Anda di halaman 1dari 18

Makalah Konsep Komunikasi pada Pasien dan Keluarga

yang Mendapat Perawatan Paliatif

Mata Kuliah : Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif

Dosen Pengampu : Ns. Sulastri, M.Kep., Sp.Jiwa

Disusun Oleh : (Kelompok 1)

Jannati Aulia Dewi 2014301016

M. Rizki Al Hanif 2014301020

Mutiara Lintang 2014301021

Okta Dwi Puja Wati 2014301024

Rizki Lutfiani 2014301031

TINGKAT 2 REGULER 1

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

TAHUN AKADEMIK 2021


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Konsep
Komunikasi pada Pasien dan Keluarga yang Mendapat Perawatan Paliatif.

Makalah ini telah kami susun dengan sebaik-baiknya dan mendapatkan bantuan dari
berbagai sumber baik dari buku maupun di internet sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu, kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah bekerja sama dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka kami menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat mengevaluasi
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Konsep Komunikasi pada Pasien
dan Keluarga yang Mendapat Perawatan Paliatif untuk masyarakat dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bandar Lampung, 22 Juli 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................2

DAFTAR ISI..........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Komunikasi Efektif dan Hambatan Komunikasi..............................................................5
2.2 Menyampaikan Berita Buruk...........................................................................................11
2.3 Kolusi, Penyangkalan dan Penanganan Reaksi Sulit.......................................................13
2.4 Komunikasi dengan Tenaga Profesional Lain..................................................................16

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................17
3.2 Saran.................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup
pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang
dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan
penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan
spiritual. Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju ke
arah kematian yang membutuhkan pendekatan dengan perawatan Palliative sehingga
menambah kualitas hidup seseoran.
Sasaran kebijakan pelayanan paliatif Seluruh pasien (dewasa dan anak) dan anggota
keluarga, lingkungan yang memerlukan perawatan paliatif di mana pun pasien berada di
seluruh Indonesia Pelaksana perawatan paliatif : dokter, perawat, tenaga kesehatan lainnya
dan tenaga terkait serta Institusi-institusi terkait. Prinsip perawatan palliative adalah
menghormati atau menghargai martabat dan harga diri dari pasient dan keluarga
pasien,dukungan untuk caregiver, Palliative care merupakan accses yang competent dan
compassionet, mengembangkan professional dan social support untuk pediatric palliative
care.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah, sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah cara komunikasi efektif dan hambatan komunikasinya?
2. Bagaimana cara menyampaikan berita buruk?
3. Apa itu kolusi, penyangkalan dan penanganan reaksi sulit?
4. Bagaimana cara komunikasi dengan tenaga profesional lain?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas dapat dirumuskan beberapa tujuan, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui cara komunikasi efektif dan hambatan komunikasinya.
2. Untuk mengetahui cara menyampaikan berita buruk.
3. Untuk mengetahui apa itu kolusi, penyangkalan dan penanganan reaksi sulit.
4. Untuk mengetahui cara komunikasi dengan tenaga profesional lain.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Komunikasi Efektif dan Hambatan Komunikasi


Komunikasi efektif adalah pengembangan hubungan antara tenaga kesehatan (dokter,
perawat, fisioterapis, bidan, nutrisionis, atau tenaga kesehatan lain) dengan pasien secara
efektif dalam kontak sosial yang berlangsung secara baik, menghargai kemampuan dan
keunikan masing-masing pihak, dalam upaya menyelesaikan masalah kesehatan yang
dihadapi oleh pasien secara bersama. Pengembangan hubungan berkaitan erat dengan
kepercayaan, yang dilandasi keterbukaan, kejujuran, saling menghargai, serta memahami
kebutuhan dan harapan masing-masing. Dengan terjalinya hubungan saling percaya, pasien
akan memberikan keterangan yang benar dan lengkap berkaitan dengan kondisinya, sehingga
dapat membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit pasien secara baik dan memberi terapi
yang tepat bagi pasien. Demikian juga dengan tenaga kesehatan lain, apabila sudah terjalin
hubungan saling percaya, maka tindakan keperawatan akan lebih mudah untuk dilaksanakan.

Agar komunikasi dapat berjalan lancar, maka tenaga kesehatan harus paham tentang
teknik komunikasi efektif. Bagaimana menciptakan hubungan saling percaya? Ada beberapa
hal yang harus diperhatikan oleh petugas kesehatan sebelum komunikasi berlangsung.
Berikut ini adalah beberapa teknik komunikasi efektik, sebagai berikut :
a. Ciptakan lingkungan yang kondusif
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan pada saat
berkomunikasi dengan pasien adalah menciptakan lingkungan yang membuat nyaman
pasien untuk menjalin suatu hubungan profesional.. Pasien akan merasa lebih nyaman
berada di lingkungan yang hangat, sehingga akan lebih dapat membuka diri untuk
mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya. Perawat atau bidan harus
memperhatikan ruangan perawatan, apakah nyaman bagi pasien. Pasien tidak akan
dapat berkomunikasi dengan baik jika ruangan gaduh, kotor, atau privacy-nya tidak
terjamin.
b. Hargai penampilan dan harga diri pasien
Bagaimanapun buruknya penampilan seorang pasien, petugas kesehatan baik dokter
atau perawat, sama sekali tidak diperkenankan untuk menganggap bahwa kepribadian
pasien juga buruk. Penampilan-penampilan tersebut hendaknya tidak menghalangi
petugas kesehatan untuk mengangkat harga diri pasien, dan memberikan pelayanan

5
kesehatan sebaik mungkin. Terkadang dijumpai pasien dengan kondisi yang kotor dan
bau, akibat kondisi/penyakitnya. Dokter atau perawat tidak boleh menunjukkan rekasi
baik verbal maupun nonverbal yang dapat menyebabkan pasien malu atau
menyinggung harga diri pasien. Harga diri pasien harus kita jaga dan lindungi.
Petugas kesehatan hendaknya tidak sekali-kali merendahkan harga diri pasien,
meskipun tidak di depan umum. Apabila pasien merasa dipermalukan dan harga
dirinya jatuh, maka dipastikan pasien tidak akan mau menjalin hubungan dengan
dokter atau perawat, sehingga komunikasi efektif tidak akan berlangsung bahkan
pasien bisa mengakhiri suatu hubungan.
Agar harga diri pasien tetap terjaga, petugas kesehatan harus siap menerima kondisi
pasien apa adanya, dan terus membina hubungan yang baik dan harmonis, siap
membatu mengatasi permasalah kesehatan yang dihadapi oleh pasien, dengan penuh
perhatian dan penghargaan.
c. Pusatkan perhatian pada pasien
Semua pasien ingin mendapat pelayanan yang terbaik bagi dirinya, pasien ingin
mendapat perhatian penuh dari dokter atau perawat yang menanganinya. Oleh karena
itu, dokter atau perawat pada saat memberikan pelayanan kesehatan pada pasien
hendaknya tidak memecah perhatiannya pada orang atau objek lain. Pasien akan
marah jika merasa diabaikan atau dilayani separuh hati. Dengan memberikan
perhatian penuh kepada pasien, berarti dokter atau perawat telah memberikan
pelayanan yang sopan, bermartabat, dan menyenangkan.
d. Berikan pelayanan kesehatan yang efisien
Memberikan pelayanan yang efisien adalah menggunakan waktu sewajarnya untuk
memenuhi harapan dan keinginan pasien. Fokus dari prinsip ini adalah petugas
kesehatan baik dokter maupun perawat harus bisa membaca apa kebutuhan pasien.
Beberapa pasien membutuhkan waktu pelayanan kesehatan yang lebih lama, apabila
pasien ingin mencurahkan perasaannya, berkaitan dengan respon psikologis akibat
penyakitnya. Pasien yang mengalami kecemasan, depresi, atau gangguan jiwa, sangat
sulit untuk memulai suatu komunikasi, dengan sendirinya waktu yang dibutuhkan
lebih banyak, dibandingkan dengan pasien yang tidak mengalami gangguan
psikologis. Kalau petugas kesehatan terburu-buru dalam melayani pasien, dengan
sendirinya pasien tidak berani untuk menyampaikan semua keluhannya. Dan
sebaliknya petugas kesehatan tidak memperoleh informasi atau data yang lengkap

6
tentang penyakit pasien. Apabila petugas kesehatan melakukan tindakan medis secara
terburu-buru, maka dikhawatirkan akan terjadi kelalaian pada pasien.
e. Naikkan harga diri pasien
Harga diri adalah segala-galanya bagi pasien. Dalam kondisi apapun pasien akan
berusaha untuk tetap mempertahankan harga dirinya. Baginya tidak masalah
mengeluarkan uang banyak, asal harga dirinya tetap terjaga. Sering dijumpai keluhan
pasien akan pelayan tenaga kesehatan baik dokter atau perawat yang tidak
menyenangkan, bahkan menyinggung harga diri, sehingga pasien marah dan
memutuskan untuk pindah ke rumah sakit yang lebih mahal, bahkan bila perlu berobat
ke luar negeri.
f. Bina hubungan baik dan harmonis dengan pasien
Membina hubungan yang baik antara dokter atau petugas kesehatan dengan pasien
sangat diperlukan, tanpa ini niscaya pasien tidak akan mau melanjutkan pemeriksaan
atau pengobatan berikutnya, apabila masih terus melanjutkan hubungan tersebut
terjadi karena keterpaksaan semata. Dengan membina hubungan baik dengan pasien,
dokter atau tenaga kesehatan setidaknya dapat mengerti apa yang diinginkan dan
dibutuhkan oleh pasien.
g. Berikan penjelasan dan informasi sebaik mungkin
Di dalam pelayanan kesehatan, kepercayaan pasien terhadap tenaga kesehatan
khususnya dokter dan perawat, mempunyai peran penting untuk kegiatan tersebut.
Seseorang yang menderita sakit, tidak hanya fisiknya saja, tetapi secara psikologis
dan sosial juga sakit. Pasien akan menjadi lebih sensitif, karena dihadapkan pada
kondisi tidak nyaman, dan situasi lingkungan yang baru. Pasien akan kooperatif
terhadap keperawatan, apabila sudah ada hubungan saling percaya antara pasien
dengan perawat. Salah satu cara untuk menjaga kepercayaan pasien, adalah
memberikan penjelasan dan informasi sebaik mungkin, mengenai penyakitnya,
maupun tindakan yang akan diberikan.
h. Ketahuilah apa yang diinginkan pasien
Tenaga kesehatan harus belajar dan terus mengasah keterampilan perasaan atau
insting, untuk menerka dan mengantisipasi kebutuhan pasien. Tenaga kesehatan harus
“care” dan “peka” terhadap keinginan pasien, hal tersebut penting agar pasien merasa
diperhatikan. Alangkah sedihnya pasien apabila dia membutuhkan pertolongan, tetapi
petugas kesehatan tidak peduli. Apabila tenaga kesehatan masih mengerti pasiennya

7
dalam keadaan sedih, hal tersebut sangat bagus. Berarti petugas kesehatan masih peka
terhadap respon psikologis pasien.

Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang kemungkinan timbul


akibat hubungan antara dokter atau tenaga kesehatan dengan pasien. Keberhasilan
komunikasi antara perawat dan pasien pada umumnya akan menimbulkan rasa nyaman dan
puas bagi kedua belah pihak. Prinsip – prinsip komunikasi efektif yang dapat dilakukan
adalah :
a. Keterbukaan, artinya membuka diri bagi orang lain, bereaksi pada orang lain secara
spontan dengan didasari ketulusan. Prinsip komunikasi efektif yang pertama adalah
keterbukaan, pada awal komunikasi yang pertama di lihat oleh pasien adalah, apakan
dokter atau tenaga kesehatan membuka diri untuk kehadiran pasien secara tulus?
Keterbukaan secara fisik dan psikologis sangat diperlukan untuk memasuki hubungan
lebih lanjut.
b. Respect atau peduli kepada orang lain, dengan memberikan rasa hormat dan saling
menghargai. Rasa peduli kepada orang lain, dengan didasari rasa hormat dan saling
menghargai merupakan kunci berkomunikasi dengan oang lain. Pada prinsipnya
semua manusia ingin dihargai dan diakui keberadaannya. Demikian juga dengan
pasien, Apabila dokter atau perawat respect kepada pasien, dengan sendirinya pasien
akan merasa dihormati dan dihargai.
c. Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang
dihadapi oleh orang lain atau merasakan perasaan orang lain. Perasaan empati sangat
diperlukan dalam jasa pelayanan kesehatan, bagaimana seorang dokter atau perawat
dapat merasakan penderitaan pasien tanpa harus hanyut dalam permasalahan pasien.
Rasa empati dapat dikembangkan, apabila tenaga kesehatan baik dokter maupun
perawat memiliki keterampilan mendengarkan, merasakan (feeling), dan berbicara.
d. Care atau perhatian, adalah kemampuan untuk memberikan perhatian pada orang lain.
Seseorang akan merasa senang apabila dirinya diperhatikan, dengan diperhatikan
maka harga diri individu akan meningkat. Pasien akan merasa seorang diri, disisihkan,
dan tersinggung, apabila tidak diperhatikan oleh petugas kesehatan. Secara psikologis
pasien sudah merasa asing dengan lingkungan baru rumah sakit, kondisi ini akan
diperparah apabila petugas kesehatan tidak care terhadap kebutuhan pasien.
e. Sikap positif (positiveness), dokter atau perawat diharapkan menunjukkan sikap
positif atau kebesaran jiwa, baik kepada pasien, diri sendiri, dan lingkungan. Apapun

8
yang dilakukan oleh pasien, dan dikomunikasikan baik secara verbal maupun
nonverbal, dokter atau perawat harus tetap memberikan penilaian yang positif.
f. Sikap mendukung (supportiveness), komunikasi akan efektif apabila kedua belah
pihak saling memberikan dukungan terhadap pesan yang disampaikan. Dokter atau
perawat akan memberikan dukungan kepada pasien guna menyelesaikan masalah
kesehatan yang dihadapi, sebaliknya pasien memberikan dukungan kepada dokter
dengan memberikan informasi yang berkaitan dengan penyakitnya secara jelas, dan
kooperatif dalam setiap tindakan medis. Sikap saling mendukung ini akan
memberikan perasaan nyaman bagi kedua belah pihak, selama proses hubungan
berlangsung.

Berikut ini adalah beberapa hambatan dalam komunikasi, sebagai berikut :


a. Hambatan Bahasa
Bahasa dan kemampuan linguistik dapat menjadi sebagai penghalang komunikasi
yang efaktif. Namun, ketika berkomunikasi dalam bahasa yang sama, terminologi
yang digunakan dalam pesan dapat bertindak sebagai penghalang jika tidak
sepenuhnya dipahami oleh penerima. Misalnya, pesan yang menyertakan banyak
jargon dan singkatan spesialis tidak akan dipahami oleh penerima yang tidak terbiasa
dengan terminologi yang digunakan. Bahasa sehari-hari dan ekspresi kedaerahan
dapat disalahartikan atau bahkan dianggap menyerang.
b. Hambatan Psikologis
Keadaan psikologis komunikator akan memengaruhi cara pesan dikirim, diterima, dan
dirasakan. Sebagai contoh: Jika seseorang stres, mereka mungkin disibukkan oleh
keprihatinan pribadi dan tidak menerima pesan seperti jika mereka tidak
stres.Manajemen stres adalah keterampilan pribadi yang penting yang mempengaruhi
hubungan interpersonal kita. Kemarahan adalah contoh lain dari hambatan psikologis
untuk komunikasi.
Ketika kita marah, mudah untuk mengatakan hal-hal yang nantinya bisa kita sesali,
dan juga salah menafsirkan apa yang dikatakan orang lain. Lebih umum orang dengan
harga diri rendah mungkin kurang asertif dan karena itu mungkin merasa tidak
nyaman berkomunikasi mereka mungkin merasa malu untuk mengatakan bagaimana
perasaan mereka.
c. Hambatan Fisiologis

9
Hambatan fisiologis terhadap komunikasi dapat diakibatkan oleh keadaan fisik
penerima. Misalnya, penerima dengan pendengaran terbatas mungkin tidak
sepenuhnya memahami isi percakapan yang diucapkan terutama jika ada kebisingan
latar belakang yang signifikan.
d. Hambatan Fisik
Contoh hambatan fisik untuk komunikasi adalah jarak geografis antara pengirim dan
penerima. Komunikasi umumnya lebih mudah jarak yang lebih pendek karena lebih
banyak saluran komunikasi tersedia dan lebih sedikit teknologi yang dibutuhkan,
komunikasi yang ideal adalah tatap muka.Meskipun teknologi modern sering
membantu mengurangi dampak hambatan fisik, kelebihan dan kekurangan masing-
masing saluran komunikasi harus dipahami sehingga saluran yang tepat dapat
digunakan untuk mengatasi hambatan fisik.
e. Hambatan Sistematis
Hambatan sistematis untuk komunikasi mungkin ada dalam struktur dan organisasi di
mana ada sistem informasi dan saluran komunikasi yang tidak efisien atau tidak tepat,
atau di mana ada kurangnya pemahaman tentang peran dan tanggung jawab untuk
komunikasi. Dalam organisasi semacam itu, orang mungkin tidak jelas tentang peran
mereka dalam proses komunikasi dan karenanya tidak tahu apa yang diharapkan dari
mereka.
f. Hambatan Attitude
Hambatan sikap adalah perilaku atau persepsi yang mencegah orang berkomunikasi
secara efektif. Hambatan sikap terhadap komunikasi dapat diakibatkan oleh konflik
kepribadian, manajemen yang buruk, penolakan terhadap perubahan atau kurangnya
motivasi.Untuk menjadi penerima pesan yang efektif, Anda harus berusaha mengatasi
hambatan sikap Anda sendiri untuk membantu memastikan komunikasi yang lebih
efektif. Untuk meningkatkan keterampilan komunikasi Anda secara keseluruhan,
Anda perlu menyadari, dan berupaya meminimalkan, setiap hambatan komunikasi
yang ada.

Supaya komunikasi mencapai tujuan yang diharapkan, perawat harus dapat


mengeliminasi hambatan-hambatan tersebut dalam rangka mengatasi hambatan dalam
komunikasi tersebut. Upaya-upaya yang dapat dilakukan perawat sebagai berikut :
a. Mengecek kembali maksud yang disampaikan.
b. Meminta penjelasan lebih lanjut.

10
c. Mengecek umpan balik.
d. Mengulangi pesan yang disampaikan dan memperkuat informasi dengan bahasa
nonverbal.
e. Mengakrabkan hubungan interpersonal antara sender dan receiver.
f. Pesan dibuat secara singkat, jelas, dan tepat.
g. Memfokuskan pesan pada topik spesifik yang telah dipilih.
h. Komunikasi dilakukan dengan berfokus pada penerima pesan bukan pada pengirim
pesan.

2.2 Menyampaikan Berita Buruk


Berita Buruk adalah setiap “informasi negatif” tentang masa depan seseorang. Berita
Buruk ini sering sekali diasosiasikan dengan penyakit-penyakit terminal yang sudah tidak
mungkin lagi disembuhkan, seperti kanker, Dll. Ada banyak alasan mengapa para dokter dan
perawat mengalami kesulitan menyampaikan berita buruk. Sebuah keprihatinan bersama
adalah bagaimana berita akan mempengaruhi pasien dan ini sering digunakan untuk
membenarkan berita penahanan buruk.
Berikut ini adalah beberapa tujuan dari menyampaikan berita buruk, sebagai berikut :
 Memberikan informasi yang dimengerti sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
pasien.
 Mendukung pasien dengan keterampilan untuk mengurangi dampak emosional.
 Mengembangkan strategi dalam bentuk rencana pengobatan dengan masukan dan
kerjasama pasien.

Berikut ini cara menyampaikan berita buruk kepada pasien, yaitu sebagai berikut :
1. Persiapan
1) Pahami Anda sendiri sebagai perawat dan siapkan diri anda dengan berbagai
macam informasi dan catatan perawat serta catatan medis tentang pasien.
2) Yang paling baik dalam menyampaikan berita buruk adalah dengan bertemu
dengan orang yang kita tuju secara langsung. Akan tetapi kita kadang tidak
mempunyai pilihan, menyampaikan berita buruk melalui telepon. Menyampaikan
dengan tidak jelas dan menakutkan hendaknya dihindari, seperti: "Ibu Kardi,
datanglah segera, saya mempunyai sesuatu yang harus saya katakan kepada anda”.

11
Jika mengerjakan pemeriksaan laboratorium dan mempunyai kemungkinan yang
besar akan munculnya berita buruk ataupun baik dari hasil test, maka lebih baik
harus dijadwalkan pertemuan secepat mungkin setelah hasil pemeriksaan tersebut
ada hasilnya.
3) Mencari tempat yang tenang, meminimalkan distraksi, dan membenkan waktu
yang cukup dalam menyampaikan berita. Akan lebih bagus, jika perawat
menyediakan tempat duduk bagi perawat dan orang yang akan diajak bicara.
Duduk dan tampakkan bahwa Anda memberikan perhatian dan tidak dallm
kildaan tergesa-gesa. Beritahukan rekan kerja agar anda tidak diganggu atau
diinterupsi selagi anda minyampaikan benta kepada pasien. Atur suara anda agar
tampak normal, tidak bergetar, atau grogi.

2. Membuat Hubungan
Buatlah percakapan awal, walaupun Anda mungkin mengira bahwa orang yang akan
Anda ajak bicara sudah mempunyai firasat apa yang akan Anda sampaikan.
Beberapa tugas yang penting dalam bagian ini adalah :
1) Percakapan awal. Perkenalkan diri anda dan orang-orang yang bersama-sama
dengan Anda. Jika disana terdapat orang yang belum diketahui oleh perawat, cari
tahu siapakah dia.
2) Kaji status resipien (orang yang anda tuju kabar buruk). Tanyakan kabar atau
kenyamanan dan kebutuhannya. Anda perlu mengkaji tentang pemahaman
resipien terhadap situasi. Hal ini akan membantu perawat dalam membuat transisi
dalam menyampaikan kabar buruk dan akan membantu perawat dalam mengkaji
persepsi pasien terhadap keadaan. Perawat bisa jadi mengutarakan pertanyaan
seperti: "Apa yang anda pahami tentang apa yang telah terjadi" atau dengan
menanyakan "mengapa suatu test itu dilakukan".

3. Berbagi Cerita
1) Bicara pelan. Gunakan kalimat yang jelas dan menggunakan kalimat yang
ambigu, atau mempunyai arti ganda.
2) Berikan peringatan awal. Anda bisa mengatakan, "Saya takut saya mempunyai
kabar yang kurang bagus bagi anda”. Berhenti sebentar dan perhatikan pasien.

12
3) Sampaikan berita yang akan perawat sampaikan. Kalimat hendaknya singkat dan
hanya beberapa kalimat pendek saja: “Hasil biopsy sepertinya tidak seperti yang
kita harapkan, hal tersebut kanker."

4. Akibat dari berita


1) Tunggu reaksi dengan tenang. Siapkan diri anda dengan hal-hal yang tidak Anda
perkirakan. Resipien mungkin menerima dengan berbagai jalan yang tidak
diperkirakan. Reaksi yang mungkin: menangis, pingsan, menjerit, terdiam,
tertawa, atau segera menanyakan pertanyaan yang beruntun. Terkadang mereka
menampakkan diri seolah tidak mendengar apa yang disampaikan perawat.
Apapun respon resipien, biarkan itu terjadi. Tunjukkan bahwa diri Anda hadir dan
sambung dengan situasi yang ada.
2) Lihat dan dengarkan tanda-tanda, respon perawat yang diinginkan oleh resipien.
Tanda tersebut bisa berupa pertanyaan atau tanda agar perawat menunjukkan
respon empati. Respon hendaknya yang sederhana dan akui adanya shock dari
resipien. Cegahlah untuk kemudian memberikan data yang terlalu banyak kepada
resipien. Kajilah respon resipien dan perawatjuga bisa menyampaikan: "Saya
paham, hal ini sangat sulit bagi Anda. Apa yang ada dalam pikiran anda saat ini?"
3) Ikuti dan perhatikan resipien selanjutnya. Beberapa resipien dapat menerima
informasi baru daripada yang lainnya, validasi reaksi resipien. Kehilangan
mendadak dari sebuah kontrol adalah bagian dari awal shock. Anda dapat
membantu resipien agar dapat menguasai kontrol dengan menanyakan: "Apakah
anda membutuhkan informasi baru atau kita bisa bicara kemudian?" "Siapakah
yang akan menemani atau datang bersama anda?". Kebutuhan untuk
membangkitkan kemampuan resipien dalam menguasai kontrol sangat diperlukan
dan resipien terkadang membutuhkan bantuan walaupun hal tersebut kebutuhan
yang mendasar. Anda dapat menanyakan bagaimanakah anda dapat membantu
resipien: "Apakah ada seseorang yang dapat kita panggil untuk anda?"

5. Berikan Perhatian dan Hormati Perasaan dan Kebutuhan Diri Perawat


Seringkali perawat pun merasa berat hati dan merasa stress ketika menyampaikan
kabar buruk. Oleh karena itu, berbagi pengalaman dan perasaan kepada teman sejawat
sangat diperlukan dan bisa sebagai support system bagi perawat sendiri. Berikan

13
waktu bagi diri Anda sendiri, berikan waktu untuk menenangkan diri Anda sendiri
dengan berdoa.

2.3 Kolusi, Penyangkalan dan Penanganan Reaksi Sulit


Kolusi adalah suatu perjanjian atau kesepakatan rahasia antaraantara tenaga kesehatan
dan anggota keluarga untuk menyembunyikan diagnosis penyakit serius dari pasien.
Kolusi dapat terjadi saat proses diagnosis, penyakit berulang dan penurunan kondisi.
Tenaga medis berkolusi dengan keluarga pasien untuk tidak memberitahu pasien (contoh:
tolong jangan beritahu dia betapa parah penyakitnya). Tenaga medis berkolusi dengan pasien
untuk tidak memberitahu keluarganya mengenai diagnosis atau prognosis (contoh: tolong
jangan beritahu suami atau istri saya mengenai penyakit saya).
Kolusi dapat berbentuk parsial atau total. Contoh : Keluarga ‘mengijinkan’ dokter untuk
memberitahukan pasien rekomendasi pengobatan, namun menyembunyikan diagnosis.
Kolusi dapat juga ‘terbalik’. Keluarga menyembunyikan informasi dari tenaga medis
karena khawatir mengenai stigma dan diskriminasi.
Cara mengatasi kolusi, yaitu misalnya :
 Akui reaksi dan kekhawatiran keluarga.
 Investigasi kenapa.
 Tanya bagaimana ini mempengaruhi mereka.
 Tegur tanpa menyinggung perasaan.
 Meyakinkan keluarga pasien.
 Bersikap terbuka.

Penyangkalan (denial) menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari


realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitif.
Fase denial yang terjadi pada klien, sebagai berikut :
 Reaksi pertama pada fase ini adalah syok serta tidak mempercayai kenyataan.
 Ungkapan verbal pada fase ini biasanya individu mengatakan itu tidak mungkin - saya
tidak percaya itu terjadi.
 Menghindari atau menunda pengobatan.
 Perubahan fisik seperti letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak
jantung cepat, menangis, dan gelisah.

14
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan, sebagai berikut :
 Memberikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan.
 Jelaskan kepada klien bahwa sikapnya itu wajar terjadi.
 Sebaiknya tidak dilawan kecuali mengakibatkan masalah serius
 Startegi ’dua pikiran dalam satu kepala’
“Apa di satu sisi ibu/bapak berfikir kondisinya serius, tetapi di sisi lain ibu/bapak
berpikir tidak ada masalah?”
 Strategi ‘momen keraguan/momen pencerahkan’
“Ada tidak saat-saat dimana ibu/bapak merasa ada yang salah?”

Reaksi sulit adalah situasi dimana anda frustasi, pasien tidak puas dan mempunyai
beberapa faktor yaitu :
 Faktor staf atau tenaga kesehatan : Jam kerja panjang, tingkat stres tinggi, sulit
menghadapi ketidakpastian, dan keterampilan komunikasi kurang baik
 Faktor sistem : Tekanan waktu, beban administrasi, dan kurangnya kendali atas
asuhan klinis.
 Faktor pasien : Memiliki kondisi psikiatri dan kepribadian yang sulit atau gangguan
kepribadian, sering merasa tidak puas dengan perawatan, dan cenderung melaporkan
gejala-gejala fisik yang beragam,seringkali tidak dapat dijelaskan secara medis.
Cara mengidentifikasinya, yaitu sebagai berikut :
1) Sadari emosi dan pikiran anda sendiri,’’bagaimana perasaan saya”.
2) Perhatikan apakah anda melakukan hal yang tidak biasa memeriksa kondisi pasien
berulang-ulang,memberikan ‘perlakuan khusus’.
3) Ketakutan bertemu pasien,menghindari interaksi.

Cara pendekatan selama interaksi agar tidak sulit, yaitu sebagai berikut :
1) Fokus pada solusi dan bukan pertentangan.
2) Utarakan kesulitan yang ada.
3) Pertimbangkan penjelasan alternatif.
4) Dukung pasien.

15
2.4 Komunikasi dengan Tenaga Profesional Lain
Perbedaan peran antar profesi dapat menjadi peluang melakukan kolaborasi berbagi,
mengisi dan memberi masukan dalam tim untuk menciptakan iklim kerja yang saling
memuaskan dan mempercepat. Tim pelayanan kesehatan adalah sekelompok tenaga
kesehatan profesional yang mempunyai keahlian berbeda, aturan dan tujuan umum yang
jelas. Tim akan berfungsi dengan baik jika terdapat konstribusi dari anggota tim dalam
memberikan pelayanan kesehatan terbaik. Anggota tim kesehatan meliputi: klien, perawat,
dokter, fisioterapi, pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker.
Definisi kolaborasi adalah menggunakan prinsip perencanaan dan pengambilan keputusan
bersama, berbagi saran, kebersamaan, tanggung gugat, keahlian dan tujuan serta tanggung
jawab bersama.
Terdapat beberapa kriteria kolaborasi, sebagai berikut :
1. Harus melibatkan tenaga ahli dengan bidang keahlian yang berbeda, yang dapat
bekerjasama timbal balik secara mulus
2. Anggota kelompok harus bersikap tegas dan mau bekerjasama.
3. Kelompok harus memberikan pelayanan yang keunikannya dihasilkan dari kombinasi
pandangan dan keahlian yang diberikan oleh setiap anggota tim (Whitney, 2000).

Tujuan komunikasi antar tenaga kesehatan komunikasi dengan tenaga profesional lain
bertujuan untuk, sebagai berikut :
1. Meningkatkan kesadaran tentang masalah kesehatan, masalah, atau solusi.
2. Mempengaruhi sikap untuk membuat dukungan untuk tindakan mandiri atau
kolaborasi.
3. Menunjukkan atau menggambarkan keterampilan.
4. Meningkatkan permintaan untuk layanan kesehatan.
5. Memberi informasi atau memperkuat pengetahuan, sikap, atau perilaku.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perawatan paliatif adalah perawatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien dengan kondisi terminal hingga akhir hayatnya dengan cara memaksimalkan kualitas
hidup pasien.
Komunikasi efektif adalah pengembangan hubungan antara tenaga kesehatan (dokter,
perawat, fisioterapis, bidan, nutrisionis, atau tenaga kesehatan lain) dengan pasien secara
efektif dalam kontak sosial yang berlangsung secara baik, menghargai kemampuan dan
keunikan masing-masing pihak, dalam upaya menyelesaikan masalah kesehatan yang
dihadapi oleh pasien secara bersama.

3.2 Saran
Berdasarkan uraian dari makalah Konsep Komunikasi pada Pasien dan Keluarga yang
Mendapat Perawatan Paliatif, maka penulis ingin memberikan saran. Dengan adanya makalah
ini hendaknya pembaca khususnya mahasiswa keperawatan lebih memahami tentang Konsep
Komunikasi pada Pasien dan Keluarga yang Mendapat Perawatan Paliatif.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
meminta maaf agar pembaca berkenan memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan
dimasa mendatang.

17
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Ah. 2017. Konsep Komunikasi Efektif Dalam Keperawatan. Surabaya: Ikatan Perawat
Kesehatan Jiwa (IPKJI).

Nurhalimah. 2016. Keperawatan Jiwa. Jakarta: BPPSDM.

Anjaswarni, Tri. 2016. Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta: BPPSDM.

Wijayanti, Anin dan Milia, Iva.2018. Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif. Jombang:
Icme Press.

18

Anda mungkin juga menyukai