KELOMPOK 4
NAMA KELOMPOK :
1. ANDI PRANATA NIM : SNR19214070
2. DINA APRIYANI NIM : SNR19214037
3. FRANSISKA TASYA ALEXANDRA NIM : SNR1921xxxx
4. NADIA DEWI ANZHANI NIM : SNR19214062
5. TOPAN SANJAYA NIM : SNR19214027
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat
merampungkan penyusunan makalah Falsafah Teori Dan Etik Keperawatan
dengan judul “Teori Keperawatan Hildegard E. Peplau” tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini semaksimal mungkin kami upayakan dan
didukung bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam
penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi
para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki
makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana
ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-
makalah selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................ i
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .................................................. 14
B. Saran ............................................................ 14
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap individu selalu berusaha untuk mencari hal-hal yang baru
atau pun menyempurnakan hal yang sudah ada dan atau mereka ingin
membuktikan kejadian-kejadian yang ada di alam sekitamya. Hal tersebut
tentunya karena individu yang bersangkutan ingin mendapatkan
pengalaman hidup ataupun ingin berharga dalam kehidupannya sehingga
bisa bermanfaat. Keyakinan yang mereka miliki berdasarkan hasil
penelitian atau pembuktian tersebut disusun dalam suatu alur yang
sistematis baik dalam bentuk falsafah, konsep, teori dan proses. (Akhmadi,
2016).
Teori sendiri memiliki pengertian suatu pandangan yang sistematis
terhadap suatu gejala atau fenomena yang ada dengan menentukan
hubungan spesifik terhadap konep yang digunakan untuk menjelaskan,
menganalisa atau meramalkan suatu kejadian. Teori yang sudah ada dan
diyakini kebenarannya dapat juga mengalami perkembangan atau pun
digugurkan bila ada suatu pembuktian yang lain dan dapat mengungguli
teori yang sudah ada. Oleh karena itu teori tersebut dapat diubah, diuji atau
digunakan dalam suatu pedoman penulisan ilmiah. (Akhmadi, 2016)
Teori keperawatan yang saat ini dikembangkan dan diterapkan
dalam keperawatan baik untuk keperluan pendidikan maupun praktek
keperawatan menggunakan empat model. Semua model tersebut
menggambarkan konsep yang sama yaitu :
1. Orang yang menerima asuhan keperawatan
2. Lingkungan (masyarakat)
3. Kesehatan (sehat/sakit, kesehatan dan penyakit)
4. Keperawatan dan peran perawat (tujuan/sasaran, peran dan fungsi)
Teori-teori keperawatan yang ada saat ini semuanya dibangun atas
empat konsep yang menghasilkan suatu model keperawatan. Model
keperawatan tersebut digunakan dalam praktik, penelitian ataupun
pengajaran. Karena keperawatan digunakan dalam hal teori maka model
konsep keperawatan harus dikenalkan dan dapat dipahami oleh profesi
perawat. Meskipun keempat teori itu digunakan dalam setiap teori
keperawatan namun pengertian dan hubungan antara yang satu dan yang
lain berbeda. (Akhmadi, 2016)
Dalam hal ini kami akan mencoba menguraikan salah satu model
konseptual keperawatan yang digunakan dalam praktik keperawatan yaitu
Interpersonal Process Model dari Hildegard E. Peplau. Model konsep
keperawatan yang diterapkan oleh Peplau yaitu menjelaskan tentang
kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang
menggunakan dasar hubungan antar manusia yang mecakup komponen
sentral yaitu klien, perawat, kecemasan yang ditimbulkan akibat sakit dan
proses interpersonal.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep teori keperawatan Hildegard E.
Peplau.
2. Agar mahasiswa mampu memahami, mengaplikasikan, dan
menerapkan konsep keperawatan Hildegard E. Peplau dalam praktik
keperawatan.
C. Manfaat
Dengan mengetahui konsep keperawatan Hildegard E. Peplau
sebagai seorang mahasiswa dan perawat diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan kinerja dalam pendidikan ataupun dalam memberi asuhan
keperawatan terhadap klien.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Keperawatan Psikodinamik
Kontribusi Peplau dalam bidang keperawatan, khususnya
keperawatan psikiatri, sangat banyak. Tahun 1952, ia meluncurkan
bukunya yang berjudul Interpersonal Relations in Nursing. Peplau
membuat model keperawatan dengan istilah keperawatan psikodinamik.
Menurut Peplau keperawatan psikodinamik merupakan kemampuan
seseorang (perawat) untuk memahami tingkah laku guna membantu orang
lain, mengidentifikasi kesulitan yang dirasakan, dan untuk menerapkan
prinsip hubungan manusia pada permasalahan yang timbul di semua level
pengalamannya. (Asmadi, 2005).
Peplau mengembangkan modelnya dengan memerinci konsep
struktural dari proses antar personal disinilah letak fase hubungan perawat
klien (nurse patient relationship). Peplau menjelaskan tentang empat fase
hubungan antar perawat klien yang saling berkaitan serta disetiap fase
diperlukan peran yang berbeda sesuai kebutuhan klien, yaitu sebagai
berikut :
1. Fase Orientasi
Pada fase ini, perawat dan klien bertindak sebagai dua
individu yang belum saling mengenal. Selama fase orientasi, klien
merupakan seseorang yang memerlukan bantuan profesional dan
berperan membantu klien mengenali dan memahami masa serta
menentukan apa yang klien perlukan saat itu. Jadi fase orientasi ini
merupakan fase untuk menentukan adanya masalah.
Fase orientasi dipengaruhi langsung oleh sikap perawat dan
klien dalam memberi atau menerima pertolongan. Selain itu, fase ini
juga diperngaruhi oleh ras, budaya, agama, pengalaman, latar
belakang dan harapan klien maupun perawat. Akhir dari fase ini
adalah perawat dan klien bersama-sama mengidentifikasi adanya
masalah serta menumbuhkan rasa saling percaya sehingga keduanya
siap untuk melangkah ke fase berikutnya. (Asmadi, 2005)
2. Fase Identifikasi
Pada fase ini, klien memberikan respons atau
mengidentifikasi persoalan yang ia hadapi bersama orang yang
dianggap memahami masalahnya. Respons setiap klien berbeda satu
sama lain. Disini perawat melakukan eksplorasi perasaan dan
membantu klien menghadapi penyakit yang ia rasakan sebagai
sebuah pengalaman yang mengorientasi ulang perasaannya dan
menguatkan kekuatan positif pada pribadi klien serta memberi
kepuasan yang diperlukan.
Selama fase identifikasi, klien diharapkan mulai memiliki
perasaan terlibat dan mulai memiliki kemampuan untuk mengatasi
masalahnya dengan mengurangi perasaan tidak berday dan putus asa.
Upaya ini akan menumbuhkan sikap positif pad diri klien guna
melaju ke fase selanjutnya. Jadi fase identifikasi merupakan fase
penentu bantuan apa yang diperlukan oleh klien. Pada fase ini
perawat juga memberi beberapa alternatif untuk mengatasi masalah
klien. (Asmadi, 2005).
3. Fase Eksplotasi
Pada fase ini, perawat memberi layanan keperawatan
berdasarkan kebuthan klien. Disini masing-masing pihak mulai
merasa menjadi bagian integral dari proses interpersonal. Selama
fase eksploitasi, klien mengambil secara penuh nilai yang ditawarkan
ke padanya melalui sebuah hubungan.
Prinsip tindakan pada fase ini adalah ekplorasi/menggali
memahami keadaan klien, dan mencegah meluasnya masalah.
Perawat mendorong klien untuk menggali dan mengungkapkan
perasaan, emosi, pikiran, serta sikapnya tanpa paksaan dan
mepertahankan suasana terapeutik yang mendukung.
Pada fase ini, perawat juga dituntut menguasai keterampilan
berkomunikasi secara terapeutik. Dnegan demikian, dapat dikatakan
bahwa fase ekplorasi merupakan fase pemberian bantuan kepada
klien sebagai langkah pemecahan masalah. Jika fase ini berhasil,
proses interpersonal akan berlanjut ke fase akhir, yaitu fase resolusi.
(Asmadi, 2005)
4. Fase Resolusi/Terminasi
Pada fase ini, tujuan bersama antara perawat dan klien sudah
sampai pada tahap akhir dan keduanya siap mengakhiri hubungan
terapeutik yang selama ini terjalin. Fase resolusi terkadang menjadi
fase yang sulit bagi kedua ketegangan jika ada hal-hal yang belum
terselesaikan pada masing-masing fase. Indikator keberhasilan untuk
fase ini adalah jika klien sudah mampu mandiri dn lepas dari bantuan
perawat. Selanjutnya, baik perawat maupun klien akan menjadi
individu yang matang dan lebih berpengalaman. (Asmadi, 2005)
Dalam hubungan perawat klien, ada enam peran perawat yang
harus dilaksanakan. Peran tersebut berbeda setiap fasenya. Keenam peran
tersebut antara lain yaitu :
1. Role of The Stranger (Peran sebagai orang asing)
Peran ini merupakan peran awal dalam hubungan perawat
klien. Disini kedua belah pihak merupakan orang asing bagi pihak
lainnya. Sebagai orang asing, perawat harus memperlakukan klien
secara sopan, tidak boleh memberi penilaian sepihak, menerima
klien apa adanya, serta memperlakukan klien dengan penuh perasaan.
(Asmadi, 2005).
2. Role of Resource Person (Peran sebagai narasumber)
Dalam perannya sebagai narasumber, perawat memberi
jawaban yang spesifik dari setiap pertanyaan klien, terutama
mengenai informasi kesehatan. Selain itu perawat juga
menginterpretasikan kepada klien rencana perawatan dan rencana
medis untuk hal tersebut. (Asmadi, 2005).
3. Teaching Role (Peran sebagai pengajar)
Teaching role merupakan kombinasi dari seluruh peran
dalam menggunakan informasi. Teaching role, menurut Peplau
terbagi atas dua kategori, yaitu instruksional dan eksperimental.
Penyuluhan instruksional adalah pemberian informasi secara luas
dan merupakan bentuk yang dipakai dalam literatur pendidikan.
Penyuluhan eksperimental adalah penyuluhan dengan menggunakan
pengalaman sebagai pijakan dalam pengembangan pengajaran.
(Asmadi, 2005).
4. Leadership Role (Peran sebagain pemimpin)
Leadership role merupakan peran yang berkaitan dengan
kepemimpinan, terutama mengenai proses demokratis dalam asuhan
keperawatan. Perawat membantu klien dalam mengerjakan tugas-
tugasnya melalui hubungan yang sifatnya kooperatif dan melibatkan
partisipasi aktif klien. (Asmadi, 2005).
5. Surrogate Role (Peran sebagai wali)
Dalam Surrogate role klien menganggap perawat sebagai
walinya. Oleh sebab itu, sikap perawat dan perilakunya harus
menciptakan perasaan tertentu dalam diri klien yang bersifat reaktif
yang muncul dari hubungan sebelumnya. Fungsi perawat disini
adalah membimbing klien lalu membantunya melihat perbedaan
antara dirinya dan sosok yang ia bayangkan tersebut. (Asmadi, 2005).
6. Counseling Role (Peran sebagai nasihat)
Peplau mempercayai bahwa counseling role memiliki
peranan yang besar dalam keperawatan psikiatri. Dalam hubungan
perawat klien, peran ini sangat penting sebab tujuan dari teknik
hubungan antar personal adalah membantu klien mengingat dan
memahami sepenuhnya peristiwa yang terjadi pada dirinya saat ini.
Dengan demikian, satu pengalaman dapat diintegrasikan dengan
pengalaman lainnya dalam hidupnya, bukannya justru dipisahkan.
(Asmadi, 2005).
Leadership Role
Eksploitasi
Teaching Role
Identifikasi
Role of Resource Person
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peplau membuat model keperawatan dengan istilah keperawatan
psikodinamik. Menurut Peplau keperawatan psikodinamik merupakan
kemampuan seseorang (perawat) untuk memahami tingkah laku guna
membantu orang lain, mengidentifikasi kesulitan yang dirasakan, dan
untuk menerapkan prinsip hubungan manusia pada permasalahan yang
timbul di semua level pengalamannya. (Asmadi, 2005).
Peplau mengembangkan modelnya dengan memerinci konsep
struktural dari proses antar personal disinilah letak fase hubungan perawat
klien (nurse patient relationship). Peplau menjelaskan tentang empat fase
hubungan antar perawat klien yang saling berkaitan serta disetiap fase
diperlukan peran yang berbeda sesuai kebutuhan klien. Dan terdapat pula
enam peran perawat yang harus dilaksanakan saat berhubungan dengan
klien.
Berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Peplau dan komponen
utama keperawatan seperti keperawatan, individu, kesehatan, dan
lingkungan ini juga saling berkaitan satu sama lain. Meskipun Peplau tidak
secara langsung menyebutkan lingkungan sebagai salah satu konsep utama
dalam keperawatan, tetapi ia lebih berfokus pada kondisi psikologis dalam
diri seseorang tersebut. (Asmadi, 2005).
B. Saran
Seharusnya dalam penulisan penyusunan makalah ini penulis lebih
memperbanyak teori yang mendukung dan membuat contoh penerapan
teori Peplau dalam berhubungan dengan klien.
DAFTAR PUSTAKA