

Discharge Planning sebaiknya dilakukan sejak pasien di terima di

rumah sakit. Discharge Planning yang efektif seharusnya mencakup

pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang komprehensif

tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah.

12
Proses discharge planning mencakup kebutuhan fisik pasien,

psikologis, sosial, budaya dan ekonomi. Proses discharge planning dibagi

menjadi 4 (empat) tahap yaitu :

a. Tahap I : Saat pasien masuk yaitu mengenai pengkajian fisik

psikososial, status fungsional, kebutuhan pendidikan kesehatan

mengenai kondisi pasien serta pemahaman pasien dan keluarga dari

disiplin klinis lainnya seperti fisioterapis atau ahli gizi).

b. Tahap II : Fase Diagnostik, yaitu kebutuhan pendidikan kesehatan

mengenai kondisi pasien serta penatalaksanaan, pemeriksaan

diagnostik pasien itu.

c. Tahap III : Fase Stabilisasi, yaitu saat kondisi pasien telah stabil dan

sudah adanya perkiraan kapan pasien pulang dengan melakukan

pendidikan kesehatan dan diskusi mengenai rencana ke depannya

setelah pasien pulang.

d. Tahap IV : Fase Recharge, yaitu saat pasien akan pulang dengan

melakukan diskusi dengan keluarga pasien mengenai pengawasan

pada pasien di luar rumah sakit.

Proses Discharge Planning melibatkan dokter, perawat, fisioterapis, ahli

nutrisi, farmasi, organisasi atau praktisi kesehatan di luar rumah sakit, serta

wali dan keluarga pasien. Perkiraan waktu pemulangan pasien ( Estimated

Discharge Date/EDD) ditetapkan sedini mungkin (maksimal kurang dari 48

jam setelah pasien diadmisi) untuk mengantisipasi gangguan dan hambatan

saat proses pemulangan dan di evaluasi perkiraan waktu pemulangan pasien

13
tersebut setiap hari. Perkiraan waktu pemulangan pasien terdokumentasi

dalam status rekam medik yaitu pada form discharge planning.

1. Pengkajian

Pengkajian awal mencakup pengumpulan dan pengorganisasian

data tentang pasien, keluarga harus aktif dilibatkan dalam proses ini agar

transisi dari rumah sakit ke rumah dapat berlangsung efektif. Pengkajian

awal dilakukan untuk menentukan kompleksitas kebutuhan pasien saat

akan dipulangkan sehingga dapat menyusun rencana asuhan pasien,

termasuk perkiraan lamanya di rawat ( Length of Stay/LOS ) dan perkiraan

hari pulang (Estimate Discharge Date /EDD).

Perawat melakukan komunikasi kepada pasien dan keluarga

sesegera mungkin mengenai rencana tempat yang akan dituju pasien

setelah dipulangkan dari rumah sakit. Perawat juga memberikan edukasi

tentang kondisi klinis, rencana asuhan pasien, dan rencana pemulangan

sesuai dengan yang diperlukan. Diskusikan dengan pasien dan care giver

sejak pasien masuk sebagai pasien rawat inap.

a. Kaji kebutuhan pasien dan keluarga terhadap pendidikan kesehatan

berhubungan dengan bagaimana memberikan terapi di rumah,

penggunaan alat-alat kesehatan di rumah, larangan/batasan akibat

gangguan kesehatan, kemungkinan terjadinya komplikasi

b. Kaji bersama-sama dengan pasien dan keluarga kondisi lingkungan

rumah yang mungkin menghambat perawatan pasien

c. Berdiskusi dengan dokter dan profesi kesehatan lainnya tentang

perawatan di rumah

14
d. Kaji persepsi pasien dan keluarga terhadap keberlanjutan perawatan di

luar rumah sakit

e. Kaji penerimaan pasien terhadap batasan akibat masalah kesehatan

f. Kaji kebutuhan pasien setelah pemulangan dengan tim kesehatan.

2. Penentuan Masalah

Penentuan masalah didasarkan pada pengkajian discharge

planning, dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan pasien dan

keluarga.

3. Perencanaan

Perencanaan pemulangan pasien membutuhkan identifikasi

kebutuhan spesifik pasien berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran

yang baik untuk persiapan pulang pasien yang di singkat dengan

METHOD, yaitu :

a. Medication (obat)

Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah

pulang

b. Environment (lingkungan)

Lingkungan tempat pasien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya

aman. Pasien juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang

dibutuhkan untuk kontinuitas perawatan.

c. Treatment (perawatan)

Perawat harus memastikan bahwa pengobatan/perawatan dapat

berlanjut setelah pasien pulang yang dilakukan oleh pasien sendiri atau

keluarganya sebagai care giver

15
d. Health Teaching (Pendidikan kesehatan)

Pasien yang akan pulang diberikan edukasi bagaimana

mempertahankan status kesehatannya, termasuk tanda dan gejala

yang mengindikasikan kebutuhan pengobatan/perawatan tambahan.

e. Outpatient referral

Pasien sebaiknya memahami proses pengobatan/perawatan di rumah

sakit dan dapat melakukan pengobatan/perawatan yang kontinu.

f. Diet

Pasien diberikan edukasi tentang pembatasan dietnya dan diharapkan

mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya.

4. Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajaran dan referral.

Seluruh pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan pada catatan

perawat dan ringkasan pasien pulang / discharge planning . Informasi

tentang perawatan di rumah seperti; gambaran tentang jenis

pembedahan, pengobatan, status fisik dan mental, faktor sosial dan

kebutuhan lainnya diberikan sebelum pasien pulang. Penatalaksanaan

dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu penatalaksanaan yang dilakukan

sebelum hari pemulangan dan penatalaksanaan pada hari pemulangan.

a. Persiapan sebelum hari pemulangan

1. 2 (dua) hari menjelang proses kepulangan

 Konfirmasi tempat tujuan pasien setelah pulang dari rumah sakit

 Konfirmasi kebutuhan pasien akan transpor dan mobilitas

16
 Persiapkan pasien dan keluarga dengan memberikan informasi

tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan di komunitas.

 Tentukan hambatan dan kemauan pasien untuk belajar, adakan

sesi pengajaran kepada pasien dan keluarga sedini mungkin

selama pasien di rawat di rumah sakit (seperti tanda dan gejala

penyakit, komplikasi yang mungkin timbul, obat-obatan, diet,

pembatasan aktifitas, latihan dan perawatan berkelanjutan).

 Berikan leaflet, buku-buku, rekaman video atau jelaskan sumber-

sumber informasi dari internet.

 Komunikasikan rencana kepulangan pasien kepada pasien dan

keluarga

2. 1 (satu) hari Menjelang Proses Kapulangan

 Konfirmasi ulang kebutuhan pasien akan transpor dan mobilitas

pasien saat pulang

 Nilai kondisi klinis pasien

 Persiapkan dan konfirmasi kembali obat yang harus dibawa pulang

(nama obat, jumlah obat, cara pemberian, dan petunjuk khusus),

alat bantu/ peralatan kesehatan untuk dirumah

5. Penatalaksanaan pada hari pemulangan

1. Konfirmasi kondisi klinis pasien layak pulang sesuai dengan kriteria

pemulangan pasien

2. Cek instruksi pemulangan dokter, persiapkan kebutuhan dalam

perjalanan, alat – alat yang dibutuhkan sebelum pasien tiba di rumah

17
3. Diskusikan dengan pasien dan keluarga jenis transportasi yang akan

digunakan untuk membawa pasien pulang

4. Periksa ruangan dan lemari pasien untuk memastikan barang-barang

pasien tidak ada yang tertinggal

5. Persiapkan dan konfirmasi kembali obat yang harus di bawa pulang

(nama obat, jumlah obat, cara pemberian, dan petunjuk khusus).

6. Melengkapi dokumen discharge planning dan dokumen ringkasan

klinis/resume medis pasien pulang dimana satu salinan/fotocopyan dari

dokumen tersebut diberikan kepada pasien/keluarga serta kelengkapan

administrasi

7. Rencana control

8. Jika diperlukan salinan ringkasan klinis pasien ditujukan kepada praktisi

kesehatan yang bertanggung jawab terhadap tindak lanjut pelayanan

9. Review kembali kebutuhan pasien dan keluarga akan materi edukasi

meliputi point yang disebutkan di atas dengan metode read-back

(sebutkan kembali).

6. Evaluasi

Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk

menjamin kualitas pelayanan. Evaluasi berjalan terus menerus dan

membutuhkan revisi dan juga perubahan. Evaluasi lanjutan dilakukan 3

(tiga) hari sampai dengan seminggu setelah pasien berada di rumah yang

dilakukan melalui telepon ke rumah.

18
e. Karakteristik

Beberapa karakteristik yang harus dipertimbangkan dalam membuat rencana

pemulangan adalah:

a. Berfokus pada pasien. Nilai, keinginan dan kebutuhan pasien merupakan

hal penting dalam perencanaan. Pasien dan keluarga harus berpartisipasi

aktif dalam hal ini.

b. Kebutuhan dasar pasien pada waktu pulang harus diidentifikasi pada

waktu masuk dan terus dipantau pada masa perawatan.

c. Kriteria evaluasi menjadi panduan dalam menilai keberhasilan

implementasi dan evaluasi secara periodik.

d. Rencana pemulangan suatu proses yang melibatkan tim kesehatan dari

berbagai disiplin ilmu.

e. Pasien harus membuat keputusan yang tertulis mengenai rencana

pemulangan.

f. Cara Penyampaian

a. Ikut sertakan keluarga dalam proses pemulangan pasien.

b. Gunakan bahasa yang sederhana, jelas dan ringkas.

c. Jelaskan langkah-langkah dalam melaksanakan suatu perawatan.

d. Perkuat penjelasan lisan dengan intruksi tertulis.

e. Motivasi pasien untuk mengikuti langkah–langkah tersebut dalam

melakukan perawatan dan pengobatan.

f. Kenali tanda-tanda dan gejala komplikasi yang harus dilaporkan pada

tim kesehatan.

19
g. Berikan nama dan nomor telepon fasilitas kesehatan terdekat yang

dapat dihubungi pasien.

g. Tipe Pemulangan Pasien

1. Boleh pulang/selesai masa perawatan

Yang berwenang memutuskan pasien dapat dipulangkan atau tidak adalah

DPJP atau orang lain yang didelegasikan oleh DPJP.

a. Pasien telah selesai menjalani program perawatan dan hasil kesepakatan

yang diinginkan telah tercapai. Kondisi Klinis yang perlu dipertimbangkan

saat pemulangan pasien :

 Tanda-tanda vital stabil

 Hemodinamik stabil

 Hasil laboratorium masih dalam batas yang dapat ditoleransi

 Nyeri dapat terkontrol dengan bai

 Fungsi eliminasi (BAK dan BAB) adekuat

 Terapi medikamentosa saat di rumah tersedia

 Asuhan 24 jam keperawatan tidak diperlukan lagi

 Visite dan konsultasi dokter spesialis on site tidak diperlukan lagi

 Selesai pengobatan

b. Dalam suatu kondisi tertentu pasien dapat izin meninggalkan ruang

perawatan rumah sakit sementara dalam suatu batas waktu tertentu

yang ditetapkan oleh DPJP untuk kembali lagi menjalani masa

pengobatan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan DPJP dan

Rumah Sakit Umum Methodist Susanna Wesley

3. Atas permintaan pasien / menolak nasehat medis

20
a. Pasien memilih untuk mengakhiri program perawatan dikarenakan

suatu alasan tertentu. Petugas rumah sakit yang bertanggungjawab

terhadap pasien perlu menjelaskan resiko berkenaan dengan

pengobatan yang tidak adekuat yang dapat berakibat resiko medis

tertentu tak terbatas pada cacat permanen atau kematian.

b. Apabila pasien memiliki keluarga dokter, maka untuk mengurangi

resiko, petugas rumah sakit memberitahukan dokter tersebut

c. Pasien dan keluarga juga diberikan penjelasan bagaimana cara pasien

dapat masuk kembali ke dalam program pengobatan, misalnya

memberikan nomor telepon rumah sakit, nomor telepon IGD, atau

ambulance yang dapat diakses atau dihubungi pihak pasien dan

keluarga.

h. Kriteria Pasien Pulang

1. Pasien diperbolehkan pulang berdasarkan status kesehatan dan

kebutuhan pelayanan selanjutnya.

2. Saat pasien tidak lagi memerlukan perawatan rumah sakit, pasien

sebaiknya dipulangkan dan memperoleh discharge planning yang sesuai.

3. Yang berwenang memutuskan pasien boleh pulang atau tidak adalah

dokter Penangggung Jawab Pelayanan (DPJP).

4. Pastikan pasien dan keluarganya berperan aktif dalam perencanaan dan

pelaksanaan pemulangan pasien.

5. Lakukan penilaian pasien secara menyeluruh ( holistik ).

6. Nilailah kondisi fisik, mental, emosional, dan spiritual pasien.

7. Pertimbangkan juga aspek sosial, budaya, etnis, dan finansial pasien.

21
8. Tentukan tempat perawatan selanjutnya (setelah pasien dipulangkan dari

rumah sakit) yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien.

Penentuan tempat ini dilakukan oleh perawat bersama dengan dokter

penanggungjawab pasien.

Berikut adalah beberapa contoh tempat perawatan :

a. Perawatan di rumah dengan penggunaan peralatan tambahan untuk

menunjang perawatan pasien.

b. Pemulangan pasien kerumah tanpa perlu perawatan khusus.

c. Perawatan di rumah dengan didampingi oleh perawat / carer

d. Rumah sakit/ fasilitas perawatan jangka panjang.

e. Fasilitas keperawatan yang terlatih.

f. Rumah perawatan umum, seperti panti jompo dan sebagainya

9. Pastikan terjadinya komunikasi efektif antara pelaksanaan perawatan

primer, sekunder dan sosial untuk menjamin bahwa setiap pasien

menerima perawatan dan penanganan yang sesuai dan akurat, yaitu

dengan :

a. Petugas rumah sakit sebaiknya melakukan komunikasi dengan dokter

keluarga pasien / tim pelayanan primer mengenai rencana pemulangan

pasien.

b. Identifikasi pasien – pasien yang memerlukan perawatan khusus /

ekstra seperti kebutuhan perawatan kebersihan diri, sosial dan

sebagainya. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan pasien dan berikan

dukungan tambahan.

c. Diskusikan kembali dengan pasien dan buatlah kesepakatan mengenai

22
rencana keperawatan.

d. Finalisasi rencana keperawatan dan aturlah proses pemulangan pasien.

e. Pastikan bahwa pasien dan keluarga / carer telah memperoleh

informasi yang akurat.

f. Hak pasien sebelum dipulangkan :

1) Memperoleh informasi yang lengkap mengenai diagnosis,

assesmen medis, rencana perawatan, detail kontak yang dapat

dihubungi dan informasi relevan lainnya mengenai rencana

perawatan dan tatalaksana selanjutnya.

2) Terlibat sepenuhnya dalam discharge planning dirinya, bersama

dengan kerabat, carer atau teman pasien.

3) Rancangan rencana pemulangan dimulai sesegera mungkin baik

sebelum / saat pasien masuk rumah sakit.

4) Memperoleh informasi lengkap mengenai layanan yang relevan

dengan perawatannya dan tersedia di masyarakat.

5) Memperoleh informasi lengkap mengenai fasilitas perawatan

jangka panjang, termasuk dampak finansialnya.

6) Diberikan nomor kontak yang dapat dihubungi saat pasien

membutuhkanbantuan/ saran mengenai pemulangannya.

7) Diberikan surat pemulangan yang resmi, dan berisi detail layanan

yang dapat diakses.

8) Memperoleh informasi lengkap mengenai kriteria dilakukannya

perawatan yang berkesinambungan.

23
9) Perawat tersedia sebagai orang yang dapat dihubungi oleh pasien

dalam membantu memberikan saran.

10) Memperoleh akses untuk memberikan komplain mengenai

peraturan discharge planning pasien dan memperoleh

penjelasannya.

24
2. Komunikasi efektif dalam keperawatan

a. Pengertian komunikasi efektif

Komunikasi efektif adalah pengembangan hubungan antara tenaga

kesehatan (dokter, perawat, fisioterapis, bidan, nutrisionis, atau tenaga

kesehatan lain) dengan pasien secara efektif dalam kontak sosial yang

berlangsung secara baik, menghargai kemampuan dan 8 keunikan masing-

masing pihak, dalam upaya menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi

oleh pasien secara bersama. Pengembangan hubungan berkaitan erat dengan

kepercayaan, yang dilandasi keterbukaan, kejujuran, saling menghargai, serta

memahami kebutuhan dan harapan masing-masing. Dengan terjalinya

hubungan saling percaya, pasien akan memberikan keterangan yang benar

dan lengkap berkaitan dengan kondisinya, sehingga dapat membantu dokter

dalam mendiagnosis penyakit pasien secara baik dan memberi terapi yang

tepat bagi pasien. Demikian juga dengan tenaga kesehatan lain, apabila

sudah terjalin hubungan saling percaya, maka tindakan keperawatan akan

lebih mudah untuk dilaksanakan. Pasien dan tenaga kesehatan sama-sama

memperoleh manfaat dari hubungan saling percaya. Setiap pihak merasa

dimengerti dan dihargai, sehingga apa yang diinginkan dapat tercapai. Pasien

ingin segera mendapat pertolongan dari dokter karena penyakitnya, segera

ditangani dan lekas sembuh. Sebaliknya dokter membutuhkan informasi yang

jelas berkaitan dengan gejala dan keluhan yang dihadapi oleh pasien, dan

saat dilakukan pemeriksaan pasien kooperatif. Kedua tujuan ini baik dari

pasien maupun dokter dapat tercapai apabila didasari keinginan yang kuat

untuk terus menjalin dan mempertahankan hubungan saling percaya.

25
Komunikasi efektif harus terus dipertahankan mulai awal kontak dengan

pasien, selama proses pengobatan/perawatan, sampai akhir dari terapi atau

pasien dinyatakan sembuh.

b. Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan / Keperawatan

Komunikasi dalam pelayanan keperawatan merupakan salah satu

komponen keterampilan utama yang harus dimiliki oleh seorang perawat,

selain keterampilan intelektuan dan teknikal. Menjadi seorang perawat

dituntut tidak hanya pandai dan menguasai semua permasalahan kesehatan

yang dialami pasien, terutama dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar

ketika pasien sakit. Perawat dituntut juga harus terampil dalam melaksanakan

tindakan keperawatan yang telah direncanakan dan berperilaku adaptif dalam

membangung hubungan interpersonal saat melakukan asuhan keperawatan.

Keterampilan interpersonal ini menjadi ciri khas utama yang dapat

membedakan antara perawat satu dengan lainnya. Hal ini penting

diperhatikan karena pasien yang dirawat bukanlah robot, tetapi manusia yang

memiliki perasaan dan harga diri. Beberapa karakter interpersonal yang baik

antara lain, ketika bertemu pasien perawat harus selalu senyum, salam, dan

sapa. Ketika akan melakukan tindakan perawatan, lakukanlah komunikasi

verbal meskipun hanya sekedar menanyakan kondisi terkini pasien. ketika

telah selesai melakukan tindakan, berpamitanlah kepada pasien, jika mungkin

sertakan doa kesembuhan untuk pasien. Dengan demikian maka pasien akan

sangat terkesan dan senang dengan asuhan yang berikan oleh perawat

berkarakter ini.

26
c. Prinsip-Prinsip Komunikasi Efektif

Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang

kemungkinan timbul akibat hubungan antara dokter/tenaga kesehatan

dengan pasien. Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada

umumnya akan menimbulkan rasa nyaman dan puas bagi kedua belah pihak.

Prinsip – prinsip komunikasi efektif yang dapat dilakukan adalah:

1. Keterbukaan, artinya membuka diri bagi orang lain, bereaksi pada orang

lain secara spontan dengan didasari ketulusan. Prinsip komunikasi efektif

yang pertama adalah keterbukaan, pada awal komunikasi yang pertama di

lihat oleh pasien adalah, apakan dokter atau tenaga kesehatan membuka diri

untuk kehadiran pasien secara tulus? Keterbukaan secara fisik dan psikologis

sangat diperlukan untuk memasuki hubungan lebih lanjut.

2. Respect atau peduli kepada orang lain, dengan memberikan rasa

hormat dan saling menghargai. Rasa peduli kepada orang lain, dengan

didasari rasa hormat dan saling menghargai merupakan kunci berkomunikasi

dengan oang lain. Pada prinsipnya semua manusia ingin dihargai dan diakui

keberadaannya. Demikian juga dengan pasien, Apabila dokter atau perawat

respect kepada pasien, dengan sendirinya pasien akan merasa dihormati dan

dihargai.

3. Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau

kondisi yang dihadapi oleh orang lain atau merasakan perasaan orang lain.

Perasaan empati sangat diperlukan dalam jasa pelayanan kesehatan,

bagaimana seorang dokter atau perawat dapat merasakan penderitaan pasien

tanpa harus hanyut dalam permasalahan pasien. Rasa empati dapat

27
dikembangkan, apabila tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat

memiliki ketrampilan mendengarkan, merasakan (feeling), dan berbicara.

Empati ini harus dipelajari dan dilatih secara terus menerus, hal tersebut

penting untuk melatih kepekaan terhadap permasalahan.

4. Care atau perhatian, adalah kemampuan untuk memberikan perhatian

pada orang lain. Seseorang akan merasa senang apabila dirinya diperhatikan,

dengan diperhatikan maka harga diri individu akan meningkat. Pasien akan

merasa seorang diri, disisihkan, dan tersinggung, apabila tidak diperhatikan

oleh petugas kesehatan. Secara psikologis pasien sudah merasa asing dengan

lingkungan baru rumah sakit, kondisi ini akan diperparah apabila petugas

kesehatan tidak care terhadap kebutuhan pasien. Semua pasien akan merasa

senang apabila petugas kesehatan baik dokter maupun perawat, memberikan

perhatian denga tulus. Sapaan sederhana kepada pasien “bagaimana

perasaan anda hari ini?” merupaka bagian dari terapi yang mujarap bagi

pasien, pasien akan merasa diperhatikan.

5. Sikap positif (positiveness), perawat diharapkan menunjukkan sikap

positif atau kebesaran jiwa, baik kepada pasien, diri sendiri, dan lingkungan.

Apapun yang dilakukan oleh pasien, dan dikomunikasikan baik secara verbal

maupun nonverbal, dokter atau perawat harus tetap memberikan penilaian

yang positif. Karakter atau kepribadian pasien masing-masing berbeda, ada

yang temperamen suka marah, ada yang cuek atau acuh tak acuh, dan ada

juga yang kooperatif atau mudah diajak bekerjasama. Petugas kesehatan

harus tetap profesional apabila ada pasien yang berbicara keras/kasar,

petugas kesehatan tidak boleh membalasnya. Tetapi menerima kondisi pasien

28
apa adanya, mendengarkan dengan penuh perhatian, dengan tetap

memegang konsep, bahwa pasien adalah individu yang sedang sakit. Kondisi

sakit dapat didefinisikan situasi yang tidak seimbang baik fisik, psikologis,

sosial maupun spiritual.

6. Sikap mendukung (supportiveness), komunikasi akan efektif apabila

kedua belah pihak saling memberikan dukungan terhadap pesan yang

disampaikan. perawat akan memberikan dukungan kepada pasien guna

menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi, sebaliknya pasien

memberikan dukungan kepada dokter dengan memberikan informasi yang

berkaitan dengan penyakitnya secara jelas, dan kooperatif dalam setiap

tindakan medis. Sikap saling mendukung ini akan memberikan perasaan

nyaman bagi kedua belah pihak, selama proses hubungan berlangsung.

7. Rendah hati, apapun kondisi pasien tidak peduli apakah pasien kaya atau

miskin, berpendidikan atau tidak, pintar atau bodoh, semua itu harus dilayani

dengan rendah hati dan kasih sayang. Terkadang karena kondisi penyakitnya,

pasien akan mengalami kecemasan atau gangguan psikologis. Mudah sekali

marah, cerewet, minta perhatian, dan merasa sudah membayar jasa

pelayanan, sehingga pasien harus dilayani. Kalau tenaga kesehatan baik

dokter maupun perawat tidak memahami kondisi pasien, maka akan timbul

situasi yang tidak kondusif atau efektif lagi. perawat bisa jengkel karena ulah

dari si pasien, kondisi ini tidak boleh terjadi, karena dapat mempengaruhi

kualitas 15 pelayanan yang profesional. Oleh karena itu mengembangkan

rasa rendah hati perlu terus dilakukan oleh tenaga kesehatan, agar timbul

rasa kasih sayang terhadap pasien. Apapun keadaan pasien, saat ini dia

29
sedang sakit, dan harus ditolong.

EXERCISE

1. Jelaskan apa yang dimaksud komunikasi efektif

2. Jelaskan komunikasi damal proses keperwatan

3. Jelaskan prinsip-prinsip klomunikasi efektif

4.

30
Kesimpulan

Dengan melakukan komunikasi efektif antara petugas kesehatan

dengan pasien, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan/kepuasan kedua

belah pihak. Masalah-masalah yang bisa terjadi dalam proses pelayanan

kesehatan, dapat diminimalkan apabila petugas kesehatan mempunyai

ketrampilan komunikasi efektif. Opini yang mengatakan komunikasi tidak

penting dan menghambat pekerjaan perlu untuk diluruskan. Justru dengan

membangun komunikasi efektif dengan pasien, maka banyak pekerjaan

dokter atau perawat yang lebih diuntungkan. perawat lebih mengetahui

bagaimana kondisi dan keinginan pasien. Dan pasien merasa percaya dan

lebih nyaman ditangani oleh dokter dan perawat, karena mereka yakin bahwa

semua yang dilakukan demi untuk kebaikan dan mengatasi masalah

kesehatan yang dihadapi. perawat akan lebih efektif dan efisien dalam

memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien, karena pasien memberikan

dukungan penuh kepada petugas kesehatan untuk menjalankan tugas dan

kewajibannya.

31
Daftar Pustaka

32

Anda mungkin juga menyukai