Disusun oleh:
Kelompok 2
1. Cici Irmawati NIM 16004
2. Dony Septyo N NIM 16010
3. Mitha Amelia P. NIM 16030
1
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Makalah Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Gangguan Jiwa ” tepat pada
waktunya.
Makalah ini penulis susun untuk melengkapi tugas mata kuliah
Keperawatan Jiwa, selain itu untuk mengetahui dan memahami pentingnya
Komunikasi Terapeutik pada pasien gangguan jiwa
Penulis mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Untuk itu
setiap pihak diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang
bersifat membangun.
Penulis
2
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang.................................................................................................4
A. Kesimpulan ..................................................................................................188
B. Saran ............................................................................................................188
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bertambahnya penyandang masalah gangguan mental juga disebabkan
belum maksimalnya perawat dan psikolog dalam merencanakan intervensi
penyakit dengan mengikutsertakan keluarga pada setiap upaya penyembuhan.
Kesenjangan ini mengakibatkan angka kekambuhan yang cukup tinggi,
seringkali klien yang sudah dipulangkan kepada keluarganya beberapa hari,
kemudian kambuh lagi dengan masalah yang sama atau bahkan lebih berat. Tidak
sedikit juga keluarga yang menolak kehadiran klien kembali bersamanya
(Rasmun, 2001: 15). Saat ini perkembangan keperawatan di Indonesia telah
mengalami perubahan yang sangat pesat menuju perkembangan keperawatan
sebagai profesi. Proses ini merupakan proses perubahan yang sangat mendasar
dan konsepsional, yang mencakup seluruh aspek keperawatan baik aspek
pendidikan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta kehidupan keprofesian dalam keperawatan.
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Komunikasi Terapeutik ?
2. Apa Tujuan Komunikasi ?
3. Apa saja Prinsip Komunikasi Terapetik ?
4. Apa saja Tahapan Komunikasi Terapeutik ?
5. Bagaimana Komunikasi Terapeutik dengan pasien gangguan jiwa ?
6. Bagaimana Penerapan Komunikasi Terapeutik dengan pasien gangguan
jiwa ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Komunikasi Terapeutik
2. Untuk memahami Tujuan Komunikasi Terapeutik
3. Mengetahui Prinsip Komunikasi Terapeutik
4. Mengetahui Tahapan Komunikasi Terapeutik
5. Untuk memahami bagaimana Komunikasi Terapeutik pada Pasien
Gangguan Jiwa
6. Untuk mengetahui penerapan Komunikasi Terapeutik pada Pasien
Gangguan Jiwa
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
5. Kerahasiaan klien harus dijaga
6. Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman
7. Implementasi intervensi berdasarkan teori
8. Memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian
tentang tingkah laku klien dan memberi nasihat
9. Beri petunjuk klien untuk menginterprestasikan kembali pengalamannya
secara rasional
10. Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan
hindari perubahan subyek/topik jika perubahan isi topik tidak merupakan
sesuatu yang sangat menarik klien.
Dalam membina hubungan terapeutik, terdapat proses yang terbina melalui lima
tahap dan setiap tahapnya mempunyai tugas yang harus dilaksanakan dan
diselesaikan oleh perawat. Menurut Uripni (2002: 56), adapun tahapan
komunikasi terapeutikyaitu, prainteraksi, perkenalan, orientasi, tahap kerja, dan
terminasi.
1. Prainteraksi
2. Perkenalan
Pada tahap ini, perawat dan pasien mulai mengembangkan hubungan komunikasi
interpersonal yaitu, dengan memberikan salam, senyum, memberikan keramah-
tamahan kepada pasien, memperkenalkan diri, menanyakan nama pasien dan
menanyakan keluhan pasien, dan lain-lain.
3. Orientasi
7
hasil tindakan. Pada tahap ini sangat diperlukan sentuhan hangat dari perawat dan
perasaan simpati dan empati agar pasien merasa tenang dan merasa dihargai.
4. Tahap kerja.
5. Terminasi
Terminasi merupakan tahap akhir dalam komunikasi interpersonal dan akhir dari
pertemuan antara perawat dengan pasien. Terminasi terbagi dua yaitu, terminasi
sementara dan terminasi akhir.
a. Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan antara perawat dan
pasien, dan sifatnya sementara, karena perawat akan menemui pasien lagi,
apakah satu atau dua jam atau mungkin besok akan kembali melakukan
interaksi.
b. Terminasi akhir, merupakan terminasi yang terjadi jika pasien akan keluar
atau pulang dari rumah sakit. Dalam terminasi akhir ini, hendaknya perawat
tetap memberikan semangat dan mengingatkan untuk tetap menjaga dan
meningkatkan kesehatan pasien. Sehingga komunikasi interpersonal perawat
dan pasien terjalin dengan baik. Dan pada tahap ini akan terlihat apakah
pasien merasa senang dan puas dengan perlakuan atau pelayanan yang
diberikan perawat kepada pasien. Untuk mengetahui apakah komunikasi yang
dilakukan perawat bersifat interpersonal (terapeutik) atau tidak, maka dapat
dilihat apakah komunikasi tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip komunikasi
terapeutik.
8
E. Komunikasi Terapeutik Dengan Pasien Gangguan Jiwa
Ada beberapa trik ketika harus berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa
:
9
klien lain, beri penjelasan manfaat berhubungan dengan orang lain dan
akibatnya jika dia tidak mau berhubungan dll.
d. Pasien perilaku kekerasan, khusus pada pasien perilaku kekerasan maka harus
direduksi atau ditenangkan dengan obat – obatan sebelum kita support dengan
terapi – terapi lain, jika pasien masih mudah mengamuk maka perawat dan
pasien lain bisa menjadi korban.
10
f. Tumbuh Kembang : Jika seseorang tidak pernah mengalami trauma
maka dewasa dia tidak akan mengalami memori masa lalu yang kelam
atau yang buruk.
g. Pola Asuh : kesalahan mengasuh orang tua memicu perubahan dalam
psikologis anak.
h. Genetika : Schizofrenia bisa secara genetis menurun ke anak, bahkan
pada saudara kembar peluang nya 50 %.
i. Lingkungan : Lingkungan yang buruk menjadi salah satu faktor
pendukung munculnya gangguan jiwa.
j. Penyalahgunaan Zat : penyalahgunaan zat memicu depresi susunan saraf
pusat, perubahan pada neurotransmitter sehingga terjadi perubahan pada
fungsi neurologis yang berfungsi mengatur emosi.
k. Perawatan Diri : jika seseorang tidak pernah mendapatkan perawatan, ex
: lansia maka dia akan mengalami suatu perasaan tidak berguna jika
perasaan ini berlangsung lama bisa memicu gangguan jiwa.
l. Kesehatan Fisik : gangguan pada sistem saraf mampu merubah fungsi
neurologis, dampak jangka panjangnya jika yang terkena adalah pusat
pengaturan emosi akan memicu gangguan jiwa.
Seharusnya ada banyak faktor yang memicu gangguan jiwa, jika semua faktor
bisa direduksi dan di minimalisir maka ke depan jumlah penderita gangguan jiwa
dapat ditekan sekecil mungkin.
1. Fase Perkenalan
a). Salam terapeutik
P : “ Selamat pagi, Bapak!”
K : “ Ya mbak ” sambil menoleh menghindar ke klien
11
K : “heksa “
P : “ Oh, dengan Bapak heksa. Bapak senang dipanggil apa?”
K : “terserah”
P : “Baiklah, saya panggil mas saja boleh ya?”
K : “hm”
c). Menyepakati pertemuan
P : “ Oke. Baiklah mas, bagaimana kalau kita ngobrol-ngobrol sedikit, ya
sekitar … menit, bagaimana?”
K : “hm”
P : “ Mas heksa ingin kita mengobrol dimana?”
K : “ di sini aja”
12
P : “Apakah mas heksa tidak ingin ke luar dari tempat ini dan dapat
melakukan aktifitas seperti biasanya?”
K : “iya, pengen”
P : “ Oleh sebab itu, semua tindakan yang kami lakukan menjadi tanggung
jawab kami. Dan kami harapkan bapak juga bertanggung jawab untuk
sembuh, supaya mas heksa dapat melakukan aktifitas seperti biasanya
minimal mas heksa bias mereedam rasa emosinya”
K : “hm”
h). Kerahasiaan
P : “ Mas tak perlu kuatir ataupun cemas. Kalau mas tidak keberatan, mas
bisa sharing dengan kami tentang segala permasalahan-permasalahan ataupun
keluhan-keluhan yang sedang bapak alami. Insya Allah, kita bersama-sama
mencarikan jalan keluarnya dan saya tidak akan memberitahukannya pada
orang yang tidak berhak untuk tahu akan hal itu.”
K : Beneran?
P : betul mas kami akan menjaga semua rahasia mas.
13
j). Pengkajian keluhan utama
P : “ Kalau boleh tahu, ada keluhan apa mas saat ini atau apa yang mas heksa
rasakan saat ini?”
K : “saya ingin cepat mati saja mbak, saya capek hidup tidak ada gunanya”
P : “ memangnya yang membuat mas capek hidup dan ingin mati apa mas?”
K : “ya pokoknya saya ingin kerja lagi dan punya uang”
P : “lho, memangnya apa yang terjadi dengan pekerjaan mas heksa?
K : “hilang, ditelan bumi”
P : “apa mas heksa memberhentikan diri dari pekerjaan mas heksa?”
K : “dipecat”
P : “Berarti mas dulu bekerja?
K: Ya,saya di phk, dan saya tidak bisa membayar hutang dan memberi ibu
dan adik saya uang
P: Oh, ya saya mengerti. Begini mas.. Umur,Rejeki, dan jodoh itu Tuhan
yang mengatur. Apa mas percaya akan hal itu? .”
K: “hm”
P: Nah.. bagus kalo mas heksa paham, berarti mas heksa tidak perlu untuk
merasa capek hidup, atau mas heksa meminum minuman beracun atau
berusaha menyayat nyata tangan mas heksa.. karna itu tidak menyelesaikan
masalah mas heksa, kan nanti badan mas heksa sendiri yang sakit. Iya tidak ?
K: mmmmmm…. Iya juga sih”
P: mas heksa sayang tidak sama keluarga dirumah ibuk dan adiknya?
K: Sayang lah..
P: nah.. kalo mas heksa sayang,mas heksa tidak boleh untuk bunuh diri, mas
heksa harus semangat terus.. minta dan berserah diri pada tuhan, dan mas
heksa harus yakin dan berusaha untuk mendapatkan pekerjaan setelah keluar
dari sini dan bisa menyahur hutang ya mas?
K: iyaa mbaak, saya ingin menyahur hutang tapi tidak punya uang”
P: nah, makanya mas heksa harus sembuh dulu.. Kalau boleh tau mas heksa
hobinya apa?
K: Makan kerupuk,sepak bola, balap karung”
14
P: “oooh iya iya… naah boleh itu mas dijadikan sampingan, kalau mas heksa
sudah merasa lelah atau stresss mas heksa bisa main bola.. atau mengobrol
sama teman teman.
K : “gitu?”
P : “iya, supaya fikiran mas heksa bisa rileks dan tenang”
K : “ya”
P : “ Baiklah mas heksa, karena sudah … menit, kami pamit. Besok kita bisa
mengobrol lagi, kita sharing lagi, gimana?
K : “hm”
Waktu
P : “ mas mau sharingnya ini jam berapa?”
K : “terserah”
P : “baiklah mas heksa, besok kami akan ke sini lagi dan kami akan ke sini di
jam yang sama yaitu jam 09:30 WIB ya?”
P : “ya”
Tempat
P : “Baik. Bapak mau kita sharing dimana?”
K : “sini”
P : “baiklah , besok kita sharing nya di sini “
Validasi kontrak P : “ Baiklah kalau begitu, terima kasih atas waktunya mas
heksa. Kami permisi dulu. Kami akan kembali besok di jam yang sama yaitu
jam 09:30 WIB dan di tempat ini ya
K : “hm”
2. Fase Orientasi
a). Salam terapeutik
P : “ Selamat pagi, mas heksa!”
15
K : “pagi”
3. Fase Kerja
P: Alhamdulillah.. Mas Heksa sudah sarapan?
K: Sudah..
P: Gimana rasanya enak ?
K: Enak..
P: Gimana dengan keluarga dirumah?
K: Baik, tadi sudah kesini
P: Terus tadi ngapain aja?
K: Ya ngobrol, terus main, jalan jalan ditaman belakang
16
P: Berarti sudah baikan dong?
K: iya sih sus.. tapi saya masih kepikiran sama tanggung jawab saya pada
keluarga, nanti gimana masa depan keluarga saya, kalau saya tidak bekerja,
saya makan apa sus?
P: oh.. begitu, Begini saja mas Heksa jangan pesimis dulu Allah itu sudah
mengatur rejeki kita, Sekarang tinggal mas heksa untuk berusaha dan berdoa
kepada Tuhan. Seingat saya kemarin mas heksa bilang kalau salah satu hobi
mas heksa main computer ya?
K: Iya kenapa emang?
P: Nah, Ya itu bisa dijadikan ladang pekerjaan mas heksa
K: Gimana caranya?
P: kan sekarang banyak bisnis online, coba mas heksa ikutan. Kaya jual baju,
peralatan bola atau mungkin mas heksa punya ide yang lain boleh dicoba.
K: mmmm iya ya,, kenapa gak terpikirkan dari dulu ya?
P: iya mas.. apa ada yg masih dipendam ?Kalau masih ada kita bisa sharing
K: Gak Ada sus.. ya itu tadi aja yg bikin saya mikir dan tidak tenang sehingga
saya ingin bunuh diri
P: Sebaiknya kalau punya jangan dipendam masalah, di sharing ke keluarga,
sahabat, atau teman mas. Nanti kalau bunuh diri kasian keluarganya, nanti
keluarga mas malah terlantar.
K: emm… iya sus, saya sekarang menyesal, atas perbuatan saya sebelumnya.
P: Nah gitu dong.. sekarang mas heksa harus berpikiran bahwa tidak ada
masalah yang tidak dapat diselesaikan.
4. Fase Terminasi
Salam terapeutik
P : “ Baiklah mas, karena mas heksa sudah bisa sharing ke kami dan masalah
mas heksa sudah terselesaikan, kami permisi dulu, terima kasih atas kerja
samanya, dan kalau mas heksa perlu bantuan, mas heksa bisa panggil saya
diruang perawat. Dan saya doakan supaaya cepat pulang dan beraktifitas ” “
Selamat pagi, mas!”
17
K : Iya sus terimakasih juga atas masukan dan solusinya , pagi juga sus”.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bentuk aktivitas komunikasi terapeutik yang dilakukan di dengan
pasien gangguan jiwa adalah dalam bentuk komunikasi interpersonal
dan komunikasi luar ruang yang mempunyai tujuan utamanya
membantu menciptakan suasana pelayanan kesehatan yang baik pada
akhirnya akan mampu memotivasi kesembuhan pasien.
B. Saran
Melihat pentingnya keluarga bagi pasien jiwa disarankan agar selalu
mendampingi dan memberikan dukungan terkait dengan proses
penyembuhan yang harus dijalani oleh pasien rawat jalan
18
DAFTAR PUSTAKA
19