Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

“KOMUNIKASI TERAPEUTIK KEPERAWATAN”

OLEH KELOMPOK: 10

1. DELINDA A. BOIMAU(221111210)
2. MARCELA ACE BATA(221111220)
3. MARIA FRANIVA GONSA(221111221)
4. MARIA SELVIANA HOAR(221111222)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG 2023/2024

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat, rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini memenuhi tugas kelompok untuk mata
kuliah Komunikasi terapeutik keperawatan judul “KONSEP KOMUNIKASI TERAPEUTIK”.

kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yg
dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala
bentuk saran serta masukkan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dan pendidikan.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………………………....

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG……………………………………………………………………………………


1.2 TUJUAN…………………………………………………………………………………………………….
1.3 RUMUSAN MASALAH………………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PRINSIP DASAR DARI KOMUNIKASI TERAPEUTIK………………………………………


2.2 KONSEP HELPING RELATIONSHIP…………………………………………………………....
2.3 TUJUAN DARI KOMUNIKASI TERAPEUTIK…………………………………………………

BAB II PENUTUP
3.1 KESIMPULAN……………………………………………………………………………………………
3.2 SARAN……………………………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PEMBAHASAN

1.1 LATAR BELAKANG


Komunikasi yang dilakukan untuk terapi disebut komunikasi terapeutik. Penolong atau
perawat dapat berkomunikasi dengan pasien untuk membantu mereka mengatasi kesulitan mereka
(Suryani, 2015). Komunikasi terapeutik, menurut Purwanto (Mundakir, 2010), adalah komunikasi
yang direncanakan secara sadar, bertujuan, dan fokus pada kesembuhan pasien. Komunikasi
terapeutik pada dasarnya adalah komunikasi antara profesional yang berfokus pada tujuan, yaitu
untuk membantu klien sembuh.

Komunikasi bukan hanya cara perawat berbicara dengan klien; itu juga memiliki hubungan
terapeutik yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi klien untuk sembuh. Jika tidak ada motivasi
untuk sembuh dari klien sendiri, proses kesembuhannya pasti akan terhambat. Perawat yang mahir
berkomunikasi terapeutik tidak hanya akan lebih mudah membina hubungan yang percaya dengan
klien mereka, tetapi mereka juga dapat menghindari masalah hukum, memberikan kepuasan
profesional kepada perawat, dan meningkatkan citra rumah sakit dan profesi keperawatan secara
keseluruhan (Nurjanah, 2009).

Keengganan perawat untuk berkomunikasi terapeutik dengan klien dapat memengaruhi


keinginan klien untuk sembuh. Dimana motivasi didefinisikan sebagai kekuatan pendorong yang
mendorong tindakan dan tujuan pada makhluk hidup (Rahman & Wahab, 2006). Terapi non-
farmakologi dapat meningkatkan motivasi pasien stroke. Komunikasi terapeutik adalah salah satu
terapi yang dapat dilakukan. Komunikasi terapeutik pada dasarnya adalah komunikasi antara
profesional yang mengarah pada tujuan penyembuhan klien dan dapat meningkatkan motivasi klien
(Fatmawati, S. 2010).

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa saja prinsip dasar dari komunikasi terapeutik?
2. Konsep helping relationship?
3. Tujuan komunikasi terapeutik?

1.3 TUJUAN
1. Untuk menjelaskan apa saja prinsip dasar dari komunikasi terapeutik?
2. Untuk menjekaskan apa konsep dari helping relationship?
3. Untuk menjelaskan tujuan dari komunikasi terapeutik?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PRINSEP KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Prinsep komunikasi terapeutik (Muhith dan siyoto, 2018; anjaswarni, 2016; Stuart &
Sundeen, 2009) adalah:

1. Perawat harus mengenali dan menghargai diri mereka sendiri dan prinsip-prinsip mereka
sendiri sebelum berinteraksi dengan klien.
2. Komunikasi yang dilakukan harus menunjukkan sikap penerimaan, kepercayaan, dan
saling menghormati. Dibandingkan dengan, perawat harus memahami dan menghayati
nilai-nilai yang dipegang klien.
3. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan klien, baik fisik maupun emosional.
4. Perawat harus menciptakan lingkungan yang memberikan kebebasan kepada klien untuk
berkembang tanpa rasa takut.
5. Perawat harus mampu menciptakan lingkungan yang mendorong klien untuk mengubah
sikap dan perilakunya untuk menjadi dewasa dan mampu memecahkan masalah yang
dihadapinya.
6. Perawat harus mampu memahami dan menghayati nilai-nilai.
7. Saya memahami empati sebagai tindakan terapeutik dan simpati bukanlah.
8. Kejujuran dan komunikasi terbuka adalah dasar hubungan terapeutik.
9. Perawat menunjukkan dan meyakinkan orang lain tentang kesehatan, menjaga kesehatan
fisik, mental, dan spiritual, serta menjalani gaya hidup yang sehat.
10. Jika dianggap membosankan, izinkan saya untuk mengungkapkan perasaan saya.

2.2 KONSEP HELPING RELATIONSHIP


Konsep Carl Roger yang (2006) mengdefinisikan tiga faktor dasar dalam mengembangkan
hubungan yang saling membantu (Helping Relationship), yaitu1) Genuineness (keikhlasan),
2) Empathy (empati),3) Warmth (kehangatan).

1). Genuineness (keikhlasan)


Ikhlas menurut Dani, K (2002) merupakan ketulusan hati, atau dengan hati yang bersih
dan jujur. Sehinggah, ikhlas secara harfiah bisa di artikan sebagai melakukan pekerjaan
tanpa ada motif tertentu. Apa yang dilakukan perawat kepada klien hanya memiliki satu
tujuan, yaitu memberikan pelayanan terbaik dalam rangka mempercepat kesembuhan.
Perawat dengan rela hati memcurahkan segalah pikiran dan tenaganya untuk membantu
klien dalam mempercepat proses penyembuhan. Perhatian yang tak terbagi dengan
ketulusan hati membuat klien sangat optimis akan kelangsungan kesembuhan penyakitnya.
Dengan perhatian yang tak terbagi ketulusan hati untuk membantu klien memenuhi
kebutuhan dasar untuk perawat menerima apa adanya dari klien tanpa merespons yang
reaksional. Perilaku yang ditampakan oleh klien merupakan bentuk dari adanya rasa kurang
dalam diri klien. Dimana apa yang telah diberikan oleh perawat terhadap klien di rasa belum
cukup untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Ketulusan dan berhatian yang tinggi dengan
sendirinya akan akan mengurangi kecemasan klien. Perawat juga tidak boleh terpengaruh
dengan emosi klien yang reaksional tersebut. Rasa optimis dari klien yang tinggi itulah yang
akan membantu proses penyembuhan penyakitnya. Hal ini disebabkan karena dengan
optimis yang tinggi merupakan koping mekanisme yang posetif. Menurut putra, ST (2003)
bahwa koping yang posetif akan meningkatkan modulasi respons imun sehingga akan
mempercepat kesembuhan. Melalui reaksi kimiawi, koping yang posetif akan meningkatkan
imunitas atau system pertahanan tubuh dengan mendorong terbentuknya antigen-antibodi
yang mampu menurunkan virulesi kuman, sehingga klien terbebas dari keluhan yang
dirasakan dan bebas dari penyakit yang diderita.
2). Empathy (empati)
Kondisi emosi klien dan keluarga yang cenderung labil akibat berada dirumah sakit
atau dalam kondisi sakitnya memerlukan dukungan emosional dari petugas kesehatan.
Perawat harus mempelajari teori berduka dan kehilangan untum mampu berempati kepada
klien atau keluarga. Perawat harus memngerti bahwa saat orang menghadapi masalah, hal
pertama yang ditampakan adalah menolak (denial) dan marah (anger). Perawat harus
memahani itu supaya ketika ketika melihat klein atau keluarga sedang marah dan menolak
akibat penyakinya, perawat menerima situasi itu tanpa ada sakit yang reaksional.
Berempati merupakan sikap menerima dan memahami emosi klien tanpa terlibat
kedalam emosinya. Saat klien atau keluarga marah-marah akibat penyakit yang diderita
tidak kunjung sembuh dan cenderung memburuk sehinggah keluarga marah-marah, sikap
yang ditunjukan perawat hendaknya jangan marahi klien atau keluarga. Perawat harus
menerima kondisi tersebut. Perawat harus menerima dan mengerti marahnya klien atau
keluarga tersebut tanpa adanya sikap yang reaksional dari perawat. Atau perawat justru
jangan ikut larut dalam emosi klien. Menurut Dani K (2006), dalam kamus bahasa Indonesia,
empati merupakan keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi
dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok.
sedang menurut smith dalam Nurjannah I (2001), bahwa empati merupakan kemampuan
menempatkan diri kita pada posisi orang lain serta memahani bagaimana perasaan orang
lain dan apa yang menyebabkan reaksi mereka tanpa melarutkan emosi kita dalam emosi
orang lain. Sehanggah, berempati bisa di simpulkan merupakam sikap seorang untuk
memahani dan mengerti perasaan orang lain tanpa ikut larut kedalam emosi orang tersebut
seorang harus mampu membentengi emosinya agar tidak ikut terlarut oleh emosinya. Hal
itulah yang membedahkan empati dan simpati. Contoh empati, “ saya mengerti perasaan
bapa/ibu akibat tinggal orang yang dicintai,semogaga bapak ibutabah dalam menghadapi
cobaan ini” contoh simpati,”kami turut berbela sungkawa atas kematian keluarga bapak/ibu
semoga arwannya diterima disisinya.”
3). Warmth (kehangatan)
Merupakan kesan verbal dan non verbal yang ditujukan seseorang dalam
memberikan dukungan social dapa orang yang sedang mengalami berduka dan kehilangan
untuk mempertahankan dan menguatkan pertahanan ego nya. Menurut Nurjannah I (2001),
bahwa kehangatan sangat diperlukan dalam menyanpaikan empati. Untuk itu, saat kita
menghadapi orang yang sedang mengalami berduka dan kehilangan hal yang sangat
diperlukan adalah membangun kesan dan pesan diri sendiri dengat tidak meyakini seorang
yang mengalami berduka atau kehilangan. Sehingga bisa dikatakan bahwa kehangatan
merupakan saran untuk bisa diterima berkomunikasi dengan orang yang sedang mengalami
berduka dan kehilangan. Pada kesan verbal yang bisa ditampilkan adalah dengan
menunjukan suara yang lembut dan irama teratur (smith dalam Nurjannah I, 2001).
Sedangkan kesan non verbal yang bisa ditampilkan, juga menurut smith Nurjannah I (2001)
adalah sebagai berikut:
1. Kondisi muka
(a) Dahi: tampak rileks, tidak ada kerutan.
(b) Mata: kontak mata nyaman, gerak mata natural.
(c) Tampak rileks, tidak cemburut, tidak menggigit bibir, tersenyum jika
perlu, rahang tampak releks.
(d) Ekspresi: tampak relaks, tidak ada ketakutan, kekhawatiran,
menunjukkan ketertarikan dan perhatian.
2. Sikap tubuh
(a) Tubuh: berhadapan, bahu parallel dengan lawan bicara.
(b) Kepala: duduk atau berdiri dengan tinggi yang sama, menganggukan
kepala bila perlu.
(c) Bahu: mudah digerakan, tidak tegang.
(d) Lengan: mudah digerakan, memegang kursi atau tembok.
(e) Tangan: tidak memegang atau saling menggenggam, tidak mengetuk-
ngentuk pena/bermain dengan objek.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Komunikasi merupakan landasan bagi profesi perawat dalam memberikan asuhan


keperawatan karena tugas perawat adalah memberikan pelayanan kepada pasien,keluarga dan
kelompok maunpun masyarakat. Proses komunikasi merupakan suatu penyampaian pesan, ide,
atau lambing kepada orang lain agar dapat mencapai persepsi yang sama sesuai dengan yang
dikehendaki oleh komunikator. Tujuan berkomunikasi adalah memudahakan dan melancarkan
pencapaian tujuan. Unsure dasar komunikasi terdiri atas komunikator, pesan, saluran
komunikasi, metode komunikasi, komunikan lingkungan, dan umpan balik. Kemampuan
menerapkan teknik komunikasi terapeutik dalam asuhan keperawatan memerlukan latihan dan
kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam kehampaan, tetapi
dalam dimensi nilai,waktu dan ruang yang turut memengaruhi keberhasilan komunikasi yang
terlihat melalui dampak terapeutik bagi klien dan juga berpusat bagi perawat sebagai
komunikator.

3.2 SARAN
Sebagai seorang perawat, komunikasi adalah hal yang sangat penting dan merupakan kunci
utama keberhasilan seorang perawat. Sebaiknya dalam berkomunikasi dengan klien, seorang
perawat harusnya menjaga etika dan penampilannya dalam menghadapi kliennya.Menjaga hak-
hak pribadi dan hak-hak orang lain, menghormati menjaga perasaan klien, dengan melihat
kondisi ekonominya,serta menjaga rahasia klien.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.co.id/books/edition/Komunikasi_Terapeutik_Keperawatan/
LPugEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=komunikasi+terapeutik&pg=PA2&printsec=frontcover

Anda mungkin juga menyukai